I. Definisi Penyakit
Ketuban pecah dini (KPD) atau sering disebut dengan premature repture of the
membrane (PROM) atau sering di sebut sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya
melahirkan (Lazuarti, 2020).
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya/rupturnya selaput amnion sebelum
dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya selaput amnion sebelum usia
kehamilannya mencapai 37 minggu tanpa kontraksi (Mitayani, 2010).
II. Etiologi
Ketuban pecah dini biasanya menyebabkan persalinan premature alias bayi terpaksa
dilahirkan sebelum waktunya, air ketuban pecah awal bisa disebabkan oleh
a. Persalinan premature
c. Inkompeteni serviks
persalinan.
Adanya kelemahan lokal atau perubahan kulit ketuban adalah mekanisme lain terjadinya
ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi. Enzim bakterial dan atau produk host yang
disekresikan sebagai respon untuk infeksi dapat menyebabkan kelemahan dan rupture kulit
ketuban. Banyak flora servikoginal komensal dan patogenik mempunyai kemampuan
memproduksi protease dan kolagenase yang menurunkan kekuatan tenaga kulit ketuban.Elastase
leukosit polimorfonuklear secara spesifik dapat memecah kolagen tipe III pada manusia,
membuktikan bahwa infiltrasi leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena kolonisasi bakteri
atau infeksi dapat
menyebabkan pengurangan kolagen tipe III dan menyebabkan ketuban pecah dini.
Enzim hidrolitik lain, termasuk katepsin B, katepsin N, kolagenase yang dihasilkan
netrofil dan makrofag, nampaknya melemahkan kulit ketuban .Sel inflamasi manusia juga
menguraikan aktifator plasminogen yang mengubah plasminogen menjadi plasmin potensial,
potensial menjadi penyebab ketuban pecah dini (Subekti, 2018).
IV. Pathway
V. Manifestasi Klinis
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina, aroma air
ketuban berbau, berwarna pucat, cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena uterus
diproduksi sampai kelahiran mendatang. Tetapi, nila duduk atau berdiri, kepala janin yang
sudah terletak di bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara.
Sementara itu demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah
cepat merupkan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Lazuarti, 2020).
IV. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
2. Panduan mengantisispasi : jelaskan pasien yang memiliki riwayat berikut ini saat
prenatal bahwa mereka harus segera melapor bila ketuban pecah.
3. Kondisi yang menyebabkan ketuban pecah dapat mengakibatkan propals tali pusat:
b. Polihidramnion
c. Herpes aktif
d. Riwayat infeksi strepokus beta hemolitiukus sebelumnya.
1) Saat pasien berbaring terlentang, tekan fundus untuk melihat adanya semburan
cairan dari vagina.
2) Basahai kapas asupan dengan cairan dan lakukan pulasan pada slide
c. Bila pecah ketuban dan/ atau tanda kemungkinan infeksi tidak jelas, lakukan
pemeriksaan pekulum steril.
3. Dapatkan spesimen cairan lain dengan lidi kapas steril yang dipulaskan pada slide
untuk mengkaji ferning di bawah mikroskop.
4. Bila usia gestasi kurang dari 37 minggu atau pasien terjangkit Herpes Tipe 2, rujuk
ke dokter.
5. Penatalaksanaan konservatif
1) Ukur suhu tubuh empat kali sehari; bila suhu meningkat secara signifikan, dan/
atau mencapai 380 C, berikan macam antibiotik dan pelahiran harus diselesaikan.
3) Catat bila ada nyeri tekan dan iritabilitas uterus serta laporkan perubahan apa pun
6. Penatalaksaan agresif
a. Jel prostaglandin atau misoprostol (meskipun tidak disetujui penggunaannya) dapat
diberikan setelah konsultasi dengan dokter
c. Beberapa ahli menunggu 12 jam untuk terjadinya persalinan. Bila tidak ada tanda,
mulai pemberian pitocin
diindikasi, kaji nilai bishop setelah pemeriksaan spekulum. Bila diputuskan untuk
menunggu persalinan, tidak ada lagi pemeriksaan yang dilakukan,
baik manipulasi dengan tangan maupun spekulum, sampai persalinan dimulai
atau induksi dimulai
g. Periksa hitung darah lengkap bila ketuban pecah. Ulangi pemeriksaan pada hari
berikutnya sampai pelahiran atau lebih sering bila ada tanda infeksi
h. Lakukan NST setelah ketuban pecah; waspada adanya takikardia janin yang
merupakan salah satu tanda infeksi
a. Pesalinan spontas
1) Ukur suhu tubuh pasien setiap 2 jam, berikan antibiotik bila ada demam
b. Indikasi persalinan
V. Komplikasi
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia 37 minggu adalah sindrom
distress pernapasan,yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir.Risiko infeksi
meningkat pada kejadian KPD.Semua ibu hamil dengan KPD premature sebaiknya dievaluasi
untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan
amnion).Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD. Risiko
kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD Praterm.Hipoplasia paru merupakan
komplikasi fatal terjadi pada KPD praterm.Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD
praterm ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
1. Infeksi intrauterine
3. Prematuritas
Diagonsa bandig KPD yaitu urinariy incontinece dan sekret vagina yang berlebih (Subekti,
2018).
I. Definisi Penyakit
Sectio Caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat diatas 500gram,
melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (Amru, 2012). Menurut Manuaba (2012)
Sectio Caesarea adalah persalinan buatan melalui sayatan pada dinding abdomen dan uterus
yang masih utuh dengan berat janin 1000gram atau kehamilan diatas 28 minggu.
II. Etiologi
Etiologi sectio caesarea menurut Amru (2012) sebagai berikut :
e. Panggul sempit
f. Plasenta previa
k. Ruptur uteri
a. Kelainan letak
b. Gawat janin
c. Janin mati
janin. Janin besar dan jnain lintang setelah dilakukan sc ibu akan mengalami adaptasi post
partum baik aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang
informasi dari aspek fisiologis yaitu produk oxitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan
ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh
karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah
salah satu utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan
umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap
janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnou yang
tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan
pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga
darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif
akibat sekret yang berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga
mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses
penghancur dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk
metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurunkan
makan peristaltik juga menurun. Makanan yang ada dilambung akan
menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat motilitas yang
menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi (Sagita, 2019).
IV. Pathway
Panggul Sempit Ketuban
Pecah Dini
Letak Sungsang
Obiongata Penururnan Kerja Otot Eliminasi Meragsang Area Sensorik Proteksi Kurang
Penururnan Reflek Penururnan Peralstik Usus Gangguan Rasa Nyaman Invasi Bakteri
Intoleransi
Aktivitas
V. Manifestasi Klinis
Menurut Tucker (2012) manifestasi klinis dari sectio caesarea adalah sebagai berikut:
2. Panggul sempit
3. Partus lama
VI. Penatalaksanaan
a. Perawatan awal
1) Perikds kondisi pasien, cek tanda vital 15 menit selama 1 jam pertama,
kemudian 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat kesadaran tiap 15 menit
samapi sadar.
4) Jika tanda vital dan hematikrit turun walau diberikan transfusi, segera
b. Diet
Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu di
mulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan
jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6-10 jam pasca operasi, berupa
air putih dan air teh.
c. Mobilitas
1. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah operasi
3. Hari kedua post operasi, penderita dapat di dudukan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
operasi.
d. Fugsi gastrointestinal
1. Jika tidak ada tanda infeksi, tunggu bising usus timbul
sesudah semalam.
2. Jika urine tidak jernih biarkan kateter terpasang sampai urine jernih
4. Jika sudah tidak memakai antibiotik berikan nirofurantoin 100 mg per oral
per hari sampai kateter dilepas
5. Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
p e rdarahan. Kateter biasanya terpasang 24-48 jam atau lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan
penderita.
1. Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak terlalu
banyak jangan mengganti balutan.
2. Jika pembalut luka agak kendor, jangan ganti pembalut, tapi beri plester
untuk mengencangkannya.
2. Medis
a. Cairan IV sesuai indikasi
b. Anstesi regional atau general
c. Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan sectio caesarea
d. Tes laboratorium sesuai indikasi
e. Pemberian oksitosin sesuai indikasi
VII. Komplikasi
1. Infeksi peurperal (Nifas)
c. Tahapan berat terjadi peritonitis, sepsis, dan ileus paralitik. Infeksi berat sering
kita jumpai pada partus terlantar, sebelum timbul infeksi nifas, telah terjadi infeksi
intrapartum karena ketuban yang telah pecah terlalu lama. Penanganannya adalah
dengan pemberian cairan, elektrolit dan antibiotik yang adekuat dan tepat.
2. Perdarahan
Perdarahan karena banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka serta
perdarahan pada plasenta
Emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonialisis terlalu tinggi.
C. Pengkajian
I. Wawancara
Identitas
Nama : Ny.
Jenis Kelamin : P Umur :
Alamat :
Keluhan utama :
G1P0A0
Nadi : x/menit RR :
20x/menit
Suhu : 36,3 ℌ
SpO2 : 99%
a. Pemeriksaan Laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi,bau dan PHnya.Cairan
yang keluar dari vagina kecuali air ketuban mungkin juga urine atu secret vagina,
sekret vagina ibu hamil pH:4,5 dengan kertas nitrazin tidak berubah warna,tetap
kuning.1.a tes lakmus (tes nitrazin),jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).Ph air ketuban 7-7,5 darah dan infeksi vagina
dapat menghaslkan tes yang positif palsu.1b. mikroskop (tes pakis),dengan meneteskan
air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering.Pemeriksaan
mikroskopik
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri
pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit.Namun sering terjadi
kesalahan pada penderita oligohidroamion.Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup
banyak macam dan caranya,namun pada umunya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan
anamnesa dan pemeriksaan sederhana (Sujiyatini, 2010).
2. Pemeriksaan Diagnostik SC
a. Elektroensefalogram (EEG) untuk membantu menetapkan jenis dan faktor dari kejang
b. Pemindaian CT untuk mendektesi perbedaan kerapatan jaringan
c. Magneti Resonance Imaging (MRI) menghasilkan bayangan dengan menggunakan
lapangan magnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah-
daerah otak yang tidak jelas terlihat bila menggunakan pemindaian CT
d. Uji laboratorium
1. Fungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
2. Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
3. Panel elektrolit
4. Skrining toksik dari serum dan urin
5. AGD
IV. Analisa Data
Do : -
Do:
- verban luka post op sectio
caesarea tampak kotor
karena bekas darah
- Luka tampak bersih dan
mulai kering
- Tampak luka post op sc
mulai kering
- Skala nyeri 5
- Tampak luka post op sc di
bagian bawah abdomen
kurang lebih 10 cm yang
masih ditutup verban
- TD : 110/80 mmHg
- Suhu : 36,5 ℌ
- Nadi : 80x/menit
- RR : 20x/menit
urine kateter
- klien tampak belum
mengganti pembalutnya
- klien tampak memerlukan
bantuan saat memenuhi
kebutuhan kebersihan dirinya
DAFTAR PUSTAKA
Lazuarti, S. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Partum Dengan Ketuban Pecah Dini yang di
Rawat Di Rumah Sakit KTI Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jurusan Keperawatan
Prodi D-III Keperawatan Samarinda.
http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1078/1/KTI%20SELVY%20LAZUARTI.pdf Mitayani.
PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi Indikator Diagnostik. Ed.
https://www.scribd.com/document/360153964/LP-KPD