Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

DENGAN DIAGNOSA KETUBAN PECAH DINI DI RUANG IGD PONEK

RSUD DR. R. SOEDJONO SELONG

LOMBOK TIMUR-NTB

Di Susun Oleh :

Hilda Riza Febriana., S.Kep


NIM. 113121074

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) HAMZAR

LOMBOK TIMUR

2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Profesi Ners Dengan Judul : Laporan Asuhan

Keperawatan Dengan Diagnosa Ketuban Pecah Dini Di Ruang IGD Ponek

RSUD DR. R. Soedjono Selong Lombok Timur-NTB

Tanggal 04 - 06 Desember 2023

telah di sahkan dan disetujui pada

Hari :

Tanggal :

Mahasiswa

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Ns. Hikmah Lia Basuni, M.Kep) (Hidayaturrahmi, S.Keb)

(Hilda Riza Febriana, S.Kep)

Kepala Ruangan

(Hidayaturrahmi, S.Keb)

LAPORAN PENDAHULUAN
KETUBAN PECAH DINI (KPD)

A. KONSEP TEORI
1. DEFINISI
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum

persalinan mulai pada tahapan kehamilan manapun (Arma, dkk 2015).

Pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau sebelum inpartu,

pada pembukaan < 4 cm (masa laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir

kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan.

Sedangkan menurut (Sagita, 2017) ketuban pecah dini ditandai

dengan keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan

berusia 22 minggu dan dapat dinyatakan pecah dini terjadi sebelum proses

persalinan berlangsung. Cairan keluar melalui selaput ketuban yang

mengalami robekan, muncul setelah usia kehamilan mencapai 28 minggu

dan setidaknya satu jam sebelum waktu kehamilan yang sebenarnya.

Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami

KPD. Jadi ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya

melahirkan.

Ketuban pecah dini dapat berpengaruh terhadap kehamilan dan

persalinan. Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan persalinan

disebut periode laten atau dengan sebutan Lag Period. Ada beberapa

perhitungan yang mengukur Lag Period, diantaranya 1 jam atau 6 jam

sebelum intrapartum, dan diatas 6 jam setelah ketuban pecah. Bila periode

laten terlalu panjang dan ketuban sudah pecah, maka dapat terjadi infeksi

pada ibu dan juga bayi (Fujiyarti, 2016).

3
2. ETIOLOGI
Ketuban pecah dini biasanya menyebabkan persalinan

premature alias bayi terpaksa dilahirkan sebelum waktunya. Air ketuban

pecah lebih awal bisa disebabkan oleh beberapa hal, seperti yang

disampaikan oleh Geri Morgan (2009) yaitu:

1) Infeksi rahim, leher rahim, atau vagina,

2) Pemicu umum ketuban pecah dini adalah:

a. Persalinan premature

b. Korioamnionitis terjadi dua kali sebanyak KPD

c. Malposisi atau malpresentasi janin

3) Faktor yang mengakibatkan kerusakan serviks

a. Pemakaian alat-alat pada serviks sebelumnya (misalnya aborsi

terapeutik, LEEP, dan sebagainya)

b. Peningkatan paritas yang memungkinkan kerusakan serviks selama

pelahiran sebelumnya

c. Inkompeteni serviks

4) Riwayat KPD sebelumnya sebanyak dua kali atau lebih

5) Faktor-faktor yang berhubungan dengan berat badan ibu:

a. Kelebihan berat badan sebelum kehamilan

b. Penambahan berat badan sebelum kehamilan

6) Merokok selama kehamilan

7) Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat

daripada ibu muda

8) Riwayat hubungan seksual baru-baru ini.

3. PATOFISIOLOGI

4
Infeksi dan inflamasi dapat menyebabkan ketuban pecah dini

dengan menginduksi kontraksi uterus dan atau kelemahan fokal kulit

ketuban. Banyak mikroorganisme servikovaginal, menghasilkan fosfolipid

C yang dapat meningkatkan konsentrasi secara lokal asam arakidonat, dan

lebih lanjut menyebabkan pelepasan PGE2 dan PGF2 alfa dan selanjutnya

menyebabkan kontraksi miometrium. Pada infeksi juga dihasilkan produk

sekresi akibat aktivitas monosit/ makrofag, yaitu sitokrin, interleukin 1,

faktor nekrosis tumor dan interleukin 6. Platelet activating factor yang

diproduksi oleh paru-paru janin dan ginjal janin yang ditemukan dalam

cairan amnion, secara sinergis juga mengaktifasi pembentukan sitokin.

Endotoksin yang masuk ke dalam cairan amnion juga akan merangsang

sel-sel desidua untuk memproduksi sitokin dan kemudian prostaglandin

yang menyebabkan dimulainya persalinan.

Adanya kelemahan lokal atau perubahan kulit ketuban adalah

mekanisme lain terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi.

Enzim bakterial dan atau produk host yang disekresikan sebagai respon

untuk infeksi dapat menyebabkan kelemahan dan rupture kulit ketuban.

Banyak flora servikoginal komensal dan patogenik mempunyai

kemampuan memproduksi protease dan kolagenase yang menurunkan

kekuatan tenaga kulit ketuban. Elastase leukosit polimorfonuklear secara

spesifik dapat memecah kolagen tipe III pada manusia, membuktikan

bahwa infiltrasi leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena kolonisasi

bakteri atau infeksi dapat menyebabkan pengurangan kolagen tipe III dan

menyebabkan ketuban pecah dini.

5
Enzim hidrolitik lain, termasuk katepsin B, katepsin N,

kolagenase yang dihasilkan netrofil dan makrofag, nampaknya

melemahkan kulit ketuban . Sel inflamasi manusia juga menguraikan

aktifator plasminogen yang mengubah plasminogen menjadi plasmin

potensial, potensial menjadi penyebab ketuban pecah dini.

4. TANDA DAN GEJALA


Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes

melalui vagina, aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau

amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes dengan

ciri pucat dan bergaris warna darah, cairan ini tidak akan berhenti atau

kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila duduk atau

berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal

“atau menyambut kebocoran untuk sementara.

Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut

jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi

(Sujiyatini, 2009).

6
5. PATHWAYS

7
6. PENATALAKSANAAN
1) Pencegahan

a. Obati infeksi gonokokus, klamidi, dan vaginosis bacterial

b. Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung untuk

mengurangi atau berhenti.

c. Motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil

d. Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trisemester akhir

bila ada faktor predisposisi.

2) Panduan mengantisipasi: jelaskan pasien yang memiliki riwayat berikut

ini saat prenatal bahwa mereka harus segera melapor bila ketuban

peccah.

3) Kondisi yang menyebabkan ketuban pecah dapat mengakibatkan

prolaps tali pusat:

a. Letak kepala selain vertex

b. Polihidramnion

c. Herpes aktif

d. Riwayat infeksi streptokus beta hemolitiukus sebelumnya.

4) Bila ketuban telah pecah

a. Anjurkan pengkajian secara saksama. Upayakan mengetahui waktu

terjadinya pecahnya ketuban

b. Bila robekan ketuban tampak kasar:

a) Saat pasien berbaring terlentang, tekan fundus untuk melihat

adanya semburan cairan dari vagina.

8
b) Basahai kapas asupan dengan cairan dan lakukan pulasan pada

slide untuk mengkaji ferning di bawah mikroskop.

c) Sebagian cairan diusapkan ke kertas Nitrazene. Bila positif,

pertimbangkan uji diagnostik bila pasien sebelumnya tidak

melakukan hubungan seksual tidak ada perdarahan dan tidak

dilakukan pemeriksaan pervagina menggunakan jeli K-Y.

c. Bila pecah ketuban dan/ atau tanda kemungkinan infeksi tidak jelas,

lakukan pemeriksaan pekulum steril.

a) Kaji nilai bishop serviks (lihat Nilai Bishop).

b) Lakukan kultur serviks hanya bila ada tanda infeksi.

c) Dapatkan spesimen cairan lain dengan lidi kapas steril yang

dipulaskan pada slide untuk mengkaji ferning di bawah

mikroskop.

d. Bila usia gestasi kurang dari 37 minggu atau pasien terjangkit

Herpes Tipe 2, rujuk ke dokter.

5) Penatalaksanaan konservatif

a. Kebanyakan persalinan dimulai dalam 24-72 jam setelah ketuban

pecah.

b. Kemungkinan infeksi berkurang bila tidak ada alat yang dimasukan

ke vagina, kecuali spekulum steril, jangan melakukan pemeriksaan

vagina.

c. Saat menunggu, tetap pantau pasien dengan ketat.

9
a) Ukur suhu tubuh empat kali sehari; bila suhu meningkat secara

signifikan, dan/ atau mencapai 380 C, berikan macam antibiotik

dan pelahiran harus diselesaikan.

b) Observasi rabas vagina: bau menyengat, purulen atau tampak

kekuningan menunjukan adanya infeksi.

c) Catat bila ada nyeri tekan dan iritabilitas uterus serta laporkan

perubahan apa pun

6) Penatalaksaan agresif

a. Jel prostaglandin atau misoprostol (meskipun tidak disetujui

penggunaannya) dapat diberikan setelah konsultasi dengan dokter

b. Mungkin dibutuhkan rangkaian induksi pitocin bila serviks tidak

berespons

c. Beberapa ahli menunggu 12 jam untuk terjadinya persalinan. Bila

tidak ada tanda, mulai pemberian pitocin

d. Berikan cairan per IV, pantau janin

e. Peningkatan resiko seksio sesaria bila induksi tidak efektif.

f. Bila pengambilan keputusan bergantung pada kelayakan serviks

untuk diindikasi, kaji nilai bishop setelah pemeriksaan spekulum.

Bila diputuskan untuk menunggu persalinan, tidak ada lagi

pemeriksaan yang dilakukan, baik manipulasi dengan tangan

maupun spekulum, sampai persalinan dimulai atau induksi dimulai

g. Periksa hitung darah lengkap bila ketuban pecah. Ulangi

pemeriksaan pada hari berikutnya sampai pelahiran atau lebih sering

bila ada tanda infeksi

10
h. Lakukan NST setelah ketuban pecah; waspada adanya takikardia

janin yang merupakan salah satu tanda infeksi

i. Mulai induksi setelah konsultasi dengan dokter bila :

a) Suhu tubuh ibu meningkat signifikan

b) Terjadi takikardia janin

c) Lokia tampak keruh

d) Iritabilitas atau nyeri tekan uterus yang signifikan

e) Kultur vagina menunjukan strepkus beta hemolitikus

f) Hitung darah lengkap menunjukan kenaikan sel darah putih

7) Penatalaksanaan persalinan lebih dari 24 jam setelah ketuban pecah

a. Pesalinan spontas

a) Ukur suhu tubuh pasien setiap 2 jam, berikan antibiotik bila ada

demam

b) Anjurkan pemantauan janin internal

c) Beritahu dokter spesialis obstetri dan spesialis anak atau praktisi

perawat neonatus

d) Lakukan kultur sesuai panduan

b. Indikasi persalinan

a) Lakukan secara rutin setelah konsultasi dengan dokter

b) Ukur suhu tubuh setiap 2 jam

c) Antibiotik: pemberian antibiotik memiliki beragam panduan,

banyak yang memberikan 1-2 g ampisilin per IV atau 1-2 g

Mefoxin per IV setiap 6 jam sebagai profilakis. Beberapa

11
panduan lainnya menyarankan untuk mengukur suhu tubuh ibu

dan DJJ untuk menentuan kapan antibiotik mungkin diperlukan.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan Laboratorium

Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna,

konsentrasi, bau dan PHnya. Cairan yang keluar dari vagina kecuali

air ketuban mungkin juga urine atu secret vagina, sekret vagina ibu

hamil pH: 4,5 dengan kertas nitrazin tidak berubah warna,tetap

kuning. 1.a tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah

menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). Ph air

ketuban 7-7,5 darah dan infeksi vagina dapat menghaslkan tes yang

positif palsu. 1b. mikroskop (tes pakis), dengan meneteskan air

ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan

mikroskopik menunjukkan gambaran daun psikis.

2) Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan

ketuban dalam kavum uteri pada kasus KPD terlihat jumlah cairan

ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita

oligohidroamion. Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak

macam dan caranya, namun pada umunya KPD sudah bisa

terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan sederhana (Sujiyatini,

2009).

12
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian

yang dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat

data dasar tentang klien dan membuat catatan tentang respon kesehatan

klien (Hidayat, 2010).

1) Identitas atau biodata klien

Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status

perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggalmasuk rumah sakit nomor

register, dan diagnosa keperawatan.

2) Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan dahulu

Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung,

hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan ketuban

yang keluar pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-

tanda persalinan.

c. Riwayat kesehatan keluarga

13
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga keluarga seperti

jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin

penyakit tersebut diturunkan kepada klien

d. Riwayat psikososial

Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat

bayinya, berat badan yang semakin meningkat dan membuat harga diri

rendah.

3) Pola-pola fungsi kesehatan

a. Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat

Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah

dini, dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta

kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah

dalam perawatan dirinya.

b. Pola nutrisi dan metabolisme

Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan

karena dari keinginan untuk menyusui bayinya.

c. Pola aktifitas

Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti

biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga

banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas

karena mengalami kelemahan dan nyeri.

d. Pola eleminasi

Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan

sering /susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena

14
terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra

sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk

melakukan buang air besar (BAB).

e. Pola istirahat dan tidur

Pada klien intra partum terjadi perubahan pada pola istirahat

dan tidur karena adanya kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri

sebelum persalinan.

f. Pola hubungan dan peran Peran klien dalam keluarga meliputi

hubungan klien dengan keluarga dan orang lain.

g. Pola penagulangan stres

Biasanya klien sering merasa cemasdengan kehadiran anak.

h. Pola sensori dan kognitif

Pola sensori klien merasakan nyeri pada perut akibat kontraksi

uteruspada pola kognitif klien intrapartum G1 biasanya akan

mengalami kesulitan dalam hal melahirkan, karena belum pernah

melahirkan sebelumnya.

i. Pola persepsi dan konsep diri

Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya,

lebih-lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi

perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri.

j. Pola reproduksi dan sosial Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan

dalam hubungan seksual atauatau fungsi dari seksual yang tidak

adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.

15
k. Pola tata nilai dan kepercayaan

Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah

persalinan klien akan terganggu dalam hal ibadahnya karena harus

bedres total setelah partus sehingga aktifitas klien dibantu oleh

keluarganya(Asrining, dkk. 2003).

4) Pemeriksaan fisik

a. Kepala

Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang

terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan

b. Leher

Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid,

karena adanya proses menerang yang salah.

c. Mata

Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata,

konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia)

karena proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kuning.

d. Telinga

Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana

kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.

e. Hidung

Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-

kadang ditemukan pernapasan cuping hidung

f. Dada

16
Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya

hiperpigmentasi areola mamae dan papila mamae.

g. Abdomen

Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih

terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.

h. Genitalia

Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila

terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak

dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.

i. Anus

Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena

ruptur.

j. Ekstermitas

Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena

membesarnya uterus, karena preeklamsia atau karena penyakit jantung

atau ginjal.

k. Muskuluskeletal

Pada klien post-partum biasanya terjadi keterbatasan gerak

karena adanya luka episiotomi.

l. Tanda-tanda vital

Apabila terjadi perdarahan pada pos-partum tekanan darah

turun, nadicepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun (Manuaba,

2013).

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

17
Setelah menggunakan pengkajian Teori dorothea orem penegakan

diagnosa mengacu pada diagnosa keperawatan yang aktual, resiko tinggi

dan kemungkinan. Teori Orem masih lebih berfokus pada masalah

fisiologis, namun diagnosa dapat dikembangkan ke masalah lain sesuai

kebutuhan dasar.

1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (D.0077).

2) Gangguan rasa nyaman b.d gangguan adaptasi kehamilan (D.0074).

3) Kesiapan persalinan b.d status kesehatan ibu dan janin sehat (D.0070).

4) Ansietas b.d kondisi kehamilan perinatal (D.0080).

5) Risiko infeksi d.d Ketuban pecah sebelum waktunya(D.0142).

6) Defisit pengetahuan b.d ketidaktahuan menemukan sumber

informasi(D.0111).

3. INTERVENSI KEPERAWATAN BERDASARKAN SDKI


 Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis:

1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa

jam diharapkan tingkat nyeri dapat menurun (L.08066).

Kriteria Hasil :

a. Keluhan nyeri menurun

b. Meringis menurun

c. Gelisah menurun

d. Kesulitan tidur menurun

2) Rencana tindakan (I.03121):

a. Identifikasi lokasi, karateristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri

b. Identifikasi skala nyeri

18
c. Identifikasi respons nyeri non-verbal

d. Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri

3) Terapeutik

a. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

4) Edukasi

a. Jelaskan strategi meredakan nyeri

5) Kolaborasi

a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

 Gangguan rasa nyaman b.d gangguan adaptasi kehamilan:

1) Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa jam

diharapkan status kenyamanan pasien meningkat (L.08064).

Kriteria Hasil:

a. Keluhan tidak nyaman menurun

b. Gelisah menurun

2) Rencana tindakanI.14561: Observasi

a. Monitor tanda tanda vital

b. Timbang berat badan

3) Terapeutik

a. Pertahankan postur tubuh yang benar

b. Lakukan perawatan kebersihan gigi dan mulut secara teratur

c. Jaga kebersihan vulva dan vagina

4) Edukasi

a. Anjurkan menghindari kelelahan

b. Ajarkan teknik relaksasi

19
5) Kolaborasi

a. Kolaborasi pemeriksaan labolatorium

 Kesiapan persalinan b.d status kesehatan ibu dan janin sehat

1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa

jam diharapkan status antepartum pasien membaik(L.07059).

Kriteria hasil:

a. Nausea menurun

b. Muntah menurun

c. Tekanan darah membaik

2) Rencana tindakan I.12437: Observasi

a. Identivikasi tingkat pengetahuan pasien

3) Terapeutik

a. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

b. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

c. Berikan kesempatan untuk bertanya

4) Edukasi

a. Jelaskan metode persalinan yang ibu inginkan

b. Anjurkan ibu cukup nutrisi

c. Anjurkan ibu mengenali bahaya persalinan

 Ansietas b.d kondisikehamilan perinatal

1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa

jam diharapkan status tingkat ansietas pasien menurun(L.09093).

Kriteria hasil:

20
a. Prilaku gelisah menurun

b. Pola tidur membaik

2) Rencana tindakan I.09314 Observasi

a. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah

b. Monitor tanda tanda ansietas

3) Terapeutik

a. Pahami situasi yang membuat ansietas

b. Dengarkan dengan penuh perhatian

c. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

4) Edukasi

a. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu

b. Latih teknik relaksasi

5) Kolaborasi

a. Kolaborasi pemberian obat anti ansietas, jika perlu

 Risiko infeksi d.d ketuban pecah sebelum waktunya

1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa

jam diharapkan status tingkat infeksi pasien menurun (L.14137).

Kriteria hasil:

a. Demam menurun

b. Nyeri menurun

c. Kadar sel darah putih membaik

2) Rencana tindakan I.14539: Observasi

a. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik

3) Terapeutik

21
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan

lingkungan pasien

4) Edukasi

a. Jelaskan tanda dan gejala infeksi

b. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar

5) Kolaborasi

a. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

 Defisit Pengetahuan b.d Ketidaktahuan menemukan sumber informasi

1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama beberapa

jam diharapkan tingkat pengetahuan pasien meningkat (L.12111).

Kriteria hasil:

a. Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang satu topic

meningkat

b. Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya yang sesuai

dengan topik

2) Rencana tindakan I.12383 : Observasi

a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima Informasi

3) Terapeutik

a. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

b. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

4) Edukasi

a. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

22
4. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan


Ansietas Selama di lakukan tindakan Anxiety reduction:
berhubungan keperawatan selama 1x shift 1. Gunakan pendekatan
dengan faktor diharapkan klien tidak mengalami yang menenangkan
psikologis kecemasan 2. Jelaskan semua
proses Kriteria Hasil: prosedur dan apa
menghadapi Anxieti Control yang dirasakan
persalinan 1. Monitor intensitas kecemasan selama prosedur
2. Menyingkirkan tanda 3. Dorong keluarga
kecemasan untuk menemani klien
3. Menurunkan stimulasi 4. Identifikasi tingkat
lingkungan ketika cemas kecemasan
4. Mencari informasi untuk 5. Berikan informasi
menurunkan cemas. faktual mengenai
diagnosis, tindakan
prognosis
Resiko infeksi Selama di lakukan tindakan Infection control
berhubungan keperawatan selama 1x shift 1. Bersihkan lingkungan
dengan ketuban diharapkan infeksi tidak terjadi setelah dipakai pasien
pecah dini Kriteria Hasil: lain
(KPD) Risk Control 2. Terapkan pencegahan
1. Pengetahuan tentang resiko aseptic
2. Memonitor faktor resiko dan 3. Jaga keseterilan alat
lingkungan yang digunakan
3. Memonitor faktor resiko dari 4. Cuci tangan setiap
perilaku personal sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
5. Pertahankan tehnik
isolasi
6. Monitor tanda tanda
vital.

23
DAFTAR PUSTAKA

Arma, Dkk. (2015). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta timur: CV. Trans

Info Media.

Sagita Darma Sari, SST, M.Kes. 2017. Kehamilan, Persalinan, Bayi Preterm &

Postterm Disertai Evidence Based. Jakarta: Noerfikri.

Fujiyarti. 2016. Hubungan Antara Usia Dan Paritas Ibu Bersalin Dengan Kejadian

Ketuban Pecah Dini Di Puskesmas PONED Cingambul Kabupaten Majalengka

Tahun 2016-2017. Vol 4: 1–9.

24

Anda mungkin juga menyukai