Anda di halaman 1dari 5

PERAN HAKIM SEBAGAI PELAKSANA KEKUASAAN KEHAKIMAN

BAB I A.PENDAHULUAN
Hakim adalah pejabat yang memimpin persidangan. Istilah "hakim" sendiri berasal dari kata
Arab ‫( حكم‬hakima) yang berarti "aturan, peraturan, kekuasaan, pemerintah". Ia yang
memutuskan hukuman bagi pihak yang dituntut. Hakim harus dihormati di ruang pengadilan
dan pelanggaran akan hal ini dapat menyebabkan hukuman.Hakim adalah pejabat peradilan
negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili.
Mengadili merupakan serangkaian tindakan hakim untuk menerima, memeriksa, dan
memutuskan perkara hukum berdasarkan asas bebas, jujur dan tidak memihak di sebuah
sidang pengadilan berdasarkan ketentuan perundang-undangan. Dalam upaya menegakkan
hukum dan keadilan serta kebenaran, hakim diberi kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan.
Dengan kata lain, hakim tidak boleh dipengaruhi oleh kekuasaan-kekuasaan lain dalam
memutuskan perkara. Apabila hakim mendapatkan pengaruh dari pihak lain dalam
memutuskan perkara, cenderung keputusan hakim itu tidak adil, yang pada akhirnya akan
meresahkan masyarakat, serta wibawa hukum dan hakim akan pudar.
BAB II ISI.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 24 (1) menegaskan bahwa
kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan
guna menegakan hukum dan peradilan.
Hal tersebut juga ditekankan dalam UUD Republik Indonesia nomor 48 tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman pasal 1 yakni kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Di Indonesia perwujudan kekuasaan kehakiman diatur sepenuhnya dalam UU RI no 48 tahun
2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang merupakan penyempurnaan dari UU RI no 4 tahun
2004 tentang Kekuasaan Kehakiman. berdasarkan UU RI No 46 tahun Z0V9 pasal 1s kekuasaan
kehakiman di Indonesia dilakukan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di
bawah Mahkamah Agung meliputi badan peradilan yang berada dilingkungan Peradilan Umum,
Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara, serta oleh semua
Mahkamah Konstitusi.
Lembaga-lembaga tersebut berperan sebagai penegak keadilan dan dibersihkan dari tiap
intervensi dari lembaga Legislatif, Eksekutif, maupun lembaga lainnya. Kekuasaan kehakiman
yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga tersebut dilaksanakan oleh hakim.
Pihak yang melakukan kekuasaan kehakiman dinyatakan pada UU RI No 48 tahun 2009 pasal
19, yaitu hakim dan hakim konstitusi. Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi
wewenang oleh UU untuk mengadili. Mengadili merupakan serangkaian tindakan hakim untuk
menerima, memeriksa, dan memutuskan perkara hukum berdasarkan asas bebas, jujur, dan
tidak memihak disebuah
Pihak yang melakukan kekuasaan kehakiman dinyatakan pada UU RI No 48 tahun 2009 pasal
19, yaitu hakim dan hakim konstitusi. Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi
wewenang oleh UU untuk mengadili. Mengadili merupakan serangkaian tindakan hakim untuk
menerima, memeriksa, dan memutuskan perkara hukum berdasarkan asas bebas, jujur, dan
tidak memihak disebuah sidang pengadilan berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
Dalam upaya menegakan hukum dan keadilan serta kebenaran, hakim diberikan kekuasaan
yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan. Dengan kata lain, hakim tidak boleh
dipengaruhi oleh kekuasaan-kekuasaan lain dalam memutuskan perkara.
Apabila hakim mendapatkan pengaruh dari pihak lain dalam memutuskan perkara maka
cenderung keputusan hakim itu tidak adil yang pada akhirnya akan meresahkan masyarakat
serta wibawa hukum dan hakim
peraajian. Dengan Kata iain, nakim Uaak polen dipengaruhi oleh kekuasaan-kekuasaan lain
dalam memutuskan perkara.
Apabila hakim mendapatkan pengaruh dari pihak lain dalam memutuskan perkara maka
cenderung keputusan hakim itu tidak adil yang pada akhirnya akan meresahkan masyarakat
serta wibawa hukum dan hakim akan pudar.
Berdasarkan UU No 48 tahun 2009 pasal 18, jenis hakim dapat dibedakan berdasarkan lembaga
peradilannya, yaitu sebagai berikut :
1. Hakim pada Mahkamah Agung, Hakim pada lembaga peradilan ini disebut Hakim Agung.
2. Hakim yang berada pada Badan Peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung yaitu
Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara.
3. Hakim pada Mahkamah Konstitusi, disebut hakim konstitusi.
Adapun tugas Pokok dan Fungsi Pengadilan Negeri diautur dalam UU No.49 Tahun 2009
tentang perubahan kedua atas UU No.2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum dalam Pasal 55
sampai dengan pasal 67 dan berdasarkan PERMA no. 07 Tahun 2015 Bagian Kelima Kepniteraan
Pengadilan Negeri Kelas I A dan Bagian Kelima Kesektariatan Pengadilan Negeri Klas I A sebagai
berikut :
1. Ketua :
Tugas Pokok :
a. Ketua selaku Hakim Pengadilan adalah pejabat yang melakukan tugas kekuasaan kehakiman,
untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara pidana dan perkara perdata di tingkat
pertama.
b. Ketua Pengadilan mengadakan pengawasanatas pelaksanaan tugas dan tingkah laku Hakim,
Panitera, Panitera Pengganti dan Jurusita serta Pejabat Struktur di daerah hukumnya.
c. Ketua Pengadilan mengatur pembagiantugas para hakim.
Fungsi :
a. Ketua Pengadilan membagikan semua berkas perkara dan atau surat-surat lainnya yang
berhubungan dengan perkara yang diajukan ke Pengadilan kepada Majelis Hakim untuk
diselesaikan.
b. Ketua Pengadilan Negeri menetapkan perkara yang harus diadili berdasarkan nomor urut,
tetapi apabila terdapat perkara tertentu yang karena menyangkut kepentingan umum harus
segera diadili, maka perkara itu didahulukan.
2. Wakil Ketua :
Tugas Pokok :
a. Wakil Ketua selaku Hakim Pengadilan adalah pejabat yang melakukan tugas kekuasaan
kehakiman, untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara pidana dan perkara
perdata di tingkat pertama.
Fungsi :
a. Wakil Ketua Pengadilan Negeri berfungsi sebagai Koordinator Pengawasan di daerah
Hukumnya
3. Hakim :
Tugas Pokok :
a. Hakim Pengadilan adalah pejabat yang melakukan tugas kekuasaan kehakiman, untuk
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara pidana dan perkara perdata di tingkat
pertama.
Fungsi :
a. Melakukan tugas-tugas Pengawasan sebagai Pengawas Bidang dengan memberi petunjuk
dan bimbingan yang diperlukan bagi para Pejabat structural maupun Fungsional.
4. Panitera :
Tugas Pokok :
Melaksanakan pemberian dukungan di bidang teknis dan administrasi perkara serta
menyelesaikan surat-surat yang berkaitan dengan perkara.
Fungsi :
a. Pelaksanaan koordinasi, pembinaan dan pengawasan pelaksanaan tugas dalam pemberian
dukungan di bidang teknis;
b. Pelaksanaan pengelolaan administrasi perkara perdata;
c. Pelaksanaan pengelolaan administrasi perkara pidana;
d. Pelaksanaan pengelolaan administrasi perkara khusus;
e. Pelaksanaan pengelolaan administrasi perkara perdata, penyajian data perkara, dan
transparasi perkara;
f. Pelaksanaan administrasi keuangan dalam program teknis dan keuangan perkara yang
ditetapkan berdasarkan peraturan dan perundang-undangan, minutasi, evaluasi dan
administrasi Kepaniteraan;
g. Pelaksanaan mediasi;
h. Pembinaan teknis kepaniteraan dan kejurusitaan; dan
i. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Ketua Pengadilan Negeri.
5. Sekretaris :
Tugas Pokok :
Melaksanakan pemberian dukungan di bidang administrasi, organisasi, keuangan, sumber daya
manusia, serta sarana dan prasarana di Lingkungan Pengadilan Negeri Klas I A.
Fungsi :
a. Penyiapan bahan pelaksanaan urusan perencanaan program dan anggaran;
b. Pelaksanaan urusan kepegawaian;
c. Pelaksanaan urusan keuangan;
d. Penyiapan bahan pelaksanaan penataan organisasi dan tata laksana;
e. Pelaksanaan pengelola teknologi informasi dan statistik;
f. Pelaksanaan urusan surat menyurat, arsip, perlengkapan, rumah tangga, keamanan,
keprotokolan, hubungan masyarakat, dan perpustakaan ; dan
g. Penyiapan bahan pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan dokumentasi serta pelaporan di
lingkungan Kesekretariatan Pengadilan Negeri Kelas I A.
BAB III KESIMPULAN.
Sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman, hakim berwenang menetukan hukum dan keadilan
bagi setiap individu yang berperkara.Hakim harus memberikan keadilan kepada setiap pihak
dan proses penyelesainnya tidak memihak. Budaya masyarakat cenderung menolak putusan
(perdata) dan pelaksanaan putusan (eksekusi) memerlukan upaya paksa.
Pengadilan secara umum mempunyai tugas untuk mengadili perkara menurut hukum dengan
tidak membeda-bedakan orang. Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili,
dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang.
Pengadilan wajib memeriksa dan mengadili setiap perkara peradilan yang masuk.

Anda mungkin juga menyukai