Anda di halaman 1dari 4

1.

TUBEKTOMI
A.Pengertian
Menurut BKKBN,MOW (Medis Operatif Wanita) Tubektomi atau juga dapata disebut sterilisasi
adalah tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur.dengan demikian sel telur tidak akan
bertemu dengan sperma laki-laki sehingga tidak terjadi kehamilan.
B.Cara Kerja

Dengan terikatnya saluran telur menyebabkan sel telur tidak dapat melewati saluran sel telur
dengan demikian sel telur tidak bisa bertemu dengan sperma sehingga tidak terjadi kehamilan.
C. Keuntungan
1. Sangat efektif dan permanen
2. Dapat mencegah kehamilan lebih dari 99%
3. Tidak mempengaruhi libido seksual,
4. Tidak mempengaruhi produksi ASI,
5. Tidak ada efek samping hormonal ataupun efek samping jangka panjang,
6. Perbedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anastesi lokal,
D. Kekurangan
Sedangkan kelemahannya yaitu terdapat luka bekas operasi yang terkadang terasa nyeri, infeksi
mungkin saja terjadi, dan kesuburan sulit kembali.
E. Kriteria kelayakan medis
1) Syarat
 Usia lebih dari 26 tahun
 Sudah punya anak cukup (2 anak), anak terkecil harus berusia minimal 5 tahun
 Pada kehamilannya akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius
 Ibu pasca persalinan
 Ibu pasca keguguran
2) Kontraindikasi
 Hamil (Sudah terdeteksi atau curiga)
 Menderita tekanan darah tinggi
 Kencing manis (diabetes)
 Penyakit jantung
 Penyakit paru-paru
 Pendarahan vaginal yang belum terjelaskan (hingga harus dievaluasi)
 Infeksi sistematik/pelvik yang akut (hingga masalah itu disembuhkan atau dikontrol)
 Ibu yang tidak boleh menjalani pembedahan
 Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilisasi di masa depan
 Belum memberikan persetujuan tertulis
F. Kriteria kelayakan medis metode berbasis gejala (efek samping)
1.) Perubahan-perubahan hormonal
Efek tubektomi pada umpan balik hormonal antara kelenjar hypofise dan kelenjar gonad
ditemukan kadar FSH, LH, testosteron dan estrogen tetap normal setelah melakukan
tubektomi.
2.) Pola haid
Pola haid abnormal setelah menggunakan tubektomi,merupakan tanda dari “post tubal
ligation syndrom”
3.) Problem psikologi
Dinegara maju wanita (usia <30 tahun) yang menjalani tubektomi tidak merasa puas
dibandingkan wanita usia lebih tua dan minta dipulihkan. (Sri Handayani, 2010: 183-188)
G. Kapan mulai menggunakan
1). Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien tersebut tidak
hamil
2). Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi
3). Pasca persalinan
 Minilap : di dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu/ 12 minggu
 Laparoskopi : tidak tepat untuk klien pasca persalinan
4).Pasca keguguran
 Triwulan pertama : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvik
(minilap/laparoskopi)
 Triwulan kedua : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvik (minilap)
H. Macam-macam tubektomi
1.Penyinaran
Merupakan tindakan penutupan yang dilakukan pada kedua tuba falopii wanita yang
mengakibatkan yang bersangkutan tidak hamil atau tidak menyebabkan kehamilan lagi.
2.Opertif
a. abdominal
 Laparotomi
Laparotomi sudah tidak digunakan karena diperlukan insisi yang panjang. Kontrasepsi ini
diperlukan bila cara tubektomi yang lain gagal atau timbul komplikasi sehingga
memerlukan insisi yang lebih besar.
 Mini-laparotomi
Laparatomi khusus untuk tubektomi yang paling mudah dilakukan 1-2 hari pasca
persalinan. Efektifitas: angka kegagalan 0- 2,7 kehamilan per100 wanita. Sayatan dibuat
digaris tengah diatas simpisis sepanjang 3cm sampai menembus peritoneum. Untuk
mencapai tuba digunakan alat khusus (elevator uterus) ke dalam kavum uteri. Dengan
bantuan alat tersebut uterus dalam keadaan retrofleksi dijadikan letak antefleksi dahulu
kemudian didorong kearah lubang sayatan, lalu dilakukan penutupan tuba dengan salah
satu cara.
Laparoskopi
Mula- mula dipasang cunam serviks pada bibir depan porsio uteri, dengan maksud
supaya dapat menggerakan uterus jika hal tersebut diperlukan saat laparaskopi. Sayatan
dibuat dibawah pusat sepanjang lebih dari 1cm. Kemudian di tempat luka tersebut
dilakukan pungsi sepanjang rongga peritoneum dengan jarum khusus (jarum veres) dan
melalui jarum itu dibuat pneumoperitoneum dengan memasukkan CO2 sebanyak 1
sampai 3liter dengan kecepatan kira- kira 1liter permenit. Setelah jarum veres
dikeluarkan, troika dimasukkan laparoskop melalui tabung. Dengan cunam yang
dimasukkan dalam rongga peritoneum bersama laparoskop, tuba dijepit dan dilakukan
penutupan dengan kauterisasi.
b.Vaginal
 kolpotomi
Jenis kolpotomi yang sering dipakai adalah kolpotomi posterior. Insisi dilakukan di
dinding vagina transversal 3- 5cm, cavum douglas yang terletak antara dinding depan
rektum dan dinding belakang uterus dibuka melalui vagina untuk sampai di tuba.
Efektifitas angka kegagalan 0-5,2 %
 kuldoskopi
Rongga pelvis dapat dilihat melalui alat kuldoskop yang dimasukkan kedalam cavum
douglas. Dalam posisi lutut dada kedua paha tegak lurus dan kedua lutut terbuka, suatu
rektraktor perineal dimasukkan ke dalam vagina. Bila fornik posterior terlihat seperti
bagian kubah yang kecil, maka cavum douglas bebas dari perlekatan, lalu dilakukan
oklusi tuba. Angka kegagalan 0-2 %
c. Transcervikal
 Histeroskopi
Prinsipnya seperti laparaskopi, hanya pada histeroskopi tidak dipakai trokar, tetapi suatu
vakum cervical adaptor untuk mencegah keluarnya gas saat dilatasi serviks / kavum
uteri. Efektivitas angka kegagalan 11-48 %.
 Tanpa melihat langsung
Pada cara ini operator tidak melihat langsung kecavum uteri untuk melokalisir orificium
tubae
 Penyumbatan tuba secara mekanis
Tubal clip Penyumbatan tuba mekanis dipasang pada isthmus tuba falopii, 2-3 cm dari
uterus, melalui laparotomi, lapaoskopi, kolpotomi dan kuldoskopi. Tuba clips
menyebabkan kerusakan lebih sedikit pada tuba falopii dibandingkan cara oklusi tuba
falopii lainnya
 Penyumbatan Tuba kimiawi
Zat- zat kimia dalam cair, pasta, padat dimasukkan ke dalam melalui serviks ke dalam
uteri-tubal junction, dapat dengan visualisasi langsung ataupun tidak. Cara kerjanya
adalah zat kimia akan menjadi tissue padat sehingga terbentuk sumbatan dalam tuba
falopii (Tissue Adhesive), zat kimia akan merusak tuba falopii dan menimbulkan fibrosis
(Sclerosing agent).
I.Efektivitas
Indeks efektivitas sterilisasi adalah 0,5-1. Hanya ada satu kehamilan yang tidak diinginkan per
1000-2000 wanita yang telah ditubektomi

Anda mungkin juga menyukai