Indikasi Laparoskopi
Peringatan Laparoskopi
Sebelum menjalani bedah laparoskopi, dokter akan bertanya seputar riwayat kesehatan dan
memeriksa kondisi fisik pasien. Pasien dianjurkan untuk memberitahu dokter jika memiliki
alergi obat-obatan, memiliki masalah perdarahan, sedang mengonsumsi obat pengencer darah
(misalnya aspirin dan warfarin), atau sedang hamil.
Laparoskopi tidak dianjurkan jika pasien menderita kanker atau hernia di bagian perut, atau
pernah menjalani operasi di bagian tersebut, karena sangat berisiko. Pasien wajib mengikuti
instruksi yang diberikan dokter mengenai kapan harus melakukan puasa sebelum tindakan
laparoskopi, serta jadwal konsumsi obat-obatan.
Persiapan Laparoskopi
Laparoskopi dilakukan oleh dokter ahli bedah dengan bantuan dokter spesialis anestesi. Satu
jam sebelum operasi dilakukan, pasien akan diminta buang air kecil untuk mengosongkan
kandung kemih. Asupan cairan dan obat penenang (sedatif) akan diberikan melalui infus
yang disuntikkan ke pembuluh darah di lengan.
Dokter akan mengambil darah pasien sebagai sampel. Beberapa pemeriksaan lainnya
mungkin akan dilakukan, misalnya elektrokardiogram (EKG), foto Roentgen, pemeriksaan
fungsi paru-paru, dan lainnya. Jenis tes yang dilakukan akan disesuaikan dengan usia dan
kondisi kesehatan pasien saat akan dioperasi.
Dokter spesialis anestesi akan membius pasien dengan suntikan agar tertidur. Ada beberapa
prosedur yang dilakukan dokter setelah pasien dibius, antara lain:
Prosedur Laparoskopi
Bedah laparoskopi diawali dengan membuat sayatan kecil (sekitar 5-10 mm) di dinding perut
sebagai jalan masuk laparoskop. Dokter bisa membuat lebih dari satu sayatan untuk
memasukkan alat lain ke dalam perut. Prosedur ini umumnya berlangsung selama 30-90
menit, tergantung pada kondisi pasien.
Setelah sayatan dibuat, dokter akan memasukkan gas karbondioksida, atau bila tidak tersedia
gas helium, ke dalam perut dengan bantuan alat medis semacam jarum yang memiliki rongga
di tengahnya. Gas ini digunakan untuk memompa agar dinding perut terangkat dan menjauhi
organ-organ di dalamnya, sehingga dokter bisa melihat isi perut dengan jelas.
Setelah itu, dokter akan menggunakan laparoskop dan beberapa peralatan medis lainnya
untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi, mengambil sampel jaringan, atau untuk
mengangkat tumor dan kista. Terkadang, laser juga sering ditempelkan dengan laparoskop
untuk mendukung operasi.
Setelah operasi selesai, alat laparoskopi ditarik keluar dan gas yang tadi dipompa akan
dikeluarkan dari dalam perut. Sayatan yang dibuat pada awal perosedur juga akan ditutup
dengan jahitan, lalu dibalut perban. Sayatan ini meninggalkan bekas yang sangat kecil, dan
akan hilang dengan sendirinya seiring waktu.
Setelah Laparoskopi
Setelah operasi, pasien akan menjalani masa pemulihan singkat di ruang rawat selama dua
sampai empat jam. Dokter akan memeriksa tekanan darah pasien, suhu tubuh, kadar oksigen,
dan irama jantung. Jika kondisi sudah stabil dan aman, pasien diizinkan untuk pulang dan
beraktivitas seperti semula. Untuk mempercepat penyembuhan luka, pasien dianjurkan untuk
menghindari aktivitas berat selama seminggu setelah operasi.
Meski laparoskopi relatif aman, prosedur ini tetap memiliki efek samping. Sekitar 1-2 persen
pasien yang menjalani laparoskopi mengalami komplikasi ringan seperti infeksi, mual,
muntah dan memar. Di samping itu, ada juga beberapa komplikasi lain yang dapat terjadi
setelah menjalani bedah laparoskopi: