Anda di halaman 1dari 4

KOLONOSKOPI UNTUK PENCEGAHAN KANKER KOLON

Murdani Abdullah1, Abirianty P Araminta2, Muhammad Firhat2


1
Divisi Gastroenterologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam – RS Cipto Mangunkusumo
2
Departemen Ilmu Penyakit Dalam – RS Cipto Mangunkusumo

Apa itu kolonoskopi?


Kolonoskopi adalah pemeriksaan dengan
menggunakan tabung lentur yang
dilengkapi dengan kamera untuk melihat ke
dalam rongga usus besar (kolon) melalui
anus. Pemeriksaan ini berfungsi diagnostik
untuk mengetahui adanya kelainan di
dalam rongga usus, seperti radang usus,
perdarahan usus, polip, dan kanker kolon.
Disamping itu, kolonoskopi juga memiliki Copyright: Google images

fungsi terapeutik seperti melakukan tindakan menghentikan perdarahan, mengangkat polip


untuk mencegah kanker kolon, dan mengangkat kanker kolon stadium awal.
Saat ini kolonoskopi merupakan pemeriksaan yang paling cost-effective untuk pencegahan
dan deteksi dini kanker kolon. Program skrining kanker kolon di beberapa negara maju telah
memanfaatkan kolonoskopi sebagai modalitas utama disamping pemeriksaan darah samar
feses, stool DNA testing, CT colonography. Kolonoskopi telah terbukti dapat menurunkan
insidensi kanker kolon di sejumlah negara yang menerapkan program skrining kanker kolon.

Apa yang terjadi selama kolonoskopi?


Pemeriksaan kolonoskopi memerlukan waktu
sekitar 20-30 menit dan dapat dilakukan pada
pasien dalam keadaan sadar maupun dalam
keadaan ditidurkan. Dokter akan meminta
pasien untuk tidur dalam posisi berbaring ke
samping kiri. Selama kolonoskopi, dokter
akan memasukkan alat kolonoskop, yaitu
suatu tabung berdiameter 8-11 milimeter
Copyright: Google images
dengan panjang 1.3 – 1.6 meter menyerupai selang yang fleksibel dan mampu
mentransmisikan gambar dari dalam usus ke layar monitor sehingga dokter dapat menilai
adanya kelainan. Alat ini dimasukkan melalui anus dan dipandu hingga mencapai pangkal
usus besar.
Kolonoskop bersifat fleksibel sehingga dokter dengan mudah dapat menelusuri lekukan usus.
Terkadang, pasien juga dibantu untuk berubah posisi untuk memudahkan pemeriksaan.
Kolonoskop dapat meniupkan angin ke dalam usus pasien, untuk membuka rongga usus
sehingga dokter melihat lebih mudah. Kadang pasien dapat merasakan sedikit mulas selama
pemeriksaan. Hal ini dapat dikurangi dengan mengambil napas dalam perlahan. Ketika dokter
telah selesai melakukan pemeriksaan, kolonoskop akan ditarik keluar perlahan sambil
menyedot udara dan mengamati kembali dinding usus pasien.
Bila selama pemeriksaan dokter menemukan suatu yang
abnormal, seperti pertumbuhan yang abnormal atau polip,
maka dapat dilakukan biopsi atau polipektomi. Biopsi
adalah pengambilan sedikit contoh jaringan untuk
pemeriksaan histologi di bawah mikroskop, sementara
polipektomi adalah pengikatan polip untuk selanjutnya
diperiksa di bawah mikroskop. Kolonoskopi memungkinkan Copyright: Google images

diagnosis yang akurat sekaligus terapi tanpa tindakan operasi untuk mengatasi sebagian
kelainan di usus besar.

Polypectomy. Digital image. Olympus-Eropa. https://www.olympus-europa.com/medical/en/medical_systems/applications

Kapan kolonoskopi diperlukan?


Bila anda mengalami gangguan pencernaan seperti nyeri perut, diare kronik, buang air besar
berdarah, atau ada riwayat kanker kolon di dalam keluarga, maka anda membutuhkan
pemeriksaan kolonoskopi. Mengingat kanker kolon menempati urutan kedua terbanyak kanker
pada laki-laki, maka pemeriksaan kolonoskopi juga diperlukan untuk pencegahan kanker kolon
khususnya bagi mereka yang berusia diatas 45 tahun baik laki-laki maupun perempuan.
American College of Gastroenterology menyarankan skrining dengan kolonoskopi setiap 10
tahun untuk deteksi awal kanker kolon dan pengangkatan polip apabila ditemukan. Kolonoskopi
juga digunakan untuk menginvestigasi penyakit lain pada kolon, seperti menemukan lokasi
perdarahan pada kolon bila pasien mengalami keluhan buang air besar berdarah, penyempitan
usus yang dapat menimbulkan gejala konstipasi, atau menemukan peradangan pada kolon
dengan gejala awal nyeri perut, diare berdarah, dan berat badan turun.

Dokter akan menyarankan kolonoskopi, apabila setelah pemeriksaan awal, seperti colok dubur,
periksa darah samar tinja, atau pemeriksaan barium enema, masih diperlukan informasi lebih
lanjut untuk menentukan diagnosis. Kolonoskopi juga dilakukan apabila ada ada gejala
pencernaan yang dianggap sebagai tanda bahaya (buang air besar berdarah, nyeri perut bagian
bawah, perubahan pola buang air besar, atau penurunan berat badan drastis yang tidak disengaja).
Kolonoskopi juga dapat digunakan untuk membuka rongga usus yang tersumbat karena tumor
dengan melakukan pemasangan stent kolon.

Apa saja yang perlu dipersiapkan sebelum kolonoskopi?


Sebelum kolonoskopi, pasien sebaiknya memberi tahu dokter terkait kondisi medis tertentu,
seperti kehamilan, penyakit paru, kelainan jantung, alergi terhadap obat-obatan tertentu,
diabetes mellitus, dan konsumsi obat-obat pengencer darah.
Kolonoskopi biasanya dilakukan di rumah sakit, baik di rawat jalan maupun rawat inap. Bila
pasien sudah mendapat jadwal tindakan, ada beberapa persiapan sebelum tindakan yang perlu
dilakukan oleh pasien. Dua hari sebelum tindakan, pasien disarankan untuk mengonsumsi
diet bubur kasar atau bubur sumsum tanpa santan, dengan selingan diet cair. Satu hari
sebelum tindakan, pasien hanya mengonsumsi diet cair, seperti susu, dan obat-obatan
pencahar, baik melalui mulut ataupun dubur. Tujuan utamanya adalah untuk membersihkan
usus dari sisa kotoran dengan secara sengaja merangsang diare. Apabila saat pemeriksaan
masih ditemukan banyak tinja, dokter akan mengalami kesulitan melihat kolon secara jelas,
dan pemeriksaan boleh jadi diulang di lain hari. Pasien disarankan puasa minum empat jam
dan puasa makan 6 jam sebelum tindakan.

Apa yang dilakukan setelah kolonoskopi?


Pasien akan diobservasi di ruang pemulihan sampai efek obat-obatan yang digunakan selama
pemeriksaan menghilang. Kadang kala, keluhan mual, begah, dan pusing dapat timbul akibat
penggunaan obat sedasi. Kemungkinan adanya komplikasi dilaporkan ada 1 dalam 3000
pemeriksaan. Sebaiknya anda bertemu kembali dengan dokter dengan membawa laporan hasil
pemeriksaan kolonoskopi atau hasil pemeriksaan laboratorium yang lain.

Referensi
1. Martin, Laura J. Colonoscopy. WebMD, 2017. https://www.webmd.com/colorectal-
cancer/colonoscopy-what-you-need-to-know#1 (Diakses pada 15 November 2017
Pk. 10.00 WIB).
2. Rex DK, Johnson DA, Anderson JC, Schoenfeld PS, Burke CA, Inadomi JM.
American College of Gastroenterology guidelines for colorectal cancer screening
2008. Am J Gastroenterol.2009; 104:739–750.
3. Stein, David E. Colonoscopy. Medscape, 2016.
https://emedicine.medscape.com/article/1819350-overview (Diakses pada 15
November 2017 Pk. 10.10 WIB).

Anda mungkin juga menyukai