A. DEFINISI
- Pleuritis / radang pleura (Pleurisy/Pleurisis/ Pleuritic chest pain) adalah suatu
peradangan pada pleura (selaput yang menyelubungi permukaan paru-paru).
- Radang pleura dapat berlagsung secara subakut, akut atau kronois, dengan ditandai
perubahan proses pernafasan yang intensitasnya tergantung pada beratnya proses
radang. Pada yang berlangsung subakut proses radang biasanya dibarengi dengan
empiema serta mengakibatkan layuhnya sebagian paru-paru, hingga pernafasan akan
mengalami kesulitan (dispnoea).
- Pleurisi terjadi jika suatu penyebab (biasanya virus atau bakteri) mengiritasi pleura,
sehingga terjadi peradangan.
Bila disertai dengan penimbunan cairan di rongga pleura maka disebut efusi pleura
tetapi bila tidak terjadi penimbunan cairan di rongga pleura, maka disebut pleurisi
kering.
Setelah terjadi peradangan, pleura bisa kembali normal atau terjadi perlengketan.
B. FISIOLOGIS
Sistem pernafasan atau disebut juga sistem respirasi yang berarti “bernafas lagi” mempunyai
peran atau fungsi menyediakan oksigen (O2) serta mengeluarkan carbon dioksida (CO2) dari
tubuh. Fungsi penyediaan O2 serta pengeluaran CO2 merupakan fungsi yang vital bagi
kehidupan.
1) Ventilasi
Adalah proses pengeluaran udara ke dan dari dalam paru. Proses ini terdiri atas 2
tahap : Inspirasi yaitu pergerakan udara dari luar ke dalam paru. Inspirasi terjadi
dengan adanya kontraksi otot diafragma dan interkostalis eksterna yang menyebabkan
volume thorax membesar sehingga tekanan intra alveolar menurun dan udara masuk
ke dalam paru.
Ekspirasi yaitu pergerakan udara dari dalam ke luar paru yang terjadi bila otot-otot
expirasi relaxasi sehingga volume thorax mengecil yang secara otomatis menekan
intra pleura dan volume paru mengecil dan tekanan intra alveola menurun sehingga
3) Transport gas
Yaitu perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke paru dengan bantuan
dalam sel serta pembuatan CO2 yang juga disebut pernafasan seluler. (Alsagaff H,
Permukaan rongga pleura berbatasan lembab sehingga mudah bergerak satu ke yang lainnya
(John Gibson, MD, 1995, 123). Dalam keadaan normal seharusnya tidak ada rongga kosong
diantara kedua pleura karena biasanya hanya terdapat sekitar 10-20 cc cairan yang merupakan
lapisan tipis serosa yang selalu bergerak secara teratur (Soeparman, 1990, 785). Setiap saat
jumlah cairan dalam rongga pleura bisa menjadi lebih dari cukup untuk memisahkan kedua
pleura, maka kelebihan tersebut akan dipompa keluar oleh pembuluh limfatik (yang
membuka secara langsung) dari rongga pleura ke dalam mediastinum. Permukaan superior
dari diafragma dan permukaan lateral dari pleura parietis disamping adanya keseimbangan
antara produksi oleh pleura parietalis dan absorbsi oleh pleura viseralis . Oleh karena itu
ruang pleura disebut sebagai ruang potensial. Karena ruang ini normalnya begitu sempit
sehingga bukan merupakan ruang fisik yang jelas. (Guyton dan Hall, Ege,1997, 607).
C. ETIOLOGI
Adanya radang pleura yang bersifat awal, sebelum terbentuknya cairan eksudasi radang,
kedua lapisan pleura, yaitu pleura parietalis dan visceralis, saling bergesekan oleh karena
keduanya mengalami penebalan. Gesekan antara keduanya akan menimbulkan suara
friksi dalam pemeriksaan auskultasi. Pada proses yang berlangsung akut, rasa sakit terjadi
sebagai akibat meningkatnya kepekaan syaraf sensoris pada pleura yang mengalami
radang. Hal tersebut menyebabkan kurang leluasanya pengembangan dinding dada,
hingga pernafasan lebih banyak dilakukan oleh otot-otot perut (pernafasan abdominal).
Untuk mengurangi rasa sakit, pernafasan dilakukan dengan cepat dan intensitas yang
dangkal. Oleh adanya cairan yang kemudian terbentuk, sebagai produk radang, volume
rongga pleura berkurang dan tekanan negatif di dalamnya akan berkurang. Hal terakhir
mengakibatkan kemampuan berkembang dari alveoli paru-paru juga menurun, dan hal
tersebut mengakibatkan penderita cepat menjadi lelah meskipun hanya melakukan kerja
fisik yang ringan.
Bagian paru-paru yang tercelup di dalam cairan radang, yang sifatnya purulen,
mukopurulen, atau serosanguineus, akan cepat mengalami disfungsi dan mengalami
atelektasis. Lobus paru-paru yang paling sering menderita atelektasis adalah lobus
ventralis. Dalam keadaan demikian, bagian paru-paru tersebut tidak lagi berfungsi, dan
untuk menutupi kebutuhan oksigen akan diikuti dengan kerja lebih, sebagai kompensasi,
dari jaringa paru-paru yang lain. Jantung yang tercelup di dalam cairan radang juga akan
mengalami degenerasi, hingga gejala kelemahan jantung juga akan dapat diamati.
Kompresi cairan atas jantung, terutama pada atriumnya, menyebabkan bendungan pada
vena-vena yang besar, antara lain vena jugularis. Bendungan tersebut akan dilihat dari
luar dengan mudah.
Mungkin cairan radang dapat mengalami penyerapan, hingga pleura yang meradang
menjadi ”kering”. Dalam keadaan demikian biasanya terjadi adesi pada pleura hingga
menyebabkan pertautan paru-paru dengan dinding dada, yang selanjutnya hal tersebut
menyebabkan penurunan kemampuan paru-paru untuk berkembang sesuai dengan
kemampuan normalnya. Gejala-gejala perubahan pernafasan akan segera tampak bila
penderita dikerjakan agak berat.
Radang pleura yang disebabkan oleh kuman hampair selalu diikuti dengan gejala
toksemia, yang disebabkan oleh terbebasnya toksin kuman maupun karena hasil
pemecahan reruntuhan jaringan.
F. PROGNOSIS
Prognosis radang pleura tidak selalu menggembirakan. Hal tersebut disebabkan oleh
kesukaran dalam penanganan kasus, yang seharusnya penderita ditempatkan pada tempat
yang hangat, bersih, dan tidak berdebu, serta kesulitan dalam menghentikan proses
radang.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Rontgen dada / Sinar tembus dada
b. Ultrasonografi pleura: menentukan adanya cairan dalam rongga pleura.
c. CT scan dada
d. Torakosentesis
i. Warna cairan : Cairan pleura berwarna kekuning-kuningan
- Bila agak kemerah-merahan dapat terjadi pada trauma, infark paru, keganasan dan
adanya kebocoran aneurisma aorta.
- Bila Kuning kehijauan dan agak purulen, ini menunjukkan adanya empiema.
- Bila merah coklat, ini menunjukkan adanya abses karena ameba.
ii. Biokimia : basil tahan asam (untuk tuberculosis), hitung sel darah merah dan
putih, kadar pH, glukosa, amilase.
iii. Sitologi : sel neutrofil, sel limfosit, sel mesotel, sel mesotel maligna, sel-sel besar
dengan banyak inti, sel lupus eritematosus sistemik.
iv. Bakteriologi
e. Biopsi pleura
H. KOMPLIKASI
Kekurangan oksigen yang disebabkan oleh toksemia dan akibat radang paru-paru
yang mengikutinya, penderita dapat mengalami kematian setiap saat.
I. PENATALAKSANAAN
K. PERENCANAAN KPERAWATAN
Nyeri akut b/d proses NOC : NIC :
infeksi Pain
Level, Pain Management
pain Lakukan pengkajian nyeri
control, secara komprehensif
Definisi : comfort termasuk lokasi,
level karakteristik, durasi,
Sensori yang tidak Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas dan
menyenangkan dan faktor presipitasi
pengalaman emosional Mampu Observasi reaksi nonverbal
mengontrol nyeri dari ketidaknyamanan
yang muncul secara aktual
(tahu penyebab Gunakan teknik komunikasi
atau potensial kerusakan nyeri, mampu terapeutik untuk
jaringan atau menggunakan mengetahui pengalaman
menggambarkan adanya tehnik nyeri pasien
kerusakan (Asosiasi Studi nonfarmakologi Kaji kultur yang
Nyeri Internasional): untuk mengurangi mempengaruhi respon nyeri
serangan mendadak atau nyeri, mencari Evaluasi pengalaman nyeri
bantuan) masa lampau
pelan intensitasnya dari
Melaporkan bahwa Evaluasi bersama pasien
ringan sampai berat yang nyeri berkurang dan tim kesehatan lain
dapat diantisipasi dengan dengan tentang ketidakefektifan
akhir yang dapat diprediksi menggunakan kontrol nyeri masa lampau
dan dengan durasi kurang manajemen nyeri Bantu pasien dan keluarga
dari 6 bulan. Mampu mengenali untuk mencari dan
nyeri (skala, menemukan dukungan
intensitas, Kontrol lingkungan yang
frekuensi dan tanda dapat mempengaruhi nyeri
Batasan karakteristik : nyeri) seperti suhu ruangan,
Menyatakan rasa pencahayaan dan
- Laporan secara verbal nyaman setelah kebisingan
atau non verbal nyeri berkurang Kurangi faktor presipitasi
- Fakta dari observasi Tanda vital dalam nyeri
- Posisi antalgic untuk rentang normal Pilih dan lakukan
menghindari nyeri penanganan nyeri
- Gerakan melindungi (farmakologi, non
- Tingkah laku berhati- farmakologi dan inter
hati personal)
- Muka topeng Kaji tipe dan sumber nyeri
- Gangguan tidur (mata untuk menentukan
sayu, tampak capek, intervensi
sulit atau gerakan Ajarkan tentang teknik non
kacau, menyeringai) farmakologi
- Terfokus pada diri Berikan analgetik untuk
sendiri mengurangi nyeri
- Fokus menyempit Evaluasi keefektifan kontrol
(penurunan persepsi nyeri
waktu, kerusakan Tingkatkan istirahat
proses berpikir, Kolaborasikan dengan
penurunan interaksi dokter jika ada keluhan dan
dengan orang dan tindakan nyeri tidak
lingkungan) berhasil
- Tingkah laku distraksi, Monitor penerimaan pasien
contoh : jalan-jalan, tentang manajemen nyeri
menemui orang lain
dan/atau aktivitas,
aktivitas berulang-
ulang) Analgesic Administration
- Respon autonom
(seperti diaphoresis, Tentukan lokasi,
perubahan tekanan karakteristik, kualitas, dan
darah, perubahan nafas, derajat nyeri sebelum
nadi dan dilatasi pupil) pemberian obat
- Perubahan autonomic Cek instruksi dokter tentang
dalam tonus otot jenis obat, dosis, dan
(mungkin dalam frekuensi
rentang dari lemah ke Cek riwayat alergi
kaku) Pilih analgesik yang
- Tingkah laku ekspresif diperlukan atau kombinasi
(contoh : gelisah, dari analgesik ketika
merintih, menangis, pemberian lebih dari satu
waspada, iritabel, nafas Tentukan pilihan analgesik
panjang/berkeluh tergantung tipe dan
kesah) beratnya nyeri
- Perubahan dalam nafsu Tentukan analgesik pilihan,
makan dan minum rute pemberian, dan dosis
optimal
Pilih rute pemberian secara
Faktor yang berhubungan : IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
Agen injuri (biologi, kimia, Monitor vital sign sebelum
fisik, psikologis) dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret di jalan
napas
Batasan karakteristik :
1. Kaji fungsi paru, adanya bunyi napoas 1. Penurunan bunyi napas mungkin
tambahan, perubahan irama dan kedalaman, menandakan atelektasis, ronchi,
penggunaan otot-otot aksesori wheezing menunjukkan adanya
akumulasi sekret, dan ketidakmampuan
untuk membersihkan jalan napas
menyebabkan penggunaan otot aksesori
dan peningkatan usaha bernapas.
- Bronchodilator
- Kortikosteroid
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kemampuan ekspansi
paru, kerusakan membran akveolar kapiler.
Batasan karakteristik :
- Klien akan :
Respiratory status :
Ventilation Airway Management
Definisi : Pertukaran udara Respiratory status : Buka jalan nafas,
inspirasi dan/atau ekspirasi Airway patency guanakan teknik chin lift
tidak adekuat Vital sign Status atau jaw thrust bila perlu
Kriteria Hasil : Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Mendemonstrasikan
Identifikasi pasien
Batasan karakteristik : batuk efektif dan
perlunya pemasangan alat
suara nafas yang
jalan nafas buatan
- Penurunan tekanan bersih, tidak ada
inspirasi/ekspirasi Pasang mayo bila perlu
sianosis dan
- Penurunan pertukaran udara dyspneu (mampu Lakukan fisioterapi dada
per menit mengeluarkan jika perlu
- Menggunakan otot sputum, mampu Keluarkan sekret dengan
pernafasan tambahan bernafas dengan batuk atau suction
- Nasal flaring mudah, tidak ada Auskultasi suara nafas,
- Dyspnea pursed lips) catat adanya suara
- Orthopnea Menunjukkan jalan tambahan
- Perubahan penyimpangan nafas yang paten Lakukan suction pada
dada (klien tidak merasa mayo
- Nafas pendek tercekik, irama Berikan bronkodilator
- Assumption of 3-point nafas, frekuensi bila perlu
position pernafasan dalam Berikan pelembab udara
- Pernafasan pursed-lip rentang normal, Kassa basah NaCl
- Tahap ekspirasi berlangsung tidak ada suara Lembab
sangat lama nafas abnormal) Atur intake untuk cairan
- Peningkatan diameter Tanda Tanda vital mengoptimalkan
anterior-posterior dalam rentang keseimbangan.
- Pernafasan rata-rata/minimal normal (tekanan Monitor respirasi dan
Bayi : < darah, nadi, status O2
25 atau > 60 pernafasan)
Usia 1-
4 : < 20 atau > 30 Terapi Oksigen
Usia 5-
14 : < 14 atau > 25 Bersihkan mulut, hidung
Usia > dan secret trakea
14 : < 11 atau > 24 Pertahankan jalan nafas
- Kedalaman pernafasan yang paten
Dewasa Atur peralatan oksigenasi
volume tidalnya 500 ml Monitor aliran oksigen
saat istirahat Pertahankan posisi pasien
Bayi Onservasi adanya tanda
volume tidalnya 6-8 tanda hipoventilasi
ml/Kg Monitor adanya
- Timing rasio kecemasan pasien
- Penurunan kapasitas vital terhadap oksigenasi
Faktor yang berhubungan :
Temperature regulation
Monitor suhu
minimal tiap 2 jam
Rencanakan
monitoring suhu
secara kontinyu
Monitor TD, nadi,
dan RR
Monitor warna dan
suhu kulit
Monitor tanda-tanda
hipertermi dan
hipotermi
Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
Selimuti pasien
untuk mencegah
hilangnya
kehangatan tubuh
Ajarkan pada pasien
cara mencegah
keletihan akibat
panas
Diskusikan tentang
pentingnya
pengaturan suhu dan
kemungkinan efek
negatif dari
kedinginan
Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletihan dan
penanganan
emergency yang
diperlukan
Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
Berikan anti piretik
jika perlu
dengan peningkatan metabolisme tubuh, penurunan nafsu makan akibat sesak nafas.
Rencana tindakan :
Rasional : Bau mulut yang kurang sedap dapat mengurangi nafsu makan.
makan.
(zevity, ensure, socal, putmocare) jika intake diet terus menurun lebih 30 %
dari kebutuhan.
Rasional : Peningkatan intake protein, vitamin dan mineral dapat menambah
lebih rileks dan santai, nafas teratur dengan frekuensi 16-24 kali
Rencana tindakan :
fowler.
Gangguan pola tidur dan istirahat sehubungan dengan batuk yang menetap dan nyeri
pleuritik.
terpenuhi.
Kriteria hasil : Pasien tidak sesak nafas, pasien dapat tidur dengan nyaman tanpa
waktu 30-40 menit dan pasien beristirahat atau tidur dalam waktu
Rencana tindakan :
Rasional : Mengubah pola yang sudah menjadi kebiasaan sebelum tidur akan
kondisi pasien.
Rencana tindakan :
a. Evaluasi respon pasien saat beraktivitas, catat keluhan dan tingkat aktivitas
aktivitas.
selanjutnya.
penuh.
istirahat.
kurangnya informasi.
Tujuan : Pasien dan keluarga tahu mengenai kondisi dan aturan pengobatan.
Kriteria hasil :
Rencana tindakan :
intervensi terapeutik.
Rasional : Penyakit paru yang ada seperti PPOM berat, penyakit paru infeksi
c. Kaji ulang tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat (contoh,
d. Kaji ulang praktik kesehatan yang baik (contoh, nutrisi baik, istirahat,
latihan).
1. Evaluasi
adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien,
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang
nafas, nyeri dada sehingga dapat melaporkan segera ke dokter atau perawat yang
merawatnya.
Carpenito, Lynda Juall (1995), Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC,
Jakarta
Doengoes, Marilyn (1989), Nursing Care Plans Second Edition, FA Davis Company,
Philadelphia
Soeparman (1996), Ilmu Penyakit Dalam jilid 2, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Sjamsuhidajat, R (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi revisi, EGC, Jakarta