Anda di halaman 1dari 18

KONTRASEPSI KB

(KONTAP)
DISUSUN OLEH :
RINDA KIRANA W. Y (202001154)
DAYU WULANDARI (202001148)
PENGERTIAN KONTRASEPSI MANTAP (KONTAP)

Kontrasepsi mantap adalah kontrasepsi yang ditujukan untuk mencegah


kehamilan dalam jangka waktu yang lama (tidak terbatas). Kontrasepsi mantap
dapat dilakukan pada salah satu pasangan, dengan persetujuan dari kedua belah
pihak, serta tentunya atas hasil pertimbangan yang matang. Dengan efeknya yang
dapat bersifat permanen, kontrasepsi mantap menjadi pilihan terbaik bagi pasangan
yang sepakat tidak lagi menambah jumlah anak (atas berbagai alasan).
 1. TUBEKTOMI

Metode kontrasepsi mantap yang dilakukan pada seorang


wanita adalah tubektomi. Tubektomi adalah prosedur
pemotongan atau penutupan tuba falopi atau saluran indung
telur yang menghubungkan ovarium ke rahim. Setelah
tubektomi, sel-sel telur tidak akan bisa memasuki rahim
sehingga tidak dapat dibuahi. Prosedur ini juga akan
menghalangi sperma ke tuba falopi. Sebagai salah satu metode
KB yang bersifat permanen, tubektomi terbukti sangat efektif,
namun tidak memengaruhi siklus menstruasi. Proses ini dapat
dilakukan kapan saja, termasuk setelah menjalani proses
persalinan normal maupun caesar.
SYARAT TUBEKTOMI
Terdapat sejumlah faktor yang sebaiknya dipertimbangkan sebelum seorang wanita
menjalani tubektomi. Beberapa di antaranya adalah:
 Keuntungan dan risiko. Diskusikan keuntungan sekaligus risiko dari prosedur ini
dengan dokter bersama pasangan atau keluarga terdekat agar tidak ada penyesalan.
 Kondisi tertentu. Informasikan pada dokter apabila ada kondisi-kondisi tertentu yang
perlu dipertimbangkan, misalnya apakah pasien sedang hamil atau tidak, obat-obatan
atau suplemen yang sedang digunakan, penyakit yang diderita, penggunaan obat-obatan
terlarang, maupun konsumsi minuman keras.
 Penggunaan kontrasepsi. Jika tubektomi dilakukan di luar proses persalinan, gunakan
alat kontrasepsi setidaknya 1 bulan sebelum tubektomi. Langkah ini dilakukan untuk
mencegah kehamilan.
PRA TUBEKTOMI
 Sebelum menjalani tubektomi, dokter akan meminta pasien untuk melakukan langkah-
langkah tertentu agar operasi bisa berjalan lancar sekaligus meminimalkan risiko
komplikasi.
 Beberapa hari sebelum operasi
 Berhenti mengonsumsi obat-obatan yang berpotensi menghambat pembekuan darah.
Misalnya ibuprofen, aspirin, atau warfarin.
 Berhenti merokok, mengonsumsi minuman keras, atau menggunakan obat-obatan
terlarang.
 Pasien yang akan menjalani prosedur penyumbatan tuba falopi, atau selective tubal
occlusive procedure (STOP), dianjurkan menggunakan obat hormon selama setidaknya 2
minggu.
PROSEDUR TUBEKTOMI
 Tubektomi bisa dilakukan dengan anestesi lokal atau umum (total). Jenis anestesi ini
akan ditentukan oleh dokter berdasarkan kondisi pasien serta jenis operasi yang
dijalani.
 Tubektomi bisa dijalani bersamaan dengan operasi Caesar. Namun jika dijalani di luar
operasi Caesar, terdapat 2 jenis prosedur tubektomi yang bisa dipilih, yaitu :

LAPAROSKOPI MINILAPAROTOMI
LAPAROSKOPI MINILAPAROTOMI
 Metode ini paling umum dipilih karena  Metode ini dilakukan melalui sayatan kecil
prosedur dan masa pemulihannya yang di bawah pusar dan dianjurkan bagi pasien
tergolong cepat. Prosedurnya meliputi: yang mengalami obesitas, baru menjalani
 Membuat 1 atau 2 sayatan kecil di dekat operasi perut atau panggul, serta pernah
pusar. mengalami infeksi panggul yang berdampak
pada rahim maupun tuba falopi.
 Memompa gas ke dalam perut agar tuba
falopi dan rahim terlihat jelas.  Di samping operasi, tubektomi bisa
dilakukan dengan prosedur histeroskopi.
 Memasukkan laparoskop (tabung kamera
Metode ini dilakukan lewat leher rahim
mini) ke dalam perut untuk melihat tuba sehingga tidak membutuhkan operasi dan
falopi. jarang memerlukan anestesi.
 Memasukkan alat untuk menutup atau
memotong tuba falopi melalui laparoskop atau
sayatan kecil lain.
 Membakar atau menyumbat tuba falopi.
 Mengeluarkan laparoskop dan alat lainnya,
lalu menjahit sayatan.
PASCA TUBEKTOMI
Ada juga sejumlah hal yang perlu diingat selama pasien dalam masa pemulihan pasca
operasi. Beberapa di antaranya adalah:
 Menjaga bekas luka agar tidak terkena air selama 2 hari, serta tidak menggosok luka
operasi selama setidaknya 7 hari pasca operasi.
 Mengeringkan bekas luka operasi secara hati-hati.
 Menghindari mengangkat beban berat selama 3 minggu, misalnya menggendong anak.
 Tidak melakukan aktivitas berat atau hubungan seks selama setidaknya 1-2 minggu, dan
melakukan aktivitas secara bertahap.
 Bagi pasien yang menjalani prosedur penyumbatan tuba falopi (tubal occlusive
procedure), disarankan untuk tetap menggunakan alat kontrasepsi selama 3 bulan
setelah tindakan.
KOMPLIKASI YANG MUNGKIN TERJADI SETELAH
TUBEKTOMI

 Risiko yang dapat terjadi pada prosedur tubektomi yakni perdarahan, kerusakan organ
(misalnya luka pada usus, kandung kemih, atau pembuluh darah) bila terjadi perlengketan
pada saat tindakan, efek samping dari obat bius, dan infeksi pasca tindakan.
 Selain itu, jika tuba falopi tidak menutup dengan sempurna pada saat tubektomi kehamilan
yang berisiko menjadi kehamilan ektopik dapat terjadi. Kehamilan ektopik terjadi ketika sel
telur yang dibuahi tidak menempel di rahim, melainkan di tempat lain seperti pada tuba falopi.
Hal ini tergolong berbahaya dan harus segera mendapat penanganan.
 Ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko komplikasi tubektomi, seperti :

– Pernah menjalani operasi panggul atau perut sebelumnya


– Obesitas
– Diabetes
– Penyakit radang panggul
2. VASEKTOMI

 Vasektomi adalah prosedur kontrasepsi pada pria yang


dilakukan dengan cara memutus penyaluran
sperma ke air mani. Dengan demikian, air mani tidak
akan mengandung sperma, sehingga kehamilan dapat
dicegah.
 Prosedur vasektomi dilakukan melalui operasi bedah
minor dengan pemberian anestesi lokal pada area testis
 dan skrotum. Dalam prosedur ini, saluran yang dilalui
sperma dari testis akan dipotong dan diikat guna
mencegah sperma mencapai air mani yang dikeluarkan
saat ejakulasi ketika berhubungan seksual.
SYARAT VASEKTOMI
Vasektomi dapat dilakukan pada pria usia berapa saja. Meski demikian, dokter biasanya tidak
menganjurkan metode ini untuk pria berusia di bawah 30 tahun dan belum memiliki anak.
Pertimbangan khusus juga perlu diberikan pada pria dengan kondisi medis tertentu, seperti:

 Sedang mengonsumsi obat antikoagulan dan antiplatelet, seperti warfarin atau aspirin
 Menderita infeksi kulit akut akibat kecelakaan atau memiliki luka parut pada skrotum
 Memiliki kelainan anatomi pada organ reproduksi, seperti varikokel atau hidrokel yang besar
 Menderita kelainan darah atau perdarahan yang berlebihan
 Memiliki alergi atau sensitif terhadap anastesi lokal atau antibiotik
 Pernah menjalani operasi pada alat kelamin
 Mengalami infeksi saluran kemih atau infeksi kelamin yang berulang
PRA VASEKTOMI
Sebelum melakukan vasektomi, biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan secara menyeluruh
kepada pasien. Dokter akan menanyakan alasan pasien ingin melakukan vasektomi dan kesiapan
pasien terhadap prosedur tersebut, guna mencegah penyesalan di kemudian hari.
Selain itu, dokter juga akan menjelaskan seputar prosedur vasektomi, mulai dari persiapan hingga
komplikasi yang mungkin terjadi.Dokter akan meminta pasien untuk melakukan beberapa hal
berikut:
 Tidak mengonsumsi obat pengencer darah, seperti aspirin atau warfarin, selama 7 hari sebelum
vasektomi
 Membersihkan alat kelamin dan mencukur bulu kelamin di seluruh skrotum 1 hari sebelum
vasektomi dilakukan
 Menghindari konsumsi makanan berat dan mengganti dengan kudapan ringan sebelum vasektomi
 Membawa pakaian dalam yang ketat untuk dipakai setelah vasektomi, guna menopang skrotum
dan mengurangi pembengkakan yang terjadi
 Mengajak seseorang untuk menemani dan mengantar pulang setelah vasektomi
PROSEDUR VASEKTOMI
 Vasektomi dapat dilakukan di rumah sakit atau klinik. Prosedur ini dapat dilakukan
oleh dokter bedah umum atau dokter spesialis urologi. Waktu pelaksanaan prosedur
vasektomi berkisar antara 10–30 menit. Untuk melakukan vasektomi, terdapat dua
teknik bedah yang bisa dilakukan, yaitu :

Teknik
Teknik Konvensional Tanpa Pemotongan
Saluran Sperma
TEKHNIK KONVENSIONAL
 Berikut ini adalah tahapan prosedur vasektomi
menggunakan teknik konvensional:
 Pasien akan dibius terlebih dahulu dengan bius lokal di
area testis dan skrotum.
 Dokter akan membuat sayatan 1–2 sayatan kecil di sisi
skrotum, sehingga dokter dapat menjangkau saluran
sperma (vas deferens).
 Setelah itu, kedua saluran sperma dipotong dan ujung
masing-masing saluran dijahit atau ditutup
menggunakan diathermy (alat perekat dengan pemanasan
suhu tinggi).
 Kemudian, masing-masing sayatan akan dijahit dengan
benang yang dapat diserap kulit.
TEKHNIK TANPA PRMOTONGAN
SALURAN SPERMA
 Pada vasektomi dengan teknik tanpa pemotongan saluran sperma,
tahapan prosedurnya adalah sebagai berikut:
• Pasien akan dibius terlebih dahulu dengan bius lokal di area testis
dan skrotum.
• Dokter akan menjepit saluran sperma (vas deferens) di bawah kulit
skrotum dari luar dengan klem (penjepit).
• Setelah itu, dokter akan membuat lubang kecil pada kulit di atas
saluran sperma.
• Dokter akan membuka lubang tersebut dengan menggunakan
sepasang alat penjepit khusus untuk menjangkau saluran sperma.
• Saluran sperma dilubangi sedikit untuk memasukkan jarum kauter.
• Jarum kauter dimasukkan ke dalam saluran sperma, lalu dialiri
listrik sambil perlahan-lahan ditarik ke luar. Tujuannya adalah agar
permukaan dalam saluran sperma mengalami luka bakar yang
kemudian akan menyumbat saluran sperma.
PASCA VASEKTOMI
Beberapa hal yang harus diperhatikan sesudah vasektomi :
 Menjaga kebersihan diri dengan mandi setelah operasi dan mengeringkan daerah bekas operasi
secara perlahan
 Memulai aktivitas normal secara bertahap setelah 2–3 hari usai prosedur vasektomi
 Menghindari kegiatan berat, seperti berolahraga atau mengangkat beban, selama 3 hari setelah
vasektomi, karena dapat menyebabkan nyeri atau perdarahan di dalam skrotum
 Menggunakan kontrasepsi lain untuk mencegah kehamilan, karena biasanya sperma masih tersisa di
dalam saluran vas deferens hingga 15–20 ejakulasi
 Tidak melakukan hubungan seks dulu selama beberapa hari setelah vasektomi, hingga rasa nyerinya
hilang
 Melakukan tes setidaknya 12 minggu setelah vasektomi untuk memastikan air mani bersih dari
sperma
 Menggunakan kondom ketika berhubungan seks, karena vasektomi tidak dapat mencegah infeksi
menular seksual
KOMPLIKASI VASEKTOMI
Meski jarang terjadi, vasektomi dapat menimbulkan beberapa komplikasi, seperti:
 Infeksi pada luka bekas sayatan
 Pengumpulan darah (hematoma) di dalam skrotum
 Granuloma sperma
 Testis terasa penuh
 Nyeri pada testis
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai