Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGADILAN NEGERI

Dosen Pengampu: Imron Hadi, S.HI., M.H.I

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5

Fahima Hasan Bagis (210202022)

Aisyah annis Qur’ani (210202020)

Wahyu Ananda Saputra (210202021)

Baiq Ane Fatimah Azzahra (210202024)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................

KATA PENGANTAR ...................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................

A. Latar Belakang .....................................................................................


B. Rumusan Masalah ................................................................................
C. Tujuan ...................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................

A. Profil Pengadilan Negeri ......................................................................


B. Wewenang Pengadilan Negeri .............................................................
C. Perkara Yang Ditangani Pengadilan Negeri .........................................
D. Proses Administrasi Perkara Di Pengadilan Negeri .............................

BAB III PENUTUP ......................................................................................

A. Kesimpulan ..........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa yang telah memberikan kita berbagai

macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa

keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak,

sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh

manfaat. Terima kasih sebelum dan sesudahnya penulis ucapkan kepada Dosen serta teman-

teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun materil, sehingga

makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan. Penulis menyadari sekali, di

dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-

kekurangnya, baik dari segi tata bahasa indonesia maupun dalam hal pengkonsolidasian

kepada Dosen serta teman-teman sekalian, yang kadangkala hanya menuruti egoisme pribadi,

untuk itu besar harapan penulis jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih

menyempurnakan makalah-makalah penulis di lain waktu. Harapan yang paling besar dari

penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yang penulis susun ini penuh manfaat,

baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau

menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini (PENGADILAN NEGERI)

sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada

Mataram,...................................2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peradilan merupakan segala sesuatu mengenai perkara pengadilan. Kita
ketahui bahwa ada beberapa macam peradilan, yakni meliputi Peradilan Umum,
Peradilan Tata Usaha. Peradilan Agama, dan Peradilan Militer yang berada di bawah
Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi.
Sesuai dengan namanya Peradilan Umum berwenang memeriksa atau
menyidangkan baik kasus pidana maupun kasus perdata termasuk kasus yang
menyangkut masalah hubungan keluarga yaitu perceraian kecuali jika pihak yang
akan cerai itu beragama Islam yang harus disidangkan oleh Pengadilan Agama.
Semua yang menyangkut Peradilan Umum mengenai struktur, tugas dan kewenangan,
pengangkatan dan pemberhentiannya, dan lain sebagainya telah diatur dalam undang-
undang khususnya Undang-Undang No.2/1986 yang telah diubah dalam Undang-
Undang No.8/2004
Sebagai instansi pemerintah menurut Instruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun
1999 tentang Akuntanbilitas Kinerja Instansi Pemerintahan, instansi pemerintah
berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi serta
peranannya dalam pengelolaan sumber daya, anggaran maupun kewenangan dalam
melayani pencari keadilan.
B. Rumusan masalah
1. Apa Pengadilan Negeri?
2. Apa saja wewenang Pengadilan Negeri?
3. Perkara Apa Saja Yang dapat Di tangani Pengadilan Negeri?
4. Apa Saja Proses Administrasi Perkara di Pengadilan Negeri?
C. Tujuan
1. Apa Pengadilan Negeri !
2. Apa saja wewenang Pengadilan Negeri !
3. Perkara Apa Saja Yang dapat Di tangani Pengadilan Negeri !
4. Apa Saja Proses Administrasi Perkara di Pengadilan Negeri !
BAB II

PEMBAHASAN

A. Profil Pengadilan Negeri


Peradilan umum adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat
pencari keadilan pada umumnya..Kekuasaan Kehakiman di lingkungan Peradilan
Umum berpuncak pada Mahkamah Agung sebagai Pengadilan Negara Tertinggi.
Sedangkan Pengadilan Negeri berkedudukan di ibukota Kabupaten/Kota, dan daerah
hukumnya meliputi wilayah Kabupaten/Kota. Pengadilan Tinggi berkedudukan di
ibukota Provinsi, dan daerah hukumnya meliputi wilayah Provinsi.1
Di lingkungan peradilan umum dapat dibentuk pengadilan khusus yang diatur
dengan undang-undang. Dan pada pengadilan khusus dapat diangkat hakim ad hoc
untuk memeriksa, mengadili, dan memutus perkara, yang membutuhkan keahlian dan
pengalaman dalam bidang tertentu dan dalam jangka waktu tertentu.2
Pengadilan Negeri merupakan salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman dan
penegakkan hukum di lingkungan peradilan umum di Indonesia yang berada dibawah
kekuasaan Mahkamah Agung. Menurut UU No. 08 Tahun 2004 pasal 8, Pengadilan
Negeri berkedudukan di ibukota kabupaten/ Kota dan daerah hukumnya meliputi
wilayah kabupaten/ kota.3
Pengadilan Negeri merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan
Peradilan Umum yang berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota. Sebagai
Pengadilan Tingkat Pertama, Pengadilan Negeri berfungsi untuk memeriksa,
memutus, dan menyelesaikan perkara pidana dan perdata bagi rakyat pencari
keadilan. Susunan Pengadilan Negeri terdiri dari Pimpinan (Ketua PN dan Wakil
Ketua PN), Hakim Anggota, Panitera, Sekretaris, dan Jurusita.4
Di dalam undang-undang nomor 8 tahun 2004 pasal 10 ayat (1)
menyatakan bahwa susunan Pengadilan Negeri terdiri dari:
1. Pimpinan Pengadilan Negeri
Pimpinan Pengadilan Negeri terdiri dari seorang Ketua Pengadilan Negeri
dan seorang Wakil Ketua Pengadilan Negeri.
2. Hakim Anggota Pengadilan Negeri
1
Tutik Harwati, Peradilan Di Indonesia, Cet ke-1, (Mataram: Sanabil Creative, 2015), hlm. 43
2
Ibid.
3
http://eprints.undip.ac.id/44044/2/Siska_Cahyani_21020110130111_Bab_I.pdf (di akses 22/10/23)
4
https://www.kelaspintar.id/blog/edutech/tingkatan-lembaga-peradilan-berdasarkan-peran-dan-fungsinya-7308
(di akses 22/10/23)
Hakim Pengadilan diangkat dan diberhentikan oleh Presiden selaku Kepala
Negara atas usul dari Ketua Mahkamah Agung
3. Panitera Pengadilan Negeri
Dalam pelaksanaan pengelolaan administrasi pengadilan, tugas panitera
adalah menangani administrasi pengadilan khususnya administrasi yang
bersifat teknis peradilan.
4. Sekretaris Pengadilan Negeri
Pada setiap pengadilan ditetapkan adanya sekretariat yang dipimpin oleh
seorang sekretaris dan dibantu oleh seorang wakil sekretaris.
5. Juru Sita
Selain sekretaris, pada setiap Pengadilan Negeri juga ditetapkan adanya juru
sita dan juru sita pengganti, Juru sita adalah seorang pejabat pengadilan
yang ditugaskan melakukan panggilan-panggilan dan peringatan-peringatan
atau ancaman-ancaman secara resmi.
B. Wewenang Pengadilan Negeri
Tugas pokok dan kewenangan Pengadilan Negeri adalah sebagai berikut:5
1. Pengadilan Negeri bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan
menyelesaikan perkara pidana dan perkara perdata di tingkat pertama.
2. Pengadilan Negeri dapat memberikan keterangan, pertimbangan dan nasehat
tentang hukum kepada instansi pemerintah didaerahnya apabila diminta.
3. Pengadilan Negeri dapat diserahi tugas dan kewenangan lain berdasarkan
Undang-Undang
C. Jenis Perkara Yang Ditangani Pengadilann Negeri
Objek perkara yang diselesaikan oleh Pengadilan Negeri adalah perkara pidana
dan perkara perdata. Perbedaan antara keduanya diantaranya adalah sebagai
berikut.6
1. Perkara Pidana
perkara pidana adalah perkara yang pengaturannya diatur dalam KUHP terkait
kejahatan atau pelanggaran atau di luar KUHP seperti Tindak Pidana Korupsi,
Tindak Pidana Narkoba, Tindak Pidana Terorisme, Tindak Pidana Perbankan,
Tindak Pidana Pencucian Uang dan lainnya yang masing-masing tindak pidana
5
Pasal 50 dan Pasal 52 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum.
6
Muhammad Kholid, “ Kewenangan Pengadilan Negri dan Lembaga Arbitrase dalam Perkara Sengketa
Bisnias”, Vol. 9 No. 1, Edisi: Januari-Juni 2015, hlm. 174-174
tersebut memiliki payung hukum (law umbrella) masing-masing. Perkara pidana
juga adalah perkara yang bertujuan melindungi. kepentingan umum yang
penyelesaianya diwakili oleh Negara (peradilan negara).
2. Perkara Perdata
Perkara perdata adalah perkara yang pengaturannya diatur dalam
KUHPerdata/BW (Burgerlijk Wetboek) terkait tentang orang, keluarga, benda,
perikatan, waris, harta kekayaan, pembuktian dan daluwarsa atau yang diatur
dalam KUHDagang (Wetboek van Koophandel) terkait perdagangan dan hak dan
kewajiban yang terbit dari pelayaran atau yang ditur di luar kedua aturan tersebut
seperti perkawinan (UU Nomor 1 Tahun 1974), perseroan terbatas (UU Nomor 40
Tahun 2007), wakaf (UU Nomor 41 Tahun 2004), dan peraturan yang lainnya.
Perkara perdata juga adalah perkara yang menyangkut kepentingan perorangan
dan penyelesaiannya perkaranya bertujuan untuk melindungi kepentingan
perorangan pula.
D. Proses Adminitrasi Berperkara di Pengadilan Negeri
Proses administrasi perkara pada pengadilan negeri itu di bagi dalam beberapa
tahapan.7
Tata cara berperkara perdata melalui beberapa tahap antara lain:
1. Pendaftaran
1) Petugas pada meja 1 bertanggung jawab menerima berkas perkara,
menerima permohonan, dan juga gugatan
2) Menyiapkan dokumen yang perlu disertakan dalam pendaftaran perkara
sekurang-kurangnya adalah :
a. Surat permohonan yang diajukan kepada ketua pengadilan negri
setempat atau surat gugatan.
b. Surat kuasa khusus dari pemohon / penggugat kepada kuasa
hukumnya ( bila pemohon menguasakan kepada kuasa hukum).
c. Fotocopy kartu advokat kuasa hukum yang bersangkutan
d. Salinan putusan (untuk permohonan eksekusi)
3) Salinan dokumen surat yang dibuat diluar negri harus disahkan oleh
kedutaan/ perwakilan indonesia di negara tersebut, dan seperti dokumen
surat yang dibuat dalam bahasa asing, maka dokumen tersebut harus
diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia oleh penerjemah yang
disumpah.

7
Keputusan mahkamah agung tentang buku II pedoman tekhnis administrasi dan teknis peradilan perdata umum
dan perdata khusus, 2018
4) Surat permohonan/surat gugatan diserakan kepada petugas penerima
berkas sebanyak jumlah piha, ditambah 4 Salinan berkas unuk majelis
hakim dan arsip.
5) Petugas penerima berkas memriksa kelengkapan dengan menggunakan
daftar periksa ( check list ) dan meneruskan berkas yang telah selesai
diperiksa kelengkapannya kepada panitera muda perdata untuk
menyatakan berkas telah lengap/ tidak lengkap
6) Panitera muda perdata mengembalikan berkas yang belum lengkap dengan
melampirkan daftar periksa supaya pemohon / penggugat atau kuasanya
dapat melengkapi dokumen sesuai dengan kekurangannya
7) Dokumen surat yang berupa foto copy harus diberi materai dan
dicocokkan dengan aslinya oleh hakim di persidangan.
8) Panjar biaya perkara yang telah ditetapkan dituangkan dalam SKUM
dengan ketentuan : Dalam menentukan besarnya pnjar biaya perkara
mempertimbangkan jarak dan kondisi daerah tempat tinggal para pihak.
9) Biaya panjar perkara wajib ditambah dalam hal panjar biaya perkara sudah
tidak mencukupi
10) Penambahan biaya perkara harus dibayarkan selambat-lambatnya 1 bulan
setelah diberitahukan kepada yang bersangkutan, apabila hal ini tidak
dilaksanakan maka perkara yang bersangkutan akan dicoret dari buku
register perkara dan dibuatkan penetapan pencoretan perkara yang
ditandatangani oleh ketua majelis hakim yang tembus annya diberikan
kepada para pihak.
11) Pada berkas perkara yang telah lengkap dibuatkan SKUM dalam 3 rangkap
a. Lembar pertama untuk pemohon
b. Lembar kedua unuk kasir
c. Lembar ketiga untuk dilampirkan dalam berkas permohonan
12) Berkas perkara yang telah dilengkapi dengan SKUM diserahkan kepada
yang pemohon/ penggugat atau kuasanya agar membayar jumlah uang
panjar yang tercantum dalam SKUM kepada pemegang kas pengadilan
negri.
13) Petugas pemegang kas mendatangani dan membubuhkan cap stempel
lunas pada SKUM setelah menerima pembayaran.
14) Pemengang kas kemudian membukukan uang panjar biaya perkara
sebagaimana tercantum dalam SKUM setelah menerima pembayaran.
15) Nomor halaman bukujurnal adalah nomor unit perkara yang oleh
pemegang kas kemudian dicantumkan dalam SKUM dan lembar pertama
surat gugatan / permohonan.
16) Pencatatan permohonan eksekusi dalam SKUM dan buku jurnal keuangan
menggunakan nomor perkara awal.
17) Petugas pada meja kedua kemudian mendaftarkan perkara yang masuk
kedalam buku register induk perkara perdata sesuai nomor perkara yang
tercantum pda SKUM / surat gugatan / surat permohonan setelah panjar
biaya dibayarkan
18) Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pendaftaran yaitu :
a) Perkara verzet terhadap putusan verstek tidak didaftarkan sebagai
perkara baru.
b) Sedangkan perlawanan pihak ke III (derden verzet) didaftarkan
sebagai perkara baru.
c) Gugatan intervensi didaftarkan dengan mengikuti register perkara
pokok.
19) Pengisian kolom-kolom buku register harus dilaksanakan dengan tertib
dan cermat berdasarkan jalannya penyelesaian perkara.
2. Persiapan persidangan
a. Penunjukan majelis hakim
1. Dalam waktu 3 hari kerja setelah proses registrasi diselesaikan, petugas
meja 2 harus sudah menyampaikan beras gugatan/ permohonan kepada
ketua pengadilan negri untuk menetapkan majelis hakim yang akan
mengadili perkara tersebut.
2. Majelis hakim harus terdiri dari 3 orang hakim atau lebih dengan jumlah
ganjil (jika undang-undang menentukan lain), dengan ketentuan:
a) Ketua pengadilan negri dan wakil ketua pengadilan negri menjadi
ketua majelis hakim dalam suatu perkara.
b) Ketua majelis hakim adalah hakim senior dan mempunyai
kemampuan menurut penilaian ketua pengadilan.
c) Susunan majelis hakim hendaknya ditetapkan secara tetap untuk
jangka waktu tertentu.
d) Untuk pemeriksaan perkara-perkara tertentu, letua pengadilan
negri dapat membentuk ajelis khusus.
e) Majelis hakim dibantu oleh seorang panitera pengganti.
3. Petugas meja 2 mencatat penunjukan majelis hakim dalam register
perkara.
4. Apabila telah ditunjuk majelis, panitera pengganti serta jurusita yang
akan bertugas, maka petugas meja kedua akan mencatat penunjukan
tersebut dalam kolom register induk.
3. Penetapan hari sidang
1) Panitera muda dalam waktu 3 hari kerja wajib menyerahkan berkar
perkara yang dlampirkan formulir penetapan hari sidang kepada ketua
majelis hakim yang telah ditetapkan
2) Hakim / majelis hakim mempelajari berkas dalam kurung waktu
selambat- lambatnya 7 hari kalender menetapkan hari sidang.
3) Penetaan hari sidang pertama, penundaan persidangan beserta alasan
penndaan. Berdasarkan laporan panitera pengganti setelah persidangan,
harus dicatat dalam buku register perkara dengan tertib.
4) Setiap majelis hakim harus mempunyai jadwal persidangan yang
lengkap.
5) Pemnetapan hari sidang perkara gugatan, selalu dimusyawarahkan
dengan sesama anggota majelis hakim dan dicatat dalam buku agenda
masing- masing.
6) Hakim/ ketua majelis hakim dalam menetapkan hari sidang, perlu
memperhatikan jauh/dekatnya tempat tinggal para pihak dengan letaknya
tempat persidangan. Lamanya tenggang waktu antara pemanggilan para
pihak dengan hari sidang paling sedikit 3 hari kerja
4. Panggilan para pihak
1) Panggilan para pihak dilakukan oleh jurusita/jurusta pengganti di tempat
tinggal atau tempat kediamannya atau tempat kedudukannya. Dalam hal
jurusita tidak bertemu dengan yang bersangkutan maka surat panggilan
dapat disampaikan kepada anggota keluarga yang ada di tempat itu,
namun untuk keabsahannya panggilan itu harus dilakukan melalui kepala
desa/lurah/ perangkat desa.
2) Surat panggilan kepada tergugat untuk sidang pertama harus
menyebutkan penyerahan sehelai salinan surat gugatan dan
pemberitahuan kepada pihak tergugat, bahwa ia boleh mengajukan
jawaban tertulis yang diajukan dalam sidang.
3) Jika yang dipanggil tidak diketahui tempat tinggalnya atau dimana
keberadaaanya maka panggilan dilakukan kepada bupati/ walikota
tempat tinggal penggugat.
4) Jika pihak yang dipanggil telah meninggal dunia maka panggilan
dilakukan kepada ahli warisnya
5) Panggilan terhadap pemohon / tergugat yang berada di luar negeri.
Disampaikan melalui departemen di luar negeri. Dirjenprotokol konsuler
untuk diteruskan kepada pihak yang bersangkutan.
5. Persidangan
1) Perkara perdata di pengadilan negeri harus diputus dan di minutasi
dalam waktu 6 bulan sejak tidak tercapainya mediasi. Jika melampaui
jangka waktu maka ketua majelis hakim melaporkan keterlambatan
tersebut beserta alasannya kepada ketua pengadilan negeri dengan
tembusan kepada ketua mahkamah agung
2) Sidang pengadilan harus selalu dimulai pada jam 09.00. kalau
keadaan luar biasa sidang dapat dimulai pada waktu yang lain, akan etapi
harus diumumkan terlebih dahulu.
3) Apabila anggota majelis hakim/ hakim berhalangan untuk hadir maka
dapat digantikan oleh hakim sebagai pengganti sesuai dengan ketetapan
ketua pengadilan negeri.
4) Apabila ketua majelis hakim berhalangan untuk sidang maka
persidangan harus diundur.
5) Apabila dalam sidang pertama seorang tergugat tidak hadir maka
sidang harus diundur dengan memerintahkan untuk memnggil sekali lagi
tergugat yang tidak hadir tersebut.
6. Berita acara persidangan
1) Panitera pengantiyang ikut sidang wajib membuat berita acara sidang
yang memuat segalasesuatu yang terjadi dipersidangan.
2) Berita acara sidang yang sebelumnya harus sudah siap dibuat untuk
ditandatangani oleh majelis hakim sebelum sidang berikutnya.
3) Pada waku musyawarah semua berita acara hars sudah selesai diketik
dan ditanda tangi sehingga dapat dipakai sebagai bahan musyawarah oleh
majelis hakim.
7. Rapat permusyawarahan
1) Rapat permusyawaratkan bersifat rahasia.
2) Ketua majelis hakim akan mempersilahkan anggota II untuk
mengemukakan pendapatnya, disusul oleh hakim anggota 1 dan yang
terakhir ketua majelis akan menyampaikan pendapatnya.
3) Dalam sidang permusyawaratan setiap hakim wajib menyampaikan
pertimbangan dan pendapat dalam hal perkara yang sedang
disidangkan, pendapat hakim yang berbeda wajib dimuat dalam
putusan yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari putusan.
8. Putusan
1) Putusan sedapat mungkin diambil dengan suara bulat. Jika terdapat
perbedaan pendapat maka masalah tersebut dapat dibawa kepada ketua
pengadilan negri untuk dicarikan jalan keluarnya.
2) Putusan serta merta dapat dijatuhkan asalkan secara seksama telah
dipertimbangkan alasannya sesuai dengan ketentuan.
3) Pada waktu putusan diucapkan, konsep putusan yang lengkap harus
sudah siap yang segera setela putusan diucapkan akan diserahkan
kepada panitera pengganti untuk diminutasi dalam waktu 7 hari.
9. Berkas
Dalam hal putusan yang telah berkekuatan hukum tetap agar segera dibuat
pemberkasan oleh petugas meja 3. Putusan tersebut segera dilekatkan dengan
berkas-berkas perkara yang lain (surat gugatan/permohonan dan semua
kegiatan prosespesidangan/pemeriksaan)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengadilan Negeri merupakan salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman dan
penegakkan hukum di lingkungan peradilan umum di Indonesia yang berada dibawah
kekuasaan Mahkamah Agung. Yang memiliki wewenang untuk memeriksa, memutus
dan menyelesaikan perkara pidana dan perkara perdata di tingkat pertama. Pengadilan
negeri menangani perkara berupa pidana dan perdata. Dan adapun tahapan dalam
proses perdata ada 5 tahapan yaitu penyelidikan perkara, penerimaan perkara,
pemeriksaan perkara dan yang terakhir adalah penyelesaian perkara.yang urutannya
telah di paparkan
DAFTAR PUSTAKA

Keputusan mahkamah agung tentang buku II pedoman tekhnis administrasi dan teknis peradilan
perdata umum dan perdata khusus, 2018
Pasal 50 dan Pasal 52 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum.
Muhammad Kholid, “ Kewenangan Pengadilan Negri dan Lembaga Arbitrase dalam Perkara Sengketa
Bisnias”, Vol. 9 No. 1, Edisi: Januari-Juni 2015, hlm. 174-174
http://eprints.undip.ac.id/44044/2/Siska_Cahyani_21020110130111_Bab_I.pdf (di akses 22/10/23)
https://www.kelaspintar.id/blog/edutech/tingkatan-lembaga-peradilan-berdasarkan-peran-dan-
fungsinya-7308 (di akses 22/10/23)

Anda mungkin juga menyukai