Disusun Oleh:
T.Permata Sari(2032021006)
Yunita Alviana(2032021016)
An Nur Shadiqin(2032021019)
Dosen Pembimbing:
FAKULTAS SYARI’AH
2021/2022
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmad dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan sebuah karya ilmiah. Sholawat dan
salam penulis haturkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW.
Semoga kita mendapat syafaat-Nya di yaumil akhir kelak. Aamiin.
Penulis meminta maaf apabila terdapat kesalahan pada karya ilmiah ini.
Oleh karna itu penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran.
Kritik dan saran tersebut akan menjadi bahan evaluasi penulis kedepannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan Makalah....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................
A. Karakteristik dan Prinsip PUTN...........................................................
B. Organisasi Administrative....................................................................
C. Upaya Administrative...........................................................................
D. Kompetensi absolut PUTN...................................................................
E. Keputusan Tata Usaha Negara..............................................................
BAB III PENUTUP.........................................................................................
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B.Rumusan Masalah
1
Ravi Bramasta Putra,Karekteristik Beracara di Pengadilan Tata Usaha Negara,
(Padang:Universitas Eka Sakti,2020), hlm. 03
2
Ali Abdullah M, Teori dan Praktek Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara
Pasca-Amandemen, (Jakarta: Prenada Media Group, 2014), h. 1
3
Titik Triuwulan T. dan Ismu Gunadi Widodo, Hukum Tata Usaha Negara Dan Hukum
Acara Tata Usaha Negara Indonesia, (Surabaya : Kencana, 2010), h. 566
wewenang yang paling bersar apabila dibandingkan dengan lembaga
lainnya, oleh karenaperlu ada control terhadap pemerintah untuk adanya
chack and Balances. Salahsatu bentuk control yudisial atas tindakan
administrasi pemerintah adalahmelalui lembaga peradilan. Dalam konteks
inilah maka Peradilan Tata UsahaNegara (PERATUN) dibentuk dengan
Undang-Undang No. 5 Tahun 1986,yang kemudian dengan adanya
tuntutan reformasi di bidang hukum, telahdisahkan UU No. 9 tahun 2004
tentang perubahan atas UU No. 5 Tahun 1986.4
C. Upaya Administrative
Menurut Penjelasan pasal 48 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 jo
Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, upaya
administratif adalah merupakan prosedur yang ditentukan dalam suatu peraturan
perundang-undangan untuk 8 menyelesaikan suatu sengketa Tata Usaha Negara
yang dilaksanakan dilingkungan pemerintah sendiri (bukan oleh badan peradilan
yang bebas), yang terdiri dari :prosedur keberatan dan prosedur banding
administrative.
Berdasarkan rumusan penjelasan pasal 48 tersebut maka upaya
administratif merupakan sarana perlindungan hukum bagi warga masyarakat
(orang perorangan/badan hukum perdata) yang terkena Keputusan Tata Usaha
Negara (Beschikking) yang merugikannya melalui Badan/Pejabat Tata Usaha
Negara dilingkungan pemerintah itu sendiri sebelum diajukan ke badan peradilan.
1. Bentuk Upaya Administrasi
Berdasarkan penjelasan pasal 48 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 jo
Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, bentuk
upaya administrasi ada 2 (dua) yaitu :
a. Banding administrasi;
b. Keberatan
4
Ibid
Berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung RI No. 2 tahun 1991 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Ketentuan Dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara, disebutkan :
IV.1. Yang dimaksud Upaya Adiministratif adalah :
1) Pengajuan surat keberatan (Bezwaarscriff Beroep) yang diajukan kepada
Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan Keputusan
(Penetapan/ Beschikking) semula;
2) Pengajuan banding administratif (administratif Beroep) yang ditujukan
kepada atasan Pejabat atau instansi lain dari Badan/Pejabat Tata Usaha
Negara yang mengeluarkan keputusan yang berwenang memeriksa ulang
keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan.
IV.2.
1) Apabila peraturan dasarnya hanya menentukan adanya upaya
administratif berupa peninjauan surat keberatan, maka gugatan terhadap
Keputusan Tata Usaha Negara yang bersangkutan diajukan kepada
pengadilan Tata Usaha Negara;
2) Apabila peraturan dasarnya menentukan adanya upaya adiministratif
berupa surat keberatan dan atau mewajibkan surat banding administratif,
maka gugatan terhadap Keputusan Tata Usaha Negara yang telah diputus
dalam tingkat banding administratif diajukan langsung kepada
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dalam tingkat pertama yang
berwenang.
Ketentuan tersebut sesuai pula dengan ketentuan yang diatur dalam pasal
48 ayat (2) yang menyatakan “pengadilan baru berwenang memeriksa,
menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara sebagaimana 12 dimaksud dalam ayat
(1) jika seluruh upaya administratif yang bersangkutan telah digunakan “ jo
ketentuan pasal 51 ayat (3) ditentukan bahwa dalam hal suatu sengketa
dimungkinkan adanya administratif maka gugatan langsung ditujukan kepada
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara apabila keputusannya merupakan
keputusan banding administratif.
Sisi positif upaya administrasi yang melakukan penilaian secara lengkap
suatu Keputusan Tata Usaha Negara baik dari segi Legalitas (Rechtmatigheid)
maupun aspek Opportunitas (Doelmatigheid), para pihak tidak dihadapkan pada
hasil keputusan menang atau kalah (Win or Loose) seperti halnya di lembaga
peradilan, tapi denganpendekatan musyawarah. Sedangkan sisi negatifnya dapat
terjadi pada tingkat obyektifitas penilaian karena Badan/Pejabat tata Usaha
Negara yang menerbitkan Surat Keputusan kadang-kadang terkait kepentingannya
secara langsung ataupun tidak langsung sehingga mengurangi penilaian maksimal
yang seharusnya ditempuh.5
5
Soemaryono, SH dan Anna Erliyana, Tuntunan Praktek Beracara di Peradilan Tata
Usaha Negara, (Jakarta:PT. Pramedya Pustaka, 1999)hlml.8.
Obyek sengketa Tata Usaha Negara adalah Keputusan tata usaha negara
sesuai Pasal 1 angka 3 dan Pasal 3 UU No. 5 Tahun 1986 UU No. 9 Tahun 2004.
Namun ini, ada pembatasan-pembatasan yang termuat dalam ketentuan
Pasal-Pasal UU No. 5 Tahun 1986 UU No. 9 Tahun 2004 yaitu Pasal 2, Pasal 48,
Pasal 49 dan Pasal 142. Pembatasan ini dapat dibedakan menjadi : Pembatasan
langsung, pembatasasn tidak langsung dan pembatasan langsung bersifat
sementara.
1. Pembatasan Langsung
Pembatasan langsung adalah pembatasan yang tidak memungkinkan sama
sekali bagi PTUN untuk memeriksa dan memutus sengketa tersebut. Pembatasan
langsung ini terdapat dalam Penjelasan Umum, Pasal 2 dan Pasal 49 UU No. 5
Tahun 1986. Berdasarkan Pasal 2 UU No. 5 Tahun 1986 UU No. 9 Tahun 2004
menentukan, bahwa tidak termasuk Keputusan tata usaha negara menurut UU ini :
a. Keputusan tata usaha negara yang merupakan perbuatan hukum perdata.
b. Keputusan tata usaha negara yang merupakan pengaturan yang bersifat
umum.
c. Keputusan tata usaha negara yang masih memerlukan persetujuan.
d. Keputusan tata usaha negara yang dikeluarkan berdasarkan Kitab
UndangUndang Hukum Pidana atau Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana atau peraturan perundang-undangan lain yang bersifat hukum
pidana.
e. Keputusan tata usaha negara yang dikeluarkan atas dasar hasil
pemeriksaan badan peradilan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Pasal 49, Pengadilan tidak berwenang memeriksa, memutus dan
menyelesaikan sengketa tata usaha negara tertentu dalam hal keputusan tata usaha
negara yang disengketakan itu dikeluarkan :
a. Dalam waktu perang, keadaan bahaya, keadaan bencana alam atau
keadaan luar biasa yang membahayakan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
b. Dalam keadaan mendesak untuk kepentingan umum berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
6
Ptun-samarinda.go.id, diakses 25 Desember 2014
BAB III
PENUTUP
C. KESIMPULAN
Saran
Demikian makalah kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca, dan dapat memberikan pengetahuan, jika pembaca ada menyadari
kekurangan dari makalah kami maka dari itu kritik serta saran kami perlukan
dari pembaca, terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Acara Tata Usaha Negara Indonesia, Surabaya : Kencana, 2010, Hukum Negara,
Jakarta:PT. Pramedya Pustaka, 1999.
Ali Abdullah M, Teori dan Praktek Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara.
Pasca-Amandemen, Jakarta: Prenada Media Group, 2014.
Ptun-samarinda.go.id, diakses 25 Desember 2014.
Soemaryono, SH dan Anna Erliyana, Tuntunan Praktek Beracara di Peradilan
Tata Usa Ravi Bramasta Putra,Karekteristik Beracara di Pengadilan Tata
Usaha Negara, Padang:Universitas Eka Sakti,2020.
Titik Triuwulan T. dan Ismu Gunadi Widodo, Hukum Tata Usaha Negara Dan
Hukum Acara Tata Usaha Negara Indonesia, (Surabaya : Kencana,
2010),