Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MAHKAMAH AGUNG
Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Ilmu Hukum
Dosen Pengampu: Yusuf Mardani, S.H, M.H

Disusun Oleh Kelompok 9:


1. Mayang Arum Sari (1860103232158)
2. Fella Ainin Naurikza (1860103232186)
3. Bagus Muqaffi Markaban (1860103232209)

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia Nya
kami dapat menyalesaikan makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Ilmu Hukum, Bapak Yusuf Mardani, S.H. M.H. yang telah membimbing
kami sehingga dapat mengetahui tentang Ilmu Hukum. Makalah ini disusun agar pembaca
khususnya kelompok kami sendiri dapat memperluas ilmu tentang Ilmu Hukum. Semoga makalah
ini bisa bermanfaat dan memberikan wawsan yang lebih luas bagi pembaca khususnya bagi
kelompok kami sendiri.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu semua saran
dan kritik dari semua pihak yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah-
makalah selanjutnya. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Tulungagung, 22 November 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..2

BAB I (PENDAHULUAN)

A. Latar Belakang…………………………………………………………………..4
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………….4
C. Tujuan Masalah………………………………………………………………….4

BAB II (PEMBAHASAN)

A. Bentuk Lembaga Peradilan………………………………………………………5


a) Pengadilan Negeri……………………………………………………………5
b) Pengadilan Agama……………………………………………………………6
c) Pengadilan Niaga……………………………………………………………..7
d) Pengadilan Militer……………………………………………………………8
e) Pengdilan Tinggi……………………………………………………………..8
B. Peran Dari Jenis Lembaga Peradilan…………………………………………….10
a) Pengadilan Negeri……………………………………………………………10
b) Pengadilan Agama…………………………………………………………...10
c) Pengadilan Niaga…………………………………………………………….11
d) Pengadilan Militer……………………………………………………………11
e) Pengadilan Tinggi……………………………………………………………12

BAB II (PENUTUP)

A. Kesimpulan………………………………………..……………………………..14

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mahkamah Agung Republik Indonesia sebagai Pengadilan Negara Tertinggi di Negara
Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan UndangUndang Nomor 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman dan UndangUndang Nomor 3 Tahun 2009 Jo Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, membawahi empat
lingkungan peradilan yaitu Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Tata Usaha
Negara dan Peradilan Militer. Sebagai penyelenggara kekuasaan kehakiman, Mahkamah
Agung adalah penyelenggara peradilan untuk menegakkan hukum dan keadilan
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia. Dengan demikian,
Mahkamah Agung RI dan badan-badan peradilan di bawahnya merupakan tumpuan dan
harapan masyarakat dalam mencari dan mendapatkan keadilan. Dihadapkan pada harapan
Masyarakat tersebut, Mahkamah Agung berkewajiban dan bertanggungjawab untuk
memastikan keadilan tersebut diperoleh dengan cara yang mudah dan jujur serta bebas
dari segala bentuk kepentingan. Untuk dapat menjalankan wewenang dan fungsi dalam
melaksanakan kekuasaan kehakiman, Mahkamah Agung telah menetapkan strategi dalam
mengelola institusi badan peradilan, yaitu dengan menetapkan visi dan misi. Berdasarkan
visi dan misi tersebut telah dikembangkan nilai-nilai utama badan peradilan, yang
menjadi dasar perilaku (budaya) seluruh aparatur peradilan dalam upaya mencapai
visinya yaitu “Mewujudkan Badan Peradilan Indonesia yang Agung”. Salah satu tujuan
strategis yang merupakan penjabaran dari pernyataan visi yang akan dicapai adalah
terwujudnya kepercayaan masyarakat terhadap sistem peradilanmelalui proses peradilan
yang pasti, transparan dan akuntabel.

B. Rumusan Masalah
1. Sejarah Mahkamah Agung, Fungsi, dan Wewenang
2. Pengangkatan dan Pemberhentian Hakim Agung

4
3. Hukum Acara
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Sejarah MA, fungsi MA, dan Wewenang MA
2. Untuk mengetahui pengangkatan dan pemberhentian hakim agung
3. Untuk mengetahui apa itu hukum acara

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Mahkamah Agung, Fungsi, dan Wewenang


1. Sejarah Mahkamah Agung
Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA RI) didirikan pada tanggal 19
Agustus 1945, dua hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal
tersebut, Presiden Republik Indonesia pertama, Soekarno, melantik Mr. Dr.
Koesoemah Atmadja sebagai Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia. Sejak
saat itu, Mahkamah Agung telah menjadi lembaga tinggi negara dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman
bersama-sama dengan Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial serta bebas dari
pengaruh cabang-cabang kekuasaan lainnya. Mahkamah Agung menyatakan
kekuasaannya pada badan peradilan dalam lingkungan peradilan umum, peradilan
agama, peradilan tata usaha negara, dan peradilan militer. Sejarah Mahkamah
Agung dimulai sejak diangkatnya Mr. Dr. Koesoemah Atmadja sebagai Ketua
Mahkamah Agung. Secara operasional, pelaksanaan Kekuasaan Kehakiman di
bidang Pengadilan Negara Tertinggi dimulai sejak disahkannya Kekuasaan dan
Hukum Acara Mahkamah Agung yang ditetapkan tanggal 9 Mei 1950 dalam
Undang-Undang No. 1 Tahun 1950 tentang Susunan Kekuasaan dan Jalan
Pengadilan Mahkamah Agung Republik Indonesia. Mahkamah Agung berkantor
pusat di Jl. Medan Merdeka Utara No. 9-13, Jakarta Pusat. Mahkamah Agung
memiliki struktur organisasi yang terdiri dari Pimpinan Hakim Anggota,
Kepaniteraan Mahkamah Agung, dan Sekretariat Mahkamah Agung. Mahkamah
Agung juga memiliki wewenang untuk mengadili perkara perdata, pidana, dan
administrasi negara.

2. Fungsi Mahkamah Agung


Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA RI) adalah lembaga tinggi negara
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan

6
kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial
serta bebas dari pengaruh cabang-cabang kekuasaan lainnya. Mahkamah Agung
menyatakan kekuasaannya pada badan peradilan dalam lingkungan peradilan
umum, peradilan agama, peradilan tata usaha negara, dan peradilan militer.

Berikut adalah beberapa fungsi Mahkamah Agung:

1. Fungsi peradilan: Mahkamah Agung merupakan pengadilan kasasi yang


bertugas membina keseragaman dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi
dan peninjauan kembali agar semua hukum dan undang-undang di Indonesia
diterapkan secara adil, tepat, dan benar.
2. Fungsi pengawasan: Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi
terhadap jalannya peradilan di semua lingkungan peradilan dengan tujuan agar
peradilan yang dilakukan Pengadilan-pengadilan diselenggarakan dengan
seksama dan wajar dengan berpedoman pada azas peradilan yang sederhana,
cepat, dan biaya ringan, tanpa mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa
dan memutuskan perkara.
3. Fungsi mengatur: Mahkamah Agung dapat menetapkan aturan dan prosedur
yang mengatur jalannya pengadilan di seluruh yurisdiksi negara tersebut.
4. Fungsi nasehat: Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau
pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hukum kepada Lembaga Tinggi
Negara lain.
5. Fungsi administratif: Mahkamah Agung melakukan pengaturan dan
pengawasan terhadap administrasi peradilan di seluruh lingkungan peradilan.
6. Fungsi lain-lain: Mahkamah Agung memiliki wewenang untuk mengadili
perkara perdata, pidana, dan administrasi negara.

Mahkamah Agung juga memiliki peran penting dalam menginterpretasi


konstitusi, undang-undang, dan peraturan lainnya. Putusan Mahkamah Agung
dapat menjadi preseden (yurisprudensi) yang mengikat untuk kasus-kasus serupa
di masa depan. Penyelesaian Sengketa Mahkamah Agung dapat berfungsi sebagai

7
lembaga penyelesaian sengketa antara pemerintah, lembaga negara, individu, atau
pihak-pihak lainnya

3. Wewenang Mahkamah Agung


Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA RI) memiliki beberapa wewenang
yang penting dalam sistem peradilan Indonesia. Berikut adalah beberapa
wewenang Mahkamah Agung:

1. Peninjauan Kasasi: Mahkamah Agung merupakan pengadilan kasasi yang


bertugas membina keseragaman dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi
dan peninjauan kembali.
2. Pengawasan Tertinggi: Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi
terhadap jalannya peradilan di semua lingkungan peradilan dengan tujuan agar
peradilan yang dilakukan Pengadilan-pengadilan diselenggarakan dengan
seksama dan wajar.
3. Pemberian Nasihat: Mahkamah Agung memberikan nasihat-nasihat atau
pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hukum kepada Lembaga Tinggi
Negara lain.
4. Penyelesaian Sengketa: Mahkamah Agung dapat berfungsi sebagai lembaga
penyelesaian sengketa antara pemerintah, lembaga negara, individu, atau pihak-
pihak lainnya.
5. Pengaturan dan Pengawasan Administrasi Peradilan: Mahkamah Agung
melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap administrasi peradilan di seluruh
lingkungan peradilan.
6. Pengadilan Perkara: Mahkamah Agung memiliki wewenang untuk mengadili
perkara perdata, pidana, dan administrasi negara.

Selain itu, Mahkamah Agung juga memiliki peran penting dalam menginterpretasi
konstitusi, undang-undang, dan peraturan lainnya. Putusan Mahkamah Agung
dapat menjadi preseden (yurisprudensi) yang mengikat untuk kasus-kasus serupa
di masa depan. Penyelesaian Sengketa Mahkamah Agung dapat berfungsi sebagai

8
lembaga penyelesaian sengketa antara pemerintah, lembaga negara, individu, atau
pihak-pihak lainnya.

B. Pengangkatan dan Pemberhentian Hakim Agung


1. Pengangkatan Hakim Agung
Hakim agung ditetapkan oleh Presiden dari nama calon yang diajukan oleh Dewan
Perwakilan Rakyat (“DPR”). Sedangkan yang mengajukan calon hakim agung ke DPR
adalah tugas Komisi Yudisial (“KY”). Jadi, singkatnya yang berwenang mengusulkan
calon hakim agung adalah lembaga KY. Calon hakim agung yang diusulkan oleh KY
disetujui oleh DPR 1 orang dari 1 nama calon untuk setiap lowongan. Persetujuan calon
hakim agung dilakukan paling lama 30 hari sidang terhitung sejak tanggal nama calon
diterima DPR. Pengajuan calon hakim agung oleh DPR kepada Presiden dilakukan paling
lama 14 hari sidang terhitung sejak tanggal nama calon disetujui dalam Rapat Paripurna.

2. Pemberhentian Hakim Agung


 Pasal 117
(1) Hakim Pemeriksa Pendahuluan diberhentikan dengan hormat dari jabatannya,
karena:
a. telah habis masa jabatannya;
b. atas permintaan sendiri;
c. sakit jasmani atau rohani secara terus menerus;
d. tidak cakap dalam menjalankan tugasnya; atau
e. meninggal dunia.

(2) Penilaian mengenai ketidakcakapan Hakim Pemeriksa Pendahuluan dalam


menjalankan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dilakukan
oleh Tim Pengawas sebagaimana mekanisme pengawasan di pengadilan tinggi.
 Pasal 118
Hakim Pemeriksa Pendahuluan diberhentikan dengan tidak hormat dari
jabatannya karena:

9
a. dipidana karena bersalah melakukan tindak pidana kejahatan berdasarkan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;
b. melakukan perbuatan tercela;
c. terus-menerus melalaikan kewajiban dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya;
d. melanggar sumpah jabatan; atau
e. merangkap jabatan sebagaimana dilarang dalam peraturan perundang-
undangan.
 Pasal 119
(1) Selama menjabat sebagai Hakim Pemeriksa Pendahuluan, hakim pengadilan
negeri dibebaskan dari tugas mengadili semua jenis perkara dan tugas lain yang
berhubungan dengan tugas pengadilan negeri.

(2) Setelah selesai masa jabatannya, Hakim Pemeriksa Pendahuluan dikembalikan


tugasnya ke pengadilan negeri semula, selama belum mencapai batas usia
pensiun.

C. Hukum Acara
Hukum acara adalah ketentuan hukum yang mengatur proses beracara di pengadilan
mengenai penyelesaian pertikaian perkara. Hukum acara dikenal juga sebagai hukum
prosedur atau peraturan keadilan. Hukum acara dibuat untuk menjamin adanya sebuah
proses hukum yang semestinya dalam menegakkan hukum. Hukum acara mengatur
cabang-cabang hukum yang umum, seperti hukum acara pidana, perdata, maupun tata
usaha negara¹³.

Hukum acara di Indonesia diatur oleh beberapa undang-undang, antara lain:


- Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, yang mengatur hukum acara pidana.
- Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang mengatur hukum acara perdata.
- Undang-Undang Peradilan Agama, yang mengatur hukum acara Peradilan Agama.
- Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara, yang mengatur hukum acara Peradilan
Tata Usaha Negara.

10
- Undang-Undang Mahkamah Konstitusi, yang mengatur hukum acara Mahkamah
Konstitusi⁴.

Apabila hukum acara tidak dipatuhi dan atau dilanggar, buah dari pelanggaran itu pun
menjadi suatu hal yang didapatkan yakni hukuman. Salah satu hukum diantaranya adalah
hukum acara. Wirjono Prodjodikoro memberikan pendapatnya mengenai makna yang
terkandung dalam hukum acara

11
BAB III

PENUTUP

Wewenang Mahkamah Agung dalam melakukan pengawasan tertinggi terhadap


penyelenggaraannya di semua lingkungan peradilan dalam melakukan kekuasaan kehakiman
sesuai ketentuan UUD 1945, pasal 24A angka (1). Pandangan Mahkamah Agung yang termuat
didalam banyak pertimbangan putusan kasasi yang telah penulis telusuri bahwa sejak tahun 2013
telah terjadi perubahan pandangan para hakim agung dalam melihat sengketa perjanjian antara
lembaga pembiayaan dan nasabah, pada awalnya BPSK mempunyai wewenang untuk mengadili
perkara akibat dari wanprestasi dan eksekusi jaminan dengan perjanjian kredit. Kemudian BPSK
tidak lagi memiliki kewenangan tersebut, sesuai ketentuan UUPK Tahun 1999

12
DAFTAR PUSTAKA

https://perpustakaan.mahkamahagung.go.id/assets/resource/ebook/SEJARAH%20MA.pdf

https://www.mahkamahagung.go.id/id/tugas-pokok-dan-fungsi

https://www.mahkamahagung.go.id/id/tugas-pokok-dan-fungsi

https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/administratum/article/view/33231

https://pantaukuhap.id/?cat=36

13

Anda mungkin juga menyukai