Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

MORBILI DI RUANG AL HAITAM

RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN

TANGGAL 5 – 10 AGUSTUS 2019

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Individu Pada


Stase Keperawatan Anak Program Profesi Ners

Oleh :

RINI AFRIANY, S.Kep

NIM : 18.31.1304

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

STIKES CAHAYA BANGSA BANJARMASIN

TAHUN 2019 – 2020


LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
MORBILI DI RUANG AL HAITAM
RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN
TANGGAL 5 – 10 AGUSTUS 2019

Oleh :

RINI AFRIANY, S.Kep

NIM : 18.31.1304

Banjarmasin,
Mengetahui,

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

LIYA HERLINA, S.Kep., Ns SITI JULEHA, S.Kep., Ns


LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN MORBILI

1. Definisi
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut yang ditandai oleh 3 stadium yaitu
stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi.
Morbili adalah penyakit virus akut dengan demam, radang selaput lendir dan
timbulnya erupsi kulit berupa bercak dan bintik merah, disusul pengelupasan.
Morbili adalah suatu penyakit yang sangat menular karena paramyxovirus
yang ditandai oleh prodromal infeksi saluran pernafasan atas dan bercak koplik
yang diikuti dengan rash makula popular kehitaman.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa morbili adalah
penyakit infeksi virus akut yang sangat menular yang ditandai dengan 3 stadium
yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan stadium konvalensi yang pada
umumnya menyerang pada anak.

2. Etiologi
Penyebab morbili adalah virus morbili yang berasal dari sekret saluran
pernafasan, darah dan urine dari yang terinfeksi.
Penyebaran infeksi melalui kontak langsung dengan droplet dari orang yang
terinfeksi. Masa inkubasi selama 10 – 20 hari, dimana periode yang sangat
menular adalah dari hari pertama hingga hari keempat setelah timbulnya rash
(pada umumnya pada stadium kataral).

3. Manifestasi klinis
a. Stadium Prodromal (kataral)
Demam, malaise, batuk, konjungtivitis, coryza terdapat bercak koplik
berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dikelilingi oleh eritema terletak di
mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah, timbul dua hari sebelum
munculnya rash. Stadium ini berlangsung selama 4 – 5 hari.
b. Stadium Erupsi
Coryza dan batuk bertambah, terjadi eritema yang berbentuk makula
popula disertai meningkatnya suhu tubuh. Mula-mula eritema terletak di
belakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut, dan bagian
belakang bawah. Kadang terdapat pendarahan ringan di bawah kulit.
Pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah belakang
leher.
c. Stadium Konvalensi
Erupsi berkurang dan meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang akan menghilang dengan sendirinya. Selanjutnya
diikuti gejala anorexia, malaise, limfedenopati.

4. Patofisiologi
Penularan virus yang infeksius sangat efektif, dengan sedikit virus yang
infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak
terjadi secara droplet melalui udara, terjadi antara 1 – 2 hari sebelum timbul
gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Lesi utama tampak ditemukan
pada kulit penderita, mukosa nasofarink, bronkus, saluran cerna dan konjungtiva
serta masuk ke dalam limfatik lokal. Virus memperbanyak diri dengan sangat
perlahan dan di situ mulai penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti limfa.
Sel mono nuklear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti
banyak. Virus masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan
epitel orofarink, konjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung kemih, dan usus. Pada
hari ke 9 – 10 fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan konjungtiva,
satu sampai dua lapisan mengalami nekrosis. Virus yang masuk ke pembuluh
darah menimbulkan manifestasi klinis dari sistem saluran nafas adalah batuk,
pilek, disertai konjungtivitis, demam tinggi, ruam menyebar ke seluruh tubuh,
timbul bercak koplik. Pada hari ke-14 sesudah awal infeksi akan muncul ruam
makulopopular dan saat itu antibodi humoral dapat dideteksi. Daya tahan tubuh
akan menurun sebagai akibat respon terhadap antigen virus terjadilah ruam pada
kulit. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan
memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa
bronkopnemoni, otitis dan lain-lain, 2002).
5. Pathway penyakit:

Virus morbili

Droplet infection

Eksudat yang serius, droliferasi


sel mononukleus,
polimorfonukleus

Reaksi Inflamasi : Demam,


suhu naik, Hipertermia
metabolisme naik, RR naik,
IWL naik

Penyebaran ke berbagai organ


melalui hematogen

Saluran cerna
Kulit menonjol
sekitar sebasea dan
folikel rambut
Saluran nafas Konjungtiva
Terdapat bercak koplik
berwarna Radang
kelabu dikelilingi eritema pada
Eritema membentuk
mukosa bukalis, berhadapan Batuk, pilek macula papula di
pada
kulit normal
molar, palatum durum, mole Konjungtivitis

Bronchopneumonia
Rash, ruam pada daerah
Mulut pahit timbul anoreksia balik telinga, leher, pipi,
muka, seluruh tubuh ,
deskuamasi rasa gatal
Ketidakefektifan
Ketidakseimbangan nutrisi
bersihan jalan nafas
kurang dari kebutuhan tubuh

Kerusakan integritas kulit


6. Pemeriksaan penunjang
Virus campak dapat ditelusuri melalui isolasi terhadap virus diswab/usap
tenggorok pada lapisan mukosa hidung. Konfirmasi diagnosa dengan
peningkatan antibodi netralisasi terhadap virus dilakukan pemeriksaan senologi
didapatkan IgM spesifik. Sediaan apus darah dapat menunjukkan adanya limfosit
abnormal serta pemeriksaan imunologis lainnya yang juga dapat membantu
(Bagian Ilmu Kesehatan Anak, 2002).

7. Penatalaksanaan medis dan keperawatan


Masalah yang sering terjadi pada anak dengan campak adalah:
a. Hipertermia
b. Kurang nutrisi
c. Risiko komplikasi
Pasien campak tanpa komplikasi dapat berobat jalan, pengobatan bersifat
simtomatik dengan pemberian antipiretik, antitusif, ekspektoran, dan
antikonvulsan bila diperlukan. Indikasi rawat inap untuk penderita campak yaitu
hiperpireksia (suhu >39 °C), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit atau adanya
komplikasi. Beberapa anak membutuhkan suplemen vitamin A. Anak-anak
dengan defisiensi vitamin A lebih mudah untuk terkena infeksi, termasuk
campak. WHO merekomendasikan vitamin A untuk semua anak dengan campak
disetiap negara dimana defisiensi vitamin A menjadi masalah dan berhubungan
dengan angka kematian. Serum dengan konsentrasi vitamin A yang rendah
ditemukan pada anak-anak dengan campak yang berat. Ribavirin merupakan obat
anti virus, yang dapat membantu mengobati penyakit campak yang berat atau
saat anak dengan daya tahan tubuh yang lemah.
Untuk pencegahan dapat diberikan imunisasi. Imunisasi yang diberikan dapat
berupa pasif dan aktif sebagai berikut :
a. Imunisasi aktif
Imunisasi aktif dapat dirangsang dengan memberikan virus campak hidup
yang dilemahkan, yang tidak menyebar melalui kontak dengan individu yang
divaksin. Imunisasi campak awal dapat diberikan pada usia 12-15 bulan tetapi
mungkin diberikan lebih awal pada daerah dimana penyakit lebih sering
terjadi. Imunisasi kedua terhadap campak biasanya diberikan sebagai
campak-parotitis-rubella terindikasi. Dosis ini dapat diberikan ketika anak
masuk sekolah dasar atau nanti pada saat masuk sekolah menengah.
b. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum
konvalesen, globulin plasenta, atau gamma globulin plasma. Campak dapat
dicegah dengan menggunakan immunoglobulin serum (gamma globulin)
dengan dosis 0,25 mL/kg diberikan secara intramuskuler dalam 5 hari
sesudah pemajanan tetapi lebih baik sesegera mungkin.
Tidak ada terapi terbaru bagi pasien yang tidak mengalami komplikasi.
Walaupun ribavirin menghambat replikasi virus campak invitro, tidak terlihat
hasil yang nyata pada pemberian invivo. Penggunaan antipiretik yang bijaksana
untuk demam tinggi dan obat penekan batuk mungkin bermanfaat secara
simptomatik. Pemberian pengobatan yang lebih spesifik seperti pemberian anti
mikroba yang tepat harus digunakan untuk mengobati komplikasi infeksi bakteri
sekunder.
Oleh karena campak jelas menurunkan cadangan vitamin A, yang
menimbulkan tingginya insiden xeroftalmia dan ulkus kornea pada anak yang
kurang gizi, WHO menganjurkan supplement vitamin A dosis tinggi di semua
daerah dengan defisiensi vitamin A. Supplement vitamin A juga telah
memperlihatkan penurunan frekuensi dan keparahan pneumonia dan
laringotrakeobronkitis akibat kerusakan virus campak pada epitel traktus
respiraturius bersilia. Pada bayi usia di bawah 1 tahun diberi vitamin A sebanyak
100.000 IU dan untuk pasien lebih tua diberikan 200.000 IU. Dosis ini diberikan
segera setelah diketahui terserang campak. Dosis kedua diberikan hari
berikutnya, bila terlihat tanda kekurangan vitamin A dimata dan diulangi 1
sampai 4 minggu kemudian.

8. Asuhan keperawatan pada klien dengan campak


a. Pengkajian
1) Identitas penderita
Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 th dengan
status gizi yang kurang dan sering mengalami penyakit infeksi, jenis
kelamin (L dan P pervalensinya sama), suku bangsa, no register, tanggal
masuk rumah sakit, diagnosa medis.
2) Keluhan utama
Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema
dibelakang telinga, di bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan
bagian belakang bawah, badan panas, enantema ( titik merah ) dipalatum
durum dan palatum mole.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada
orang tua atau anak tentang kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis,
koriza, bercak koplik dan enantema serta upaya yang telah dilakukan
untuk mengatasinya.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah
kontak dengan pasien campak.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi campak.
6) Riwayat imunisasi
Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II,
III; DPT I, II, III; dan campak.
7) Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori
untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat
badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.
Status Gizi klasifikasinya sebagai berikut :
a) Gizi buruk kurang dari 60%
b) Gizi kurang 60 % - <80 %
c) Gizi baik 80 % - 110 %
d) Obesitas lebih dari 120 %
b. Pemeriksaan fisik ( had to toe )
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan
tanda-tanda vital.
2) Kepala dan leher
Inspeksi : Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis,
fotofobia, adakah eritema dibelakang telinga, di bagian atas lateral
tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
Palpasi : adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula
dan didaerah leher belakang,
3) Mulut
Inspeksi : Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan
molar bawah, enantema di palatum durum dan palatum mole, perdarahan
pada mulut dan traktus digestivus.
4) Toraks
Inspeksi : Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring,
perdarahan pada hidung. Pada penyakit campak, gambaran penyakit
secara klinis menyerupai influenza.
Auskultasi : Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.
5) Abdomen
Inspeksi : Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit.
Auskultasi: Bising usus.
Perkusi : Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal,
misalnya masa atau pembengkakan.
6) Kulit
Inspeksi : Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.
Palpasi : Turgor kulit menurun

c. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


1) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
2) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan infeksi,
sekresi yang tertahan
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat
4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sensasi

d. Nursing Care Planning (NCP)


N Diagnosa NOC NIC
O keperawatan (Nursing Outcomes) (Nursing Intervention
Classification)
1 Hipertermi Setelah dilakukan tindakan Fever Treatment
berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 24 jam 1. Monitor suhu sesering
proses penyakit diharapkan suhu klien dalam mungkin
rentang normal dengan kriteria
hasil; 2. Monitor IWL
Thermoregulation
3. Monitor TTV
Indikator I E
Keterangan :
R R
1. Keluhan ekstrim 4. Monitor penurunan kesadaran
 Temperatur tubuh 2. Keluhan berat
sesuai yang 3. Keluhan sedang 5. Monitor Hb, WBC dan
diharapkan 4. Keluhan ringan
 Tidak ada nyeri otot 5. Tidak ada keluhan 6. Monitor intake dan output
 Denyut nadi sesuai
yang diharapkan 7. Berikan antipiretik
 Hidrasi adekuat
 Pernafasan sesuai 8. Berikan cairan intra vena
yang diharapkan
9. Kompres pasien pada lipat
 Melaporkan
paha dan aksila
kenyamanan suhu
tubuh 10. Tingkatkan sirkulasi udara

11. Bedrest
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas
bersihan jalan nafas keperawatan selama 2x24 jam 1. Pertahankan kepatenan jalan
berhubungan dengan diharapkan gangguan pertukaran gas nafas dengan melakukan
infeksi, sekresi yang teratasi, dengan kriteria hasil : pengisapan lendir.
tertahan Status pernafasan
Indikator IR E 2. Pantau status pernafasan dan
R oksigenasi sesuai dengan
 Frekuensi kebutuhan.
pernafasan
 Irama pernafasan 3. Auskultasi jalan nafas untuk
 Kedalaman mengetahui adanya penurunan
inspirasi ventilasi.
 Kepatenan jalan
nafas 4. Kolaborasi dengan dokter untuk
 Saturasi oksigen pemeriksaan AGD dan
pemakaian alat bantu nafas
Keterangan 5. Berikan oksigenasi sesuai
1. Deviasi berat dari kisaran kebutuhan.
normal
2. Deviasi yang cukup berat dari
kisaran normal
3. Deviasi sedang dari kisaran
normal
4. Deviasi ringan kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran
normal
3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari keperawatan selama 1 x 24, 1. Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh diharapkan klien dapat terpenuhi
berhubungan dengan kebutuhan nutrisinya. 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
Faktor Biologis Kriteria hasil : untuk menentukan jumlah
Nutritional Status kalori dan nutrisi yang
Indikator IR ER dibutuhkan pasien
 Intake zat gizi
(nutrien) 3. Berikan makanan yang terpilih
 Intake (sudah dikonsultasikan dengan
makanan dan ahli gizi)
cairan
 Energy 4. Ajarkan pasien bagaimana
 Masa tubuh membuat catatan makanan
 Berat badan harian
 Ukuran
5. Monitor jumlah nutrisi dan
kebutuhan
kandungan kalori
nutrisi secara
biokimia
6. Berikan informasi tentang
Keterangan:
kebutuhan nutrisi
1. Kuat
7. Kaji kemampuan pasien untuk
2. Berat
mendapatkan nutrisi yang
3. Sedang
dibutuhkan
4. Ringan
5. Tidak ada
Monitor Nutrisi
1. BB pasien dalam batas normal

2. Monitor adanya penurunan BB

3. Monitor tipe dan jumlah


aktivitas yang biasa dilakukan

4. Monitor lingkungan Selama


makan

5. Jadwalkan pengobatan dan


tindakan tidak selama jam
makan

6. Monitor mual dan muntah

7. Monitor kadar albumin,


protein total, Hb dan kadar Ht
4 Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan Perawatan Kulit : Pengobatan
kulit berhubungan keperawatan selama 1 x 24, Topikal
dengan gangguan diharapkan integritas kulit normal. 1. Pakaikan pasien pakaian yang
sensasi Kriteria hasil : longgar
Integritas Jaringan : Kulit &
Membran Mukosa 2. Pakaikan popok yang longgar
Indikator IR ER dengan tepat
 Suhu kulit
 Sensasi 3. Berikan bedak kering kedalam
 Elastisitas lipatan kulit
 Hidrasi
 Tekstur 4. Berikan antibiotic ; anti
inflamasi topical untuk daerah
 Integritas kulit
yang terkena dengan tepat
Keterangan:
1. Sangat terganggu
5. Berikan pembersih topical
2. Banyak terganggu
pada daerah yang terkena
3. Cukup terganggu
dengan tepat
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
6. Periksa kulit setiap hari bagi
pasien yang berisiko
mengalami kerusakan kulit

7. Dokumentasikan derajat
kerusakan kulit

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall dan Moyet, 2010. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi
13. EGC : Jakarta

Herdman, Heather T dan Kamitsuru, Shigemi, 2017. Diagnosis Keperawatan Definisi


dan Klasifikasi 2015 – 2017. Edisi 10. EGC : Jakarta

Hidayat A.A. 2009 Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika

McGee, P., 2013. Measles, mumps, and rubella. Diversity and Equality in Health and
Care, Volume 10, pp. 123-5

Riyadi S & Sukarmin. 2009 Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu

Sodikin. 2012. Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Syaifuddin, 2011. Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan dan Kebidanan. Edisi 4.


EGC : Jakarta.

Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9. Jakarta :


EGC.

Wong, L., Donna. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong, Ed. 6, Vol.2.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai