Oleh :
NIM : 18.31.1304
Oleh :
NIM : 18.31.1304
Banjarmasin,
Mengetahui,
1. Definisi
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut yang ditandai oleh 3 stadium yaitu
stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi.
Morbili adalah penyakit virus akut dengan demam, radang selaput lendir dan
timbulnya erupsi kulit berupa bercak dan bintik merah, disusul pengelupasan.
Morbili adalah suatu penyakit yang sangat menular karena paramyxovirus
yang ditandai oleh prodromal infeksi saluran pernafasan atas dan bercak koplik
yang diikuti dengan rash makula popular kehitaman.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa morbili adalah
penyakit infeksi virus akut yang sangat menular yang ditandai dengan 3 stadium
yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan stadium konvalensi yang pada
umumnya menyerang pada anak.
2. Etiologi
Penyebab morbili adalah virus morbili yang berasal dari sekret saluran
pernafasan, darah dan urine dari yang terinfeksi.
Penyebaran infeksi melalui kontak langsung dengan droplet dari orang yang
terinfeksi. Masa inkubasi selama 10 – 20 hari, dimana periode yang sangat
menular adalah dari hari pertama hingga hari keempat setelah timbulnya rash
(pada umumnya pada stadium kataral).
3. Manifestasi klinis
a. Stadium Prodromal (kataral)
Demam, malaise, batuk, konjungtivitis, coryza terdapat bercak koplik
berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dikelilingi oleh eritema terletak di
mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah, timbul dua hari sebelum
munculnya rash. Stadium ini berlangsung selama 4 – 5 hari.
b. Stadium Erupsi
Coryza dan batuk bertambah, terjadi eritema yang berbentuk makula
popula disertai meningkatnya suhu tubuh. Mula-mula eritema terletak di
belakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut, dan bagian
belakang bawah. Kadang terdapat pendarahan ringan di bawah kulit.
Pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah belakang
leher.
c. Stadium Konvalensi
Erupsi berkurang dan meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang akan menghilang dengan sendirinya. Selanjutnya
diikuti gejala anorexia, malaise, limfedenopati.
4. Patofisiologi
Penularan virus yang infeksius sangat efektif, dengan sedikit virus yang
infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak
terjadi secara droplet melalui udara, terjadi antara 1 – 2 hari sebelum timbul
gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Lesi utama tampak ditemukan
pada kulit penderita, mukosa nasofarink, bronkus, saluran cerna dan konjungtiva
serta masuk ke dalam limfatik lokal. Virus memperbanyak diri dengan sangat
perlahan dan di situ mulai penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti limfa.
Sel mono nuklear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti
banyak. Virus masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan
epitel orofarink, konjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung kemih, dan usus. Pada
hari ke 9 – 10 fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan konjungtiva,
satu sampai dua lapisan mengalami nekrosis. Virus yang masuk ke pembuluh
darah menimbulkan manifestasi klinis dari sistem saluran nafas adalah batuk,
pilek, disertai konjungtivitis, demam tinggi, ruam menyebar ke seluruh tubuh,
timbul bercak koplik. Pada hari ke-14 sesudah awal infeksi akan muncul ruam
makulopopular dan saat itu antibodi humoral dapat dideteksi. Daya tahan tubuh
akan menurun sebagai akibat respon terhadap antigen virus terjadilah ruam pada
kulit. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan
memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa
bronkopnemoni, otitis dan lain-lain, 2002).
5. Pathway penyakit:
Virus morbili
Droplet infection
Saluran cerna
Kulit menonjol
sekitar sebasea dan
folikel rambut
Saluran nafas Konjungtiva
Terdapat bercak koplik
berwarna Radang
kelabu dikelilingi eritema pada
Eritema membentuk
mukosa bukalis, berhadapan Batuk, pilek macula papula di
pada
kulit normal
molar, palatum durum, mole Konjungtivitis
Bronchopneumonia
Rash, ruam pada daerah
Mulut pahit timbul anoreksia balik telinga, leher, pipi,
muka, seluruh tubuh ,
deskuamasi rasa gatal
Ketidakefektifan
Ketidakseimbangan nutrisi
bersihan jalan nafas
kurang dari kebutuhan tubuh
11. Bedrest
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas
bersihan jalan nafas keperawatan selama 2x24 jam 1. Pertahankan kepatenan jalan
berhubungan dengan diharapkan gangguan pertukaran gas nafas dengan melakukan
infeksi, sekresi yang teratasi, dengan kriteria hasil : pengisapan lendir.
tertahan Status pernafasan
Indikator IR E 2. Pantau status pernafasan dan
R oksigenasi sesuai dengan
Frekuensi kebutuhan.
pernafasan
Irama pernafasan 3. Auskultasi jalan nafas untuk
Kedalaman mengetahui adanya penurunan
inspirasi ventilasi.
Kepatenan jalan
nafas 4. Kolaborasi dengan dokter untuk
Saturasi oksigen pemeriksaan AGD dan
pemakaian alat bantu nafas
Keterangan 5. Berikan oksigenasi sesuai
1. Deviasi berat dari kisaran kebutuhan.
normal
2. Deviasi yang cukup berat dari
kisaran normal
3. Deviasi sedang dari kisaran
normal
4. Deviasi ringan kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran
normal
3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari keperawatan selama 1 x 24, 1. Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh diharapkan klien dapat terpenuhi
berhubungan dengan kebutuhan nutrisinya. 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
Faktor Biologis Kriteria hasil : untuk menentukan jumlah
Nutritional Status kalori dan nutrisi yang
Indikator IR ER dibutuhkan pasien
Intake zat gizi
(nutrien) 3. Berikan makanan yang terpilih
Intake (sudah dikonsultasikan dengan
makanan dan ahli gizi)
cairan
Energy 4. Ajarkan pasien bagaimana
Masa tubuh membuat catatan makanan
Berat badan harian
Ukuran
5. Monitor jumlah nutrisi dan
kebutuhan
kandungan kalori
nutrisi secara
biokimia
6. Berikan informasi tentang
Keterangan:
kebutuhan nutrisi
1. Kuat
7. Kaji kemampuan pasien untuk
2. Berat
mendapatkan nutrisi yang
3. Sedang
dibutuhkan
4. Ringan
5. Tidak ada
Monitor Nutrisi
1. BB pasien dalam batas normal
7. Dokumentasikan derajat
kerusakan kulit
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall dan Moyet, 2010. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi
13. EGC : Jakarta
Hidayat A.A. 2009 Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika
McGee, P., 2013. Measles, mumps, and rubella. Diversity and Equality in Health and
Care, Volume 10, pp. 123-5
Riyadi S & Sukarmin. 2009 Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu
Sodikin. 2012. Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Wong, L., Donna. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong, Ed. 6, Vol.2.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC