Anda di halaman 1dari 14

ADMINISTRASI KESEHATAN

“Entrepreneurship pada Spesialisasi Ilmu Obstetri Dan

Ginekologi

Oleh :

dr. Bobby Rianto Adi Putra


NIM 04052722125008
Pembimbing: DR. dr. Ferry Yusrizal, SpOG(K), MKes

DEPARTEMEN ILMU OBSTETRI & GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

RSUP DR. MUHAMMAD HOESIN PALEMBANG 2021


Entrepreneur, entrepreneurship, dan enterprise berasal dari bahasa Perancis'entreprendre',
yang mana telah digunakan pada awal abad ke-12, yang memiliki konotasi 'to do something'.
Lebih lanjut dikatakan bahwa pada abad ke-15, kata entrepreneur diasosiasikan sebagai 'seorang
pribadi yang secara aktif menyelesaikan berbagai macam pekerjaan' (Wennekers, 2006). Kata
‘entrepreneur’ dalam Bahasa Inggris modern menunjuk kepada pendiri sebuah bisnis atau
pemilik sebuah perusahaan inovatif. Makna tersebut dapat dijelaskan ke dalam dua hal. Pertama,
entrepreneurship merupakan aktivitas mendirikan sebuah usaha/bisnis baru untuk mengejar suatu
peluang (opportunity), sehingga dalam artian tersebut, entrepreneur dipandang sebagai inovator
atau pioneer. Kedua, entrepreneurship adalah aktivitas dari seseorang yang memimpin,
mengelola, mengambil resiko, dan sekaligus menjadi pemilik dari sebuah usaha atau sering
disebut sebagai owner-manager.1,2,5

Kata dalam Bahasa Inggris yang ekuivalen dengan entreprendre adalah 'undertaker', dan
terkadang 'adventurer'. Kata 'undertaker' ini digunakan seiring waktu dengan penggunaan bahasa
Perancis 'entrepreneur'. Dalam Bahasa Italia, entrepreneur disebut sebagai'imprenditore' dan kata
enterprise adalah 'impresa', karena yang maraca pada waktu itu adalah entrepreneur yang
mengorganisir opera (impresario), dan menanggung resiko dari kegagalan pertunjukan opera
tersebut. Kata benda dalam Bahasa Belanda 'ondernemer' mengacu kepada seseorang yang
mengambil alih sebuah pekerjaan yang sulit atas nama dirinya sendiri. Pengertian yang kedua
adalah seseorang yang bekerja secara independen dan menanggung sendiri resikonya. Kata
dalam Bahasa Belanda tersebut ekuivalen dengan kata dalam Bahasa Jerman, yakni
'unternehmer'. Tabel 2.1 memperbandingkan akar kata entrepreneur dan entrepreneurship secara
ekuivalen dalam lima bahasa Indo-Eropa.3,4,6

Dalam khasanah Bahasa Indonesia, entrepreneurship dapat diartikan sebagai kewirausahaan, dan
kata entrepreneur diterjemahkan sebagai wirausaha atau wiraswasta, yakni seseorang yang
bekerja untuk bisnis miliknya sendiri. Arti ini ekuivalen dengan pengertian entrepreneur sebagai
owner-manager, yakni seseorang yang mengelola bisnis yang dimilikinya.

“Entrepreneurs are alert individuals who perceive and exploit profit opportunities”. Demikianlah
pengertian yang dipaparkan oleh Global Entrepreneurship Monitor (GEM), sebuah penelitian
yang digagas oleh Babson College dan London Business School sejak tahun 2002. Dalam
pengertian tersebut, entrepreneur dipandang sebagai individu, memiliki perhatian atau awareness
sehingga mampu mengidentifikasi peluang usaha, dan usaha mereka tersebut diarahkan kepada
keuntungan ekonomi (profit).

Sejarah Entrepreneurship secara historis sudah dikenal sejak diperkenalkan oleh Richard
Castillon pada tahun 1755. Di luar negeri, istilah entrepreneurship sendiri telah dikenal sejak
abad ke-17, sedangkan di Indonesia istilah entrepreneurshipbaru dikenal pada akhir abad ke-20.
Beberapa istilah entrepreneurship seperti di Belanda dikenal dengan ondernemer, dalam bahasa
Prancis dikenal dengan istilah entreprendre, dalam bahasa jerman entrepreneur disebut dengan
unternehmer, turunan dari kata yang diartikan menjalankan, melakukan dan berusaha.

Pendidikan entrepreneurship mulai dirintis sejak 1950-an di beberapa negara seperti


Eropa, Amerika, dan Kanada. Bahkan sejak 1970-an banyak universitas yang mengajarkan
entrepreneurship atau manajemen usaha kecil. Pada tahun 1980-an, hampir 500 sekolah di
Amerika Serikat memberikan pendidikan entrepreneurship. DI Indonesia, entrepreneurship
dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan
perkembangan dan tantangan seperti adanya krisis ekonomi, pemahaman entrepreneurship baik
melalui pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyarakat
entrepreneurship menjadi berkembang.

Behavioral dan Occupational Entrepreneurship Dari sudut pandang tingkah laku (behavior),
entrepreneurship dapat didefinisikan sebagai gabungan dari ‘penciptaan peluang ekonomi baru’
dan ‘pengambilan keputusan dalam suatu pekerjaan serta bagaimana proses penggunaan sumber
daya yang ada’ (Wennekers dan Thurik, 1999). Dalam pengertian tersebut, pengambilan
keputusan adalah suatu hal yang vital, namun penekanan kata entrepreneurship itu sendiri
terdapat pada kata oportunitas/peluang (opportunities). Peluang adalah hal yang lebih tepat
disandangkan pada entrepreneurship, sedangkan proses pengambilan keputusan lebih mengarah
kepada proses pengelolaan usaha atau disebut sebagai manajemen.

Entrepreneur berupaya menorehkan inovasi dan ide bisnis baru dengan menawarkan barang atau
jasa yang baru maupun unik ke pasar. Tidak hanya barang atau jasa, inovasi juga dapat dilakukan
melalui cara berproduksi yang baru atau proses penetapan harga (pricing) yang baru. Produk atau
teknologi yang baru yang diperkenalkan kepada pasar sebagai contoh adalah Mcintosh milik
Apple Computer yang pada tahun 1983 diluncurkan oleh pendirinya, Steve Jobs dan Steve
Wozniak (Cruikshank, 2008). Adapun prosespricing yang inovatif dilakukan oleh banyak
perusahaan teknologi informasi (information technology) dewasa ini. Sebagai contoh, Google,
situs search engine terbesar di dunia, tidak menagih pembayaran atas jasa utamanya. Pendapatan
terbesar berasal dari jasa sampingan, yaitu Ads by Google, iklan di internet yang dikelola oleh
Googledengan konsep pay per click, yakni dibayarkan oleh pengiklan sejunlah iklan tersebut
diklik oleh pengguna internet.

Dalam penelitian Global Entrepreneurship Monitor, entrepreneur yang inovatif


(innovative entrepreneurs) adalah pihak yang menjadi penghubung antara entrepreneurship dan
pertumbuhan ekonomi. Sebuah produk bisnis dapat disebut inovatif bila dipandang sebagai
sesuatu yang baru oleh konsumen, tidak memiliki kompetitor langsung, dan menggunakan
sebuah teknologi atau proses yang baru maupun unik dalam berproduksi. (GEM 2005).

Dari sudut pandang occupational atau berkaitan dengan profesi, entrepreneur adalah seseorang
yang bekerja untuk dirinya sendiri dan menanggung resikonya sendiri. Pengertian ini sangat
dekat dengan pengertian entrepreneur sebagai seorang self-employee dan owner-manager.2,7

Entrepreneurship dan Ilmu Pengetahuan Institusi pendidikan yang terus mengembangkan


penelitian atas ilmu pengetahuan, dapat menemukan cara-cara baru maupun inovasi sebagai hasil
dari proses penelitian yang mendalam dan terus-menerus. Hasil penelitian tersebut dapat terus
dikembangkan menjadi komoditas bisnis yang menguntungkan.

Tenaga kerja yang terlatih dan memiliki pengetahuan mutlak diperlukan untuk
mentransfer bentuk ilmu pengetahuan tersebut ke dalam dunia usaha. Akan tetapi, banyak pihak
yang tidak memperhitungkan peran para entrepreneur. Proses transfer ilmu pengetahuan dari
penelitian akademis menjadi produk komersial adalah jasa para entrepreneur. Pengetahuan,
sebagai sumber daya utama dalam menjalankan bisnis harus dikoordinasikan dan ketika
organisasi bisnis (perusahaan) telah berdiri, maka usaha tersebut harus diintegrasikan dengan
pengalaman dan kemampuan untuk mendapatkan konsep bisnis yang utuh, berdasarkan ilmu
pengetahuan. Hal ini merupakan bagian dari entrepreneurshipberbasis ilmu pengetahuan (Weng
dan Ho, 2006). Bagi para peneliti (researcher), terdapat dua pilihan, yakni mendirikan
perusahaan di mana si peneliti bertindak sebagai entrepreneur dan bekerja pada Entrepreneurship
capital, Eduardus Chrismas P, FE UI, 2009
26 Universitas Indonesia

perusahaan besar yang telah berdiri dengan staf R&D yang terspesialisasi. Keduanya
berkompetisi dalam hal sumber daya manusia untuk merealisasikan transfer ilmu pengetahuan
tersebut. Proses komersialisasi pengetahuan terjadi ketika peneliti membentuk sebuah
perusahaan atau menjadi karyawan di perusahaan besar. Dalam konteks ekonomi berbasis ilmu
pengetahuan dalam bingkai persaingan global, kemampuan dan praktik entrepreneurship sangat
penting dibandingkan dengan kemampuan lainnya. Oleh sebab itu, entrepreneurship semestinya
dipelajari di universitas. Galloway, et.al (2005) menyelidiki apakah penambahan pelajaran
entrepreneurship akan mengubah jumlah dan kualitas para sarjana bisnis di masa depan.

Pendidikan entreprenership diharapkan memiliki dampak terhadap para sarjana di masa


depan. Tetapi, penelitian tersebut menunjukkan bahwa hal itu akan terjadi pada long-term dan
bukan short-term. Dengan adanya pendidikan maupun kurikulum tentang entreneurship pun,
mayoritas responden menyatakan bahwa mereka baru akan mendirikan usaha setelah lebih dari
10 tahun setelah lulus Penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada kemungkinan pendidikan
yang ada saat ini tidak dapat memenuhi kebutuhan di masa depan bila metode pengajaran tidak
memiliki perhatian yang serius terhadap pembangunan kemampuan dan minat para calon sarjana.

Praktik Entrepreneurship dalam OB-GYN yang Terus Terlahir Kembali


Obstetri dan ginekologi salah satu jenis tenaga medis yang penting karena berperan dalam hal
system Reproduksi Manusia yang berhubungan erat dengan Wanita dan kehamilan. Mengingat
ini adalah Entrepreneurship kedokteran yang berfokus pada medis, hampir semua lembaga
keuangan bersedia memberikan dukungan modal dalam jumlah besar untuk bisnis ini mengingat
fakta bahwa pendapatan mereka sepenuhnya kebal dari perubahan negatif dalam perekonomian.

Meskipun ada perubahan terus menerus pada peraturan perawatan kesehatan yang berkaitan
dengan penggantian asuransi serta penggantian dari sistem kesehatan yang didanai publik, dokter
kandungan dan profesional medis terkait akan selalu dapat memperoleh pendapatan dari layanan
mereka. Rencana bisnis praktik OB / GYN harus dikembangkan jika pemiliknya akan mencari
modal dari lembaga keuangan. Rencana bisnis ini harus menampilkan laporan laba rugi tiga
tahun, analisis arus kas, neraca, analisis titik impas, dan halaman rasio bisnis.

Sehubungan dengan penelitian industri, ada sekitar 25.000 praktik OB / GYN di Amerika Serikat
dan setiap tahun bisnis ini menghasilkan pendapatan sekitar $ 15 miliar. Prospek industri untuk
segmen tertentu dari industri medis yang kuat mengingat fakta bahwa orang dapat terus memiliki
anak dan wanita akan terus membutuhkan perawatan kesehatan yang layak. Industri ini
diharapkan tumbuh pada tingkat yang kira-kira sama dengan ekonomi umum. Analisis
demografis yang menunjukkan jumlah wanita dalam pasar sasaran, pendapatan rumah tangga
tahunan, persentase keluarga yang memiliki asuransi kesehatan, dan jumlah wanita yang hamil
pada waktu tertentu harus mulai dimasukkan dalam analisis statistik untuk jenis praktik medis
ini. . Analisis kompetitif biasanya disertakan juga yang menampilkan jumlah dokter kandungan
dan ginekolog yang berpraktik di pasar tertentu. Ini akan memastikan bahwa praktik tersebut
tidak dibuka di pasar yang sangat jenuh.3,7,

Selain itu, mengingat sifat pekerjaan - hampir semua praktik mempertahankan hak istimewa
masuk rumah sakit sehingga layanan dapat diberikan di fasilitas rumah sakit. Ini merupakan
aspek penting dari sebagian besar praktik ini mengingat fakta bahwa kebanyakan anak selalu
dilahirkan di rumah sakit atau paling tidak Puskesmas .

Orang akan selalu hamil, dan akan selalu ada kebutuhan berkelanjutan akan dokter yang mampu
merawat pasien yang mengandung anak dan untuk tujuan kesehatan. Industri ini tidak akan
menghadapi risiko apa pun yang berkaitan dengan otomatisasi, dan aspek khusus perawatan
kesehatan akhir-akhir ini - termasuk telemedicine - akan menjadi keuntungan besar bagi bisnis
ini di masa mendatang. 5,7

ENTREPRENEUR DALAM DUNIA OBGYN BERDASARKAN SUBSPESIALISNYA

Obstetri adalah cabang kedokteran yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan,
termasuk proses sebelum, selama, dan setelah seorang wanita melahirkan.
Ginekologi adalah cabang kedokteran yang fokus pada kesehatan tubuh dan organ reproduksi
wanita. Cabang ini mencakup diagnosis, penanganan, hingga perawatan penyakit yang terkait
dengan organ reproduksi wanita.

Wanita hamil biasanya berkunjung ke ahli obstetri dan ginekologi untuk pemeriksaan dan
perawatan rutin antenatal, yakni pemeriksaan kondisi kehamilan dan persiapan persalinan.
Rentang waktunya beragam sesuai anjuran dokter selama masa kehamilan, tetapi mereka akan
menemui dokter secara rutin tiap trimester.

Salah satu alasan banyak wanita memilih perawatan oleh dokter kebidanan dan kandungan untuk
kehamilan mereka adalah karena merasa lebih nyaman setelah memahami kondisi janin dan
kehamilannya secara lebih detil.

Fokus pelayanan obstetri yang juga dilakukan untuk memeriksa kelainan saat kehamilan dan
persalinan, antara lain:

 Kehamilan ektopik, atau kehamilan di luar rahim


 Solusio plasenta, yaitu plasenta yang terlepas dari rahim sebelum waktunya

 Preeklamsia, yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, pembengkakan tungkai, dan
keluarnya protein melalui urine

 Kehamilan usia tua atau di atas 35 tahun

 Kehamilan berisiko tinggi, misalnya pada ibu hamil yang juga memiliki penyakit diabetes
atau darah tinggi

 Kelahiran prematur

 Bahu bayi terjebak saat melahirkan (distosia bahu)

 Tali pusat menumbung (Prolapsed umbilical cord), yaitu tali pusar yang keluar
mendahului bayi, lalu terjepit

 Perdarahan saat atau setelah persalinan

 Ruptur uteri, terjadinya robekan pada lapisan rahim

 Sepsis yang terjadi karena komplikasi persalinan


Layanan ginekologi mengarah pada kesehatan organ reproduksi wanita, mulai dari vagina,
rahim, ovarium, hingga tuba falopi. Layanan ginekologi juga bisa mencakup penanganan
masalah yang berhubungan dengan payudara wanita.

Beberapa pelayanan yang bisa ditangani oleh ahli ginekologi antara lain adalah:

 Vaksinasi terhadap human papilloma virus (HPV)


 Keputihan

 Infeksi saluran kemih

 Penyakit menular seksual

 Menopause

Kondisi Lain yang Memerlukan Spesialis Obstetri dan Ginekologi

Selain kehamilan pada umumnya, ada beberapa situasi yang juga memerlukan pelayanan dari
dokter spesialis obstetri dan ginekologi, yaitu:

 Pemeriksaan untuk persiapan pranikah


 Program kehamilan bagi pasangan yang ingin mengusahakan kehamilan atau
pasangan infertil

 Program keluarga berencana (KB)

 Pengarahan lanjutan untuk mencegah atau mengurangi dampak komplikasi kehamilan


seperti preeklamsia atau plasenta previa

 Pemeriksaan papsmear untuk deteksi dini kanker serviks

 Pemeriksaan terkait faktor genetik untuk persiapan kehamilan

 Layanan visum untuk tindak kriminal seperti pemerkosaan dan aborsi

Pemeriksaan obstetri dan ginekologi memiliki banyak keuntungan bagi kesehatan ibu dan anak.
Adanya dokter kandungan diharapkan dapat membantu meningkatkan kewaspadaan mengenai
pentingnya kesehatan ibu dan anak, kesehatan reproduksi, serta menurunkan angka kesakitan dan
kematian ibu dan anak.
1. Subspesialis Fetomaternal

Dokter obgyn dengan subspesialisasi ini umumnya fokus menangani pasien dengan kehamilan
risiko tinggi. Beberapa masalah kehamilan yang membutuhkan bantuan dokter bergelar
SpOG(K)FM atau fetomaternal ini seperti kehamilan dengan riwayat keguguran berulang, risiko
lahir prematur, bayi kembar TTTS (twin-to-twin transfusion syndrome), diabetes gestasional,
dan pre-eklampsia.

2. Subspesialis Endokrin dan Fertilitas

Dokter ini memiliki gelar SpOG(K)FER atau singkatan endokrinologi dan fertilitas. Bagi Moms
yang mengalami hambatan untuk hamil, ingin mencoba inseminasi atau bayi tabung, maka
dokter dengan subspesialisasi ini sangat tepat untuk membantu Anda. Dokter ini juga akan
memeriksa lebih lanjut apakah ada ketidakseimbangan hormon yang memengaruhi kematangan
sel telur Anda dan penyakit penyerta lainnya yang mungkin menurunkan kesuburan Anda.

3. Subspesialis Onkologi

Dokter obgyn dengan gelar SpOG(K)Onk ini fokus menangani kanker pada sistem reproduksi
wanita, seperti kanker serviks (kanker leher rahim), kanker ovarium, uterus, dan vulva.

4. Subspesialis Bedah Rekonstruksi Panggul

Dokter obgyn ini fokus untuk melakukan operasi bedah pada panggul dan area reproduksi
wanita. Berkonsultasi dengan pakar yang satu ini tidak selalu berakhir dengan operasi atau bedah
kok, Moms, karena beliau juga membantu mengobati masalah seperti infeksi saluran kemih dan
keluhan seputar panggul wanita.

5. Subspesialis Uroginekologi

Dokter ini membantu menangani kelainan anatomi dari rahim dan jalan lahir, seperti terjadinya
robekan pada perineum usai melahirkan, disfungsi seksual wanita, hingga kelainan bawaan
saluran genitalia wanita

lmu Obstetri dan Ginekologi Sosial adalah pengembangan obstetri dan ginekologi dan
tatalaksananya dengan mengikutsertakan ilmu pencegahan (promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif) sehingga ikut serta memperhitungkan faktor lingkungan yang berkaitan dengan
fenomena kematian maternal dan perinatal serta penyakit alat reproduksi wanita. Oleh karena itu
diperlukan pendidikan khusus, sehingga dapat dihasilkan Obstetri dan Ginekologi Konsultan
(Sub Spesialis) yang mempunyai kompetensi dalam memberikan konsultasi untuk
menyelesaikan masalah kesehatan reproduksi secara individu serta dalam masyarakat secara
holistik, paripurna dan terintegrasi.

Didalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan
bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum.

Pendidikan Kedokteran pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan mutu kesehatan bagi
seluruh masyarakat. Hal ini juga merupakan misi dari federasi dunia untuk pendidikan
kedokteran (World Federation for Medical Education/WFME) sebagai badan internasional yang
merepresentasikan dosen dan institusi pendidikan kedokteran. WFME berusaha untuk
meningkatkan standar keilmuan dan etika tertinggi pendidikan kedokteran, mengajukan metode
pembelajaran dan sarana instruksional baru, serta pengelolaan inovatif pendidikan kedokteran.
Pendidikan dokter adalah pendidikan akademik dan profesi yang menghasilkan dokter umum-
dokter spesialis-dan dokter subspesialis yang merupakan jenjang pendidikan lanjut dari
pendidikan dokter spesialis.

Standar pendidikan dokter harus selalu ditingkatkan secara terstruktur, berencana dan
berkelanjutan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi kedokteran (Medical
Science and Technology), perkembangan ilmu dan teknologi pendidikan kedokteran (Medical
Education and Tehcnology) dan tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan (The
Quality of Health, Needs and Demands).

Dalam salah satu dokumen yang diterbitkan WFME dikemukakan suatu standar internasional
pendidikan kedokteran pasca sarjana (Postgraduate medical education) yang dilengkapi dengan
mekanisme untuk memperbaiki kualitas pendidikan kedokteran dalam konteks global, dimana
pendidikan spesialis dan subspesialis termasuk dalam dokumen ini. Dalam era globalisasi
pengembangan pendidikan dokter spesialis dan subspesialis yang mengikuti standar global perlu
dikembangkan seperti yang dikemukakan dalam dokumen yang diterbitkan oleh WFME.

Di bidang obstetri, Indonesia masih terbelit masalah dengan tingginya angka kematian ibu.
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia mencapai 262/100.000 kelahiran hidup menurut laporan
BPS pada tahun 2005. Di bandingkan dengan negara-negera ASEAN lainnya, AKI di Indonesia
tertinggi. Penyebab kematian ibu, sesuai dengan penelitian beberapa pihak, paling banyak adalah
akibat perdarahan.

Faktor sosial yang turut berperan dalam kematian ibu adalah keterlambatan mengenali tanda
bahaya karena tidak mengetahui kehamilannya dalam risiko yang cukup tinggi, terlambat
mencapai fasilitas untuk persalinan, dan terlambat untuk mendapatkan pelayanan. Selain itu,
terlalu muda punya anak, terlalu banyak melahirkan, terlalu rapat jarak melahirkan, terlalu tua
punya anak, dan kurangnya partisipasi masyarakat, karena tingkat pendidikan ibu masih rendah,
tingkat sosial ekonomi ibu, kedudukan wanita dalam keluarga masih rendah, dan sosial budaya
tidak mendukung.

Kurangnya akses ibu bersalin terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas turut pula berperan.
Kurangnya akses tersebut disebabkan penyebaran tempat pelayanan kesehatan yang belum
optimal, kualitas dan efektifitas pelayanan kesehatan ibu belum memadai, sistem rujukan
kesehatan maternal belum mantap, dan lemahnya manajemen kesehatan di berbagai tingkat.

Pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan telah berupaya melakukan percepatan


penurunan AKI dengan kebijakan Making Pregnancy Safer (MPS) melalui tiga pesan kunci dan
empat strategi. Tiga pesan kunci tersebut adalah setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
terlatih, setiap komplikasi obsteri dan neonatal ditangani secara adekuat, dan setiap usia subur
mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan, dan penanggulangan
komplikasi keguguran. Sedangkan empat strateginya adalah peningkatan akses dan kualitas
pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir di tingkat dasar dan rujukan, membangun kemitraan
yang efektif, mendorong pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat, serta
meningkatkan sistem surveilans monitoring dan informasi tentang KIA.

Di bidang ginekologi, kita masih terbelit masalah dengan makin meningkatnya penyakit menular
seksual, terutama HIV di kalangan wanita, tingginya prevalensi karsinoma serviks di Indonesia,
dan masalah kesehatan reproduksi remaja. Untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut
diperlukan konsultan di bidang obstetri dan ginekologi sosial yang dapat menerapkan tehnologi
yang tepat guna, yang menitikberatkan pada segi promotif, preventif dan rehabilitatif,
disesuaikan dengan kondisi di Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dengan jumlah
penduduk di bawah garis kemiskinan yang cukup besar.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas Bagian Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada bermaksud untuk membuka Program Pendidikan Dokter Spesialis II (PPDS-
Konsultan) di bidang Obstetri sosial. 5,6,7
DAFTAR PUSTAKA

1. Thomas W Zimmerer, Norman M. Scarborough, Entrepreneurhip and The New Venture


Formation (New Jersey: Prentice Hall International Inc, 1993), 6-7.9Dun Steinhoff,
J.F.Burgess, Small Business Management Fundamentals 6th (New York: McGraw-Hill
Inc, 1993), 38.
2. Suryana, Kewirausahaan: Kiat dan Proses Menuju Sukses (Jakarta: Salemba Empat,
2013), 59.7Ibid, 61.
3. Tim Pusat Kurikulum Pengembangan Pendidikan Entrepreneurship, 2010. Bahan
Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk
Membentuk Daya saing dan Karakter Bangsa(Jakarta: Balitbang Kemendiknas RI, 2010),
16-19.12Ibid., 10-11.
4. Suryana, Kewirausahaan: Kiat dan Proses Menuju Sukses (Jakarta: Salemba Empat,
2013), 84.15J. Winardi, Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2001), 1.16Stephen P. Robbin, Prilaku Organisasi: Konsep,
Kontroversi, Aplikasi (Jakarta: PT Prenhallindo, 2001), 166.17Richard M. Steers, et.al.,
Motivation and Leadership at New York (New York: McGraw-Hill, 1996), 26
5. Frank A. Chervenak (Committee Chair), Department of Obstetrics and Gynecology,
Weill Medical College of Cornell University, DOI: 10.1002/ijgo.12027. New York
Presbyterian Hospital, 525 East 68th Street, New York, NY 10065, USA.
6. R.B. Lenin1, Curtis L. Lowery2, Wilbur C. Hitt2, Nirvana A. Manning2, Peter Lowery3
and Hari Eswaran2*.Lenin et al. BMC Health Services Research (2015) 15:387 DOI
10.1186/s12913-015-1007-9. 2Department of OB/GYN, University of Arkansas for
Medical Sciences, 4301 West Markham Street, 72205 Little Rock, Arkansas, USA
7. Budi Wiweko1,2,3, Sarah Chairani Zakirah1,3*, Aida Riyanti1,3, Shanty Olivia1,3,
Muhammad Priangga1,3 , Vita Silvana1,3, Achmad Kemal Harzif1,2,3, Gita
Pratama1,2,3, R. Muharam1,2,3, Kanadi Sumapraja1,2,3 , Andon Hestiantoro1,2,3. Vol.
27, Special Issue 1, 2019. Divisi Fertilitas Endokrinologi dan Reproduksi, Departemen
Obstetri and Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta, 10430,
Indonesia, 2Klinik Yasmin IVF, RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai