Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TATA CARA BERPERKARA DI PERADILAN TUN

DOSEN PENGAMPU
( Nama Dosen )

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 2 :

HABIBULLAH ( 2174201033 )

RONAL PARULIAN S ( 2174201121 )

PERGURUAN TINGGI STIH PERSADA BUNDA PEKANBARU

2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamuaalaikum warrahmatullahi wabarakatu.

Dengan mengucapkan Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat- nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ Tata Cara
Berperkara Di Peradilan TUN ” sebagai salah satu tugas untuk menyelesaikan
Pendidikan Sekolah Tinggi Persada Bunda.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan,oleh karena itu kami mengharapkan saran-saran dan kritikan-kritikan
demi kesempurnaan pada makalah ini.

Akhir kata kami mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Sekian dan terima kasih.

Pekanbaru, 5 Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................

A. Latar Belakang.....................................................................................
B. Rumusan Masalah................................................................................
C. Tujuan Penulisan..................................................................................

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................

A. Pengertian mengenai Badan Peradilan Tata Usaha Negara.................


1. Subjek Peradilan TUN..................................................................
2. Objek Peradilan TUN...................................................................
B. Tahap – Tahap Berpekara Saat Berkas Gugatan Masuk Dalam
Meja Persidangan................................................................................

BAB III PENUTUP...............................................................................................10

A. Kesimpulan........................................................................................10
B. Saran..................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peradilan Tata Usaha Negara merupakan salah satu peradilan di Indonesia
yang berwenang untuk menangani sengketa Tata Usaha Negara. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 sebagaimana telah dirubah oleh UU No.
9/2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (UU PTUN), Peradilan Tata Usaha
Negara diadakan untuk menghadapi kemungkinan timbulnya perbenturan
kepentingan, perselisihan, atau sengketa antara Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara dengan warga masyarakat. UU PTUN memberikan 2 macam cara
penyelesaian sengketa TUN yakni upaya administrasi yang penyelesaiannya
masih dalam lingkungan administrasi pemerintahan sendiri serta melalui gugatan
ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Dalam PTUN, seseorang dapat
mengajukan gugatan terhadap kebijakan pemerintah yang dipercaya telah
merugikan individu dan atau masyarakat. Subjek atau pihak-pihak yang
berperkara di Pengadilan Tata Usaha Negara ada 2 yakni, Pihak penggugat, yaitu
seseorang atau Badan Hukum Perdata yang merasa kepentingannya dirugikan
dengan dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) oleh Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara, serta Pihak Tergugat, yaitu Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara yang mengeluarkan Keputusan berdasarkan wewenang yang ada
padanya atau yang dilimpahkan kepadanya. Dalam Undang Undang Nomor 9
Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara (Perubahan UU PTUN), pihak ketiga tidak
dapat lagi melakukan intervensi dan masuk ke dalam suatu sengketa TUN.
Kekuasaan kehakiman dilingkungan Peradilan Tata Usaha Negara dalam UU
PTUN dilaksanakan oleh Pengadilan Tata Usaha Negara dan Pengadilan Tinggi
Tata Usaha Negara yang berpuncak pada Mahkamah Agung. Pengadilan Tinggi
Tata Usaha Negara pada dasamya merupakan pengadilan tingkat banding

4
terhadap sengketa yang telah diputus oleh Pengadilan Tata Usaha Negara, kecuali
dalam sengketa kewenangan mengadili antar Pengadilan Tata Usaha Negara di
daerah hukumnya serta sengketa yang terhadapnya telah digunakan upaya
administratif. Adapun hukum acara yang digunakan pada Peradilan Tata Usaha
Negara mempunyai persamaan dengan hukum acara yang digunakan pada
Peradilan Umum untuk perkara Perdata, dengan perbedaan dimana Peradilan Tata
Usaha Negara. Hakim berperan lebih aktif dalam proses persidangan guna
memperoleh kebenaran materiil dan tidak seperti dalam kasus gugatan perdata,
gugatan TUN bukan berarti menunda dilaksanakannya suatu KTUN yang
disengketakan.
Namun belakanagan ini banyak khalayak umum ketika menghadapi masalah
mengenai pelanggaran yang berkaitan dengan tata usaha Negara masih banyakn
yang belum mengetahui bagaimana proses dan prosedur pengajuan gugatan ke
pengadilan tata usaha Negara.

B. Rumusan Masalah
1. Membahas tentang Pengertian mengenai Badan Peradilan Tata Usaha Negara
2. Tahap – Tahap Pokok Penyelesaian Perkara Saat Berkas Gugatan Masuk
Dalam Meja Persidangan.

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang pengertian mengenai Badan Peradilan Tata Usaha
Negara
2. Untuk mengetahui tentang Tahap – Tahap Pokok Penyelesaian Perkara Saat
Berkas Gugatan Masuk Dalam Meja Persidangan.

BAB II

5
PEMBAHASAN

A. Pengertian mengenai Badan Peradilan Tata Usaha Negara


Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986, diuraikan tentang pengertian
pengertian yang berkaitan dengan Peradilan Tata Usaha Negara, sebagai berikut:
(Muslimin, 1985) .

1) Tata Usaha Negara adalah administrasi negara yang melaksanakan fungsi


untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan, baik di pusat maupun di
daerah.
2) Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah Badan atau Pejabat yang
melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
3) Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) adalah penetapan tertulis yang
dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan
hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku yang bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan
akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.
4) Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang Tata
Usaha Negara antara orang atau badan hukum perdata dengan Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat
dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa
kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5) Gugatan Tata Usaha Negara adalah permohonan yang berisi tuntutan terhadap
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dan diajukan ke pengadilan untuk
mendapatkan keputusan.

6
6) Tergugat adalah Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan
keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan
kepadanya, yang digugat oleh orang atau badan hukum perdata.
7) Penggugat sebagaimana ditentukan dalam Pasal 53 ayat (1) Undang-undang
Nomor 9 Tahun 2004 adalah Setiap Orang atau Badan Hukum Perdata yang
merasa kepentingannya dirugikan akibat dikeluarkannya Keputusan Tata
Usaha Negara.
8) Gugatan Perwakilan Kelompok adalah suatu tata cara pengajuan
gugatan, dalam mana satu orang atau lebih yang mewakili kelompok
mengajukan gugatan untuk diri atau diri-diri mereka sendiri dan sekaligus
mewakili sekelompok orang yang jumlahnya banyak, yang memiliki
kesamaan fakta atau dasar hukum antara wakil kelompok dan anggota
kelompok dimaksud (Pasal 1 huruf a Peraturan Mahkamah Agung RI
Nomor 1 Tahun 2002)

1. Subyek Peradilan Tata Usaha Negara Subyek dalam Peradilan Tata Usaha
Negara sering disebut dengan para pihak, yaitu:

a) Penggugat Dari pengertian penggugat diatas dapat ditentukan bahwa


pihak-pihak yang dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan Tata
Usaha Negara adalah: o Orang yang merasa kepentingannya dirugikan
oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN); o Badan Hukum
Perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata
Usaha Negara (KTUN). (indroharto, 1993)
b) Tergugat Yang dapat digugat atau dijadikan tergugat sebagaimana
diuraikan dalam pengertian tergugat diatas adalah jabatan yang ada pada
Badan Tata Usaha Negara yang mengeluarkan KTUN berdasarkan
wewenang dari Badan TUN itu atau wewenang yang dilimpahkan
kepadanya.

7
2. Obyek dalam Peradilan Tata Usaha Negara.
Yang menjadi obyek dalam Peradilan Tata Usaha Negara
adalah Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN). Keputusan Tata Usaha
Negara adalah penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat
Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang bersifat
konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi
seseorang atau badan hukum perdata.

B. Tahap – Tahap Pokok Penyelesaian Perkara Saat Berkas Gugatan Masuk


Dalam Meja Persidangan.

1. Tahap pembacaan isi gugatan dari penggugat dan pembacaan jawaban


dari tergugat. Pasal 74 ayat (1) menyatakan bahwa Pemeriksaan sengketa
dimulai dengan membacakan isi gugatan dan surat yang memuat jawabannya
oleh Hakim Ketua Sidang dan jika tidak ada surat jawaban, pihak tergugat
diberi kesempatan untuk mengajukan jawabannya.
2. Tahapan Pangajuan Reflik Replik diartikan penggugat mengajukan
atau memberikan tanggapan terhadap jawaban yang telah diajukan oleh
tergugat. Sebelum penggugat mengajukan replik, atas dasar ketentuan yang
terdapat dalam Pasal 75 ayat (1), penggugat dapat mengubah alasan yang
mendasari gugatannya, asal disertai alasan yang cukup serta tidak merugikan
kepentingan tergugat. Replik diserahkan oleh penggugat kepada Hakim
Ketua Sidang dan salinannya oleh Hakim Ketua Sidang diserahkan kepada
tergugat.
3. Tahapan Pengajuan Duplik Duplik diartikan tergugat mengajukan atau
memberikan tanggapan terhadap replik yang telah diajukan oleh penggugat.
Dalam hal ini, sebelum mengajukan duplik tergugat juga diberikan
kesempatan untuk mengubah alasan yang mendasari jawabannya, asal
disertai alasan yang cukup serta tidak merugikan kepentingan penggugat
(Pasal 75 ayat (2)). Duplik diserahkan oleh tergugat kepada Hakim Ketua

8
Sidang dan salinannya oleh Hakim Ketua Sidang diserahkan kepada
penggugat
4. Tahapan pengajuan Alat Bukti Pada tahap pengajuan alat-alat bukti,
baik penggugat maupun tergugat sama-sama mengajukan alat-alat bukti yang
terbatas berupa: a. Surat atau tulisan (Pasal 100 ayat (1) huruf a); b.
Keterangan ahli (Pasal 100 ayat (1) huruf b); dan c. Keterangan saksi (Pasal
100 ayat (1) huruf c)
5. Tahapan Kesimpulan Pada tahap pengajuan kesimpulan ini,
pemeriksaan terhadap sengketa Tata Usaha Negara sudah selesai. Masing-
masing pihak mengemukakan pendapat yang terakhir berupa kesimpulan dari
hasil pemeriksaan di sidang pengadilan mengenai sengketa Tata Usaha
Negara antara penggugat dengan tergugat, yang intinya adalah sebagai
berikut: a. Penggugat mengajukan kesimpulan bahwa KTUN
yang dikeluarkan oleh tergugat agar dinyatakan batal atau tidak sah.
b. Tergugat mengajukan kesimpulan bahwa KTUN yang telah
dikeluarkan adalah sah.
6. Tahap Penjatuhan Putusan Setelah penggugat dan tergugat
mengemukakan kesimpulan, maka Hakim Ketua Sidang menyatakan sidang
ditunda, karena Majelis Hakim akan mengadakan musyawarah untuk
mengambil putusan (Pasal 97 ayat (2)). Putusan harus diucapkan dalam
sidang yang terbuka untuk umum (Pasal 108 ayat (1)).

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Peradilan Tata Usaha Negara adalah Peradilan yang menyelenggarakan dan
menyelesaikan sengketa administrasi negara yang menyangkut fungsi dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah. Dimana
Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang Tata
Usaha Negara antara orang atau badan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat
Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat
dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa kepegawaian
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Subyek dalam
Peradilan Tata Usaha Negara sering disebut dengan para pihak, yaitu: a.
Penggugat o Orang yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan
Tata Usaha Negara (KTUN); o Badan Hukum Perdata yang merasa
kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN). b.
Tergugat Sebagai jabatan TUN yang memiliki kewenangan pemerintahan,
sehingga dapat menjadi pihak Tergugat dalam Sengketa TUN dapat
dikelompokkan menjadi: a. Instansi resmi pemerintah yang berada di bawah
Presiden sebagai Kepala eksekutif. b. Instansi-instansi dalam lingkungan
kekuasaan negara diluar lingkungan eksekutif yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan, melaksanakan suatu urusan pemerintahan. c. Badan-badan
hukum privat yang didirikan dengan maksud untuk melaksanakan tugas-tugas
pemerintahan. d. Instansi-instansi yang merupakan kerja sama antara
pemerintahan dan pihak swasta yang melaksanakan tugas-tugas pemerintahan. e.
Lembaga-lembaga hukum swasta yang melaksanakan tugas-tugas pemerintahan
(Siti Soetami, 2005: 5).
B. Saran

10
Saya harap para pembaca dapat memahami apa yang saya ketik dan apa yang saya
sampaikan,

DAFTAR PUSTAKA

Amrah Muslimin, 1985, Beberapa Asas dan Pengertian Pokok tentang Administrasi
dan Hukum Administrasi, Alumni,

Bandung Indroharto, 1993, Usaha Memahami Undang-undang tentang Peradilan Tata


Usaha Negara (Buku II),

Sinar Harapan, Jakarta., 1988, Peradilan Tata Usaha Negara, Liberty, Yogyakarta.

Siti Soetami, A, 2005, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara,

PT Refika Aditama, Jakarta., UU No. 05 tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha
Negara,

UU No. 09 tahun 2004 Tetang Perubahan atas UU No. 05 tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara,

UU No. 03 Tahun 2009 Tetang Perubahan Kedua atas UU No. 09 tahun 2004 Tetang
Peradilan Tata Usaha Negara,

http://www.edipranoto.com/2013/04/sengketa-tata-usaha-pemilihan-umum.html
diakses pada hari rabu 6 november 2019.

https://docplayer.info/69902577-Makalah-peradilan-tata-usaha-negara-bab-i-
pendahuluan.html

11

Anda mungkin juga menyukai