Oleh:
Kurniawan Bugo Santoso ( 101200059 )
Luqman Azhar Baihaqi (101200064 )
IAIN PONOROGO
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas ke hadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Komisi Yudisial” ini tepat pada waktunya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi bagi kami dan pembaca pada umumnya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Komisi Yudisial................................................................... 3
B. Sejarah Pembentukan Komisi Yudisial................................................. 3
C. Tujuan Komisi Yudisial......................................................................... 8
D. Tugas dan Wewenang Komisi Yudisial................................................ 10
E. Kedudukan Komisi Yudisial dalam Ketatanegaraan Indonesia............ 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................ 13
B. Saran...................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Sejalan dengan ketentuan
tersebut maka salah satu prinsip penting negara hukum adalah adanya jaminan
penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang merdeka, bebas dari pengaruh
kekuasaan lainnya untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan. Hakim sangat erat kaitannya dengan hukum atau negara
hukum. Karena hukum akan ditegakkan di mana ada pengadilan yang
merupakan tempat untuk mengadili dan tentunya dalam pengadilan ada hakim
yang berperan sebagai pemutus sebuah keputusan yang adil. Untuk itu, perlu
adanya kode etik profesi hakim yaitu aturan tertulis yang harus dipedomani
oleh setiap Hakim Indonesia dalam melaksanakan tugas profesi sebagai
Hakim.
Adapun maksud dan tujuan adanya kode etik profesi hakim ini adalah
Sebagai alat pembinaan dan pembentukan karakter Hakim dan pengawasan
tingkah laku Hakim. Selain itu juga sebagai sarana kontrol sosial, pencegah
campur tangan ekstra yudisial, dan pencegah timbulnya kesalahpahaman dan
konflik antar sesama anggota dan antara anggota dengan masyarakat. Tujuan
dari kode etik ini adalah memberikan jaminan peningkatan moralitas Hakim
dan kemandirian fungsional bagi Hakim dan menumbuhkan kepercayaan
masyarakat pada lembaga peradilan. Dengan adanya kode etik profesi hakim
yang menjadi pedoman bagi Hakim Indonesia, baik dalam menjalankan tugas
profesinya harapannya adalah untuk mewujudkan keadilan dan kebenaran
maupun dalam pergaulan sebagai anggota masyarakat yang harus dapat
memberikan contoh dan suri teladan dalam kepatuhan dan ketaatan kepada
hukum.
Tetapi kenyataannya sekarang hakim banyak menyimpang dari kode etik
tersebut. Faktanya bisa dilihat dari media massa ataupun cerita pribadi yang
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Komisi Yudisial?
2. Bagaimana sejarah pembentukan Komisi Yudisial?
3. Apa tujuan Komisi Yudisial?
4. Apa tugas pokok dan wewenang Komisi Yudisial?
5. Apa Komisi Yudisial dalam ketatanegaraan Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
hakim ini tak luput dari peristiwa yang menyesakkan dada. Sebanyak 31 orang
hakim agung mengajukan permohonan uji materiil (judicial review) Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial. Yang akhirnya,
melalui Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 005/PUU-IV/2006, beberapa
kewenangan dalam pengawasan hakim dan hakim MK tidak berlaku. Terkait
hakim konstitusi, putusan tersebut menjadi perdebatan panjang lantaran
pemohon tidak pernah mengajukannya.
Pada 20 Desember 2010 masa jabatan Anggota Komisi Yudisial Periode
2005–2010 berakhir dan digantikan oleh Anggota Komisi Yudisial Periode
2010–2015. Ketujuh Anggota Komisi Yudisial Periode 2010–2015 pada
tanggal tersebut mengucapkan sumpah di hadapan Presiden di Istana Negara
dan secara resmi menjadi Anggota Komisi Yudisial. Sehari setelahnya, 21
Desember 2010, dilaksanakan proses serah terima jabatan Anggota Komisi
Yudisial Periode 2005–2010 kepada Anggota Komisi Yudisial Periode 2010–
2015 di kantor Komisi Yudisial. Anggota Komisi Yudisial Periode 2010–
2015, yaitu Prof. Dr. H. Eman Suparman, S.H., M.H, H. Dr. Imam Anshori
Saleh, S.H., M.Hum, Dr. Taufiqurrohman S, S.H., M.H, Dr. Suparman
Marzuki, S.H., M.Si, Dr. H. Abbas Said, S.H., M.H, Dr. Jaja Ahmad Jayus,
S.H., M.Hum, dan Dr. Ibrahim, S.H., M.H., LL.M. Proses suksesi
keanggotaan ini dilanjutkan dengan Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua Komisi
Yudisial, yang dipilih dari dan oleh Anggota Komisi Yudisial, pada 30
Desember 2010. Hasilnya, Prof. Dr. H. Eman Suparman, S.H., M.H terpilih
sebagai Ketua dan H. Imam Anshori Saleh, S.H., M.Hum terpilih sebagai
Wakil Ketua.
Usaha untuk merevisi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang
Komisi Yudisial mulai membuahkan hasil dengan lahirnya Undang–Undang
Nomor 18 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang–Undang Nomor 22
Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial yang disahkan pada 9 November 2011.
Kelahiran Undang–Undang ini menandai kebangkitan kembali Komisi
Yudisial. Selain itu, amunisi lain yang menguatkan kewenangan Komisi
Yudisial adalah Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan
6
5. Pola rekrutmen hakim selama ini dianggap terlalu bias dengan masalah
politik, karena lembaga yang mengusulkan dan merekrutnya adalah
lembaga-lembaga politik, yaitu presiden atau parlemen.
Sedangkan tujuan pembentukan Komisi Yudisial menurut A. Ahsin
Thohari adalah:
1. Melakukan monitoring yang intensif terhadap lembaga peradilan dengan
cara melibatkan unsur-unsur masyarakat dalam spektrum yang seluas-
luasnya dan bukan hanya monitoring secara internal saja. Monitoring
secara internal dikhawatirkan menimbulkan semangat korps (l’esprit de
corps), sehingga objektivitasnya sangat diragukan.
2. Menjadi perantara (mediator) antara lembaga peradilan dengan
Departemen Kehakiman. Dengan demikian, lembaga peradilan tidak perlu
lagi mengurus persoalan-persoalan teknis non-hukum, karena semuanya
telah ditangani oleh Komisi Yudisial. Sebelumnya, lembaga peradilan
harus melakukan sendiri hubungan tersebut, sehingga hal ini
mengakibatkan adanya hubungan pertanggungjawaban dari lembaga
peradilan kepada Departemen Kehakiman. Hubungan pertanggungjawaban
ini menempatkan lembaga peradilan sebagai subordinasi Departemen
Kehakiman yang membahayakan independensinya.
3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas lembaga peradilan dalam banyak
aspek, karena tidak lagi disibukkan dengan hal-hal yang tidak berkaitan
langsung dengan aspek hukum seperti rekrutmen dan monitoring hakim
serta pengelolaan keuangan lembaga peradilan. Dengan demikian,
lembaga peradilan dapat lebih berkonsentrasi untuk meningkatkan
kemampuan intelektualitasnya yang diperlukan untuk memutus suatu
perkara.
4. Menjaga kualitas dan konsistensi putusan lembaga peradilan, karena
senantiasa diawasi secara intensif oleh lembaga yang benar-benar
independen. Di sini diharapkan inkonsistensi putusan lembaga peradilan
tidak terjadi lagi, karena setiap putusan akan memperoleh penilaian dan
pengawasan yang ketat dari Komisi Yudisial. Dengan demikian, putusan-
10
A. Kesimpulan
Komisi Yudisial merupakan lembaga yang diamanatkan oleh UUD 1945
Republik Indonesia yang memiliki Visi dan Misi, seperti: VISI Komisi
Yudisial dinyatakan sebagai berikut: Terwujudnya penyelenggara kekuasaan
kehakiman yang jujur, bersih, transparan, dan profesional. MiSi Komisi
Yudisial dinyatakan sebagai berikut: Menyiapkan calon hakim agung yang
berakhlak mulia, jujur, berani dan kompeten. Mendorong pengembangan
sumber daya hakim menjadi insan yang mengabdi dan menegakkan hukum
dan keadilan. Melaksanakan pengawasan penyelenggara kekuasaan
kehakiman yang efektif, terbuka dan dapat dipercaya.
Visi dan misi komisi yudisial jelas merupakan suatu usaha atau upaya
dalam membangun sistem peradilan yang bersih dan bebas dari mafia hukum.
Selain faktor dari Komisi Yudisial sebagai landing of the last resort untuk
membangun sistem peradilan yang bersih dan bebas dari mafia hukum
terdapat banyak faktor pendukung lainnya,seperti tidak terlepas dari peran
serta para penegak hukum dalam hal ini juga peran serta dari Masyarakat itu
sendiri. Faktor inilah yang akan membangun suatu sistem peradilan yang
bersih dan bebas dari mafia hukum..
B. Saran
Adanya kekhawatiran akan melahirkan monopoli kekuasaan kehakiman,
pasca penyatuan satu atap kekuasaan kehakiman di bawah MA. Potensi abuse
of power sangat besar apabila tidak ada lembaga yang melakukan pengawasan
terhadap jalannya kekuasaan kehakiman tersebut. Karena alasan-alasan yang
terjadi di Indonesia itulah, dan untuk mereformasi peradilan yang ada, maka
Komisi Yudisial dibentuk.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://farid-wuz.blogspot.co.id/2014/03/makalah-tentang-komisi-yudisial.html
http://www.pengertianahli.com/2014/08/pengertian-tugas-wewenang-komisi.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Komisi_Yudisial_Republik_Indonesia
http://www.komisiyudisial.go.id/statis-38-wewenang-dan-tugas.html