Anda di halaman 1dari 12

PERANAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

DALAM PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata kuliah : Pengantar Ilmu Hukum
Dosen Pengampu : Bpk. Abdul Hakim, SH., MH

DISUSUN OLEH :
FITRIANI IRIANTI
NPM : 2202100028

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


UNIVERSITAS LABUHAN BATU
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya,

sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah Pengantar Ilmu Hukum dengan pokok

pembahasan mengenai “Peranan Komisi Pemberantasan Korupsi Dalam Penegakan Hukum

Di Indonesia” dengan baik.

Terimakasih yang tulus diucapkan kepada Bapak Abdul Hakim, SH., MH sebagai

dosen pengampu mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum atas bimbingan dan ilmu yang

diberikan.

Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan dari segi kata maupun

materi. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan makalah ini

kedepannya.

Rantauprapat, Juli 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1

A. LATAR BELAKANG............................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................... 2
C. TUJUAN.................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 3

1. SEJARAH PEMBENTUKAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI


(KPK).................................................................................................................... 3
2. PERANAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI TERHADAP
PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA........................................................... 5

BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 8

1. KESIMPULAN..................................................................................................... 8

2. SARAN.................................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kerangka dan ruang lingkup reformasi yang telah berlangsung di negara ini,

masyarakat makin disadarkan pada peran penting hukum sebagai sarana pengayoman

(social defence) dalam mengatur kehidupan masyarakat, bangsa dan negara dalam

berbagai aspek kehidupan seperti politik dan ekonomi. Peran hukum sebagai pengayom

tercermin melalai fungsi hukum sebagai sarana pengendalian sosial (social control),

perubahan sosial (social engineering) dan hukum sebagai sarana integratif. Bagi bangsa

Indonesia secara konstitusional, hukum berfungsi sebagai sarana untuk menegakan

kehidupan yang demokratis, menegakkan kehidupan yang berkeadilan sosial dan

menegakkan kehidupan yang berperikemanusiaan.

Indonesia memiliki sejumlah lembaga penegak hukum yang bertanggung jawab atas

penegakan hukum di tanah air. Adapun lembaga-lembaga penegak hukum tersebut di

antaranya, yaitu Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), Kejaksaan Negara

Republik Indonesia, dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Kehadiran aparat penegak hukum dalam kehidupan bernegara diharapkan mampu

menjadi penjamin keadilan dan kedamaian. Segala bentuk pelanggaran yang menyalahi

norma hukum dapat ditindak. Dengan demikian, rasa damai dapat dirasakan oleh

masyarakat dan kondisi keamanan cenderung stabil.

Indonesia memiliki aparat penegak hukum yang terhimpun pada beberapa lembaga.

Sekalipun lembaga-lembaga penegak hukum memiliki tugas dan kewajiban yang

berlainan, tetapi semuanya menjadi tumpuan dalam menjaga supremasi hukum di negara

ini.

i
Komisi Pemberantasan Korupsi atau yang disingkat KPK merupakan lembaga negara

dalam rumpun eksekutif yang dalam pelaksanaan tugasnya bersifat independen, dalam hal

ini bebas dari pengaruh kekuasaan manapun.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah sebuah lembaga negara penegak

hukum yang dibentuk sebagai usaha dalam menindaklanjuti berbagai kasus tindak pidana

korupsi yang biasanya selalu luput dari mata hukum.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah terbentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi dalam penegakan

hukum di Indonesia

2. Bagaimana peranan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam penegakan hukum di

Indonesia

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat pembentukan lembaga Komisi Pemberantasan

Korupsi dalam hal penegakan hukum di Indonesia

2. Untuk mengetahui peranan Komisi Pemberantasan Korupsi terhadap penegakan hukum

di Indonesia

ii
BAB II
PEMBAHASAN

1. Sejarah Pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Dalam perkembangan sistem ketatanegaraan, sebagaimana tercermin dalam ketentuan

hukum tata negara positif di banyak negara, terutama sejak abad ke-20, keberadaan

komisi-komisi negara semacam KPK telah menjadi hal yang lazim. Doktrin klasik tentang

pemisahan kekuasaan negara ke dalam tiga cabang kekuasaan kini semakin berkembang,

antara lain ditandai oleh diadopsinya pelembagaan komisi-komisi negara yang di beberapa

negara juga diberikan kewenangan melaksanakan fungsi-fungsi kekuasaan negara. Selain

itu, keberadaan suatu lembaga negara untuk dapat disebut sebagai lembaga negara tidaklah

selalu harus dibentuk atas perintah atau disebut dalam konstitusi, melainkan juga dapat

dibentuk atas perintah undang-undang atau bahkan peraturan perundang-undangan yang

lebih rendah. Disebut atau diaturnya suatu lembaga negara dalam konstitusi juga tidak

lantas menunjukkan kualifikasi hukum bahwa lembaga negara itu memiliki derajat

kedudukan lebih penting daripada lembaga-lembaga negara lain yang dibentuk bukan atas

perintah konstitusi. Demikian pula, suatu lembaga negara yang diatur atau disebut dalam

konstitusi tidak juga secara otomatis menunjukkan bahwa lembaga negara tersebut

sederajat dengan lembaga negara lain yang sama-sama diatur atau disebut dalam

konstitusi. KPK sendiri dibentuk dengan latar belakang bahwa upaya pemberantasan

tindak pidana korupsi yang telah dilakukan hingga sekarang belum dapat dilaksanakan

secara optimal. Lembaga yang menangani perkara tindak pidana korupsi belum berfungsi

secara efektif dan efisien dalam memberantas tindak pidana korupsi, sehingga

pembentukan lembaga seperti KPK dapat dianggap penting secara konstitusional

iii
(constitutionally important) dan termasuk lembaga yang fungsinya berkaitan dengan

kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud oleh Pasal 24 Ayat (3) UUD Negara RI

Tahun 1945. Pasal tersebut memberikan peluang dibentuknya badan-badan selain MA dan

MK yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman melalui pengaturan dalam

undang-undang, dalam hal ini tugas dan wewenang KPK dapat dikaitkan dengan fungsi

tersebut.

Bahwa pembentukan KPK berdasarkan perintah Pasal 43 Undang-undang Nomor 31

Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang diwujudkan dengan

Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi, telah sejalan dengan bunyi Pasal 24 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945.

Keberadaan KPK sebagai "badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan

kehakiman" sebenarnya memiliki latar belakang sejarah yang panjang terkait

pemberantasan korupsi sejak tahun 1960-an, baik perkembangan peraturan perundang-

undangan yang mendukungnya maupun pembentukan kelembagaan yang memperkuat

pelaksanaan undang-undang dimaksud.

KPK didirikan pada masa kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri dengan

landasan hukum operasional melalui UU No. 30 Tahun 2002,

karena pada saat itu Megawati melihat bahwa institusi kejaksaan dan kepolisian dinilai

tidak mampu untuk menangkap koruptor. Ide untuk membentuk KPK sudah muncul jauh

hari sebelumnya pada masa Presiden BJ Habibie yang mengeluarkan UU No. 28 tahun

1999 mengenai penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas KKN. Kemudian UU

tersebut diawali dengan pembentukan berbagai komisi atau badan baru seperti KPKPN,

KPPU atau lembaga Ombudsman.

Berikutnya Presiden Abdurrahman Wahid membentuk Tim Gabungan Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi (TGPTK) di masa Jaksa Agung Marzuki Darusman dan dipimpin

iv
oeh Hakim Agung Andi Andojo. Tetapi ketika semangat menumpas korupsi sedang

menggebu – gebu, TGPTPK dibubarkan melalui judisial review mahkamah agung yang

berakibat kemunduran dalam upaya memberantas KKN. Masyarakat juga menganggap

Gus Dur tidak dapat menunjukkan kepemimpinan yang dapat mendukung upaya

pemberantasan korupsi. Kemudian pada era Megawati upaya tersebut dilanjutkan.

2. Peranan Komisi Pemberantasan Korupsi terhadap Penegakan Hukum di Indonesia

Menurut Jimly Asshiddiqie, “penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya

untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman

perilaku dalam lalulintas atau hubungan–hubungan hukum dalam kehidupan

bermasyarakat dan bernegara”.

KPK atau Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia merupakan lembaga

negara yang dibentuk untuk meningkatkan daya dan hasil guna terhadap pemberantasan

tindak pidana korupsi. KPK sifatnya independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan

manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Dalam sejarah terbentuknya KPK

memiliki lima orang pimpinan yaitu seorang Ketua yang merangkap anggota dan empat

orang wakil ketua yang juga merangkap anggota.

Komisi Pemberantasan Korupsi atau yang lebih dikenal dengan KPK adalah sebuah

lembaga negara penegak hukum di Indonesia yang dibentuk sebagai usaha dalam

menindaklanjuti berbagai kasus tindak pidana korupsi yang biasanya selalu luput dari mata

hukum.

Beberapa hal penting yang perlu diketahui tentang kedudukan, tugas dan wewenang

Komisi Pemberantasan Korupsi adalah :

v
1. KPK adalah lembaga Negara yang dalam menjalankan tugas dan wewenangnya bersifat

independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan apapun. KPK dibentuk dengan tujuan

meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana

korupsi.

2. Dalam menjalankan tugasnya, KPK berasaskan pada : kepastian hukum, keterbukaan,

akuntabilitas, kepentingan umum dan proporsionalitas.

Dikutip dari Bab II Pasal 6 UU Nomor 30 Tahun 2002, terdapat lima tugas utama

yang dibebankan pada lembaga KPK. Berikut tugasnya:

1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana

korupsi

2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana

korupsi

3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi

4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi

5. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara

Adapun wewenang yang bisa dilakukan oleh lembaga KPK di antaranya:

1. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi

2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi

3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada

instansi yang terkait

4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang

melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi

5. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi

vi
KPK berwenang melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan tindak pidana

korupsi yang :

1. Melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara Negara, dan orang lain yang ada

kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum

atau penyelenggara Negara.

2. Mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat, dan/atau

3. Menyangkut kerugian Negara paling sedikit Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).

Pengimplementasian kewenangan dan tugas yang dilandasi oleh ketentuan perundang-

undangan, merupakan perilaku yang harus dipertanggungjawabkan guna kepentingan tujuan

hukum yang berintikan kemanfaatan hukum, kepastian hukum serta keadilan.

Dengan tugas dan kewenangan yang dimiliki oleh KPK, maka KPK merupakan ujung

tombak pemberantasan korupsi di Indonesia. Sehubungan hal tersebut, Visi KPK adalah

“Mewujudkan Indonesia yang bebas Korupsi”.Visi ini menunjukkan suatu tekad kuat dari

KPK untuk segera instan kemanapun diperlukan suatu penanganan yang komprehensif dan

sistimatis. Sedangkan misi KPK adalah “Penggerak Perubahan untuk Mewujudkan Bangsa

yang Anti Korupsi”. Dengan pernyataan misi tersebut diharapkan bahwa KPK merupakan

suatu lembaga yang dapat membudayakan anti korupsi di masyarakat, pemerintah dan swasta

di Indonesia.

vii
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Pembentukan KPK ditujukan untuk mendukung penegakann hukum di Indonesia,

terutama penegakan hukum dalam penanganan korupsi yang makin marak terjadi. KPK

diharapkan dapat bersinergi dan berkolaborasi dengan aparat penegak hukum lainnya

seperti kepolisian dan kejaksaan dalam pemberantasan kasus-kasus korupsi yang terjadi.

Peranan KPK sangat diperlukan meningkatkan penegakan hukum di Indonesia, sesuai

dengan tugas, fungsi dan wewenangnya yang termaktub dalam Undang-Undang No. 30

tahun 2002.

2. Saran
Sebaiknya KPK lebih meningkatkan perannya terhadap penegakan hukum terutama

penegakan dalam kasus-kasus korupsi yang sangat merugikan rakyat dan negara. Sebagai

lembaga yang independen dan tidak bisa diintervensi oleh pihak lain, diharapkan KPK

dapat menjalankan tugas dan wewenangnya dengan sebaik-baiknya.

viii
DAFTAR PUSTAKA

https://tirto.id

Sejarahlengkap.com

www.kompas.com

Undang-Undang No. 30 tahun 2002, Pasal 16

Lex Crimen Vol.I/No.4/Okt-Des/2012

ix

Anda mungkin juga menyukai