Anda di halaman 1dari 14

PENDAHULUAN

1. PENGERTIAN PLEURITIS

Pleura adalah kantung berlapis dua yang menahan paru-paru dan


memisahkannya dari dinding dada, diafragma, dan hati. Pleura merupakan
membran serosa yang menyelimuti paru-paru. Pleura ada dua macam yaitu pleura
parietal yang bersinggungan dengan rongga dada (lapisan luar paru-paru) dan
pleura visceral yang menutupi setiap paru-paru. Diantara kedua pleura terdapat
cairan pleura seperti selaput tipis yang memungkinkan kedua permukaan tersebut
bergesekan satu sama lain selama respirasi, dan mencegah pelekatan dada dengan
paru-paru.1
Pleuritis adalah peradangan pada selaput paru-paru dan dada (pleura) yang
menyebabkan rasa sakit di dada. Radang pleura dapat berlangsung secara akut,
atau kronik, dengan ditandai perubahan proses radang, biasanya disertai dengan
empiema. Pada yang berlangsung akut penderita mengalami kesakitan waktu
bernafas hingga pernafasan jadi dangkal, cepat serta bersifat abdominal.
Sedangkan perlangsung yang kronis, terjadi pada waktu istirahat dan tidak
tampak adanya perubahan pada proses pernafasannya. Bila disertai dengan
penimbunan cairan di rongga pleura, maka disebut pleuritis kering. Pleuritis
Adalah keradangan pleura tanpa disertai efusi. Disebut juga Fibrinous pleurisy
atau dry pleurisy

Pleuritis bisa sembuh sendiri atau semakin memburuk, sehingga cairan harus
dikeluarkan dari paru-paru. Pada beberapa orang, pleuritis berkembang menjadi
jaringan parut yang disebut adhesi setelah mereka mengalami pleuritis. Mereka
kemudian memiliki sakit kronis atau sesak napas.2
Dari data yang didapatkan bahwa dari 60% kasus yang diakibatkan oleh
cairan, 25% disebabkan oleh kasus purulen, 15% kasus perdarahan, dan
tuberkulosis merupakan penyebab yang paling sering dengan 37% kasus.3 Untuk
mendiagnosis penyakit ini dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis, dan
pemeriksaan penunjang lainnya.

1
2. ANATOMI PLEURA

Pleura terdiri dari 2 membran serosa, salah satu yang melindungi paru
(pleura visceral) dan yang satu meliputi dinding dada bagian dalam (pleura
parietalis).Permukaannya saling melekat di atas satu sama lain, memfasilitasi
gerakan paru selama berbagai tahapan respirasi. Diantara kedua lapisan tersebut
ada sekitar 10-20 ml cairan bening yang berfungsi sebagai pelumas antara lapisan.
Cairan terus diserap dan digantikan, terutama melalui lapisan luar dari pleura.
Tekanan di dalam pleura adalah negatif dan menjadi bahkan lebih negatif selama
inspirasi (menghirup). Tekanan menjadi kurang negatif selama ekspirasi
(menghembuskan). Oleh karena itu, ruang antara dua lapisan dari pleura selalu
5
memiliki tekanan negatif. Transisi antara parietalis dan visceral pleura adalah
pada hilus paru atau akar paru-paru. Pada tingkat ini, refleksi meliputi konstituen
hilus, kecuali inferior, yang mana refleksi meluas ke diafragma dan disebut
triangular atau ligamen pulmonary inferior. 6

Pleura parietal lebih kompleks anatomisnya daripada pleura visceral,


karena mencakup sepenuhnya permukaan dalam dinding dada melalui lapisan
berserat yang dikenal sebagai fasia endothotracic.6

Gambar1. Pleura

2
3. ETIOLOGI

Penyebab dari pleuritis adalah:

1. Infeksi virus
Infeksi virus merupakan penyebab yang paling tersering menyebabkan
pleuritis. Virus yang diketahui sering menyebabkan terjadinya pleuritis
adalah virus influenza, parainfluenza, coxackievirus, respiratory synctyal
virus, mups, cytomegalovirus, adenovirus, dan virus Ebstein-barr.7
2. Infeksi bakteri
Bakteri strptococcus dan staphylococcus.Meticillin Resistant
Staphylococcus aureus (MRSA) adalah jenis bakteri yang telah resiten
terhadap antibiotik dan merupakan penyebab umum dari pleuritis yang
disebabkan oleh bakteri, yang mana paling sering didapatkan pada pasien
yang dirawat di rumah sakit.8
3. Tuberkulosis
Merupakan infeksi primer dari bakteri mycobacterium tuberculosa serta
menyerang populasi yang lebih muda.9
4. Emboli paru
Emboli paru adalah penyebab yang paling sering mengancam nyawa,
ditemukan dalam 5 sampai 20 persen pasien yang hadir ke gawat darurat
dengan nyeri pleuritik.7

3
5. Inhalasi bahan kimia atau zat beracun: paparan terhadap beberapa agen
pembersih seperti amonia.
6. Collagen Vascular Disease: lupus, rheumatoid arthritis.
7. Kanker: contohnya, penyebaran dari kanker paru-paru atau kanker
payudara ke pleura
8. Tumor pleura: mesothelioma atau sarkoma
9. Atherosclerosis: gagal jantung.
10. Obstruksi saluran getah bening: sebagai akibat dari tumor paru.
11. Trauma: patah tulang rusuk atau iritasi dari rongga dada yang digunakan
untuk mengalirkan udara atau cairan dari rongga pleura di dada.
12. Obat-obatan tertentu: obat-obatan yang dapat menyebabkan sindom seperti
lupus (seperti hydralazine [Apresoline], Procan [Pronestyl, Procan-SR,
Procanbid - merek ini tidak lagi tersedia di AS], phenytoin [Dilantin], dan
lain-lain).
13. Proses abdominal: seperti pankreatitis, sirosis hati, penyakit kandung
empedu, dan kerusakan limpa.
14. Pneumotoraks: udara di dalam rongga pleura, terjadi secara spontan atau
dari trauma.

Di bawah ini merupakan etiologi nyeri pleuritik berdasarkan onsetnya:

Onset Etiologies
Akut (menit sampai jam) Infark miokard
Emboli paru
Pnumothoraks spontan
Trauma
Subakut (hari sampai jam) Infeksi
Proses inflamasi
kronik (hari sampai minggu)keganasan
Arthritis rematoid
Tuberkulosis
Berulang Familial Mediterranean fever
Tabel 2. Etiologi nyeri pleuritik7

4. JENIS-JENIS PLEURITIS

4
4.1 Berdasarkan etiologi:
1. Pleuritis karena Virus dan Mikoplasma
Efusi pleura karena virus atau mikoplasma agak jarang. Bila terjadi
jumlahnya tidak banyak dan kejadiannya hanya selintas saja. Jenis-jenis
virusnya adalah: echovirus, Coxsackie group, chlamidia, rivkettsia, dan
mikoplasma.
Cairan efusi biasanya eksudat dan berisi leukosit antara 100-6.000 per
cc. Gejala penyakit dapat dengan keluhan sakit kepala, demam, malaise,
mialgia, sakit dada, sakit perut. Kadang-kadang ditemukan juga gejala-gejala
perikarditis. Diagnosis ditegakkan dengan menemukan virus dalam cairan
efusi, tapi cara termudah adalah dengan mendeteksi antibodi terhadap virus
dalam cairan efusi.

2. Pleuritis karena Bakteri Piogenik


Permukaan pleura oleh bakteri yang berasal dari jaringan parenkim
paru dan menjalar secara hematogen, dan jarang yang melalui penetrasi
diafragma, dinding dada atau esophagus.

3. Pleuritis Tuberkulosis
Permulaan penyakit ini terlihat sebagai efusi yang sero-santokrom dan
bersifat eksudat. Penyakit ini kebanyakan terjadi sebagai komplikasi
tuberculosis paru melaluifocus subpleura yang robek atau melalui aliran getah
bening.
Diagnosis utama berdasarkan adanya kuman tuberculosis dalam cairan
efusi(biakan) atau dengan biopsy jaringan pleura. Pengobatan dengan obat-obat
anti tuberculosis (Rifampisin, INH,Pirazinamid/etambutol/Streptomisin)
memakan waktu 6-12 bulan.

4. Pleuritis Fungi
Pleuritis karena fungi amat jarang. Biasanya terjadi karena penjalaran
infeksi fungi dari jaringan paru. Jenis fungi penyebab pleuritis adalah

5
Aktinomikosis, Koksidiomikosis, Aspergillus, Kriptokokus, Histoplasmolisis,
Blastomikosis, dll. Patogenesis timbulnya efusi pleura adalah karena reaksi
hipersensitivitas lambat terhadap organisme fungi. Pengobatan dengan
Amfoterisin B memberikan respon yang baik. Prognosis penyakit ini relative
baik.

5. Pleuritis Parasit
Parasit yang dapat menginfeksi ke dalam rongga pleura hanyalah
amuba. Bentuk tropozoitnya datang dari parenkim hati menembus diafragfma
terus ke parenkim paru dan rongga pleura. Efusi pleura karena parasit ini
terjadi karena peradangan yang ditimbulkannnya. Di samping ini juga dapat
empiema karena amuba yang cairannya berwarna khas merah coklat. Di sini
parasit masuk ke rongga pleura secara migrasi dari parenkim hati.

4.2 Berdasarkan ada tidak substansi yang membentuknya :

a. Pleuritis eksudativa (efusi pleura)


Radiologis : Lebih dari 75 ml dengan sinus kostofrenikus tumpul
Lebih dari 300 ml dengan gambaran efusi pleura , garis ellis domessau
(pemeriksaan lateral dekubitus).
Pemeriksaan fisik : -Fremitus melemah
-Suara napas melemah
-Redup

b. Pleuritis fibrinosa (sicca/ kering)


Penyebab : Trauma dinding paru, Penyakit primer di paru (TB paru,
pneumonia, infark paru, Ca.bronkus, abses paru, rheumatoid arthritis, SLE,
uremia).

4.3 Berdasarkan Jenis Cairan :

6
a. Efusi pleura transudatif terjadi kalau faktor sistemik yang mempengaruhi
pembentukan dan penyerapan cairan pleura mengalami perubahan. Efusi
pleura tipe transudatif dibedakan dengan eksudatif melalui
pengukuran kadar Laktat Dehidrogenase (LDH) dan protein di dalam
cairan, pleura.

b. Efusi pleura eksudatif memenuhi paling tidak salah satu dari tiga kriteria
berikutini, sementara efusi pleura transudatif tidak memenuhi satu pun dari
tiga kriteria ini :1. Protein cairan pleura / protein serum > 0,52. LDH
cairan pleura / cairan serum > 0,63. LDH cairan pleura melebihi dua per
tiga dari batas atas nilai LDH yang normal didalam serum.

5. PATOMEKANISME

Pleura visceral tidak mengandung nociceptors atau reseptor nyeri


sedangkan pleura parietal yang diinervasi oleh saraf somatik akan terangsang
ketika pleura parietal meradang. Peradangan yang terjadi di pinggiran parenkim
paru dapat dibawa ke dalam ruang pleura dan melibatkan pleura parietal, sehingga
mengaktifkan reseptor nyeri somatik dan mengakibatkan nyeri pleuritik. Pleura
parietal diluar tulang rusuk dan setiap aspek lateral hemidiaphragma diinervasi
oleh saraf interkostal. Nyeri terlokalisir pada distribusi kulit dari saraf-saraf. Saraf
menginervasi kebagian tengah dari setiap hemidiaphragma, dan ketika terjadi

7
rangsangan maka timbul rasa nyeri yang menjalar ke salah satu sisi leher atau
bahu.7

6. GEJALA KLINIS

Tanda dan gejala klinis yang dapat ditemukan:

 Nyeri dada ketika menghirup dan menghembuskan nafas ( diantara


pernafasan tidak dirasakan nyeri)10, dan nyeri bertambah parah dari hari ke
hari11
 Takipneu
 Batuk darah

Nyeri yang bersifat tajam yang disebabkan oleh peradangan di selaput


dada. Yang diperberat oleh batuk, bersin, dan bernafas, khususnya bila
bernafas dalam. Nyeri biasanya menghilang karena cairan pleura yang berada
dalam pleura berfungsi sebagai pelumas. Namun, jika cairan tersebut
menumpuk, terjadi tekanan pada paru-paru, kompresi dan mengganggu fungsi,
sehingga menyebabkan sesak napas. Jika cairan dalam pleura terinfeksi, tanda
dan gejala yang muncul, bisa seperti demam batuk dan menggigil mungkin
muncul.

7. KOMPLIKASI PLEURITIS

Penumpukan cairan di dalam paru-paru atau efusi pleura adalah komplikasi


pleuritis yang mungkin saja dapat terjadi. Efusi Pleura adalah akumulasi cairan
dalam rongga pleura. Timbulnya efusi pleura didahului oleh radang pleura/
pleuritis.

Biasanya kondisi ini terjadi pada kasus pleuritis yang disebabkan oleh infeksi
bakteri atau emboli paru. Seseorang yang menderita efusi pleura akan
merasakan gejala sesak napas yang memburuk.

8
Efusi pleura biasanya pulih jika pleuritis berhasil diobati. Namun jika
pengobatan pleuritis tidak memberikan efek positif terhadap gejala efusi
pleura, maka dokter akan melakukan penanganan di rumah sakit dengan
menyedot cairan di dalam paru-paru dengan menggunakan selang khusus.

Penyebab akumulasi cairan pleura :


a. Menurunnya tekanan koloid osmotik (Hipoalbuminemia)
b. Meningkatnya permeabilitas kapiler (radang, neoplasma)

c. Meningkatnya tekanan hidrostatik (gagal jantung)


d. Meningkatnya tekanan negatif intrapleura (Atelektasis)

Pada keadaan dini dimana cairan yang ada di dalam cavum pleura masih
kurang dari 200 cc, maka pada foto tegak dengan posisi PA belum terlihat
bayangan cairan secara radiologis, karena terletak di belakang difragma.
Kadang-kadang hanya terlihat sebagai sinus yang tumpul. Tetapi, pada foto
dengan posisi lateral. Bila cairan sudah banyak (lebih dari 300 cc), akan terlihat
gambaran radiologis yang klasik, berupa :
a. Perselubungan padat dengan sinus yang tertutup.
b. Permukaan atas cairan yang berbentuk concave

9
c. Bila cairan cukup banyak akan mendorong jantung, mediastinum atau
trachea ke sisi yang lain.

Catatan :
 Bayangan pleural effusion akan menipis/mengecil pada inspirasi.
 Pada posisi lateral decubitus, cairan akan bergerak ke daerah paling
rendah.
 Jumlah cairan minimal yang dapat dideteksi (baru dapat dilihat
secara radiologik :
-Berdiri : 300 cc
-Lateral Decubitus : 100 cc
Kadang-kadang gambaran radiologiknya tidak klasik, ini misalnya terjadi :
 Bila effusion terbatas disebelah basal oleh karena perlengketan-
perlengketan, seperti pada DIAPHRAGMA EFFUSION.
 Bila ada atelektasis dari lobus yang bersangkutan, dalam hal ini
akan terjadi retraksi. Misalnya yang banyak yang terjadi pada
kasus-kasus dengan carcinoma bronchus.
 Selama rearbsorbsi dari cairan. Tetapi ini dapat kembali pada
bentuk yang klasik.
 Pada keadaan-keadaan tersebut diatas, permukaan cairan tidak
concave, tetapi permukaan ini bisa :
 Convex
 Lengkung dari medial bawah ke lateral atas, dan melengkung lagi
ke bawah pada bagian perifer.
 Dapat pula melengkung dari medial atas ke lateral bawah.

10
Efusi Pleura Transudat
Cairan biasanya tidak begitu banyak. Terapi:
a. Jika disebabkan ok tekanan hidrostatis yang meningkat, diuretika dapat
menolong
b. Jika disebabkan ok tekanan koloid osmotik yang menurun, beri protein
c. Bahan sklerosing bisa dipertimbangkan jika ada reakumulasi cairan
berulang dengan tujuan melekatkan pleura viseral dan parietal

Efusi Pleura Eksudat


a. Efusi parapneumonik
-Efusi pleura yang terjadi setelah pneumonia.
-Umumnya cairan dapat diresorbsi setelah pemberian terapi yangadekuat
untuk penyakit dasarnya.
-Bila terjadi empiema, pasang kateter toraks dg WSD
-Jika fibrosis, dekortikasi dilakukan (diambil/dikupas)

11
b. Efusi pleura maligna
-Tujuan utama pengobatan pada penyakit primer/penyebab utama dengan
radiasi atau kemo
-Jika reefusi, pasang kateter toraks dengan WSD

c. Pleurodesis: tindakan menyatukan atau fusi pleura visceralis dan


parietalis sehingga rongga pleura tidak ada lagi.
 Dilakukan pada efusi pleura maligna yang tdk dapat dikontrol/
pada efusi yg terus menerus setelah dilakukan torasentesis
berulang.
 Obat yang dipake : Tetrasiklin, HCl ( derivat-derivatnya yang
bereaksi asam (HCl) mis: teramisin HCl doksisiklin HCl),
bleomisin, flouro-urasil, dan talk, lar glukosa 40%. Bleomisin dan
flourourasil dipake pada efusi pleura maligna.

Kilotoraks
Cairan pleura berupa kilus yang terjadi karena kebocoran akibat penyumbatan
sal limfe duct torasikus di rongga dada. Tindakan yg dilakukan bersifat
konservatif:
a. Torasentesis 2-3 kali. Jika tidak berhasil, dipasang katetertoraks dengan
WSD
b. Tindakan yang paling baik adalah operasi reparasi terhadap duct
torasikus yang robek

8. PENATALAKSANAAN DAN PENCEGAHAN

Untuk mengobati pleuritis ada dua hal utama yang harus dilakukan:

1. Mengontrol nyeri dada pleuritis

12
Untuk mengontrol nyeri, bisa menggunakan NSAID (Non Steroid Anti
Inflamation Drugs) umumnya digunakan sebagai terapi awal, bila lebih
nyeri terlalu hebat dapat menggunakan analgesik narkotik. Bagaimanapun
NSAID tidak menekan sistem pernafasan dan menyebabkan batuk.
NSAID yang sering digunakan adalah indometasin dengan dosis 50-
100mg/oral 3x1.7
2. Mengobati penyebab dari pleuritis tersebut.
Bila telah diketahui penyebab dari pleuritis yang diderita, maka bisa
diobati atau dihentikan. Seperti berhenti merokok karena menyebabkan
asbestosis, antimikroba dan antiparasit dipilih berdasarkan organisme yang
menyerang.

Pleuritis dapat dicegah , tergantung dari penyebabnya. Contohnya,


intervensi dini dalam merawat pneumonia akan mencegah akumulasi dari
cairan pleura. Pada kasus penyakit jantung, paru atau ginjal, menajemen dari
penyakit yang mendasarinya dapat membantu mencegah terjadinya akumulasi
cairan. 1

KESIMPULAN

Pleuritis adalah peradangan pada selaput paru-paru dan dada (pleura) yang
menyebabkan rasa sakit di dada. Radang pleura dapat berlangsung secara akut,
atau kronik, dengan ditandai perubahan proses radang, biasanya disertai dengan
empiema. Pada yang berlangsung akut penderita mengalami kesakitan waktu
bernafas hingga pernafasan jadi dangkal, cepat serta bersifat abdominal.

13
Sedangkan perlangsung yang kronis, terjadi pada waktu istirahat dan tidak
tampak adanya perubahan pada proses pernafasannya. Bila disertai dengan
penimbunan cairan di rongga pleura, maka disebut pleuritis kering. Pleuritis
Adalah keradangan pleura tanpa disertai efusi. Disebut juga Fibrinous pleurisy
atau dry pleurisy

Pleuritis bisa sembuh sendiri atau semakin memburuk, sehingga cairan harus
dikeluarkan dari paru-paru. Pada beberapa orang, pleuritis berkembang menjadi
jaringan parut yang disebut adhesi setelah mereka mengalami pleuritis. Mereka
kemudian memiliki sakit kronis atau sesak napas.2

Pleuritis dapat dicegah , tergantung dari penyebabnya. Contohnya, intervensi


dini dalam merawat pneumonia akan mencegah akumulasi dari cairan pleura.
Pada kasus penyakit jantung, paru atau ginjal, menajemen dari penyakit yang
mendasarinya dapat membantu mencegah terjadinya akumulasi cairan. 1

DAFTAR PUSTAKA

 Latif, Iswan. PLEURITIS. 17 Maret 2013.


https://id.scribd.com/document/130837011/PLEURITIS
 Ismail, Nadiah. Pleuritis dan Efusi Pleura. 05 Februari 2014.
https://id.scribd.com/document/204785270/Pleuritis-Dan-Efusi-Pleura
 Prismasari, Elitari. Pleuritis. 06 Oktober 2013.
https://id.scribd.com/document/173940581/Pleuritis

14

Anda mungkin juga menyukai