Anda di halaman 1dari 33

Book Reading

TUBEKTOMI

Presentan: dr. Bobby Rianto Adi Putra

Moderator : Dr. dr. Ferry Yusrizal, Sp. OG, Subsp. Obginsos. Mkes

PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-I OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

DR. MOHAMMAD HOESIN GENERAL HOSPITAL PALEMBANG


Pendahuluan

Kontrasepsi mantap atau sterilisasi pada wanita


adalah suatu kontrasepsi permanen yang dilakukan
dengan cara melakukan tindakan pada kedua
saluran telur sehingga menghalangi pertemuan sel
telur (ovum) dengan sel mani (sperma).
Efektifitas

Angka 1-5 / 99,4-99,8%


kegagalan 1000 per 100
Tujuan

Tujuan program KB sesungguhnya bukan untuk


mengurangi jumlah penduduk. Tujuan yang benar
dari program KB adalah mengendalikan
pertumbuhan penduduk serta meningkatkan
keluarga kecil berkualitas, dengan cara Pengaturan
kehamilan dan jarak melahirkan.
Angka Kematian Ibu (AKI)

2002 = 307/100.000 Indonesia merupakan yang


tertinggi di Asia Tenggara atau
keempat di wilayah Asia
Pasifik

2014= 248/100.000

Millenium Development
Goal’s (MDGs)
2015 = 102/100.000
Penyebab Kematian Ibu

komplikasi
persalinan

infeksi

preeklamsi

persalinan macet

perdarahan

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30%


Kontrasepsi Ideal

 Tidak menimbulkan efek yang mengganggu


kesehatan
 Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan
 Tidak menimbulkan gangguan sewaktu
melakukan koitus
 Tidak memerlukan motivasi terus menerus
 Mudah pelaksanaannya
 Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat
 Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan
yang bersangkutan
Kontrasepsi

reversible irreversible
Reversible

 KB alamiah = Fertility Awareness Methode, Pantang


Berkala, Metode Kalender (Ogino-Knaus), Coitus
Interruptus.
 Dengan Alat = Mekanis (Barrier), Kondom pria,
Barrier Intra-Vaginal
 Per-oral = Pil oral kombinasi (POK), Mini-Pil,
Morning – after pill
 Injeksi/suntikan
 Implant / Alat Kontrsepsi Bawah Kulit (AKBK)
 Intra Uterin Devices (IUD, AKDR)
Irreversible / Kontrasepsi
Mantap
 Istilah kontrasepsi mantap merupakan terjemahan dari
bahasa Inggris, secure contraception. Nama lain
adalah sterilisasi (strelization), atau kontrasepsi
operatif (surgical contraception).

 Wanita = tubektomi / MOW


 Pria = vasektomi / MOP
MOW / Tubektomi

suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah


keluarnya ovum dengan cara tindakan mengikat
atau memotong pada kedua saluran tuba. Dengan
demikian maka ovum yang matang tidak akan
bertemu dengan sperma karena adanya hambatan
pada tuba.
History

Uchida dkk (1961)

• Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh di Jepang untuk


akseptor kontrasepsi mantap (kontap) atau sterilisasi pada wanita
pasca persalinan

Mark dan Webb (1968)

• melakukan sayatan kecil yang tersembunyi di balik lipatan kulit


bawah pusat pada akseptor pasca persalinan

Vitoon Osathanondh (1972)

• minilaparotomi yang sederhana dengan memakai alat-alat yang


sederhana pula, anestesi lokal tanpa tinggal di rumah sakit.
Indikasi (yang boleh
melakukan MOW)
 Usia > 26 tahun
 Paritas > 2
 Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan
kehendaknya
 Pada kehamilannya akan menimbulkan resiko kesehatan
yang serius.
 Pascapersalinan
 Pasca keguguran
 Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini
Kontraindikasi (yang tidak
boleh melakukan MOW)

 Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai)


 Perdarahan pervaginam yang belum terjelaskan (hingga harus
dievaluasi).
 Infeksi sistemik atau pelvic yang akut (hingga masalah itu
disembuhkan atau dikontrol)
 Tidak boleh menjalani proses pembedahan
 Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa
depan
 Belum memberikan persetujuan tertulis.
Jenis – jenis MOW
Minilaparotomi

 sterilisasi tuba yang


dilakukan melalui
suatu insisi
suprapubik kecil
dengan panjang
biasanya 3-5 cm.
Laparoskopi

 adalah suatu
pemeriksaan
endoskopik dari
bagian dalam rongga
peritoneum dengan
alat laparoskop yang
dimasukkan melalui
dinding anterior
abdomen
Teknik Ligasi Tuba Falopii

Cara oklusi tuba falopii adalah dengan ligasi tuba


falopii untuk mencegah perjalanan dan pertemuan
spermatozoa dan ovum
Ligasi biasa

Jarang dikerjakan lagi sekarang karena angka


kegagalan tinggi. Pernah dicoba untuk melakukan
ligasi dengan dua ikatan tetapi menyebabkan
terjadinya hydrosalpinx diantara dua ikatan
sehingga cara ini tidak dipakai lagi.
Ligasi & penjepitan tuba falopii

 Teknik Madlener
Bagian tengah tuba
falopii diangkat
sehingga membentuk
suatu loop. Dasar
dari loop dijepit
dengan klem
kemudian diikat
dengan benang yang
tidak diserap
(silk/silicon).
Ligasi + Pembelahan + Penanaman

Teknik irving
 Tuba falopii diikat pada
2 tempat dengan
benang yang dapt
diserap kemudian
dibagi diantara kedua
ikatan.
 Ujung proximal
ditanamkan dalam
myometrium uterus
 Ujung distal
ditanamkan kedalam
mesosalpinx
2. Teknik wood
 Pars ampularis tuba falopii dibelah /dibagi
 Kedua ujung yang dibelah atau dibagi diikat
dengan benang yang dapat diserap
 Ujung medial ditanamkan kedalam kantong yang
dibuat dalam mesosalpinx.
Ligasi & Reseksi tuba fallopii

1. Salpingektomi
Sebagai suatu cara
kontap wanita yang
biasa / rutin , jarang
dikerjakan karena
prosedurnya luas,
reversibilitas tidak ada
dan morbiditas lebih
tinggi ( perdarahan )
2. Teknik Pomeroy
 paling sering
dikerjakan.
 Bagian tengah tuba
fallopii dijepit
dengan klem lalu
diangkat sehingga
membentuk suatu
loop. Dasar dari loop
diikat dengan benang
yang dapat diserap
( plain catgut ).
Bagian loop diatas
ikatan dipotong.
3. Teknik Pritchard’s /
Parkland
 Suatu segmen kecil
dari tuba fallopii
dipisahkan dari
mesosalpinx.
 Masing-masing ujung
dari segmen tersebut
diikat dengan benang
chromic kemudian
dipotong diantara
kedua ikatan dan
segmen tuba fallopii
dibuang.
4. Fimbriektomi
Kroener
 Bagian 1/3 distal
tuba fallopii diikat
dengan dua ikatan
benang silk dan
ujung fimbrae
dieksisi.
Ligasi + Reseksi + Penanaman
tuba fallopii
1. Reseksi Cornu
 Merupakan prosedur yang ekstensif yang memerlukan
laparotomi. Utero tubal junction diikat dengan benang
yang dapat diserap. Insisi tuba fallopii proximal dari
ikatan, membebaskannya dari mesosalpinx kemudian
membuang 1 cm dari tuba fallopii. Myometrium uterus
disekitarnya dieksisi terbentuk baji( untuk mencegah
endometriosis dan kehamilan ektopik ) dan bagian
proximal dari segmen distal tuba fallopii ditanam kedalam
ligamentum latum.
2. Teknik Uchida
 Larutan garam fisiologis- adrenalin ( 1 : 1000
) disutikan dibawah serosa pars ampularis,
sehingga terjadi spasme vaskuler local dan
pembengkakan dari mesosalpinx, dan terjadi
pemisahan dari permukaan serosa dengan
bagian muskularis tuba fallopii.
 Serosa diinsisi dan dibebaskan kebelakang.
 Segmen sepanjang 5 cm dari bagian proximal
tuba fallopi diputuskan / dipotong, ujung
yang pendek diikat dengan benang yang
tidak diserap dan segmen tuba fallopii
dibuang. Maka ujung tuba fallopii yang telah
diikat secara otomatis membenamkan dirinya
dibawah serosa .
 Pinggir dari insisi serosa dikumpulkan sekitar
ujung distal tubafallopii dan diikat secara
ikatan rangkaian kantong sehingga tuba
fallopii ditinggalkan menonjol ke dalam
cavum abdomen.
Waktu Pelaksanaan Tubektomi

 Pasca persalinan, sebaiknya dalam jangka waktu 48


jam pasca persalinan.
 Pasca keguguran, dapat dilakukan pada hari yang
sama dengan evakuasi rahim atau keesokan harinya
 Dalam masa interval (keadaan tidak hamil),
sebaiknya dilakukan dalam 2 minggu pertama dari
siklus haid ataupun setelahnya, seandainya calon
akseptor menggunakan salah satu cara kontrasepsi
dalam siklus tersebut.
Keuntungan

 metode cara KB yang paling efektif


 jangka panjang yang tidak memerlukan tindakan
ulang
 bersifat praktis artinya tidak membutuhkan kunjungan
ulang yang terjadwal
 tidak mengganggu hubungan sexsual.
 Bebas dari efek samping hormonal sebagaimana pil,
KB suntik maupun susuk.
Kerugian

 Sifatnya permanent, sehingga calon ibu klien harus


menyadari betul bahwa sekali dilakukan sterilisasi
hampir tidak mungkin hamil kembali.
 Kontap merupakan tindakan operasi, sehingga syarat
operasi harus terpenuhi terutama yang menyangkut
pencegahan infeksi.
Daftar Pustaka
 Brahm, (2006),”Ragam Metode Kontrasepsi”.Cet.1-Jakarta : EGC.
 Everett,(2007),”Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual reproduktif”. Ed.2-Jakarta : EGC.
 Ferre, Hellen,(1999),”Perawatan Maternitas”.Cet.1.Ed.2-Jakarta : EGC.
 Glasier, A,(2005),”Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi”.Ed.4.Cet.1-Jakarta : EGC.
 Hartanto,(2004),”Keluarga Berencana dan Kontrasepsi”.Cet.5-Jakarta : CV Muhasari.
 Indiarti, dkk,(2008), “Bahagia Menjalani Kehamilan Sehat”.Cet.1-Yokyakarta : Pegasus.
 Kompas,(2006),”Kontrasepsi Mantap”.http://www.kompas.htm.dikutip tanggal 23-4-2009.
 Manuaba, (1998), Ilmu Kebidanan & Penyakit Kandungan. Cet.2 – Jakarta : EGC.
 Mochtar,Rustam,(1998),”Sinopsi Obstetri : Obstetri Operatif, Obstetri Sosial”.Ed.2-Jakarta : EGC.
 Notoatmodjo.S,(2002), “Metodologi Penelitian Kesehatan”.Cet.2 – Jakarta : PT.Rineka Cipta.
 Siswasudarmo.et.al,(2007),”Teknologi Kontrasepsi”.Cet.2-Yogyakarta:Gadjah Mada University.
 Speroff Leon,(2005), “Pedoman Klinis Kontrasepsi”.Ed.2.Cet.1-Jakarta : EGC.
 Suratun,dkk,(2008),”Pelayanan Kelarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi”.-Jakarta : Trans Info
Media.
 Manuaba, Ida Bagus Gde. 1999. Operasi Kebidanan Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Dokter
Umum. Jakarta : EGC.
 Wiknjosastro, Hanifa.1999. Ilmu Kebidanan, ed. III. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai