Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PKN

PERADILAN TATA USAHA NEGARA

Nama Kelompok 4 :
1. Hellen Saputri
2. Ilham Hafiyan Nafisa
3. Julius Putra Sangapta
4. Linda Putri Rizky
5. Ronna Meila Leswana
6. Sonia Permadi
7. Virgin Cyntia Watania
8. Yosika Tresia
Kelas : XI Rutherford

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan
dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini
bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Sangatta, 29 – Oktober 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………….. 1

KATA PENGANTAR ………………………………………… 2

DAFTAR ISI …………………………………………………… 3

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………… 4


 A. Latar Belakang ……………………………………… 4-5
 B. Rumusan Masalah ……………………………………..... 5
 C. Tujuan ……………………………………………… ….. 5

BAB III PEMBAHASAN …………………………………… 6

 A. Pengertian Peradilan Tata Usaha Negara.............................


6
 B. Tugas Peradilan Tata Usaha………….……..... 7-8
 C. Tujuan Peradilan Tata Usaha Negara …………… 8-9
 D. Landasan Hukum Peradilan Tata Usaha Negara Peradilan Tata Usaha Negara 9-10

BAB IV PENUTUP ………………………………………… 11


 A. Simpulan ………………………………………………… 11

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….. 12

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Secara umum, ada tiga macam instrumen hukum yang digunakan untuk
mengevaluasi perbuatan pemerintah, yaitu melalui peraturan perundang-
undangan, melalui keputusan, maupun perbuatan pemerintah di bidang
keperdataan. Perundang-undangan dan keputusan terjadi dalam bidang publik,
karena itu tunduk dan diatur berdasarkan hukum publik, sedangkan yang
terakhir khusus dalam bidang perdata dan karenanya tunduk dan diatur
berdasarkan hukum perdata.

Di Indonesia, perlindungan hukum bagi rakyat akibat dikeluarkannya peraturan


perundang-undangan oleh pemerintah ditempuh melalui Mahkamah Agung,
dengan cara hak uji materil. Sedangkan perlindungan hukum akibat
dikeluarkannya keputusan oleh pemerintah ditempuh melalui dua kemungkinan,
yaitu peradilan administrasi dan upaya administrasi.Jadi, penyelesaian sengketa
administrasi melalui peradilan tata usaha negara diatur demi memberikan
perlindungan hukum kepada masyarakat.

Freidrich Julius Stahl dalam teorinya tentang konsep rechtsstaat, memaparkan


gagasan negara hukum, yang salah satu unsurnya berupa peradilan administrasi.
Lengkapnya unsur-unsur negara hukum itu terdiri dari perlindungan hak asasi
manusia, pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu,
pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan, serta peradilan
administrasi dalam perselisihan.Karena itu, para ahli sering mengatakan bahwa
adanya peradilan tata usaha negara di Indonesia merupakan bukti penting wujud
Indonesia sebagai negara hukum.

Dasar hukum Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) terdiri dari tiga
instrumen, yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986, Undang-undang Nomor
9 Tahun 2004 (perubahan pertama dari UU No. 5 Tahun 1986) dan Undang-
undang Nomor 51 Tahun 2009 (perubahan kedua dari UU No. 5 Tahun 1986).
Sebelum dikeluarkannya UU No. 5 Tahun 1986, peradilan administrasi
Indonesia masih bersifat semu. PTUN pada masa itu merupakan peradilan
administratif yang terdapat dalam ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara Nomor II/MPRS/1960.

Semu dalam arti peradilan administrasi Indonesia bersifat tidak bebas karena
tidak lepas dari pengaruh kekuasaan eksekutif dan kekuasaan pembuat undang-
undang. Sebagai penganut negara hukum sesuai Pasal 1 Ayat (3) UUD 1945,
tentu saja keadaan itu merupakan penyimpangan dari negara hukum. Semua
4
kekuasaan, baik di bidang legislatif, eksekutif, maupun yudikatif, saat itu
tersentralisasikan di tangan Presiden.

Pada dekade berikutnya, berdasarkan Pasal 24 UUD 1945, dikeluarkanlah UU


No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman
Pasal 10 juncto Undang-undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan
Kehakiman Pasal 10. UU ini menyebutkan bahwa kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan umum, peradilan agama,
peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara.

Berdasarkan UU Kekuasaan Kehakiman, dibentuklah UU No. 5 Tahun 1986


tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Dengan adanya UU ini, di samping
semakin mengukuhkan eksistensi PTUN di Indonesia, juga membuat semakin
terjaminnya perlindungan hukum terhadap warga masyarakat atas perbuatan
penguasa. Masyarakat yang keberatan dengan keputusan yang dikeluarkan
pemerintah, bisa melayangkan gugatan ke PTUN.

Ketentuan mengenai penyelesaian sengketa administrasi melalui peradilan tata


usaha negara itu terdapat dalam Pasal 53 Ayat (1) UU No. 5 Tahun 1986,
berbunyi, “Seseorang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya
dirugikan oleh suatu keputusan tata usaha negara dapat mengajukan gugatan
tertulis kepada pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar keputusan
tata usaha negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah,
dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/atau rehabilitasi.”

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan peradilan tata usaha Negara?
2. Tugas dari peradilan tata usaha Negara?
3. Tujuan dibentuknya peradilan tata usaha Negara?
4. Apa saja landasan Peradilan tata usaha Negara?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami secara singkat mengenai peradilan tata usaha
Negara
2. Mengetahui tugas peradilan tata usaha Negara
3. Mengetahui secara singkat apa tujuan dari peradilan tata usaha negara
4. Mengetahui Landasan hukum Peradilan tata usaha Negara

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian

Pengadilan Tata Usaha Negara (biasa disingkat: PTUN) merupakan sebuah


lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara yang
mempunyai kedudukan di ibu kota kabupaten atau kota. Sebagai Pengadilan
Tingkat Pertama, Pengadilan Tata Usaha Negara (TUN) memiliki fungsi untuk
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan yang termasuk dalam ranah sengketa
Tata Usaha Negara yang mana adalah administrasi negara yang melaksanakan
fungsi untuk menyelenggarakan pemerintahan baik di pusat maupun di
daerah.[1] Melalui Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara, Pengadilan
TUN diberikan wewenang (kompetensi absolut) dalam hal mengontrol tindakan
pemerintah seperti menyelesaikan, memeriksa dan memutuskan sengketa tata
usaha negara.[2]

Pengadilan Tata Usaha Negara dibentuk melalui Keputusan Presiden dengan


daerah hukum meliputi wilayah Kota atau Kabupaten. Susunan Pengadilan Tata
Usaha Negara terdiri dari Pimpinan (Ketua PTUN dan Wakil Ketua PTUN),
Hakim Anggota, Panitera, dan Sekretaris. Saat ini terdapat 28 Pengadilan Tata
Usaha Negara yang tersebar di seluruh Indonesia.

B. Tugas dari Peradilan tata usaha Negara

Tugas Pokok

1. Menerima, memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha


Negara pada Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta (PTUN Jakarta),
dengan berpedoman pada Undang-Undang Nomor: 5 Tahun 1986 jo.
Undang-Undang Nomor: 9 Tahun 2004 jo. Undang-Undang Nomor 51
Tahun 2009 dan ketentuan dan ketenuan peraturan perundang-undangan
lain yang bersangkutan, serta petunjuk-petunjuk dari Mahkamah Agung
Republik Indonesia (Buku Simplemen Buku I, Buku II, SEMA, PERMA,
dll).
2. Meneruskan sengketa-sengketa Tata Usaha Negara ke Pengadilan Tata
Usaha Negara (PTUN) dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
(PT.TUN) yang berwenang.
3. Peningkatan kualitas dan profesionalisme Hakim pada Pengadilan Tata
Usaha Negara Jakarta (PTUN Jakarta), seiring peningkatan integritas
moral dan karakter sesuai Kode Etik dan Tri Prasetya Hakim Indonesia,
guna tercipta dan dilahirkannya putusan-putusan yang dapat

6
dipertanggung jawabkan menurut hukum dan keadilan, serta memenuhi
harapan para pencari keadilan (justiciabelen).
4. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga Peradilan guna
meningkatan dan memantapkan martabat dan wibawa Aparatur dan
Lembaga Peradilan, sebagai benteng terakhir tegaknya hukum dan
keadilan, sesuai tuntutan Undang-Undang Dasar 1945.
5. Memantapkan pemahaman dan pelaksanaan tentang organisasi dan tata
kerja Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta, sesuai
Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor:
KMA/012/SK/III/1993, tanggal 5 Maret 1993 tentang Organisasi dan tata
kerja Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara dan Pengadilan Tinggi
Tata Usaha Negara.
6. Membina Calon Hakim dengan memberikan bekal pengetahuan di bidang
hukum dan administrasi Peradilan Tata Usaha Negara agar menjadi
Hakim yang profesional.

Fungsi

1. Melakukan Pembinaan Pejabat Struktural dan Fungsional Serta Pegawai


Lainnya, Baik Menyangkut Administrasi, Tekhnis, Yustisial Maupun
Administrasi Umum.
2. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas dan tingkah laku hakim
dan pegawai lainnya.
3. Menyelenggarakan sebagian kekuasaan negara dibidang kehakiman.

C. Tujuan Dibentuknya

Dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia terdapat tiga pilar kekuasaan,


yaitu Kekuasaan Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif (Kehakiman). Berkaitan
dengan Kekuasaan Kehakiman, dalam Pasal 24 Undang-Undang Dasar 1945
(Perubahan) Jo. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004, ditegaskan bahwa
Kekuasaan Kehakiman dilaksanakan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan-
badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,
lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan
peradilan tata usaha negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
Peradilan Tata Usaha Negara (PERATUN) merupakan lingkungan peradilan
yang terakhir dibentuk, yang ditandai dengan disahkannya Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1986 pada tanggal 29 Desember 1986, adapun tujuan
dibentuknya Peradilan Tata Usaha Negara (PERATUN) adalah untuk
mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa yang sejahtera, aman,
tenteram serta tertib yang dapat menjamin kedudukan warga masyarakat
dalam hukum dan menjamin terpeliharanya hubungan yang serasi, seimbang,
serta selaras antara aparatur di bidang tata usaha negara dengan para warga

7
masyarakat. Dengan terbentuknya Peradilan Tata Usaha Negara
(PERATUN) menjadi bukti bahwa Indonesia adalah negara hukum yang
menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, kepastian hukum dan Hak Asasi
Manusia (HAM).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1991 pada tanggal 14 Januari


1991, Peradilan Tata Usaha Negara (PERATUN) resmi beroperasi, salah satunya
adalah PENGADILAN TATA USAHA NEGARA JAKARTA yang
berkedudukan di ibukota Kabupaten/Kota, dengan daerah hukumnya meliputi
wilayah Kabupaten/Kota.

PENGADILAN TATA USAHA NEGARA JAKARTA mempunyai tugas dan


wewenang :

“memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara, yaitu


suatu sengketa yang timbul dalam bidang hukum TUN antara orang atau
badan hukum perdata (anggota masyarakat) dengan Badan atau Pejabat TUN
(pemerintah) baik dipusat maupun didaerah sebagai akibat dikeluarkannya
suatu Keputusan TUN (beschikking), termasuk sengketa kepegawaian
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (vide Pasal 50 Jo.
Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo. Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2004 Jo. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009)”.

Maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi Subjek di Peradilan Tata Usaha
Negara (PERATUN) adalah Seseorang atau Badan Hukum Perdata sebagai
Penggugat, dan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara sebagai Tergugat.
Sedangkan yang menjadi Objek di Peradilan Tata Usaha Negara (PERATUN)
adalah Surat Keputusan Tata Usaha Negara (beschikking).

Dasar Hukum Pembentukan PERADILAN TATA USAHA NEGARA


(PERATUN) :

 Peraturan Pemerintah Nomor : 41 Tahun 1991, Tentang Pembentukan


Peradilan Tata Usaha Negara;

 Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986, Tentang Peradilan Tata Usaha


Negara;

 Undang-Undang Nomor : 9 Tahun 2004, Tentang Perubahan Atas Undang-


Undang Nomor : 5 Tahun 1986, Tentang Peradilan Tata Usaha Negara;

8
 Undang-Undang Nomor : 51 Tahun 2009, Tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 1986, Tentang Peradilan Tata Usaha
Negara;

Kedudukan Dan Kewenangan PERADILAN TATA USAHA NEGARA


(PERATUN)

 Tempat Kedudukan Pengadilan (Pasal 6 Undang-Undang Nomor : 9 Tahun


2004).

 Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) berkedudukan di ibukota


Kabupaten/Kota, dan daerah hukumnya meliputi wilayah kabupaten/Kota.

 Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PT.TUN) berkedudukan di ibukota


Propinsi, dan daerah hukumnya meliputi wilayah Propinsi.

D. Landasan Hukum Peradilan Tata Usaha Negara Peradilan Tata Usaha


Negara

dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang


Peradilan Tata Usaha Negara yang diterapkan dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 7 Tahun 1991. Dasar konstitusional pembentukan Peradilan Tata Usaha
Negara ini adalah Pasal 24 Undang-Undang Dasar 1945. Sebagai peraturan
pelaksanaan dari Pasal 24 Undang-Undang Dasar 1945 tersebut diundangkan
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman.
Dalam Pasal 10 Ayat 1 Undang-Undang dikatakan bahwa kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di
bawahnya, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Kemudian pada Ayat 2
dikatakan bahwa badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung
meliputi badan peradilan dalam lingkungan peradilan umum, peradilan agama,
peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara. Peradilan Tata Usaha Negara
terdiri dari dua macam kompetensi, yaitu kompetensi relatif dan kompetensi
absolut. Kompetensi relatif adalah kewenangan berdasarkan wilayah hukum,
sedangkan kompetensi absolut adalah kompetensi yang berdasarkan
kewenangan material. Tujuan Peradilan Tata Usaha Negara dibentuk untuk
menyelesaikan sengketa antara pemerintah dan warga negaranya, yakni
sengketa yang timbul sebagai akibat adanya tindakan-tindakan pemerintah yang
dianggap melanggar hak-hak warga negaranya. Tujuan pembentukan Peradilan
Tata Usaha Negara adalah: 1. Memberikan perlindungan terhadap hak-hak
rakyat yang bersumber dari hak-hak individu. 2. Memberikan perlindungan
terhadap hak-hak masyarakat yang didasarkan kepada kepentingan bersama dari
9
individu yang hidup dalam masyarakat tersebut. Tujuan tersebut diatas,
kemudian ditampung dalam penjelasan umum angka ke-1 UU no. 5 Th 1986
tetang Peradilan Tata Usaha Negara (untuk selanjutnya digunakan istilah UU
PERATUN). Dengan demikian, fungsi dari Peradilan Tata Usaha Negara
sebenarnya adalah sebagai sarana untuk menyelesaikan konflik yang timbul
antara pemerintah (Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara) dengan rakyat
(orang atau badan hukum perdata) sebagai akibat dikeluarkannya keputusan tata
usaha negara). Ruang Lingkup Sifat hukum acara Peradilan Tata Usaha Negara
berbeda dengan sifat hukum acara perdata. Bertumpu pada sifat tersebut, hukum
acara PTUN menjadi bagian dari hukum publik. Konsekuensinya hukum acara
PTUN memiliki karakter hukum publik. Dengan demikian PTUN termasuk
peradilan dalam ruang lingkup hukum publik. Tugas dan Wewenang Pengadilan
mempunyai tugas dan wewenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan
sengketa tata usaha. (vide pasal 47 UU No. 5 Th 1986 Jo. UU No. 9 Th 2004).
Pengadilan menurut UU PERATUN ini adalah Pengadilan Tata Usaha Negara
dan/atau Pengadilan Tinggi TUN.

10
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
“Pengadilan adalah badan atau instansi resmi yang melaksanakan sistem peradilan berupa
memeriksa, mengadili, dan memutus perkara. Bentuk dari sistem Peradilan yang
dilaksanakan di Pengadilan adalah sebuah forum publik yang resmi dan dilakukan
berdasarkan hukum acara yang berlaku di Indonesia.
Sedangkan peradilan adalah segala sesuatu atau sebuah proses yang dijalankan di Pengadilan
yang berhubungan dengan tugas memeriksa, memutus dan mengadili perkara dengan
menerapkan hukum dan/atau menemukan hukum “in concreto” (hakim menerapkan peraturan
hukum kepada hal-hal yang nyata yang dihadapkan kepadanya untuk diadili dan diputus)
untuk mempertahankan dan menjamin ditaatinya hukum materiil, dengan menggunakan cara
prosedural yang ditetapkan oleh hukum formal.
Dari kedua uraian diatas dapat dikatakan bahwa, pengadilan adalah lembaga tempat subjek
hukum mencari keadilan, sedangkan peradilan adalah sebuah proses dalam rangka
menegakkan hukum dan keadilan atau suatu proses mencari keadilan itu sendiri.”

demikian makalah dari kelompok kami. Semoga dapat bermanfaat dan mengembangkan
pengetahuan teman-teman sekalian. jika ada kata-kata yang kurang dan salah kami mohon
maaf. Sekian dan terima kasih Wassalamualaikum wr.wb

11
DAFTAR PUSAKA
https://www.ptapontianak.go.id/e_dokumen/2018/MENGENAL%20PERADILAN%20AGA
MA.pdf
https://www.masukuniversitas.com/contoh-kata-pengantar/
https://lovinasoenmi.wordpress.com/2018/01/23/peradilan-tata-usaha-negara/
https://ptun-jakarta.go.id/?page_id=14
https://lovinasoenmi.wordpress.com/2018/01/23/peradilan-tata-usaha-negara/
https://www.coursehero.com/file/p415btj/Landasan-Hukum-Peradilan-Tata-Usaha-Negara-
Peradilan-Tata-Usaha-Negara/
https://id.wikipedia.org/wiki/Peradilan_Tata_Usaha_Negara
https://www.coursehero.com/file/p415btj/Landasan-Hukum-Peradilan-Tata-Usaha-Negara-
Peradilan-Tata-Usaha-Negara/

12

Anda mungkin juga menyukai