Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis ucapakan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang

“BIOENTREPRENEURSHIP” ini dapat diselesaikan sebaik-baiknya yang disusun

dalam rangka tugas mata kuliah Inovasi Pendidikan. Penulis ucapka banyak terima

kasih kepada Ipin Aripin, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Inovasi

Pendidikan.

Dalam penulisan makalah ini, Penulis menyadari akan keterbatasan

kemampuan dalam menyusun makalah tersebut. Penulis menyadari bahwa

makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaaan baik dalam

materi maupun cara penyajian penulisannya, sehingga penulis membutuhkan kritik

dan saran guna perbaikan makalah ini kedepannya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Cirebon, April 2015

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan jaman yang semakin modern seiring dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin maju. Berkembangnya
IPTEK dalam berbagai bidang berdampak pada tingkat persaingan untuk memperoleh
pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan formal yang ditempuh. Dunia pendidikan
idealnya diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas baik dalam
bidang akademik maupun non akademik. Kualitas akademik adalah kualitas siswa
dalam bidang ilmu, sedangkan kualitas non akademik berkaitan dengan kemandirian
untuk mampu bekerja di kantor atau menciptakan lapangan kerja sendiri, dengan kata
lain memiliki karakter dan perilaku wirausaha yang tinggi, sehingga siswa dapat
memperoleh ilmu dan pengalaman keterampilan agar mampu bersaing dalam
menjalani dunia kehidupan.
Sasaran tersebut dapat terpenuhi dengan pembelajaran yang menekankan
pada isi dan kompetensi. Pembelajaran dengan penekanan kompetensi memberikan
pengalaman belajar tidak hanya teori tetapi juga mengajarkan bagaimana pekerjaan
dikerjakan (keterampilan). Siswa memiliki potensi alami yang umumnya belum aktif
dan disadari, sehingga perlu dikembangkan agar dapat menjadi siswa yang kompeten.
Sayangnya pembelajaran yang berlangsung sekarang umumnya belum mengarah pada
sasaran tersebut, karena masih banyak yang lebih mementingkan isi dan bukan
kompetensi.
Pembelajaran berbasis kompetensi perlu dikembangkan, mengingat semakin
meningkatnya jumlah penganggur terdidik. Permasalahan tersebut dapat terjadi
karena pembelajaran yang berlangsung di sekolah rata-rata berbasis isi, sehingga
kompetensi yang dimiliki siswa tidak berkembang. Kompetensi berwirausaha dapat
diberikan dalam beberapa cara, antara lain dapat melalui mata pelajaran tersendiri
atau diintegrasikan pada mata pelajaran yang relevan dengan menggunakan metode
pembelajaran yang membangun semangat berwirausaha.
Kewirausahaan bukan mengenai bisnis, uang dan pengusaha, melainkan
merupakan suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
berguna bagi dirinya sendiri dan orang lain. Pembelajaran berpendekatan
kewirausahaan dilaksanakan dengan menerapkan prinsip yang mengarah pada
pembentukan kecakapan hidup (life skill) sehingga siswa dapat hidup mandiri,
berjiwa kreatif, mampu mencari solusi atas permasalahan dan tidak bergantung pada
orang lain.
Pendidikan kewirausahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap minat
wirausaha siswa dan diperkuat oleh faktor demografis seperti jenis kelamin,
pengalaman kerja dan pekerjaan orang tua. Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan
tidak dapat dilakukan dengan menggunakan metode mengajar konvensional.
Pendidikan kewirausahaan memerlukan pembelajaran yang mampu mengaitkan
materi pembelajaran dengan kehidupan nyata dan memotivasi siswa untuk
mengaitkan pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan mereka. Biologi
sebagai salah satu cabang ilmu sains tidak hanya mempelajari alam dan makhluk
hidup, akan tetapi juga mengajarkan tanggung jawab untuk mencintai, memelihara
kelestarian lingkungan, dan menjaga keseimbangan alam sehingga manusia dapat
memperoleh manfaatnya.
Untuk mewujudkan hal tersebut pada mata pelajaran biologi diperlukan suatu
pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Langkah yang dapat dilakukan adalah
mengembangkan perangakat pembelajaran biologi dengan pendekatan berorientasi
kewirausahaan. Pembelajaran dengan pendekatan kewirausahaan diarahkan dalam
pembelajaran yang bersifat kontekstual, yaitu pendekatan pembelajaran dikaitkan
dengan
objek yang nyata.

B. Rumusan Masalah

1. Apakan bioentrepreneurship?
2. Bagaimana pendidikan entrepreneurship di sekolah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui entrepreneurship
2. Untuk mengetahui bioentrepreneurship
3. Untuk mengetahui pendidikan entrepreneurship di sekolah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bioentrepreneurship
1. Definisi Bioentrepreneurship
Bioentrepreneurship berasal dari dua kata, yaitu bio dan entrepreneurship.
Entrepreneurship atau kewirausahaan adalah usaha kreatif yang dibangun
berdasarkan inovasi untuk menghasilkan sesuatu yang baru, memiliki nilai
tambah, memberi manfaat, menciptakan lapangan kerja dan hasilnya berguna bagi
orang lain. Entrepreneurship mengandung makna wiraswasta atau wirausaha
adalah cabang ilmu ekonomi yang mengajarkan bagaimana kita bisa mandiri
dalam memulai sesuatu usaha dalam rangka mencapai profit serta
mengembangkan seluruh potensi ekonomi yang di miliki.
Kewirausahaan memiliki arti yang berbeda-beda antar para ahli atau sumber
acuan karena berbeda-beda titik berat dan penekanannya. Richard Cantillon
(1775), misalnya, mendefinisikan kewirausahaan sebagai bekerja sendiri (self-
employment). Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu
dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi
definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi risiko atau
ketidakpastian. Berbeda dengan para ahli lainnya, menurut Penrose (1963)
kegiatan kewirausahaan mencakup indentfikasi peluang-peluang di dalam sistem
ekonomi sedangkan menurut Harvey Leibenstein (1968, 1979) kewirausahaan
mencakup kegiatan yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan
perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi
dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya dan
menurut Peter Drucker, kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru dan berbeda. Orang yang melakukan kegiatan kewirausahaan
disebut wirausahawan.
Secara bahasa menurut Kuratko dan Hodenganetts sebagaimana dikutip oleh
Manurung (2005: xxii), menyatakan bahwa entrepreneur (wirausaha) berasal dari
dari bahasa prancis entrepende yang berarti mengambil pekerjaan (to undertake).
Sedangkan dalam bahasa Indonesia, kewirausahaan berasal dari kata wira dan
usaha. Wira berarti pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur,
gagah berani dan berwatak agung. Usaha adalah perbuatan amal, bekerja, dan
berbuat sesuatu. Jadi wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang berbuat
sesuatu
Sedangkan menurut istilah, wirausaha dan kewirausahaan (entrepreneurship)
merupakan istilah yang masih terbilang baru di Indonesia. Secara historis, konsep
kewirausahaan ini mulai diperkenalkan pada abad ke-18 di Prancis oleh Richard
Cantillon. Pada periode yang sama, di Inggris juga sedang terjadi revolusi industri
yang melibatkan sejumlah wirausaha. Pengertian kewirausahaan itu sendiri
berkembang sejalan dengan evolusi pemikiran para ahli ekonomi di dunia Barat,
kemudian menyebar ke negara-negara lain, termasuk ke Indonesia. Di negara
Indonesia sendiri, konsep entrepreneurship tersebut dialih bahasakan sebagai
kewiraswastaan dan kewirausahaan, sementara entrepreneur sebagai wirausaha,
(Yunus, 2008: 178).
Menurut Kemendiknas (2010: 15-17) kewirausahaan adalah suatu sikap jiwa
dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, yang sangat bernilai dan
berguna, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain, (Wibowo, 2011: 18).
Pengertian wirausaha lebih lengkap dinyatakan oleh Schumpeter,
entrepreneurship as the person who destory the existing economic order by
introducing new products and services, by creating new forms of organization, or
by exploting new raw materials. Wirausaha adalah orang yang mendobrak system
ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan
menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru. Dengan
demikian orang tersebut melakukan kegiatannya melalui organisasi bisnis yang
baru ataupun bisa pula dilakukan dalam organisasi bisnis yang sudah ada. Dalam
definisi ini ditekankan bahwa seorang wirausaha adalah orang yang melihat
adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan
peluang tersebut. Pengertian wirausaha di sini menekankan pada setiap orang
yang memulai sesuatu bisnis yang baru. Sedangkan proses kewirausahaan
meliputi semua kegiatan fungsi dan tindakan untuk mengejar dan memanfaatkan
peluang dengan menciptakan suatu organisasi, (Alma, 2010: 24)
Kata Biologi berasal dari bahasa Yunani yaitu 'bios' yang berarti hidup atau
kehidupan dan 'logos' yang berati ilmu pengetahuan. Dari asal usul kata tersebut
biologi bisa kita artikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
kehidupanan.
Sehingga Bioentrepreneurship adalah proses mengidentifikasi,
mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa
berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu.
Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada
kondisi risiko atau ketidakpastian.dilaksanakan secara terpandu dan terprogram
yang bergerak dalam bidang wirausaha berbasis ilmiah dengan tetap
mengutamakan sistem ekonomi Syariah.
Kewirausahaan (entrepreneurship) muncul apabila seseorang individu berani
mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses kewirausahaan meliputi
semua fungsi, aktivitas dan tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang
dan penciptaan organisasi usaha (Suryana, 2001). Esensi dari kewirausahaan
adalah menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengkombinasian
sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing. Menurut
Zimmerer (1996:51), nilai tambah tersebut dapat diciptakan melalui cara-cara
sebagai berikut:
a) Pengembangan teknologi baru (developing new technology),
b) Penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge),
c) Perbaikan produk (barang dan jasa) yang sudah ada (improving existing
products or services),
d) Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa yang
lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit (finding different ways of
providing more goods and services with fewer resources), (Sudrajat, 2011).
Walaupun di antara para ahli ada yang lebih menekankan kewirausahaan pada
peran pengusaha kecil, namun sebenarnya karakter wirausaha juga dimiliki oleh
orang-orang yang berprofesi di luar wirausaha. Karakter kewirausahaan ada pada
setiap orang yang menyukai perubahan, pembaharuan, kemajuan dan tantangan,
apapun profesinya.
Dengan demikian, ada enam hakikat pentingnya kewirausahaan, yaitu:
a) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang
dijadikan sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil
bisnis.
b) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai sebuah
usaha dan mengembangkan usaha.
c) Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru
(kreatif) dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam memberikan nilai
lebih.
d) Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda.
e) Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreatifitas dan keinovasian
dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki
kehidupan usaha.
f) Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan
mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk
memenangkan persaingan, (Gitoyo, 2014).
2. Karakter Entrepreneur
Menjadi seorang entrepreneur berarti memadukan perwatakan pribadi,
keuangan dan sumber-sumber daya di dalam lingkungan. “Menjadi entrepreneur
berarti memiliki kemampuan menemukan dan mengevaluasi peluang-peluang,
mengumpulkan sumber-sumber daya yang diperlukan dan bertindak untuk
memperoleh keuntungan dari peluang-peluang itu. Para entrepreneur merupakan
pemimpin dan mereka menunjukkan sifat kepemimpinan dalam pelaksanaan
sebagian besar kegiatan-kegiatan mereka. Mereka mengambil risiko yang telah
diperhitungkan dan menyukai tantangan dengan risiko moderat. Para entrepreneur
percaya teguh pada dirinya dan kemampuannya dalam mengambil keputusan yang
tepat. Kemampuan mengambil keputusan inilah yang merupakan ciri khas para
entrepreneur, (Meredith, 2000: 4).
Disamping itu semua yang tidak kalah pentingnya dari kemampuan seorang
entrepreneur yaitu kemampuan dalam memanajemen dan menggunakan waktu
secara efektif. Jadi pengertian entrepreneur menurut penulis adalah individu-
individu yang berorientasi pada tindakan dan bermotivasi tinggi untuk mandiri
dengan berani mengambil risiko dalam mengejar tujuannya. Sifat kemandirian
yang dimilikinya akan sangat berguna dalam menjalankan kepemimpinannya
terutama dalam mengambil suatu keputusan dan kemauan bertanggung jawab atas
tindakannya. Adapun beberapa karakter utama yang menjadi ciri-ciri mental
kewirausahaan, sebagai berikut:
a) Percaya diri
1) Bekerja penuh keyakinan
2) Tidak ketergantungan dalam melakukan pekerjaan
b) Berorientasi tugas dan hasil
1) Kebutuhan akan prestasi
2) Orientasi pekerjaan berupa laba, tekun dan tabah, tekad, kerja kerja
3) Berinisiatif
c) Berani mengmbil risiko
1) Berani dan mampu mengambil risiko kerja
2) Menyukai pekerjaan yang menantang
d) Berjiwa Kepemimpinan
1) Bertingkah laku sebagai pemimpin
2) Terbuka terhadap saran dan kritik
3) Mudah bergaul dan bekerja sama dengan orang lain
e) Berfikir ke arah hasil atau manfaat
1) Kreatif dan inovatif
2) Luwes dalam melaksanakan pekerjaan
3) Mempunyai banyak sumber daya
4) Serba bisa dan berpengetahuan luas
f) Keorisinalan
1) Berfikiran menatap ke depan
2) Perspektif
Adapun beberapa nilai kewirausahaan yang hendak diinternalisasikan
dalam pendidikan kewirausahaan, seperti di bawah ini:
a) Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
b) Kreatif
Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
berbeda dari produk/jasa yang telah ada.
c) Berani mengambil risiko
Kemampuan seseorang untuk menyukai yang menantang, berani dan
mampu mengambil resiko kerja.
d) Berorientasi pada tindakan
Mengambil inisiatif untuk bertindak, dan bukan menunggu, sebelum
sebuah kejadian yang tidak dikehendaki terjadi.
e) Kepemimpinan
Sikap dan perilaku seseorang yang selalu terbuka terhadap saran dan
kritik, mudah bergaul, bekerjasama, dan mengarahkan orang lain.
f) Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas dan mengatasi berbagai hambatan.
g) Jujur
Berlaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
h) Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan
i) Inovatif
Kemampuan untuk menerapkan kreatifitas dalam rangka memecahkan
persoalan-persoalan dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya
kehidupan.
j) Tanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang yang mau dan mampu melaksanakan
tugas dan kewajibannya.
k) Kerja sama
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya mampu
menjalin hubungan dengan orang lain dalam melaksanakan tindakan dan
pekerjaan.
l) Pantang menyerah (ulet)
Sikap dan perilaku seseorang yang tidak mudah menyerah untuk
mencapai suatu tujuan dengan berbagai alternatif.
m) Komitmen
Kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang baik
terhadap dirinya sendiri maupun
n) Realistis
Kemampuan menggunakan fakta/realitas sebaga landasan berfikir yang
rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan/perbuatannya.
o) Rasa ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui secara
mendalam dan luas dari apa yang dipelajari, dilihat, dan didengar.
p) Komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul dan
bekerja sama dengan orang lain.
q) Motivasi kuat untuk sukses
Sikap dan tindakan untuk mencari solusi terbaik, (Muslih, 1997: 178).
3. Falsafah Entrepreneur
Meskipun risiko kegagalan selalu ada, para entrepreneur mengambil risiko
dengan jalan menerima tanggung jawab atas tindakannya sendiri. Kegagalan harus
diterima sebagai pengalaman belajar. Belajar dari pengalaman masa lampau akan
membantu menyalurkan kegiatan-kegiatan untuk mencapai hasil-hasil yang lebih
positif, dan keberhasilan merupakan buah dari usaha-usaha yang tidak mengenal
lelah. Seorang entrepreneur selalu berusaha untuk mencapai tujuan-tujuan yang
berhubungan dengan kemmapuan-kemampuan dan ketrampilan-ketrampilannya.
Percaya diri dan menerima diri sebagai mana adanya merupakan salah satu
kunci sukses dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah direncanakan. Dalam
mencapai tujuan-tujuan itu hendaknya juga dilakukan secara jujur dan agresif
sehingga akan dapat mencapai hasil-hasil yang positif. Berorientasi pada tujuan
akan mendorong munculnya sifat-sifat baik, terutama dengan melakukan hal-hal
yang penting yang dapat dikerjakan dengan paling baik.
Para entrepreneur memiliki pandangan hidup yang sehat. Mereka merupakan
individu-individu yang matang yang telah mengembangkan suatu cara menilai
pengalaman-pengalaman secara sehat. Kebanyakan orang membiarkan keadaan
luar mengendalikan sikap mereka, sedangkan para entrepreneur menggunakan
sikap mereka untuk mengendalikan keadaan.Sikap mental positif memudahkan
untuk memfokuskan pada kegiatan- kegiatan yang akan dicapai. Pengalaman-
pengalaman negative mempunyai segi-segi yang positif bagi para entrepreneur.
Entrepreneur akan selalu bersikap mental secara positif terhadap semua peristiwa
dan mencari hikmah dari setiap pengalaman.
4. Tujuan Entrepreneurship
Bahan ajar mata diklat Kewirausahaan dapat diajarkan dan dikembangkan di
Sekolah-sekolah Dasar, Sekolah Menengah, Perguruan Tinggi, dan di berbagai
kursus bisnis. Di dalam pelajaran Kewirausahaan, para siswa diajari dan
ditanamkan sikap-sikap perilaku untuk membuka bisnis, agar mereka menjadi
seorang wirausaha yang berbakat. Agar lebih jelas, di bawah ini diuraikan tujuan
dari Kewirausahaan, sebagai berikut:
a) Meningkatkan jumlah para wirausaha yang berkualitas.
b) Mewujudkan kemampuan dan kemantapan para wirausaha untuk meng
7asilkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
c) Membudayakan semangat sikap, perilaku, dan kemampuan kewirausahaan di
kalangan pelajar dan masyarakat yang mampu, handal, dan unggul.
d) Menumbuhkembangkan kesadaran dan'orientasi Kewirausahaan yang tangguh
dan kuat terhadap para siswa dan masyarakat, (Umar, 2009).

B. Pendidikan Enterpreneurship di Sekolah


Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh
(holistik), sebagai insan yang memiliki karakter, pemahaman dan ketrampilan sebagai
wirausaha. Pada dasarnya, pendidikan kewirausahaan dapat diimplementasikan secara
terpadu dengan kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah. Pelaksanaan pendidikan
kewirausahaan dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor),
peserta didik secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidikan. Pendidikan
kewirausahaan diterapkan ke dalam kurikulum dengan cara mengidentifikasi jenis-
jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan pendidikan kewirausahaan dan
direalisasikan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, program
pendidikan kewirausahaan di sekolah dapat diinternalisasikan melalui berbagai aspek.
1. Pendidikan Kewirausahaan Terintegrasi Dalam Seluruh Mata Pelajaran
Yang dimaksud dengan pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam
proses pembelajaran adalah penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan ke
dalam pembelajaran sehingga hasilnya diperolehnya kesadaran akan pentingnya
nilai-nilai, terbentuknya karakter wirausaha dan pembiasaan nilai-nilai
kewirausahaan ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses
pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua
mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan
peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang dan
dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan
menginternalisasi nilai-nilai kewirausahaan dan menjadikannya perilaku. Langkah
ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam
pembelajaran di seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah. Langkah
pengintegrasian ini bisa dilakukan pada saat menyampaikan materi, melalui
metode pembelajaran maupun melalui sistem penilaian.
Dalam pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan ada banyak nilai yang dapat
ditanamkan pada peserta didik. Apabila semua nilai-nilai kewirausahaan tersebut
harus ditanamkan dengan intensitas yang sama pada semua mata pelajaran, maka
penanaman nilai tersebut menjadi sangat berat. Oleh karena itu penanaman nilai
nilai kewirausahaan dilakukan secara bertahap dengan cara memilih sejumlah
nilai pokok sebagai pangkal tolak bagi penanaman nilai-nilai lainnya. Selanjutnya
nilai-nilai pokok tersebut diintegrasikan pada semua mata pelajaran. Dengan
demikian setiap mata pelajaran memfokuskan pada penanaman nilai-nilai pokok
tertentu yang paling dekat dengan karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan.
Nilai-nilai pokok kewirausahaan yang diintegrasikan ke semua mata pelajaran
pada langkah awal ada 6 (enam) nilai pokok yaitu: mandiri, kreatif pengambil
resiko, kepemimpinan, orientasi pada tindakan dan kerja keras.
Integrasi pendidikan kewirausahaan di dalam mata pelajaran dilaksanakan
mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada
semua mata pelajaran. Pada tahap perencanaan, silabus dan RPP dirancang agar
muatan maupun kegiatan pembelajarannya memfasilitasi untuk mengintegrasikan
nilai-nilai kewirausahaan. Cara menyusun silabus yang terintegrsi nilai-nilai
kewirausahaan dilakukan dengan mengadaptasi silabus yang telah ada dengan
menambahkan satu kolom dalam silabus untuk mewadahi nilai-nilai
kewirausahaan yang akan diintegrasikan. Sedangkan cara menyususn RPP yang
terintegrasi dengan nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan cara mengadaptasi
RPP yang sudah ada dengan menambahkan pana materi, langkah-langkah
pembelajaran atau penilaian dengan nilai-nilai kewirausahaan.
Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan
kewirausahaan mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-
nilai kewirausahaan sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan
yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan
pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri.
Dengan prinsip ini, peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan
berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik dalam melakukan kegiatan yang terkait dengan nilai-nilai
kewirausahaan.
Pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan dalam silabus dan RPP dapat
dilakukan melalui langkah-langkah berikut:
a) Mengkaji SK dan KD untuk menentukan apakah nilai-nilai kewirausahaan
sudah tercakup didalamnya.
b) Mencantumkan nilai-nilai kewirausahaan yang sudah tercantum di dalam
SKdan KD kedalam silabus.
c) Mengembangkan langkah pembelajaran peserta didik aktif yang
memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan integrasi nilai
dan menunjukkannya dalam perilaku.
d) Memasukan langkah pembelajaran aktif yang terintegrasi nilai-nilai
kewirausahaan ke dalam RPP
2. Pendidikan Kewirausahaan yang Terpadu Dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler
Kegiatan Ekstra Kurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran
dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai
dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara
khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang
berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah. Visi kegiatan ekstra
kurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta
tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri
sendiri, keluarga dan masyarakat. Misi ekstra kurikuler adalah (1) menyediakan
sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan,
potensi, bakat, dan minat mereka; (2) menyelenggarakan kegiatan yang
memberikan kesempatan peserta didik mengespresikan diri secara bebas melalui
kegiatan mandiri dan atau kelompok.
3. Pendidikan Kewirausahaan Melalui Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran
sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan
pengembangan diri merupakan upaya pembentukan karakter termasuk karakter
wirausaha dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan
pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial,
kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler.
Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pengembangan
kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi,
bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan
kondisi sekolah/madrasah.
Pengembangan diri secara khusus bertujuan menunjang pendidikan peserta
didik dalam mengembangkan: bakat, minat, kreativitas, kompetensi, dan
kebiasaan dalam kehidupan, kemampuan kehidupan keagamaan, kemampuan
sosial, kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan karir, kemampuan
pemecahan masalah, dan kemandirian. Pengembangan diri meliputi kegiatan
terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan terprogram direncanakan secara
khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
pribadinya. Kegiatan tidak terprogram dilaksanakan secara langsung oleh
pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah yang diikuti oleh semua
peserta didik. Dalam program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan
pendidikan kewirausahaan dapat dilakukan melalui pengintegrasian kedalam
kegiatan sehari-hari sekolah misalnya kegiatan ‘business day’ (bazar, karya
peserta didik, dll)
4. Perubahan Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan dari Teori ke Praktik
Dengan cara ini, pembelajaran kewirausahaan diarahkan pada pencapaian tiga
kompetansi yang meliputi penanaman karakter wirausaha, pemahaman konsep
dan skill, dengan bobot yang lebih besar pada pencapaian kompetensi jiwa dan
skill dibandingkan dengan pemahaman konsep. Dalam struktur kurikulum SMA,
pada mata pelajaran ekonomi ada beberapa Kompetensi Dasar yang terkait
langsung dengan pengembangan pendidikan kewirausahaan. Mata pelajaran
tersebut merupakan mata pelajaran yang secara langsung (eksplisit) mengenalkan
nilai-nilai kewirausahaan, dan sampai taraf tertentu menjadikan peserta didik
peduli dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut. Salah satu contoh model
pembelajaran kewirausahaan yang mampu menumbuhkan karakter dan perilaku
wirausaha dapat dilakukan dengan cara mendirikan kantin kejujuran, dsb.
5. Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan ke dalam Bahan/Buku Ajar
Bahan/buku ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling berpengaruh
terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran. Banyak guru
yang mengajar dengan semata-mata mengikuti urutan penyajian dan kegiatan-
kegiatan pembelajaran (task) yang telah dirancang oleh penulis buku ajar, tanpa
melakukan adaptasi yang berarti. Penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan
dapat dilakukan ke dalam bahan ajar baik dalam pemaparan materi, tugas maupun
evaluasi.
6. Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Kutur Sekolah
Budaya/kultur sekolah adalah suasana kehidupan sekolah dimana peserta didik
berinteraksi dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan sesamanya,
pegawai administrasi dengan sesamanya, dan antar anggota kelompok masyarakat
sekolah.
Pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan kewirausahaan dalam budaya
sekolah mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru,
konselor, tenaga administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan
mengunakan fasilitas sekolah, seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin,
komitmen dan budaya berwirausaha di lingkungan sekolah (seluruh warga sekolah
melakukan aktivitas berwirausaha di lingkungan sekolah).
7. Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Muatan Lokal
Mata pelajaran ini memberikan peluang kepada peserta didik untuk
mengembangkan kemampuannya yang dianggap perlu oleh daerah yang
bersangkutan. Oleh karena itu mata pelajaran muatan lokal harus memuat
karakteristik budaya lokal, keterampilan, nilai-nilai luhur budaya setempat dan
mengangkat permasalahan sosial dan lingkungan yang pada akhirnya mampu
membekali peserta didik dengan keterampilan dasar (life skill) sebagai bekal
dalam kehidupan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Contoh anak
yang berada di ingkungan sekitar pantai, harus bisa menangkap potensi lokal
sebagai peluang untuk mengelola menjadi produk yang memiliki nilai tambah,
yang kemudian diharapkan anak mampu menjual dalam rangka untuk
memperoleh pendapatan.
Integrasi pendidikan kewirausahaan di dalam mulok, hampir sama dengan
integrasi pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam mata pelajaran
dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pembelajaran pada semua mata pelajaran. Pada tahap perencanaan ini, RPP
dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya MULOK memfasilitasi
untuk mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan. Cara menyusun RPP MULOK
yang terintegrasi dengan nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan cara
mengadaptasi RPP MULOK yang sudah ada dengan menambahkan pada materi,
langkah-langkah pembelajaran atau penilaian dengan nilai-nilai kewirausahaan.
Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan
kewirausahaan mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-
nilai kewirausahaan sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan
yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan
pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri.
Dengan prinsip ini peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan
berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik dalam melakukan kegiatan yang terkait dengan nilai-nilai
kewirausahaan, (Sudrajat, 2011).
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Bioentrepreneurship berasal dari dua kata, yaitu bio dan entrepreneurship.
Entrepreneurship atau kewirausahaan adalah usaha kreatif yang dibangun berdasarkan
inovasi untuk menghasilkan sesuatu yang baru, memiliki nilai tambah, memberi manfaat,
menciptakan lapangan kerja dan hasilnya berguna bagi orang lain.
Kata Biologi berasal dari bahasa Yunani yaitu 'bios' yang berarti hidup atau kehidupan dan
'logos' yang berati ilmu pengetahuan. Dari asal usul kata tersebut biologi bisa kita artikan
sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kehidupanan.
Bioentrepreneurship adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa
visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik
dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru
yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian.dilaksanakan secara terpandu dan
terprogram yang bergerak dalam bidang wirausaha berbasis ilmiah dengan tetap
mengutamakan sistem ekonomi Syariah.
Karakter yang harus dimiliki oleh seorang entrepreneur, antaralain percaya diri,
berorientasi tugas dan hasil, berani mengambil resiko, berjiwa kepemimpinan, berfikir kea
rah hasil dan manfaat, serta keorisinalan.
Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh
(holistik), sebagai insan yang memiliki karakter, pemahaman dan ketrampilan sebagai
wirausaha. Pada dasarnya, pendidikan kewirausahaan dapat diimplementasikan secara
terpadu dengan kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah. Pelaksanaan pendidikan
kewirausahaan dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor), peserta
didik secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidikan. Pendidikan kewirausahaan
diterapkan ke dalam kurikulum dengan cara mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah
yang dapat merealisasikan pendidikan kewirausahaan dan direalisasikan peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Muslih Usaha dan Aden Wizdan S.Z. 1997. Pendidikan Islam dalam Peradaban Industrial.
Yogyakarta: Aditya Media.
Wibowo, Agus. 2011. Pendidikan Entrepreneurship (Konsep dan Strategi). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar,.
Yunus, Muh. 2008. Islam dan Kewirausahaan Inovatif. Malang: UIN Malang Press.
Alma, Buchari. 2010.Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.
Meredith, Geoffreg G. 2000. Kewirausahaan Teori dan Praktek. penterjemah: Andre
Asparsayogi. Jakarta: PPMI.
Umar. 2009. Pengertian, Tujuan dan Ruang lIngkup.
http://umarstain.blogspot.com/2009/04/pengertian-tujuan-dan-ruang-
lingkup.html. (Diakses 7 April 2015)
Sudrajat, Ahmad. 2011. Konsep Kewirausahaan dan Pendidikan Kewirausahaann.
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/06/29/konsep-kewirausahaan-
dan-pendidikan-kewirausahaan/. (Diakses 7 April 2015)
Gitoyo, Yohanes. 2014. Pendidikan Kewirausahaan.
http://entrepreneurshiplearningcenter.blogspot.com/2014/01/makalah-
pendidikan-kewirausahaan.html. (Diakses 7 April 2015)

Anda mungkin juga menyukai