Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PKN

PENGADILAN UMUM

Kelas XI IPA 1

Kelompok 1

Disusun oleh:
1. Adella Syifa Nurjannah
2. Ameliya Dea Stephani
3. Intan Vidiyani
4. Kartika Sukma Lestari
5. Magfirotus Soleha Lusiana
6. Muhaimin
7. Reyga Gauthafan

SMAN 1 DUKUPUNTANG
Jalan Nyi Ageng Serang Desa Sindang Merkar Kecamatan Dukupuntang
Kabupaten Cirebon 45652

0
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan Rahmat dan
karunia-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Dalam kesempatan ini, kami banyak mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang sudah
membantu kami untuk menyusun makalah " Pengadilan Umum ". Diharapkan makalah ini dapat
bermanfaat kepada para pembaca.

Penulisan bini tidak lepas dari berbagai kekurangan untuk itu segala komentar, kritik dan saran
yang sifatnya membangun akan diterima agar penyusunan makalah ini lebih sempurna.

Cirebon, 3 November 2019

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI .................................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3
1.1 LATAR BELAKANG ..................................................................................................... 3
1
1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................................. 3
1.3 TUJUAN .......................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 4
2.1 PENGERTIAN PENGADILAN UMUM ........................................................................ 4
2.2 MACAM – MACAM LEMBAGA PENGADILAN UMUM ......................................... 5
BAB III PENUTUPAN ................................................................................................................ 17
3.1 KESIMPULAN .............................................................................................................. 17
3.2 SARAN ...........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 18

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Negara dan bangsa Indonesia menghendaki adanya tatanan masyarakat yang tertib,
tentram, damai dan seimbang, sehingga setiap konflik, sengketa atau pelanggaran
diharapkan untuk dipecahkan atau diselesaikan. Hukum harus ditegakkan, setiap
pelanggaran harus secara konsisten ditindak, dikenai sanksi. Kalau setiap pelanggaran
hukum ditindak secara konsisten maka akan timbul rasa aman dan damai, karena adanya
jaminan kepastian hukum. Untuk itu diperlukan peradilan, yaitu pelaksanaan hukum dalam
hal konkret adanya tuntutan hak, fungsi yang dijalankan oleh suatu badan yang berdiri
sendiri dan diadakan oleh negara serta bebas dari pengaruh apa atau siapapun dengan cara
memberikan putusan yang bersifat mengikat dan bertujuan mencegah " eigenerichting ".

Peradilan Umum berwenang memeriksa atau menyidangkan baik kasus pidana


maupun kasus perdata termasuk kasus yang menyangkut masalah hubungan keluarga yaitu
perceraian, kecuali jika pihak yang akan cerai itu beragama Islam yang harus disidangkan
oleh Pengadilan Agama.

Semua yang menyangkut Peradilan Umum mengenai struktur, tugas dan


kewenangan, pengangkatan dan pemberhentiannya, dan lain sebagainya telah diatur dalam

2
Undang-Undang No.2 tahun 1986 yang telah diubah dalam Undang-Undang No.8 tahun
2004.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.3 TUJUAN

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pengadilan Umum
Berdasarkan UU no 2 pasal 2 tahun 1986 tentang pengadilan umum, Pengadilan
Umum merupakan salah satu lembaga pelaksana kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari
keadilan pada umumnya. Kemudian dalam UU no 2 pasal 3 ayat 1 tahun 1986 dijelaskan
bahwa kekuasaan kehakiman di lingkungan peradilan umum dilaksanakan oleh :
1). Pengadilan Negeri
2). Pengadilan Tinggi
Dan UU no 2 pasal 3 ayat 2 tahun 1986 menjelaskan bahwa kekuasaan kehakiman
dilingkungan peradilan umum berpuncak pada mahkamah agung sebagai pengadilan negara
tertinggi. Sampai sekarang tercatat ada enam pengadilan khusus yang ada di lingkungan
peradilan umum, yaitu : Pengadilan Anak (bidang hukum pidana), Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi (bidang hukum pidana), Pengadilan Perikanan (bidang hukum pidana), Pengadilan
HAM (bidang hukum pidana), Pengadilan Niaga (bidang hukum perdata), Pengadilan
Hubungan Industrial (bidang hukum perdata).

3
2.2 Macam Macam Lembaga Pengadilan Umum

1) Pengadilan Negeri
Pengadilan negeri merupakan sebuah lembaga kekuasaan kehakiman yang
berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota. Daerah hukumnya mencakup wilayah
kabupaten atau kota tersebut.

Dalam setiap Pengadilan Negeri terdapat juga Kejaksaan Negara yang berguna
sebagai sarana pemerintah yang menjadi penuntut umum pada suatu perkara pidana
kepada yang melakukan pelanggaran hukum. Namun pada perkara perdata, oleh
Kejaksaan Negeri tidak memiliki kekuasaan untuk ikut campur tangan.

 Urutan Pejabat dalam Pengadilan Negeri

1. Pimpinan (Ketua dan wakil ketua pengadilan)


Tugas dan Kewenangan Ketua Pengadilan Negeri :
1. Ketua Pengadilan mengadakan pengawasan atas pelaksanaan tugas dan tingkah
laku hakim, panitera, sekretaris, dan jurusita di daerah hukumnya. (Psl 53 ayat 1
Bab Kekuasaan Pengadilan UU No.2/1986)
2. Ketua Pengadilan mengatur pembagian tugas para hakim

4
3. Ketua Pengadilan membagikan semua berkas perkara dan atau surat-surat lainnya
yang berhubungan dengan perkara yang diajukan ke Pengadilan kepada Majelis
Hakim untuk diselesaikan.
4. Ketua Pengadilan menetapkan perkara yang harus diadili berdasarkan nomor urut,
tetapi apabila terdapat perkara tertentu karena menyangkut kepentingan umum
harus segera diadili, maka perkara itu didahulukan.
5. Ketua Pengadilan Negeri melakukan pengawasan atas pekerjaan notaris di daerah
hukumnya dan melaporkan hasil pengawasannya kepada Ketua Pengadilan
Tinggi, Ketua Mahkamah Agung, dan Menteri yang tugas dan tanggung jawabnya
meliputi jabatan notaris. (Pasal 54 ayat 1 UU No.8/2004)
6. Ketua Pengadilan menetapkan perkara yang harus diadili berdasarkan nomor urut,
kecuali terhadap tindak pidana yang pemeriksaannya harus didahulukan, yaitu :
korupsi, terorisme, narkotika/psikotropika, pencucian uang, perkara tindak pidana
lainnya yang ditentukan oleh undang-undang dan perkara yang terdakwanya
berada di dalam Rumah Tahanan Negara. (Pasal 57 UU No.8/2004)
Pengangkatan dan Pemberhentian Ketua dan Wakil ketua Pengadilan Negeri :

 Ketua Pengadilan Negeri


1. Untuk dapat diangkat sebagai Ketua/Wakil ketua Pengadilan Negeri diperlukan
pengalaman sekurang-kurangnya 10 tahun sebagai Hakim Pengadilan Negeri.
(Pasal 14 ayat 3 UU No.8/2004)
2. Pemberhentian Ketua Pengadilan Negeri menjadi wewenang ketua Mahkamah
Agung

 Wakil Ketua Pengadilan Negeri


1. Untuk dapat diangkat sebagai Ketua/ Wakil ketua Pengadilan Negeri
diperlukan pengalaman sekurang-kurangnya 10 tahun sebagai Hakim
Pengadilan Negeri. (Pasal 14 ayat 3 UU No.8/2004)
2. Pemberhentian Wakil Ketua Pengadilan Negeri menjadi wewenang ketua
Mahkamah Agung
2. Hakim anggota
Pengangkatan dan pemberhentian Hakim Anggota sebagai berikut:
Seseorang dapat diangkat menjadi hakim pengadilan negeri apabila telah
memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh Undang – Undang. Menurut pasal 14 ayat
(1) UU No.8 tahun 2004 persyaratan yang dimaksud adalah :
a. Warga Negara Indonesia
b. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

5
c. Setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Negeri Republik Indonesia Tahun
1945
d. Sarjana hokum
e. Berumur serendah-rendahnya dua puluh lima tahun
f. Sehat jasmani dan rohani
g. Berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela
h. Bukan bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia, termasuk
organisasi massanya, atau bukan orang yang terlibat langsung dalam Gerakan
30 September/Partai Komunis Indonesia.
1. Harus pegawai negeri yang berasal dari calon hakim. (Pasal 14 ayat 1 dan 2 UU
No.8 tahun 2004)
2. Hakim pengadilan diangkat dan diberhentikan oleh Presiden selaku Kepala Negara
atas usul Ketua Mahkamah Agung. (Pasal 16 ayat 1 UU No.8 tahun 2004)
3. Sebelum memangku jabatan Ketua, Wakil ketua, dan Hakim Pengadilan wajib
mengucapkan sumpah/janji menurut agamanya. (Pasal 17 ayat 1 UU No.8 tahun
2004)
4. Wakil Ketua dan Hakim pada Pengadilan Negeri diambil atau janjinya oleh Ketua
Pengadilan Negeri. (Pasal 17 ayat 3 UU No.8 tahun 2004)
- Pemberhentiannya sebagai berikut :
1. Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim Pengadilan diberhentikan dengan hormat dari
jabatannya karena :
a. Permintaan sendiri
b. Sakit jasmani/rohani terus menerus
c. Setelah berumur 60 tahun
d. Ternyata tidak cakap dalam melaksanakan tugasnya
2. Meninggal dunia dengan sendirinya diberhentikan dengan hormat dari jabatannya
oleh Presiden.
3. Ketua, Wakil, dan Hakim diberhentikan tidak dengan hormat dari jabatannya
dengan alasan :
a. Dipidana karena bersalah melakukan tindak pidana kejahatan.
b. Melakukan perbuatan tercela
c. Terus menerus melalaikan kewajiban dalam menjalankan tugas pekerjaannya
d. d. Melanggar sumpah/janji jabatan
e. e. Melanggar larangannya
6
4. Pengusulan pemberhentian tidak dengan hormat dengan alasan sebagaimana
dimaksud huruf b, c, d, dan e dilakukan setelah yang bersangkutan diberi
kesempatan secukupnya untuk membela diri dihadapan majelis kehormatan Hakim.
5. Seorang Hakim yang diberhentikan dari jabatannya dengan sendirinya
diberhentikan sebagai pegawai negeri.(Pasal 19-21 UU No.82004)
3. Panitera
Tugas dan Kewenangan Panitera sebagai berikut :
1. Panitera Pengadilan bertugas menyelenggarakan administrasi perkara dan
mengatur tugas wakil Panitera, Panitera muda, dan Panitera Pengganti. (Pasal
58 Bab ketentuan-ketentuan lain UU No.2 tahun 1986)
2. Panitera, Wakil Panitera, Panitera Muda, dan Panitera pengganti bertugas
membantu Hakim dengan mengikuti dan mencatat jalannya sidang Pengadilan.
(Pasal 59 Bab ketentuan-ketentuan lain UU No.2 tahun 1986)
3. Dalam perkara perdata, Panitera Pengadilan Negeri bertugas melaksanakan
putusan Pengadilan.(Pasal 60 Bab ketentuan-ketentuan lain UU No.2 tahun
1986)
4. Panitera wajib membuat daftar semua perkara perdata dan pidana yang
diterima di Kepaniteraan dan dalam daftar perkara tersebut, tiap perkara diberi
nomor urut dan dibubuhi catatan singkat tentang isinya.(Pasal 61 ayat 1 dan 2
Bab ketentuan-ketentuan lain UU No.2 tahun 1986)
5. Panitera membuat salinan putusan menurut ketentuan undang-undang yang
berlaku.(Pasal 62 UU Bab ketentuan-ketentuan lain No.2 tahun 1986)
6. Panitera bertanggung jawab atas pengurusan berkas perkara, putusan,
dokumen, akta, buku daftar, biaya perkara, uang titipan pihak ketiga, surat-
surat berharga, barang bukti, dan surat-surat lainnya yang disimpan di
Kepaniteraan, semua daftar, catatan, risalah, berita acara, serta berkas perkara
tidak boleh dibawa dari ruang kepaniteraan, kecuali atas izin Ketua Pengadilan
berdasarkan ketentuan undang-undang.(Pasal 63 ayat 1, 2, dan 3 Bab
ketentuan-ketentuan lain UU No.2/1986)
7. Tugas dan tanggung jawab serta tata kerja Kepaniteraan Pengadilan diatur
lebih lanjut oleh Mahkamah Agung.(Pasal 64 Bab ketentuan-ketentuan lain UU
No.2/1986)
- Pengangkatan Panitera Pengadilan Negeri.
1. Untuk dapat diangkat sebagai Panitera Pengadilan Negeri, menurut pasal 28 UU
No.8 tahun 2008 seorang calon harus Panitera Pengadilan Negeri memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
a. Warga Negara Indonesia
7
b. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
c. Setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Negeri Republik Indonesia
Tahun 1945
d. Berijazah serendah-rendahnya sarjana muda hukum
e. Berpengalaman sekurang-kurangnya 3 tahun sebagai Wakil Panitera, 5 tahun
sebagai Panitera Pengadilan atau menjabat sebagai Wakil Panitera Pengadilan
Tinggi
f. Sehat jasmani dan rohani
2. Panitera, Wakil Panitera, Panitera Muda, dan Panitera Pengganti diangkat dan
diberhentikan dari jabatannya oleh Mahkamah Agung. (Pasal 37 UU No.8/2004)
3. Sebelum memangku jabatannya, Panitera, Wakil Panitera, Panitera Muda, dan
Panitera Pengganti diambil sumpah atau janji menurut agamanya oleh Ketua
Pengadilan yang bersangkutan.(Pasal 38 UU No.8/2004)
- Pengangkatan Wakil Panitera Pengadilan Negeri
Syarat-syaratnya sebagai berikut:
1. Syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 huruf a, b, c, d, dan f yang
telah ditulis diatas.
2. Berpengalaman sekurang-kurangnya 3 tahun sebagai Panitera Muda atau 4 tahun
sebagai Panitera Pengganti Pengadilan Negeri.(Pasal 30 UU No.8/2004)
- Pengangkatan Panitera Muda Pengadilan Negeri
Syarat-syaratnya sebagai berikut:
1. Syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 huruf a, b, c, d, dan f yang telah
ditulis diatas.
2. Berpengalaman sekurang-kurangnya 2 tahun sebagai Panitera Pengganti Pengadilan
Negeri.(Pasal 32 UU No.8/2004)
- Pengangkatan Panitera Pengganti Pengadilan Negeri
Syarat-syaratnya sebagai berikut:
1) Syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 huruf a, b, c, d, dan f yang telah
ditulis diatas.
2) Berpengalaman sekurang-kurangnya 3 tahun sebagai pegawai negeri pada
Pengadilan Negeri.(Pasal 34 UU No.8/2004)
4. Sekretaris
Tugas dan Kewenangan Sekretaris :

8
Sekretaris Pengadilan bertugas menyelenggarakan administrasi umum Pengadilan
serta ketentuan mengenai tugas serta tanggung jawab, susunan organisasi, dan tata kerja
sekretariat diatur lebih lanjut oleh Mahkamah Agung. (Psl 67 ayat 1 dan 2 UU
No.8/2004)
- Pengangkatan Wakil Sekretaris Pengadilan Negeri.
1. Untuk dapat diangkat sebagai Wakil Sekretaris Pengadilan Negeri, Menurut Pasal
46 UU No.8 tahun 2008, seorang calon harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
a. Warga Negara Indonesia
b. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
c. Setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Negeri Republik Indonesia Tahun
1945
d. Berijazah serendah-rendahnya sarjana muda hukum atau sarjana muda
administrasi
e. Berpengalaman di bidang administrasi peradilan
f. Sehat jasmani dan rohani
2. Wakil Sekretaris Pengadilan Negeri diangkat dan diberhentikan oleh Mahkamah
Agung.(Pasal 48 UU No.8 tahun 2004)
3. Sebelum memangku jabatannya, Sekkretaris, Wakil Sekretaris wajib diambil
sumpah atau janji menurut agamanya oleh Ketua Pengadilan yang bersangkutan.
(Pasal 49 ayat 1 UU No.8 tahun 2004)
5. Juru sita
- Tugas dan Kewenangan Juru sita :
A. Melaksanakan semua perintah yang diberikan oleh Ketua sidang.
B. Menyampaikan pengumuman-pengumuman, teguran-teguran, protes-protes, dan
pemberitahuan putusan Pengadilan menurut cara-cara berdasarkan ketentuan
undang-undang.
C. Melakukan penyitaan atas perintah Ketua Pengadilan Negeri.
D. Membuat berita acara penyitaan, salinan resminya diserahkan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan.(Pasal 65 ayat 1 Bab ketentuan-ketentuan lain UU No.2
tahun 1986)
E. Jurusita berwenang melakukan tugasnya di daerah hukum Pengadilan yang
bersangkutan.(Pasal 65 ayat 2 Bab ketentuan-ketentuan lain UU No.2 tahun 1986)
- Pengangkatan Jurusita Pengadilan Negeri.

9
1. Untuk dapat diangkat sebagai Jurusita Pengadilan Negeri, seseorang calon harus
memenuhi syarat-syarat yang terdapat dalam Pasal 40 UU No.8 tahun 2008, yaitu
sebagai berikut:
a. Warga Negara Indonesia
b. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
c. Setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Negeri Republik Indonesia
Tahun 1945
d. Berijazah serendah-rendahnya Sekolah Menengah Atas
e. Berpengalaman sekurang-kurangnya 5 tahun sebagai Jurusita Pengganti
f. Sehat jasmani dan rohani
2. Jurusita Pengadilan Negeri diangkat dan diberhentikan oleh Mahkamah Agung
atas usul Ketua Pengadilan Negeri dan Jurusita Pengganti diangkat dan
diberhentikan oleh Ketua Pengadilan Negeri.(Pasal 41 ayat 1 dan 2 UU No.8
tahun 2004)
3. Sebelum memangku jabatannya, jurusita atau Jurusita pengganti wajib diambil
sumpah atau janji menurut agamanya oleh Ketua Pengadilan Negeri.(Pasal 42
ayat 1 UU No.8/2004)
- Pengangkatan Jurusita Pengganti Pengadilan Negeri
A. Syarat sebagaimana dimaksud pada pasal 40 ayat 1 huruf a, b, c, d, f yang telah
ditulis diatas.
B. Berpengalaman sekurang-kurangnya3 tahun sebagai pegawai negeri pada
Pengadilan Negeri.
Pada pengadilan negeri, masalah-masalah yang diadili oleh seseorang hakim yang
terdapat pada majelis hakim (yang terdiri dari satu hakim ketua serta dua hakim anggota)
serta dengan bantua dari seorang panitera.

Namun, pada perkara-perkara ringan yang mana ancaman hukumannya yaitu kurang
dari 1 tahun yang mendapat pengadilan dari hakim tungga. Contoh, perkara pelanggaran
dalam lalu lintas.

 Kewenangan pengadilan negeri :

Di dalam KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) diatur tentang wewenang


pengadilan negeri, wewenang tersebut sebagian diatur dalam pasal 84, 85 dan 86.
Kewenangan pengadilan negeri sebagai berikut.

a. Memeriksa, memutuskan, dan menyelesaikan perkara pidana dan perdata pidana dan
perdata pada tingkat pertama

10
Acara perdata dimuka pegadilan negeri berlaku dengan lisan yang berarti
pemeriksaan perkara pada pokoknya berjalan dengan tanya jawab dengan lisan
dimuka hakim. Hakim pada prinsipya di peradilan acara perdata bersifat passif,
hakim pada dasarnya hanya mengawasi supaya peraturan-peraturan acara yang
ditetapakan Undang-Undang dituruti oleh kedua belah pihak, hakim akan ikut
campur jikalau tata tertib sidang pengadilan dilanggar atau dari salah satu pihak
bertindak tidak pantas.

b. Memberikan keterangan, pertimbangan, dan nasihat hukum pada instansi pemerintah


di daerahnya apabila diminta

c. Ketua pengadilan negeri berkewajiban melakukan pengawasan atas pekerjaan


penasihat hukum dan notaris di daerah hukumnya dan malaporkan hasil
pengawasannya kepada ketua pengadilan tinggi, ketua mahkamah agung, dan
menteri yang tugas dan tanggungjawabnya meliputi jabatan notaris

d. Pengadilan negeri berwenang mengadili segala perkara mengenai tindak pidana yang
dilakukan dalam daerah hukumnya

Pengadilan negeri yang didalam daerah hukumnya terdakwa bertempat tinggal,


berdiam terakhir di tempat ia diketemukan, Pengadilan Negeri tersebut hanya berwenang
mengadili perkara terdakwa tersebut, apabila tempat kediaman terdakwa yang dipanggil
lebih dekat pada tempat pengadilan negeri yang didalam daerahnya tindak pidana itu
dilakukan.

Apabila seorang terdakwa melakukan beberapa tindak pidana dalam daerah


hukum berbagai pengadilan negeri, maka tiap pengadilan perkara pidana itu, terhadap
beberapa perkara yang satu sama lain ada sangkut pautnya dan dilakukan oleh seorang
dalam daerah hukum berbagai pengadilan negeri , diadili oleh masing-masing pengadilan
negeri dengan ketentuan kemungkinan penggabungan perkara tersebut.

Contoh salah satu kasus Pengadilan Negeri adalah tentang kasus kejahatan terhadap
keamanan negara atau mungkin dapat dikatakan terorisme. Kejahatan terhadap negara
merupakan salah satu kasus yang diselesaikan dalam PN (Pengadilan Negeri) karena hal
itu berhubungan dengan publik (negara) dan masuk dalam ranah pidana. Dalam Peradilan
Negeri yang diperiksa adalah fakta-fakata yang ada “ judex factie” beserta bukti dan juga
para saksi, kemudian hakim akan memutuskan penjatuhan pidana yang berdasar pada
pelanggaran UU, dan berdasarkan serentetan acara dalam persidangan. Namun dalam PN
(Pengadilan Negeri) juga menyelesaikan tentang kasus perdata bagi non muslim.

2) Pengadilan Tinggi

11
Pengadilan tinggi ialah pengadilan banding, yakni pengadilan yang memiliki
tugas dalam memeriksa ualang perkara yang sudah diputuskan dalam pengadilan negeri.
Pengadilan tinggi berkedudukan di daerah ibu kota provinsi. Wilayah kerja pengadilan
tinggi meliputi wilayah provinsi itu. Setiap pengadilan tinggi dipimpin oleh seseorang
kepala yaitu ketua pengadilan tinggi.

Pemeriksaan perkara pada pengadilan tinggi umumnya hanya memeriksa yang


berlandasan pada pemeriksaan berkas perkara, namum bisa saja melangsungkan
persidangan seperti biasanya. Rentang waktu yang disediakan guna mengajukan bandiang
ialah 14 hari setelah adanya vonis dari pengadilan negeri.

 Urutan dalam pengadilan tinggi ialah sebagai berikut:

1. Pimpinan (ketua pengadilan serta wakil ketua)

- Tugas ketua pengadilan tinggi :

Ketua Pengadilan Tinggi Negeri di daerah hukumnya bertugas melakukan


pengawasan terhadap jalannya peradilan di tingkat Pengadilan Negeri dan
menjaga agar peradilan diselenggarakan dengan seksama dan sewajarnya.(Psl 53
ayat 2 Bab Kekuasaan Pengadilan UU No.2/1986)

- Pengangkatan dan Pemberhentian Ketua dan Wakil Pengadilan Tinggi sebagai


berikut.

Syarat khusus untuk dapat diangkat menjadi ketua Pengadilan Tinggi :

a. Berpengalaman minimal 5 tahun sebagi hakim pengadilan tinggi


b. Minimal berpengalaman 3tahun sebagai hakim pengadilan tinggi yang pernah
menjabat sebagai ketua PN
Ø Pengangkatan wakil ketua PT, selain harus memenuhi syarat umum untuk menjadi
hakim yang digariskan pasal 14 (1) UU No. 2/1986 diubah dengan UU No. 8/2004,
syarat khusus yang disebut pasal 15 (3)

a. Berpengalaman minimal 4 tahun sebagai hakim PT


b. Berpengalaman minimal 2 tahun sebagai hakim PT yang pernah menjabat sebagai
ketua PN
Ø Bertitik tolak dari pasal 16(2) UU No. 2/1986 diubah dengan UU No. 8/2004
pengangkatan dan pemberhentian ketua dan wakil ketua PT dilakukan oleh MA.

- Menurut pasal 19, ketua dan wakil ketua PT diberhentikan dengan hormat karena:

a. Permintaan sendiri
12
b. Sakit rohani dan jasmani terus menerus
c. Telah berumur 65 tahun
d. Tidak cakap dalam menjalakan tugas
e. Diberhentikan dengan tidak terhormat
f. Dipidana karena bersalah melakukan tindak pidana kejahatan
g. Melakukan perbuatan tercela
h. Terus-menerus melalaikan kewajiban dalam menjalakan tugas pekerjaan
i. Melanggar sumpah atau jabatan
j. Melanggar larangan
- Diberhentikan sementara karena:

a. Merupakan tindakan yang memenuhi pemberhentian dengan tidak hormat


b. Oleh ketua MA
2. Hakim anggota

- Pengangkatan Hakim Anggota sebagai berikut:

Untuk dapat diangkat menjadi Hakim pada Pengadilan Tinggi, seorang calon
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Negeri Republik Indonesia Tahun
1945
c. Sarjana hukum
d. Berumur serendah-rendahnya dua puluh lima tahun
e. Sehat jasmani dan rohani
f. Berwibawa, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela
g. Bukan bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia, termasuk
organisasi massanya, atau bukan orang yang terlibat langsung dalam Gerakan 30
September/Partai Komunis Indonesia.
h. Berumur serendah-rendahnya 40 tahun
i. Berpengalaman sekurang-kurangnya 5 tahun sebagai Ketua, Wakil Ketua
Pengadilan Negeri, atau 15 tahun sebagai Hakim pada Pengadilan Negeri
j. Lulus eksaminasi yang dilakukan oleh Mahkamah Agung

13
3. Panitera
- Pengangkatan dan Pemberhentian Panitera sebagai berikut.
 Untuk dapat diangkat menjadi panitera Pengadilan Tinggi Negeri memenuhi syarat :
a. Syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 huruf a,b,c dan huruf f
b. Berijazah sarjana hokum
c. Berpengalaman minimal 3 tahun sebagai wakil panitera, 5 tahun sebagai panitera
muda Pengadilan Tinggi Negeri atau 3 tahun sebagai panitera Pengadialan Negeri
(dalam pasal 29 UU No. 8/2004)
 Wakil Panitera Pengadilan Tinggi Negeri

Untuk dapat diangkat menjadi wakil panitera PT harus memenuhi syarat :

a. Syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal huruf a,b,c,d dan f

b. Berpengalaman minimal 2 tahun sebagai panitera pengganti, 3 tahun sebagai


panitera muda PN, 5 tahun sebagai panitera pengganti PN atau menjabat sebagai
wakil panitera PN (dalam pasal 33 UU RI No. 8/2004

4. Sekretaris

- Wakil Sekretaris

1. Syarat pengangkatan wakil sekretaris Pengadilan Tinggi diatur dalam pasal 46 UU No.
8 tahun 2008 yaitu :

a. WNI
b. Bertaqwa kepada tuhan yang maha esa
c. Setia kepada pancasila dan UUD 1945
d. Berpengalaman dibidang administrasi peradilan
e. Berijazah serendah-rendahnya sarjana hukum/sarjana muda administrasi
 Kewenangan pengadilan tinggi sebagai berikut.

a. Mengadili perkata pidana dan perdata pada tingkat banding


b. Mengadili di tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan mengadili antara
pengadilan negeri di wilayah hukumnya.
c. Memberikan keterangan, pertimbangan, dan nasihat hukum pada instansi pemerintah
di daerahnya apabila di minta

14
d. Ketua pengadilan tinggi berkewajiban melakukan pengawasan terhadap jalannya
peradilan di tingkat pengadilan negeri dan menjaga supaya peradilan di laksanakan
dengan seksama dan sewajarnya
e. Memberi perintah supaya mengirim lampiran-lampiran perkara serta surat-surat guna
mengasih penilaian mengenai kecakapan serta kerajinan para hakim.
Contoh kasus dalam Pengadilan Tinggi adalah Banding yang dilakukan oleh seseorang
dalam suatu kasus (misal pembunuhan) yang mana pihak penggugat tidak puas dengan
putusan hakim di Pengadilan Negeri, kemudian mereka melakukan banding dengan
mengajukan permohonan banding ke pengadilan Tinggi, di PT (Peradilan Tinggi) yang
diperiksa adalah apakah putusan dari hakim yang ada di Pengadilan Negeri sudah sesuai
dengan UU atau belum atau (judex iuris). Namun jika dalam pemeriksaan Pengadilan
tinggi ternyata bukti baru ditemukan, maka tidak menutup kemungkinan dalam
pengadilan tinggi juga akan dilakukan beberapa peninjauan kembali atas bukti baru yang
ada, dan hal itu bisa juga akan berpengaruh pada putusan yang nantinya akan dikeluarkan
oleh pengadilan tinggi, jadi tidak selalu dalam PT hanya bersifat Judex Iuris.

3. Mahkamah Agung
Mahkamah Agung ialah lembaga pengadilan tertinggi yang berada di Indonesia,
yang memiliki kedudukan di daerah Ibu Kota (Ibu Kota Indonesia ialah Jakarta) ataupun
di daerah yang sudah ditetapkan oleh Presiden. Daerah hukum MA mencakup semua
wilayah di Indonesia.

Mahkamah Agung memiliki kewajiban yang utama ialah melaksanakan


pengawasan tertinggi pada semua tindakan-tindakan pada pengadilan lain yang berada di
seluruh Indonesia serta menjamin supaya hukum diselenggarakan dengan sewajarnya.

Kedudukan Mahkamah Agung berlandaskan terhadap Pasal 24 serta 24A


Amandemen UUD 1945, mengenai kekuasaan kehakiman, yang termuat pada UU No. 1
Tahun 2004.

Peraturan mengenai Mahkamah Agung yang sudah diatur lebih lanjut pada UUD
No. 14 Tahun 1985 serta sudah diubah dengan UUD No. 5 Tahun 2004 yang memiliki
kekuasaan serta kewenangan ialah sebagai berikut.

1. Memeriksa serta memutuskan permohonan kasasi serta sengketa mengenai


kewenangan
2. Mengadili pada permohonan peninjauan kembali atau PK terhadap putusan
pengadilan yang sudah mendapatkan kekuatan hukum yang tetap
3. Memberi pertimbangan pada bidang hukum, baik hal tersebut diminta atau tidak
terhadap badan tinggi Negara
15
4. Memberikan nasihat hukum terhadap Presiden sebagai kepala negara guna
pemberian serta penolakan grasi
5. Mengevaluasi secara material pada peraturan perundang-undangan yang berada di
bawah undang-undang
6. Melakukan tugas serta kewenangan yang lainnya berlandaskan pada undang-
undang

BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Peradilan Umum adalah peradilan yang mana didalamnya mencakup tentang
Pengadilan Neegri dan juga Pengadilan Tinggi. Kemudian dalam Pengadilan Negeri juga
terdapat pengadilan-pengadilan khusus yang ada dalam lingkup pemutusan perkaranya,
seperti halnya : pengadilan Anak, pengadilan Niaga, pengadilan HAM, pengadilan
TIPIKOR, pengadilan Hubungan Industrial, dan, Pengadilan Perikanan.

16
Lembaga pengandilan umum yaitu Pengadilan negeri dan Pengadilan tinggi.
Pengadilan Negeri adalah pengadilan tingkat pertama untuk memeriksa, memutus dan
menyelesaikan perkara pidana dan perkara perdata (non muslim). Wewenang pengadilan
negeri secara umum mencakup perkara pidana, namun pengadilan negeri juga mencakup
perkara perdata (bagi non muslim) seperti pada Surat Edaran Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 2 tahun 1979 tanggal 7 April mengatur tentang pengangkatan anak.
Didalamnya dinyatakan bahwa pengangkatan anak hanya sah sifatnya, apabila diberikan
oleh peradilan, penetapan atau tentang keputusan pengadilan itu merupakan surat
essensial bagi sahnya pengangkatan anak.

Kemudian, Pengadilan Tinggi adalah sebuah lembaga peradilan di lingkungan


peradilan umum yang berkedudukan di ibu kota provinsi sebagai pengadilan tingkat
banding tehadap perkara-perkara yang di putus oleh pengadilan negeri. Keberadaan
pengadilan tinggi sebagai instansi pengadilan tingkat banding merujuk pada UU No. 2
tahun 1986 tentang pengadilan umum diubah dengan UU No 8 tahun 2004 selanjutnya
disebut dengan UU PU. KUHAP menegaskan bahwa pengadilan tinggi berwenang
mengadili perkara yang diputus pengadilan negeri dalam daerah hukumnya yang
memintakan banding.

3.2 Saran
Penulis berharap semoga makalah ini dapat menjadi salah satu bahan untuk dapat
menambah pengetahuan tentang Peradilan Umum. Dan penulis juga memerlukan kritik
dan saran yang bersifat membangun guna penyusunan makalah berikutnya lebih
sempurna lagi.

DAFTAR PUSTAKA

17
18

Anda mungkin juga menyukai