Anda di halaman 1dari 17

PENYELESAIAN SENGKETA TATA USAHA NEGARA

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

HTUN & HATUN

Dosen Pengampu:

Moh. Ali, S.H.I., M.H.

Disusun Oleh:

Kelompok 4

1. Awwaliyatus Sholicha (C02217006)


2. Hervanesha Yufenta P (C02217015)
3. Suci Rahmawati (C92217176)

HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyeselesaikan sebuah makalah dalam mata kuliah HTUN
& HATUN dengan judul “Penyelesaian Sengketa Hukum Tata Usaha Negara”.

Dengan tersusunnya makalah ini semua tak lepas dari bimbingan Bapak Ali yang
senantiasa memotivasi dan mengarahkan kami, juga kepada rekan, sahabat dan semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini,kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan kami. Namun sebagai manusia biasa kami tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan
baik dari segi penulisan maupun tata bahasa. Tetapi walaupun demikian kami telah berusaha
sebisa mungkin untuk menyelesaikan makalah ini meskipun tersusun sangat sederhana. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.

Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya.

Surabaya, 8 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................

Daftar Isi.......................................................................................................................................

BAB I (PENDAHULUAN)..........................................................................................................

A. Latar Belakang.................................................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................................................
C. Tujuan...............................................................................................................................

BAB II (PEMBAHASAN)...........................................................................................................

A. Upaya Administratif.........................................................................................................
B. Upaya Gugatan.................................................................................................................
C. Upaya Perdamaian............................................................................................................

BAB III (PENUTUP)...................................................................................................................

A. Kesimpulan.......................................................................................................................

Daftar Pustaka..............................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gugatan terhadap pejabat atau badan Tata Usaha Negara dapat diajukan apabila
terdapat sengketa mengenai Tata Usaha Negara, Sengketa yang timbul akibat
dikeluarkannya suatu putusan Tata Usaha Negara yang menyebabkan kerugian pada
kepentingan seseorang atau suatu badan hukum.
Sengketa Tata Usaha Negara dapat dibedakan menjadi 2, yaitu sengketa intern dan
sengketa ekstern. Sengketa intern atau sengketa antara administrasi Negara yang terjadi
di dalam lingkungan administrasi Negara itu sendiri (TUN) itu sendiri, baik yang terjadi
dalam satu departemen (instansi) maupun sengjeta yang terjadi antar departemen
(instansi).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud upaya administratif dan bagaimana cara penyelesaian
sengketanya?
2. Apa yang dimaksud upaya gugatan dan bagaimana cara penyelesaian sengketanya?
3. Apa yang dimaksud dengan upaya perdamaian?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud upaya administratif
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud upaya gugatan
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud upaya perdamaian
BAB II
PEMBAHASAN

A. Upaya Administratif
Yang dimaksud dengan upaya administratif adalah seperti yang disebutkan dalam
penjelasan Pasal 48 ayat (1), yaitu “suatu prosedur yang dapat ditempuh oleh seseorang
atau badan hukum perdata apabila ia tidak puas terhadap keputusan suatu Tata Usaha
Negara”.
Dalam keputusan hukum Tata Usaha Negara ditemukan beberapa istilah yang lazim
digunakan untuk menyebut istilah upaya administratif, antara lain administratif beroep,
quasi rechtspraak atau peradilan administrasi semu.1
Peradilan semu adalah bukan peradilan yang sesungguhnya karena tidak dapat memenuhi
syarat peradilan administrasi murni. Ciri-ciri peradilan administrasi semu adalah sebagai
berikut :2
1. Keputusan perkara ditetapkan oleh instansi yang hierarkinya lebih tinggi (dalam suatu
jenjang vertikal) atau berbeda dengan pejabat yang memberikan putusan pertama.
2. Meneliti doelmatigheid dan rechmatigheid dari ketetapan administrasi negara yang
pertama.
3. Dapat mengganti, mengubah, atau meniadakan ketetapan administrasi negara yang
pertama.
4. Dapat memerhatikan perubahan keadaan sejak saat diambilkan ketetapan, bahkan
dapat memerhatikan perubahan yang terjadi saat proses berjalan.
5. Badan yang memutus dapat berada di bawah pengaruh badan lain.

Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986, pada beberapa peraturan


perundang-undangan sudah terdapat ketentuan bahwa di dalam penyelesaian sengketa
Tata Usaha Negara, orang atau badan hukum perdata yang tidak puas terhadap keputusan
yang dijatuhkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, dapat mengajukan upaya
administratif kepada Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan
keputusan atau atasan dari badan atau pejabat tata usaha negara tersebut. Dengan kata
1
S.F. Marbun, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administrasi di Indonesia, Cetakan 1 (Yogyakarta;
Liberty,1997), hlm.65.
2
W. Riawan Tjandra, Hukum Peradilan Tata Usaha Negara, (Yogyakarta: Universitas Atmajaya, 1996), hlm.39.
lain, sebelum berlakunya UUNo 5 Tahun 1986 sudah dikenal juga adanya penyelesaian
sengketa tata usaha negara melalui upaya administratif.

Dengan demikian, penyelesaian sengketa tata usaha negara melalui sarana upaya
administratif, badan, atau pejabat tata usaha negara mempunyai kewenanga, selain
membatalkan keputusan yang menyebabkan adanya sengketa tersebut, dapat juga
mencabutnya sekaligus menerbitkan surat keputusan yang baru.

Ketentuan dengan adanya upaya administratif tersebut merupakan dan dimaksudkan


sebagai kontrol atau pengawasan yang bersifat intern dan represif di lingkungan tata
usaha negara terhadap keputusan yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha
negara.

Pasal 48 menentukan: (1) Dalam hal suatu badan atau pejabat tata usaha negara diberi
wewenang oleh atau berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk menyelesaikan
secara administratif sengketa tata usaha negara tertentu, mka sengketa tersebut garus
diselesaikan melalui upaya administratif yang tersedia. (2) Pengadilan baru berwenang
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa tata usaha negara sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), jika seluruh upaya administratif yang bersangkutan telah
digunakan.

Dari ketentuan dalam Pasal 48 tersebut dapat diketahui beberapa petunjuk berikut.

1. Upaya administrasi sebagai penyelesaian sengketa tata usaha negara yang sudah ada
tetap diperhatikan, bahkan terbuka kemungkinan untuk mengajukan lebih lanjut ke
pengadilan di lingkungan peradilan tata usaha negara.
2. Dengan dipergunakannya kalimat “sengketa tata usaha negara tertentu” penyelesaian
sengketa tata usaha negara melalui upaya administratif tidak berlaku untuk semua
sengketa tata usaha negara, kecuali sengketa tata usaha negara yang penyelesaiannya
hanya tersedia upaya administratif.
3. Pengadilan di lingkungan peradilan tata usaha negara baru mempunyai wewenang
untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa tata usaha negara yang
tersedia upaya administratif, jika seluruh upaya administratif tersebut telah digunakan
dan mendapat keputusan.
Untuk mengetahui bahwa penyelesaian sengketa tata usaha negara tersebut
tersedia upaya administratif atau tidak, kita dapat melihat dalam peraturan perundang-
undangan yang menjadi dasar dikeluarkannya keputusan tata usaha negara yang
mengakibatkan terjadinya sengketa tata usaha negara tersebut.

Adapun mekanisme upaya administratif sesuai dengan penjelasan pasal 48 ayat


(1) dapat dilakukan melalui 2 macam yaitu: 3

1) Keberatan admnistratif, yaitu prosedur yang dapat ditempuh oleh seseorang atau
badan hukum perdata yang tidak puas terhadap keputusan tata usaha negara, yang
penyelesaiannya sebagai akibat dikeluarkannya keputusan tata usaha negara tersebut
dilakukan sendiri oleh badan atau pejabat tata usaha negara yag dimaksud.
2) Banding administratif, yaitu prosedur yang dapat ditempuh oleh seseorang atau badan
hukum perdata yang tidak puas terhadap keputusan tata usaha negara .

Keberatan administratif merupakan penyelesaian sengketa tata usaha negara secara


administratif yang dilakukan sendiri oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang
mngeluarkan keputusan bersangkutan. Misalnya, pegawai negeri sipil yang merasa
nomor urutnya dalam daftar urut kepangkatan tidak tepat, dapat mengajukan permohonan
kepada pejabat pembuat daftar urut kepangkatan untuk memeriksa kembali nomor
urutnya dalam daftar urut kepangkatan.4

Sedangkan banding administratif adalah penyelesaian sengketa tata usaha negara


secara administratif yang dilakukan oleh instansi atasan atau instansi lain dari yang
mngeluarkan keputusan yang bersangkutan. Misalnya, pegawai negeri sipil yang nilainya
yang tertera didalam daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan tidak tepat, yaitu dengan
mengajukan permohonan kepada atasan dari pejabat penilai agar nilai yang ada dalam
daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan tersebut diperiksa kembali.5

3
Dwi Putri Cahyawati,
4
Keterangan Pasal 9 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1979 tentang Daftar Unit Kepangkatan
Pegawai Negeri Sipil.
5
Keterangan Pasal 9 Ayat (2) Peraturan Pemerintah 10 Tahun 1979 tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
Pegawai Negeri Sipil.
Ketentuan upaya banding administratif kepada badan pertimbangan kepegawaian bagi
sengketa kepegawaian terdapat dalam Pasal 35 UU No. 43 tahun 1999 tentang perubahan
atas UU No. 8 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian yang dalam rumusannya
disebutkan bahwa :

1. Sengketa kepegawaian diselesaikan melalui peradilan tata usaha negara.


2. Sengketa kepegawaian sebagai akibat dari pelanggaran terhadap peraturan disiplin
pegawai negeri sipil diselesaikan melalui upaya banding administratif kepada badan
pertimbangan kepegawaian.
3. Badan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan dengan peraturan
pemerintah.

Adapun upaya administratif yang berkaitan dengan pelanggaran disiplin pegawai negeri
sipil termuat dalam Pasal 32 PP No. 53 tahun 2019 ditegaskan bahwa upaya administratif
merupakan prosedur yang dapat ditempuh oleh pegawai negeri sipil yang tidak puas
terhadap hukuman disiplin yang dijatuhkan kepadanya berupa keberatan dan banding
administratif.

Upaya asministratif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1) Dari segi waktu dilaksanakan kontrol upaya administrasi yang merupakan “kontrol a-
paterion”, yaitu pengawasan yang terjadi setelah dikeluarkannya ketetapan/
kepurusan pemerintah. Pengawasan ini dititikberatkan pada tujuan yang bersifat
korektif dan memulihkan suatu tindakan yang keliru.
2) Dari segi kontrol terhadap objek yang diawasi, adanya upaya administratif termasuk
kontrol segi kemanfaatan (doelmatigheldstoetsing), yaitu kontrol teknis administratif
dalam lingkungan pemerintahan yang bersifat penilaian legalitas
(rechmatigheldstoetsing) dan lebih melibatkan segi penilaian kemanfaatan
(doelmatigheldstoetsing) dari tindakan yang bersangkutan.6

Manfaat upaya administrasi adalah penilaian yang dilakukan terhadap sikap tindak
administrasi negara yang tidak hanya melihat penerapan hukum (rechmatigheid), tetapi
juga dari segi kebijaksanan (doematigheid) serta adanya kemungkinan dibuatnya putusan
6
Ibid, Dwi Putri Cahyawati, hlm.36.
(beschikking) baru yang menggantikan keputusan administrasi negara sebelumnya.
Beberapa upaya yang ditempuh dalam hukum administrasi dalam penyelesaian sengketa
tata usaha negara dan kepegawaian selain melalui upaya administrasi, dapat juga
dilakukan melalui gugatan ataupun perdamaian.7

B. Upaya Gugatan
1. Gugatan diajukan secara langsung ke Pengadilan Tata Usaha Negara
Penyelesaian sengketa secara langsung adalah penyelesaian yang tidak membuka
kemungkinan diselesaikan melalui upaya adminidtratif, kecuali hanya diajukan
gugatan secara langsung ke Pengadilan Tata Usaha Negara, karena merupakan
kompetensi mutlak (absolut) Pengadilan Tata Usaha Negara ditingkat pertama.
Beberapa hal yang digaris bawahi sebagai ketentuan yakni sebaga berikut:
a. Hanya atau badan hukum perdata yang berkedudukan sebagai subjek hukum
mengajukan gugatan kepada PTUN.
b. Badan atau pejabat TUN tidak dapat mengajukan gugatan kepada PTUN untuk
menggugat KTUN tidak dimungkinkan adanya sengketa TUN antara badan atau
pejabat TUN yang satu melawan pejabat atau badan TUN yang lain).
c. Gugatan yang diajukan diisyaratkan daam bentuk tertulis, karena gugatan itu
berfungsi sebagai pegangan bagi keadilan dan para pihak sebagai pemeriksaan. Bagi
mereka yang tidak pandai baca tulis, dapat mengutarakan keinginannya untuk
menggugat kepada panitera Pengadilan, yang akan membantu merumuskan
gugatannnya dalam bentuk tertulis.8
2. Gugatan diajukan secara tidak langsung dengan melalui upaya Administratif terlebih
dahulu
Penyelesian sengketa tata usaha negara dengan cara tidak langsung maksudnya
sebelum mengajukan gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara wajib menyelesaikan
seluruh upaya administratif terlebih dahulu sebagaimana ditentukan dalam peraturan
dasarnya.

7
Zulkarnaen dan Dewi Mayaningsih, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara Di Indonesia, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2018), hlm.88-89.
8
W. Riawan Tjandra, Teori Praktik Peradilan Tata Usaha Negara, (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta).
Hlm 46-47
Adapun beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar pertimbangan
dikeluarkannya mengenai objek sengketa TUN tersebut.
Yang diperiksa dalam upaya administratif:
a. Sudut doelmatigheid (sudut kebijaksanaan)
Dapat diartikan sebagai alasan mengapa suatu keputusan TUN itu dikeluarkan
dan apa yang menjadi pertimbangan (kebijakan) badan atau pejabat TUN
dalam mengeluarkan keputusan TUN.
b. Sudut rechmatighrid (sudut legalitas)
Maksudnya disini adalah apa yang menjai dasar hukum dikeuarkannya
keputusan TUN. Dan badan atau pejabat TUN pada saat mengeluarkan
keputusan TUN memnang mempunyai kewenangan umtuk hal tersebut.
Dalam penjelasan ketentuan Pasal 48 tersebu dikatakan, bahwa upaya
administratif adalah suatu prosedur yang dapat ditempuh oleh seseorang
badan hukum perdata apabila ia tidak puas terhadap suatu keutusan tata usaha
negara. Dalam hal penyelesaiannya itu harus dilakukan oleh instansi atasan
atau instansi lain dari yang mengeluarkan putusan yang bersangkutan, maka
prosedur tersebut dinamakan “banding administratif”
Yang dimaksud dengan upaya administratif adalah:
1) Pengajuan surat keberatan (bezwaarschrift) yang ditujukan kepada badan atau
pejabattat usaha negara yang mengeluarkan keputusan (penetapan/
beschiking) semula.
2) Pengajuan surat banding administratif ( administratif beroep) yang ditujukan
kepada atasan pejabat atau instansi lain dari badan/pejabat tat usaha negara
yang mengeluarkan keputusan tata usaha negara yang disengketakan.
3. Bersandarkan Gugatan
Penyelesaian sengketa tata usaha negara melalui upaya administrasi relatif lebih
sedikit dilakukan oleh para pihak yang bersengketa karena penyelesaiannya terbatas
pada beberapa sengketa tata usaha negara tertentu, sebagaimana yang dijelaskan di
awal.
Oleh karena itu, para pihak mencari alternatif lain, yaitu penyelsaian sengketa tata
usaha negara melalui gugatan, dan penyelesaian sengketa ini lebih banyak dilakukan
dibandingkan dengan penyelesaian sengketa melalui upaya administratif.
Sengketa tata usaha negara yang dapat diselesaikan melalui gugatan adalah
sebagai berikut.9
a. Sengketa tata usaha negara yang penyelesaiannya tidak tersedia upaya
administratif. Dalam peraturan perundang- undangan berkenaan dengan
dikeluarkannya keputusan tata usaha negara yang mengakibatkan timbulnya
sengketa tata usaha negara, tidak ada ketentuan tentang upaya administratif yang
harus dilalui.
b. Sengketa tata usaha yang penyelesaiannya sudah melalui upaya administratif
(baik keberatan maupun banding administratif) dan sudah mendapat keputusan
dari badan atau pejabat tata usaha negara yang mngeluarkan keputusan tata usaha
negara.
Pasal 53 ayat (1) UU No. 5 tahun 1986 jo. UU No. 9 tahun 2004 menentukan
orang atau badan hukum perdata yang kepentingannya diragukan oleh suatu keutusan
tata usaha negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan yang
berwenang yang berisi tuntutan agar keputusan tata usaha negara yang di sengketakan
itu dinyatakan batal atau tidak sah dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan
rehabilitasi.
Gugatan harus dalam bentuk tertulis sehingga menjadi surat gugat yang
menjadi pegangan bagi pengadilan dan para pihak selama pemeriksaan pada sidang
pengadilan. Bagi mereka yang buta baca dan tulis sesuai dalam penjelasn pasal 53
ayat (1) UU No. 5 tahun 1986 jo. UU No. 9 tahun 2004 mereka dapat mengutarakan
keinginannya untuk menggugat kepada panitera. Yang akan membantu untuk
merumuskan gugatannya dalam bentuk tertulis.10
Sebelum suatu gugatan diajukan, engadilan yang hendak dituju untuk
mengajukan gugatan tersebut harus diketahui. Berikut beberapa hal yang harus
diketahui.

9
Op.cit., R. Wiyono, 2009, hlm. 117.
10
Lihat Pasal 53 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1986 jo. UU No. 9 Tahun 2004.
1) Kekuatan relatif (kompetensi relatif) dari pengadilan di lingkungan peradilan tata
usaha negara, agargugatan yang diajukan telah sesuai dengan kewenangan
masing-masing pengadilan.
2) Jika penyelesaian sengketa tata usaha negara tidak tersedia upaya admiistratif,
gugatan diajukan ke pengadilan tata usaha negara. Adapun penyelesaian tata
usaha negara yang tersedia upaya administratif, gugatan diajukan ke pengadilan
mana, harus melihat petunjuk pelaksanaan sebagaimana terdapat di dalam surat
edaran Mahkamah Agung RI Nomor 2 thun 1991.11

Dari ketentuan pasal 56 ayat (1) UU No. 5 tahun 1986 bahwa syarat- syarat yang
harus terdapat dalam surat gugatan ke pengadilan tata usaha negara adalah:

a) Identitas dari penggugat dan tergugat.


b) Dasar gugatan (fundamentum petendi/ posita/ dalil gugat).
c) Hal yang diminta untuk diputus oleh pengadilan (pelitu).12

Adapun dasar gugatan ( fundamentum petendi/ posita/ dalil gugat) merupakan


bagian dari surat gugatan yang fungsinya sangat penting dan menentukan pada
pemeriksaan di sidang pengadilan di lingkungan peradilan tata usaha negara. Titik
tolak pemeriksaan disidang pengadilan pengadilan dapat dilakukan. Dasar gugat pada
surat gugat untuk menyelesaikan sengketa tata usaha negara dapat berpedoman pada
uraian mengenai dasar gugatan dalam surat gugat untuk penyelesaian perkara perdata.
Pada umumnya, dasar gugatan terdiri atas sebagai berikut.

1) Uraian tentang kejadian atau peristiwa (feitelijke gronden, factual gronden), yaitu
uraian mengenai duduknya perkara terutama tertuju pada dikeluarkannya
keputusan tata usaha negara oleh tergugat yang oleh penggugat di rasa merugikan
kepentingannya.
2) Uraian tentang dasar hukum gugatan (rechts gronden, legal gronden). Dasar
gugatan yang disengketakan telah memenuhi ketentuan sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2) huruf a dan/ atau c. Dasar gugatan sama dengan
dasa pengujian yang dilakukan terhada putusan tata usaha negara.
11
Ibid., R. Wiono,2009, hlm. 118- 119.
12
Lihat pasal 6 ayat (1) Undang- Undang Peradilan Tata Usaha Negara.
3) Uraian tentang tuntutan (petitum) dalam uraian ini antara pundamentum patendi
dengan petitum harus saling berkaitan, dalam ati, semua yang terdapat didalam
fundamentum patendi menjadi dasar dalam petitum.

Dengan demikian, syarat- syarat gugatan tersebut harus terpenui dalam surat
gugatan yang akan diajukan ke pengadilan tata usaha negara. Jika tidak, surat gugatan
akan ditolak oleh pengadilan. Dalam proses gugatan pun harus ada tenggang waktu
gugatan jika seseorang atau badan hukum perdata akan mengajukan gugatan ke
pengadilan di lingkungan peradilan tata usaha negara karena jika lewat tenggang
waktu gugatan, ketua pegadilan di lingkungan peradilan tat usaha negara mempunyai
alasan untuk memutuskan dengan penetapan bahwa gugatan tidak diterima.

Adapun dalam hal yang hendak digugat itu merupakn keputusan, tenggang
waktunya menurut ketentuan sebagai berikut.

1) Pasal 3 ayat (2), tenggang waktu 90 hari dihitung setelah lewatnya teggang waktu
yang di tentukan dalam peraturan dasarnya, yang terhitung sejak tanggal diterimanya
permohonan yang bersangkutan.
2) Pasal 3 ayat (3), tenggang waktu 90 hari itu dihitung setelah lewatnya batas waktu 4
bulan yang dihitung sejak tanggal diterimanya permohonn yang bersangkutan.
3) Suatu keputusan harus diumumkan dalam tenggang waktu 90 hari terhitung sejak hari
pengumuman tersebut.

Mahkamah Agung memberikan petunjuk bahwa berita adanya keputusan tat usaha
negarayang dilakukan melalui surat kabar dianggap sebagai awal tenggang waktu
gugatan dengan catatan sebagai berikut.13

1) Jika peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar dikeluarkannya keputusan tata


usaha negara tersebut harus diumumkan, pemuatannya harus dalam bentuk
pengumuman atau iklan dan tidak cukup ika hanya sebagai berita.

13
Lihat butir VI pada Surat Ketua Muda Mahkamah Agung Urusan Lingkungan Peradilan Tata UsahaNegara Tanggal
24 Maret 1992 Nomor 052/Td.TUN/III/1992.
2) Pemuatan dalam bentuk berita biasa dapat dianggap sebagai awal diketahui atau
diumumkan, selama surat kabar yang memuat berita keputusan tata usaha negara yang
dimaksud biasa beredar di tempat tinggal penggugat berdiam/ berdomisili.

Mahkamah Agung menetapkan bahwa tenggang waktu tersebut dihitung secara kasuistis
sejak saat seseorang atau badan hukum perdata merasa kepentingannya dirugikan oleh
keputusan tata usaha negara dan mengetahui secara yuridis adanya keputusan tersebut dan
dapat dipertanggungjawabkan dan dapt menimbulkan keyakinan pada hakim.14

Adapun tenggang waktu gugatan yang di sediakan bagi seseorang atau badan hukum
perdata yang tidak puas terhadap putusan yang dijatuhkan terhadap upaya administratif
yang telah diajukan. Mahkamah Agung belum memberikan petunjuk dengan memerhatikan
dua alasan berikut.15

1) Keputusan dari badan atau pejabat tata usaha negara yang mengeluarkan putusan tata
usaha negara adalah keputusan yang masih termasuk keputusan tata usaha negara juga
bukan putusan pengadilan, seagaimana yang dimaksud dalam Pasal 24 ayat(2) UUD
1945 jo. Pasal 18 UU No. 48 tahun 2009.
2) Pasal 48 ayat (2) UU No. 5tahun 1986 menentukan bahwa pengadilan di lingkungan
peradilan tata usaha negara baru mempunyai wewenang memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan sengketa tat usaha negara jika seluruh upaya administratif telah
digunakan.

Dengan lewatnya tenggang waktu gugatan, keputusan tata usaha negara tidak dapat
digugat lagi dengan sarana hukum yang ada meskipun keputusan tata usaha negara
tersebut mengandung cacat hukum, kecuali atas kemauan sendiri badan atau pejabat tata
usaha negara yang berwenang mencabut atau mengubah keputusan tata usaha negara
dengan syarat- syarat yang telah ditentukan oleh peraturan perundang- undangan yang
berlaku.

Selain dapat diselesaikan melalui upaya administratif dan melalui gugatan sengeta tata
usaha negara juga dapat diselesaikan dengan upaya perdamaian. Dan jika sengketa itu

14
Ibid., R. Wiyono, 2013, hlm. 126.
15
Ibid., R. Wiyono, 2013, hlm. 127.
bisa di selesaikan secara damai. Makan proses penyelesaian sengketa akan sesuai dengan
yang kita jalankan. Dan demi kemaslahatan bersama. Jika ada cara damai untuk sebuah
penyeesaian maka bisa di implementasikan.

C. Upaya Perdamaian
Gugatan untuk penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara adalah gugatan tentang
sah atau tidak sahnya Keputusan Tata Usaha Negara yang menjadi sebab terjadinya
sengketa Tata Usaha Negara.
Mengingat gugatan untuk penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara menyangkut
sah atau tidak sahnya Keputusan Tata Usaha Negara, maka sebenarnya untuk
penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara tidak dikenal adanya perdamain, yang terbukti
dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1996, tidak ada ketentuan tentang perdamaian
seperti yang terdapat dalam penyelesaian perkara perdata.
Oleh karena itu, Mahkamah Agung telah memberikan petunjuk bahwa
kemungkinan adanya perdamaian antara para pihak-pihak hanya terjadi di luar
persidangan.
Jika antara para pihak dalam sengketa Tata Usaha Negara di luar pemeriksaan
sidang Pengadilan sampai terjadi perdamaian, Surat Edara Mahkamah Agung RI tersebut
memberikan petunjuk lebih lanjut sebagai berikut:
a. Penggugat mencabut gugatannya secara resmi dalam sidang terbuka untuk umum
dengan menyebutkan alasan pemcabutannya.
b. Apabila pencabutan gugatan dimaksud dikabulkan, maka hakim memerintahkan
agar panitera mencoret gugatan tersebut dari register perkara.
c. Perintah pencoretan tersebut diucapkan dalam persidangan yang terbuka untuk
umum.

Yang menarik perhatian dari petunjuk Mahkamah Agung tersebut adalah


pencabutan gugatan oleh Penggugat dalam sidang terbuka untuk umum tersebut harus
mendapat persetujuan dari pengadilan, maksudnya ialah agar pengadilan dapat
mengadakan penilitian apakah dalam pencabutan gugatan oleh Penggugat ini terdapat
unsur paksaan, mengelirukan atau tipuan yang dilakukan oleh Tergugat.
Jika ternyata dijumpai adanya unsur tersebut, dengan sendirinya pengadilan tidak
akan mengabulkan gugatan yang akan dilakuka oleh Penggugat.16

Dari petunjuk Mahkamah Agung RI tersebut, jelas bahwa dalam penyelesaian


sengketa Tata Usaha Negara, kedudukan tergugat lebih dominan jika dibandingkan
dengan kedudukan penggugat. Jika pada akhirnya terjadi proses perdamaian di luar
pemeriksaan sidang di pengadilan, Mahkamah Agung akan mengeluarkan akta
perdamaian dari pengadilan tersebut.17

16
R. Wiyono, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 127-28
17
Dr. Zulkarnaen & Dewi Mayaningsih, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara di Indonesia, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2018), hlm.97
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Upaya administratif adalah suatu prosedur yang dapat ditempuh oleh seseorang
atau badan hukum perdata apabila ia tidak puas terhadap keputusan suatu Tata Usaha
Negara. Mekanisme upaya administratif menurut pasal 48 ayat (1) dapat dilakukan
melalui 2 macam yaitu Keberatan admnistratif dan Banding administratif.

Anda mungkin juga menyukai