Anda di halaman 1dari 18

TINJAUAN KEGAGALAN PASAR DALAM MEKANISME PASAR EKONOMI

ISLAM

Suci Rahmawati

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya

Abstrak

Dalam ekonomi Islam, berbeda dengan ekonomi konvensional. Di mana mekanisme


pasar menjadi sangat penting untuk mengatur dan menegakkan keseimbangan pasar
dan keadilan ekonomi dengan mempertimbangkan para pihak yang ada di pasar.
Namun, mekanisme pasar terkadang tidak selalu berjalan dengan lancar,
ketidakseimbangan kerja pasar dapat mepmpengaruhi sistem kerja pasar yang
megakibatkan kegagalan pasar. Ketidakseimbangan pasar terjadi karena beberapa
sebab di antaranya yaitu karena penyimpangan terstruktur, penyimpangan tidak
terstruktur, dan ketidaksempurnaan informasi dan penyesuaian. Dalam konsep
ekonomi Islam, penentuan harga di acukan pada kekuatan pasar, yaitu kekuatan
permintaan dan penawaran. Mekanisme pasar Islam mengatur tentang intervensi
pasar dan juga harga intervensi, di mana keduanya mempunyai perannya sendiri-
sendiri dan penting.

Kata Kunci: kegagalan pasar, mekanisme pasar, Islam

PENDAHULUAN

Pasar adalah tempat terjadinya pertukaran barang dan jasa secara alamiah yang telah
berlangsung sejak peradaban awal manusia. Dalam prakteknya dipasar, antara penjual dan
pembeli saling tawar menawar untuk menentukan harga dari berbagai jenis barang yang
hendak dibelinya.

Mekanisme pasar dapat mengalokasikan faktor-faktor produksi dengan cukup efisien


dan dapat mendorong perkembangan ekonomi disebabkan karena ia memiliki beberapa
kebaikan. Namun, mekanisme pasar tak selalu berjalan dengan lancar, terkadang selalu ada
hambatan-hambatan yang terjadi karena ketidak efisiennya mekanisme pasar. Mekanisme
harga yang gagal di perhitungkan dari keseluruhan harga dan keuntungan yang berkaitan
dengan penyediaan maupun konsumsi dari suatu barang dan jasa mengakibatkan adanya
kegagalan pasar.

Kegagalan pasar terjadi kita mekanisme harga gagal dalam memperhitungkan semua
biaya dan manfaat yang diperlukan, baik untuk menyediakan dan mengkonsumsinya. Pasar
akan gagal dengan tidak menyediakan jumlah yang optimal. Sebelum kegagaln pasar,
penawaran dan permintaan dalam pasar tidak menghasilkan jumlah barang di mana harga
mencerminkan manfaat terhadap konsumsi.

Ketidakseimbangan tersebut menyebabkan alokasi yang tidak efisien, yang


merupakan kekurangan atau kelebihan konsumsi. Struktur sistem pasar berkontribusi
terhadap kegagalan pasar.

KEGAGALAN PASAR

Kegagalan pasar adalah suatu kondisi dimana pasar mengalami kegagalan dalam
menyediakan kebutuhan pasar secara efisien.1 Dalam hal ini, mekanisme pasar yang tidak
efisien akan menyebabkan kebutuhan pasar yang dihasilkan menjadi terlalu banyak atau pun
terlalu sedikit.2

Kegagalan pasar menurut beberapa para ahli

Sumber kegagalan pasar terjadi ketika asumsi persaingan sempurna tidak berlaku,
kesimpulan bahwa pasar yang bebas dan tidak di atur akan memproduksi alokasi sumber
daya yang efisien tidak akan berlaku. Selain itu juga bersumber dari efisiensi pasar yang
tergantung pada asumsi bahwa pembeli memiliki informasi sempurna tentang kualitas dan
harga produk dan bahwa perusahaan memiliki informasi sempurna tentang kualitas dan harga
input.3

Selain itu terdapat ciri-ciri yang apabila tidak dipenuhi maka akan menimbulkan
ketidaksempurnaan pasar yang pada gilirannya akan mengarah pada kegagalan pasar, yaitu
karena konsumen dan produsen berlaku secara kompetitif dengan memaksimumkan
keuntungan atau meminimumkan biaya, harga pasar diketahui oleh konsumen dan produsen,

1
Id.wikipedia diakses pada tanggal 6 Desember 2018 Pukul 13:00
2
Rinawati, Ariani. Eksternalitas Sebagai Salah Satu Penyebab Kegagalan Pasar. Universitas Muhammadiyah
Purworejo
3
Karl E. Case, dan Ray C. Fair, Prinsip-Prinsip Ekonomi Jilid 1, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007)
tidak ada biaya transaksi.4 Salah satu contoh klasik dari ketidaksempurnaan pasar atau
kegagalan pasar adalah timbulnya eksternalitas.

Sedangkan menurut Adam Smith ada beberapa kelemahan yang melekat pada sistem
harga/pasar yang mengakibatkan efisiensi tersebut tidak tercapai, antara lain yaitu:5

1. Sistem pasar/harga biasanya dibarengi dengan fluktuasi (naik turunnya harga)


perekonomian yang hebat.
2. Distribusi pendapatan yang tidak/kurang merata.
3. Apabila ada monopoli alokasi sumberdaya menjadi kurang efisien.
4. Adanya eskternalitas.
5. Sistem pasar tidak dapat menjamin pengadaan/produksi barang public (public goods).
6. Pelaku pasar (konsumen dan produsen) tidak memiliki informasi yang sempurna.

KETIDAKSEMPURNAAN BEKERJANYA PASAR

1. Penyimpangan Terstruktur
Struktur atau bentuk organisasi pasar akan mengganggu mekanisme pasar
dengan cara sistematis dan terstruktur pula. Struktur pasar yang dimaksudkan adalah
monopli, duopoli, dan kompetisi monopolistik. Dalam monopoli, misalnya, tidak
terdapat persaingan antarprodusen karena terdapat halangan untu masuk (entry
barrier) bagi perusahaan lain yang ingin memasuki pasar. Produsen monopolis dapat
saja mematok harga tinggi untuk memperoleh keuntungan di atas normal
(monopolistic rent). Demikian pula pada bentuk pasar lainnya, meskipun pengaruh
distorsinya tidak sekuat monopoli, akan mendistorsi bekerjanya mekanisme pasar
yang sempurna.
2. Penyimpangan Tidak Terstruktur
Selain itu, terdapat juga faktor-faktor insidental dan temporer yang
mengganggu mekanisme pasar. Beberapa contoh hal ini adalah usaha sengaja
menimbun untuk menghambat pasokan barang agar harga pasar menjadi lebih tinggi
(ikhtikar), penciptaan permintaan semu untuk menaikkan harga (najasyi), penipuan
kuantitas, kualitas, harga, atau waktu pengiriman barang (tadlis), kolusi para
pedagang untuk membuat harga di atas harga normal (Bai al-hadir lil badi), dan lain-
lain.
4
Akhmad Fauzi, Ekonomi Sumber Daya Alam Dan Lingkungan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004),
hlm. 23
5
Nopirin, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro, (Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA, 1994), hlm. 278
3. Ketidaksempurnaan Informasi Dan Penyesuaian
Ketidaksemprunaan pasar juga bisa muncul disebabkan karena
ketidaksemurnaan informasi yang dimiliki para pelaku pasar (penjual dan pembeli).
Informasi merupakan hal penting sebab ia menjadi dasar bagi pembuatan keputusan.
Produsen berkepentingan untuk mengetahui seberapa besar pemintaan pasar dan
tinhkat harganya, beberapa harga input dan teknologi yang tersedia, dan lain-lain
sehingga dapat menwarkan barangnya secara akurat.

PENYEBAB KEGAGALAN PASAR

1. Monopoli
Output cenderung lebih sedikit dalam monopolis dan menetapkan harga lebih
tinggi disbanding dengan produsen di dalam pasar persaingan sempurna. Apabila
monopoli tidak diatur oleh pemerintah cenderung membatasi produksi untuk
mendorong konsumen membayar harga yang lebih tinggi sehingga alokasi
sumberdaya menjadi tidak efisien. Dan jumlah produksi lebih kecil dibandingkan
dengan persaingan sempurna. Apabila produksi pada persaingan selalu efisien maka
produksi monopolis di bawah (lebih kecil) daripada persaingan sempurna, berarti
tidak efisien. Dengan demikian adanya monopoli berarti, pasar gagal mencapai
efisiensi optimal.
2. Eskternalitas
Eksternalitas adalah dampak yang secara tidak langsung ditimbulkan oleh
aktivitas ekonomi baik dampak yang menguntungkan maupun dampak yang
merugikan.
Eksternalitas terjadi jika kegiatan ekonomi menghasilkan biaya tambahan atau
keuntungan tambahan bagi pihak ketiga yang tidak terlibat langsung dari suatu
kegiatan transaksi ekonomi. Terdapat dua jenis eksternalitas, yaitu eksternalitas
positif dan eksternalitas negatif. Eksternalitas positif terjadi dalam kasus seperti
dimana program kesehatan keluarga di televise meningkatkan kesehatan public.
Eskternalitas negative terjadi ketika proses dalam perusahaan menimbulkan polusi
udara atau saluran air.
Eksternalitas timbul karena tindakan konsumsi atau produksi dari satu pihak yang
mempunyai pengaruh terhadap pihak lain dan tidak adanya kompensasi yang dibayar
oleh pihak yang menyebabkan atau kompensasi yang diterima oleh pihak yang
terkena dampak tersebut. Jadi, ada dua syarat terjadinya eksternalitas, yaitu:
a. Adanya pengaruh dari suatu tindakan
b. Tidak adanya kompensasi yang dibayarkan atau diterima.
3. Barang Publik (Public Goods)
Satu hal lagi yang merupakan kegagalan pasar adalah pengadaan barang public.
Untuk memahami barang public akan lebih mudah apabiladilawankan dengan barang
privat. Barang privat mempunyai beberapa ciri antara lain:
a. Excludable. Artinya, seseorang yang tidak mau membayar suatu barang atau jasa
dapat dicegah untuk mengkonsumsi barang atau jasa tersebut.
b. Depletability. Artinya, konsumsi seseorang akan mempengaruhi (mengurangi
konsumsi orang lain).
Barang publik mempunyai dua karakteristik, yaitu nonexcludable dan
nondeplebility. Dua implikasi yang dapat ditarik dari dua karakteristik tersebut
adalah:
Barang public mempunyai dua karakteristik, yaitu nonexcludable dan
nondeplebility. Dua implikasi yang dapat ditarik dari dua karakteristik tersebut
adalah:
Pertama, karena pihak yang tidak membayar tidak dapat dicegah (melalui harga)
untuk tidak menikmati, maka produsen barang public akan sangat sukar (bahkan tidak
mungkin) untuk menarik bayaran dari jasa yang dihasilkan. Hal ini sering juga disebut
dengan “free rider”, atau berarti menikmati barang atau jasa publik tanpa harus
membayar.
Oleh karena itu produksi kedua jenis barang atau jasa public tidak akan dapat
dilakukan oleh swasta, karena sulit untuk memungut fee pada yang menikmati.
Pemerintahlah yang harus menyelenggarakan. Sistem pasar tidak akan menjamin
pengadaan barang atau jasa publik tersebut.
Kedua, karena konsumsi seseorang tidak mempengaruhi atau mengurangi jumlah
yang tersedia untuk konsumsi orang lain (non deoletable) maka biaya marginal
(marginal costnya) sama dengan nol. Apabila marginal cost adalah nol, alokasi
sumberdaya yang optimal menghendaki harga sama dengan nol pula. Jika harga tidak
sama dengan nol akan mendorong beberapa orang untuk tidak menikmati barang
public dan ini tidak efisien sebab untuk tambahan satu orang yang menikmati
biayanya nol. Karakteristik yang demikian ini membawa implikasi pemerintahlah
yang harus menyediakan barang pbulik karena efisiensi menghendaki harga sama
dengan nol. Dari kedua sifat tersebut di atas Nampak bahwa system pasar atau harga
gagal mencapai efisiensi untuk pengadaan barang public. Campur tangan pemerintah
diperlukan.6
4. Infromasi Tidak Sempurna
Informasi yang asimetris atau ketidakpastian informasi (informasi yang
inefisien). Informasi asimetris terjadi ketika salah satu pihak dari transaksi memiliki
informasi yang lebih banyak dan baik dari pihak yang lain. Atau salah satu pihak yang
bernegoisasi di pasar memiliki informasi yang berhubungan dengan barang yang
diperdagangkan sementara pihak lain tidak. Ketidaksamaan informasi ini dapat
mengakibatkan keuntungan bagi salah satu pihak dan kerugian bagi pihak lain.7

ISLAM DAN SISTEM PASAR

Islam dengan tegas menolak sejumlah ideologi ekonomi yang terkait dengan
keagungan private property, kepentingan investor, asceticism (menghindari kehidupan
duniawi), economic egalitarianism maupun authoritarianism (ekonomi terpimpin atau paham
mematuhi seseorang atau badan secara mutlak). Oleh sebab itu, penting bagi umat Islam
untuk mencurahkan secara kumulatif semua dukungannya kepada ide keberdayaan,
kemajuan, dan kecerahan peradaban bisnis dan perdagangan. Untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosial, Islam dengan tegas memacu umatnya untuk bergiat dalam
aktivitas keuangan dan usaha-usaha atau berdagang.

Berdagang adalah aktivitas yang paling umum dilakukan di pasar. Dalam ayat-ayat
Al-Qur’an selain memberikan dorongan imperatif untuk berdagang, di lain pihak juga
mencerahkan aktivitas tersebut dengan sejumlah aturan main yang bisa diterapkan di pasar
dalam upaya menegakkan kepentingan semua pihak, baik individu maupun kelompok.

Konsep Islam menegaskan bahwa pasar harus berdiri di atas prinsip persaingan bebas
(perfect competition). Namun bukan berarti bahwa kebebasan itu berlaku secara mutlak, akan
tetapi kebebasan yang dibungkus atau diatur oleh aturan syariah.8

MEKANISME PASAR DALAM ISLAM

Dalam konsep ekonomi Islam penentuan harga dilakukan oleh kekuatan-kekuatan


pasar, yaitu kekuatan permintaan dan kekuatan penawaran. Dalam konsep Islam, harus terjadi
6
Nopirin, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro, (Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA, 1994), hlm. 278-285
7
www.academia.edu/35228084/MAKALAH_KEGAGALAN_PASAR_PENYEBABNYA_DAN_SOLUSINYA
8
Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif: Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 157-159
rela sama rela untuk menetukan permintaan dengan penawaran, tidak ada pihak yang merasa
terpaksa untuk melakukan transaksi pada tingkat harga tersebut.

Dalam konsep Islam, monopoly, duopoly, oligopoly dalam artian hanya ada satu
penjual, dua penjual, atau beberapa penjual tidak dilarang keberadaannya, selama mereka
tidak mengambil keuntungan di atas keuntungan normal. Produsen yang beroperasi dengan
positif profit akan mengundang produsen lain untuk masuk ke dalam bisnis tersebut, sehingga
kurva supply bergeser ke kanan, jumlah ouput yang ditawarkan bertambah, dan harga akan
turun. Produsen baru akan terus memasuki bisnis tersebut sampai dengan harga turun
sedemikian sehingga economic profit nihil. Pada kedaan ini produsen yang telah ada di pasar
tidak mempunyai intensif untuk keluar dari pasar, dan produsen yang belum masuk ke pasar
tidak mempunyai intensif untuk masuk ke pasar.

Islam mengatur agar persaingan di pasar dilakukan dengan adil. Setiap bentuk yang dapat
menimbulkan ketidakadilan dilarang.

1. Tallaqi rukban dilarang karena pedagang yang menyongsong di pinggir kota


mendapat keuntungan dari ketidaktahuan penjual dari kampong akan harga yang
berlaku di kota. Mencegah masuknya pedagang desa ke kota ini (entry berrier) akan
menimbulkan pasar yang tidak kompetitif.
2. Mengurangi timbangan dilarang karena barang dijual dengan harga yang sama untuk
jumlah yang lebih sedikit.
3. Menyembunyikan barang cacat dilarang karena penjual mendapatkan harga yang baik
untuk kualitas yang buruk.
4. Menukar kurma kering dengan kurma basar dilarang, karena takaran kurma basar
ketika kering bisa jadi tidak sama dengan kurma kering yang ditukar.
5. Menukar satu takar kurma kualitas bagus dengan dua takar kurma kualitas sedang
dilarang karena setiap kualitas kurma mempunyai harga pasarnya. Rasulullah
menyuruh menjual kurma yang satu, kemudian membeli kurma yang lain dengan
uang.
6. Transaksi Najasy dilarang karena si penjual menyuruh orang lain memuji barangnya
atau menawar dengan harga tinggi agar orang lain tertarik.
7. Ikhtikar dilarang, yaitu mengambil keuntungan di atas keuntungan normal dengan
menjual lebih sedikit barang untuk harga yang lebih tinggi.
8. Ghaban faa-hisy (besar) dilarang yaitu menjual di atas harga pasar.9

Intervensi Pasar

Dalam konsep ekonomi Islam, cara pengendalian harga ditentukan oleh penyebabnya.
Bila penyebabnya adalah perubahan pada genuine demand dan genuine supply, maka
mekanisme pengendalian dilakukan melalui market intervention. Sedangkan bila
penyebabnya adalah distorsi terhadap genuine demand dan genuine supply, maka mekanisme
pengendalian dilakukan melalui penghilangan distorsi termasuk penentuan price intervention
untuk mengembalikan harga pada keadaan sebelum distorsi.

Intervensi pasar telah dilakukan di zaman Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin. Saat itu
harga gandum di Madinah naik, maka pemerintah melakukan impor gandum dari Mesir.
Selain itu, kaum Muslimin juga pernah mengalami harga-harga naik di Madinah yang
disebabkan faktor yang genuine. Untuk mengatasi hal tersebut khalifah Umar ibn Khattab r.a.
melakukan market intervention. Sejumlah besar barang yangf diimpor dari Mesir ke
Madinah. Jadi intervensi langsung dilakukan melalui jumlah barang yang ditawarkan. Secara
grafis ini digambarkan naiknya harga-harga di Madinah digambarkan dengan bergeraknya
kurva penawaran ke kiri, sehingga harga naik. Dengan masuknya barng-barang impor dari
Mesir, kurva peawaran kembali bergerser ke kanan, yaitu pada tingkat semula. Namun
demikian, rendahnya daya beli kaum Muslimin saat itu, memaksa Umar r.a. mengeluarkan
sejenis cek yang dibagikan kepada mereka yang berhak

Market intervention menjadi sangat penting dalam menjamin pengadaan barang


kebutuhan pokok. Dalam keadaan kekurangan barang kebutuhan pokok, pemerintah dapat
memaksa pedagang yang menahan barangnya untuk menjual barangnya ke pasar. Bila daya
beli masyarakat lemah, pemerintah pun dapat membeli barang kebutuhan pokok tersebut
dengan uang dari Baitul Maal, untuk selanjutnya menjual dengan tangguh bayar seperti yang
telah dilakukan oleh Umar ra. Bila harta yang ada di Baitul maal tidak mencukupi,
pemerintah dapat meminta si kaya untuk menambah kontribusinya.

Market intervention tidak selalu diartikan pemerintah menambah jumlah ketersediaan


barang. Ia juga berarti menjamin kelancaran perdagangan antarkota. Terganggunya jalur
perdagangan antarkota akan menyebabkan pasokan barang berkurang secara garfish kurva
penawaran bergeser ke kiri. Intervensi pemerintah dalam mengatasi terganggunya jalur

9
Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010), hlm. 152-153
perdagangan, akan membuat normal kembali pasokan, yang secara grafis digambarkan
dengan kurva penawaran yang bergeser ke kanan. 10

Intervensi Harga Islami

Dalam ekonomi konvensional, praktik monopoli biasanya dikecam sebagai bentuk


persaingan yang tidak sehat. Di Amerika Serikat, misalnya, sejak 1890 telah diberlakukan
Sherman Act yang menyatakan setiap usaha monopoli atau usaha mengontrol perdagangan
adalah illegal. Kemudian diikuti oleh Federal Trade Commision Act dan Clayton Act (1914),
Robinson-Patman Act (1936), dan seterusnya. Meskipun demikian, Amerika Serikat tetap
memberikan pengfecualian untuk beberapa jenis industri seperti pertanian dan perikanan,
serikat buruh, asosiasi ekspor, radio dan televise, transportasi, lembaga keuangan dan
baseball. Sikap mendua ini tidak aneh dalam teori konvensional juga dikenal monopolis yang
dibenarkan, misalnya natural monopoli seperti PLTA yang memerlukan investasi sangat
besar. Karena itu sektor ini perlu dilindungi dari masuknya persaingan baru.

Dalam ekonomi Islam tidak dikenal sikap mendua itu. Siapa pun boleh berbisnis
tanpa peduli apakah dia satu-satunya penjual (monopoli) ada penjual lain. Jadi, monopoli sah-
sah saja. Namun, siapa pun tidak boleh melakukan ikhtikar, yaitu mengambil keuntungan
diatas keuntungan normal dengan cara menjual lebih sedikit barang untuk harga yang lebih
tinggi atau istilah ekonominya monopolistic rent. Inilah indahnya Islam: monopoli boleh,
monopolistic rent tidak boleh. Bersumber dari said bin al Musayyab dari Ma’mar bin
Abdullah al-adawi bahwa Rasulullah Saw. Bersabda : “Tidaklah orang melakukan ikhtiar itu
kecuali berdosa” (HR. Muslim, Ahmad, Abu Dawud). Jelaslah Islam menghargai hak penjual
dan hak pembeli untuk menentukan harga sekaligus melindungi hak keduanya.

Dalam rangka melindungi hak pembeli dan penjual, Islam membolehkan bahkan
mewajibkan pemerintah melakukan price intervention bila kenaikan harga disebabkan adanya
distorsi terhadap genuine demand dan genuine supply. Khulafaur Rasyidin pun pernah
melakukan price intervention. Umar bin Khattab r.a ketika mendatangi suatu pasar dan
menemukan bahwa Habib bin Abi Balta’ menjual anggur kering pada harga di bawah harga
pasar. Umar r.a. langsung menegurnya: “Naikkan hargamu atau tinggalkan pasar kami”

Kebolehan price intervention antara lain karena:

10
Ibid, hlm. 154-156
1. Price intervention menyangkut kepentingan masyarakat, yaitu melindungi penjual
dalam hal profit margin sekaligus melindungi pembeli dalam hal purchasing power.
2. Bila tidak dilakukan price intervention maka penjual dapat menaikkan harga ikhtikar
atau ghaban faa-hisy. Dalam hal ini penjual menzalimi pembeli.
3. Pembeli biasanya mewakili masyarakat yang lebih luas, sedangkan penuual mewakili
kelompok masyarakat yang lebih kecil. Sehingga price intervention berarti pula
melindungi kepe tingan masyarakat yang lebih luas.11

HARGA DAN PERSAINGAN SEMPURNA PADA PASAR ISLAMI

Dalam konsep Islam memahami bahwa pasar dapat berperan efektif dalam kehidupan
ekonomi jika prinsip persaingan bebas dapat berlaku secara efektif. Pada dasarnya pasar tidak
membutuhkan kekuasaan yang besar untuk menentukan apa yang harus dikonsumsi dan
diproduksi. Karena kebutuhan yang dimiliki setiap individu berbeda-beda, maka mereka
dibebaskan untuk memilih sendiri apa yang dibutuhkannya dan bagaimana memenuhinya.
Adam Smith menyatakan serahkan saja pada invisible hand, dan “dunia akan teratur dengan
sendirinya”.

Dari pemahaman tersebut, harga sebuah komiditas (barang dan jasa) ditentukan oleh
permintaan dan penawaran, perubahan harga yang terjadi juga ditentukan oleh perubahan
permintaan dan juga perubahan penawaran. Hal tersebut sesuai dengan Hadist yang
diriwayatkan dari Anas bahwasannya suatu hari terjadi kenaikan harga yang luar biasa di
masa Rasulullah SAW., maka sahabat meminta Nabi untuk menentukan harga pada saat itu,
lalu Nabi bersabda: Artinya, “Bahwa Allah adalah Dzat yang mencabut dan memberi
sesuatu, Dzat yang memberi rezeki dan penentu harga…” (HR. Abu Daud).

Dari hadist tersebut dapat disimpulkan bahwa pada waktu terjadinya kenaikan harga,
Rasulullah SAW meyakini adanya suatu penyebab tertentu yang sifatnya darurat. Oleh karena
itu, sesuatu yang bersifat darurat akan hilang seiring dengan hilangnya penyebab dari
keadaan darurat itu. Di sisi lain Rasul juga meyakini bahwa harga akan kembali normal
dalam waktu yang tidak terlalu lama (sifat darurat). Penetapan harga pada saat itu menurut
Rasul merupakan suatu tindakan yang menzalimi kepentingan para pedagang, karena para
pedagang di pasar akan merasa terpaksa untuk menjual barangnya sesuai dengn harga
patokan, yang tentunya tidak sesuai dengan keridhaannya (Ahmad Nu’man: 1985)12

11
Ibid, hlm. 162-164
12
Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif: Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 160-161
Dengan demikian, pemerintah tidak memiliki wewenang untuk melakukan intervensi
terhadap harga pasar dalam kondisi normal. Dalam konsep Islam sendiri juga tidak
memberikan ruang intervensi dari pihak mana pun untuk menentukan harga, kecuali dan
hanya dalam keadaan darurat yang kemudian menuntut pihak-pihak tertentu untuk ambil
bagian menentukan harga.

Darurat yang dimaksud dalam pengertian ini adalah pada dasarnya peranan
pemerintah ditekan seminimal mungkin. Namun intervensi pemerintah sebagai pelaku pasar
dapat dibenarkan hanya jika pasar dalam keadaan tidak sempurna, dalam arti ada kondisi-
kondisi yang menghalangi kompetisi yang fair atau terjadi kegagalan pasar (market failure).
Fungsi dari intervensi pemerintah adalah untuk menjamin fairness dan keadilan.

Lebih jauh lagi Ibn Taimiyah membatasi keabsahan pemerintah dalam menetapkan
kebijakan intervensi pada empat situasi dan kondisi berikut:

Pertama: kebutuhan masyarakat atau hajat orang banyak akan sebuah komoditas (barang
maupun jasa); para fukaha sepakat bahwa sesuatu yang menjadi hajat orang banyak tidak
dapat diperjualbelikan kecuali dengan harga yang sesuai. Sebagai contoh, jika seseorang
membutuhkan makanan yang menjadi milik orang lain, maka orang tersebut dapat membeli
dengan harga yang sesuai, tidak dibenarkan jika si pemilik makanan menentukan harga yang
tinggi secara sepihak.

Kedua: terjadi kasus monopoli (penimbunan); para fukaha sepakat untuk melakukan hak
Hajar (ketetapan yang membatasi hak guna dan hak pakai atas kepemilikan barang) oleh
pemerintah. Hal ini untuk mengantisipasi adanya tindakan negative yang dapat dilakukan
oleh pihak-pihak yang melakukan kegiatan monopolistic ataupun penimbunan barang.

Ketiga: terjadi keadaan al-hasr (pemboikotan), di mana distribusi barang hanya


terkonsentrasi pada satu penjual atau pihak tertentu. Penetapan harga di sini untuk
menghindari penjualan barang tersebut dengan harga yang ditetapkan sepihak dan semena-
mena oleh pihak penjual tersebut.

Keempat: terjadi koalisi dan kolusi antarpara penjual; di mana sejumlah pedagang sepakat
untuk melakukan transaksi di antara mereka sendiri, dengan harga penjualan yang tentunya
dibawah harga pasar. Ketetapan intervensi di sini untuk menghindari kemungkinan terjadi
fluktuasi harga barang yang ekstrem dan dramatis.
Konsep di atas menetukan bahwa pasar Islami harus bisa menjamin adanya kebabasan
pada masuk atau keluarnya sebuah komoditas di pasar. Hal tersebut dimaksudkan untuk
menjamin adanya pendistribusian kekuatan ekonomi dalam sebuah mekanisme yang
proporsional.13

MEKANISME KERJA PASAR

Pasar adalah sebuah mekanisme pertukaran barang dan jasa yang alamiah dan telah
berlangsung sejak peradaban awal manusia. Islam menempatkan pasar pada kedudukan yang
penting dalam perekonomian. Praktik ekonomi pada masa Rasulullah dan Khulafaurrasyidin
menunjukkan adanya peranan pasar yang besar. Rasulullah sangat menghargai harga yang
dibentuk oleh pasar sebagai harga yang adil. Beliau menolak adanya suatu price intervention
seandainya perubahan harga terjadi karena mekanisme pasar yang wajar. Namun, pasar di
sini mengharuskan adanya moralitas, antara lain persaingan yang sehat (fair play), kejujuran
(honesty), keterbukaan (tranparancy) dan keadilan (justice). Jika nilai-nilai ini telah
ditegakkan maka tidak ada alasan untuk menolak harga pasar.

Permintaan, Penawaran, dan Regulasi Tingkat Harga.

Catatan yang paling awal yang dapat ditemukan mengenai penambahan dan
pengurangan produksi akibat perubahan harga adalah oleh Abu Yusuf (wafat 798). Namun,
daripada berusaha untuk membuat penjelasan mengenai permintaan dan penawaran dan
akibatrnya terhadap tingkat harga, Abu Yusuf mengakatan:

“tidak ada batasan tertentu tentang murah dan mahal yang dapat dipastikan. Hal
tersebut ada yang mengaturnya. Prinsipnya tidak dapat diketahui. Murahy bukan karena
melimpahnya makanan, demikian juga mahal tidak disebabkan oleh kelangkaan makanan.
Murah dan mahal merupakann ketentuan Allah. Terkadang makanan berlimpah tetapiu tetap
mahal, dan terkadang makan sangat sedikit tetapi murah.”14

Dari tulisan di atas, tampak Abu Yusuf membantah kesan umum dari hubungan
negative antara penawaran dan tingkat harga. Adalah dalam kenyataannya benar bahwa
tingkat harga tidak hanya bergantung pada penawaran semata, dimana hal ini juga sangat
penting adalah kekuatan permintaan. Oleh karena itu, kenaikan atau penurunan tingkat harga
tidak harus selalu berhubungan dengan kenaikan dan penurunan produksi saja.

13
Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif: Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm.161-163
14
Adiwarman. A. Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), hlm. 167
Mengenai masalah pengaturan tingkat harga juga dibahas secara rinci oleh Ibn
Taimiyah. Ibn Taimiyah mendukung penetapan harga dalam kasus dimana komiditas
kebutuhan pokok yang harganya telah naik akibat dimanipulasi. Lebih laniut, Ibn Taimiyah
menyarankan adanya suatu penyediaan industri-industri tertentu oleh pemerintah/Negara,
serta juga memperbaiki tingkat pengupahan jika hal tersebut tidak terjadi secara memuaskan
(persaingan bebas) oleh kekuatan-kekuatan pasar.

Alasannya adalah karena Ibn Taimiyah, seperti juga Al-Ghazali (yang ia rujuk dalam
hal ini) menganggap industri-industri dan jasa-jasa yang berbeda adalah kewajiban kolektif
(fardu kifayah) bagi semua Muslim, dengan implikasi jika ketersediaan industri-industri dan
jasa-jasa tersebut tidak mencukupi, maka adalah kewajiban bagi Negara (sebagai
respresentatif dari semua) untuk mengurusnya. Menggambarkan bahwa industri dan
perdagangan adalah kewajiban bersama religius, Al-Ghazali menyatakan: “Apabila industri-
industri dan perdagangan-perdagangan tersebut ditinggalkan begitu saja, perekonomian akan
runtuh dan manusia kana lenyap”.15

Penentuan Harga

Dalam buku Ibn Khaldun, Al-Muqadimah, terutama dalam bab “Harga-harga di kota-
kota” (Price in Towns). Ia membagi barang-barang menjadi dua kategori, yaitu barang pokok
dan mewah. Menurutnya, jika suatu kota berkembang dan jumlah penduduknya semakin
banyak, maka harga barang pokok akan menurun sementara harga barang mewah akan
menaik. Hal ini, disebabkan oleh meningktanya penawaran bahan pangan dan harga pokok
lainnya sebab barang ini sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap orang sehingga
pengadaannya akan diprioritaskan. Sementara itu, harga barang mewah akan naik sejalan
dengan meningkatnya gaya hidup yang mengakibatkan peningkatan permintaan barang
mewah ini.

Ibn Khaldun sebenarnya menjelaskan pengaruh permintaan dan penawaran terhadap


tingkat harga. Secara lebih perinci ia juga menjelaskan pengaruh persaingan di antara para
konsumen dan meningkatkannya biaya-biaya akibat perpajakan dan pungutan-pungutan lain
terhadap tingkat harga.

Dalam buku tersebut, Ibn Khaldun juga mendeskripsikan pengaruh kenaikan dan
penurunan penawaran terhadap tingkat harga. Pengaruh tinggi rendahnya tingkat keuntungan

15
Ibid, hlm. 168
terhadap perilaky pasar, khususnya produsen, juga mendapat perhatian dari Ibn Taimiyah.
Menurutnya, tingkat keuntungan yang terlalu rendah akan membuat lesu perdagangan. Para
pedagang dan produsen lainnya akan kehilangan motivasi bertransaksi. Sebaliknya, jika
tingkat keuntungan terlalu tinggi perdagangan juga akan melemah sebab akan menurunkan
tingkat permintaan konsumen.

Ibn Khaldun sangat menghargai harga yang terjadi dalam pasar bebas, namun ia tidak
mengajukan saran kebijakan pemerintah untuk mengelola harga. Ia lebih banyak
memfokuskan kepada faktor yang mememngaruhi harga. Hal ini tentu saja berbeda dengan
Ibn Taimiyah yang dengan tegas menentang intervensi pemerintah sepanjang pasar berjalan
dengan bebas dan normal.16

KONSEP HARGA DAN SOLUSI TERHADAP KETIDAKSEMPURNAAN


BEKERJANYA PASAR

Mekanisme pasar yang sempurna adalah hasil dari kekuatan yang bersifat massal dan
impersonal, yaitu fenomena alamiah. Pasar yang bersaing secara sempurna dapat
menghasilkan harga yang adil bagi penjual maupun pembeli. Karenanya, harga adil tidak
akan tercapai apabila mekanisme pasarnya terganggu. Jika harga tidak adil, maka pelaku
pasar akan enggan bertransaksi dengan menderita kerugian. Oleh karena itu, Islam sangat
memperhatikan konsep harga yang adil dan mekanisme pasar yang sempurnaa.

Harga yang Adil dalam Islam

Ibn Taimiyah sering menggunakan dua terminology dalam pembahasan harga, yaitu ‘iwad al-
mithl (equivalen compensation/kompensasi yang setara) dan thaman al-mithl (equivalen
price/harga yang setara). Dalam Al-Hisbahnya ia mengatakan “Kompensasi yang setara akan
di ukur dan ditakir oleh hal-hal yang setara, dan itulah esensi keadilan (nafs al-adl). Di mana
pun ia membedakan antara dua jenis harga, yaitu harga yang tidak adil dan terlarang serta
harga yang adil dan disukai. Ia mempertimbangkan harga yang setara ini sebagai harga yang
adil. Dalam Majmu fatawa nya, Ibn Taimiyah mendefinisikan equivalen price sebagai harga
baku di mana penduduk menjual barang-barang mereka dan secara umum diterima sebagai
sesuatu yang setara dengan itu dan untuk barang yang sama pada waktu dan tempat yang
khusus. Sementara dalam Al-Hisbah, ia menjelaskan bahwa equivalen price ini sesuai dengan
keinginan atau lebih persisnya harga yang ditetapkan oleh kekuatan pasar yang berjalan

16
M. Nur Rianto, Euis Amalia, Teori Mikroekonomi, (Jakarta: Kecana, 2010),
seacara bebas kompetitif dan tidak terdistorsi antara penawaran dan permintaan. Ia
mengatakan, “Jika penduduk menjual barangnya dengan cara yang normal tanpa
menggunakan cara-cara yang tidak adil, kemudian harga itu meningkat karena pengaruh
kekurangan persediaan barang itu atau meningkatnya jumlah penduduk (meningkatnya
permintaan), itu semua karena Allah”. Dan dalam kasus seperti itu, memaksa penjual untuk
menjual barangnya pada harga khusus merupakan paksaan yang salah (ikrah bi ghairi haq).17

Dalam bertransaksi secara Islami adanya suatu harga yang adil merupakan pegangan yang
mendasar. Pada prinsipnya bisnis harus dilakukan dengan harga yang adil karena ia
merupakan cerminan dari komitmen syariat Islam terhadap keadilan yang menyeluruh.
Secara umum, harga yang adil ini merupakan harga yang tidak menimbulkan ekspolitasi atau
penindasan (kezaliman) sehingga merugikan salah satu pihak dan menguntukan pihak yang
lain. Harga harus mencerminkan manfaat bagi pembeli dan penjualannya secara adil, yaitu
penjual memperoleh keuntungan yang normal dan pembeli memperoleh manfaat yang setara
dengan harga yang dibayarnya.

Solusi Islam terhadap Ketidaksempurnaan Bekerjanya Pasar

a. Larangan Ikhtikar
Rasulullah SAW telah melarang praktik ikhtikar, yaitu dengan sengaja
menimbun atau menahan barang, terutama pada saat terjadi kelangkaan, dengan
tujuan untuk menaikkan harga di kemudian hari. Praktik ikhtikar akan menyebabkan
mekanisme pasar terganggu, di mana produsen kemudian akan menjual barang
dengan harga yang lebih tinggi dari harga normal. Penjual akan mendapatkan untung
yang besar, sedangkan konsumen akan menderita kerugian. Jadi ikhtikar akan
mengakibatkan masyarakat luas dirugikan oleh kelompok kecil yang lain. Agar harga
kembali pada posisi harga pasar, maka pemerintah dapat melakukan berbagai upaya
untuk menghilangkan penimbunan ini, misalnya dengan penegakan hukum, dan
bahkan juga dengan intervensi harga. Dengan harga yang ditentukan ini maka para
penimbun akan terpaksa menurunkan harganya dan melempar barangnya ke pasar.
Namun, penumpukan pada situasi ketika pasokan melimpah bukanlah
termasuk ke dalam ikhtikar. Misalnya ketika terjadi panen besar, dan segera
menjualnya ketika pasar membutuhkannya. Dalam situasi panen besar seperti ini,
maka bisa dibayangkan ketika tidak ada pihak yang bersedia membeli/menumpuk
17
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2014), hlm. 330-332
hasil panen tersebut, maka harga yang terbentuk di pasar akan semakin melemah. Hal
ini justru merugikan petani yang dalam hal ini merupakan kelompok besar dalam
masyarakat.
b. Membuka Akses Informasi
Beberapa larangan terhadap praktik penipuan (tadlis) pada dasarnya
merupakan upaya untuk menyebarkan keterbukaan informasi sehingga transaksi dapat
dilakukan dengan suka sama suka dan adil. Beberapa larangan ini antara lain: talaqi
rukhban, bay najasyi, dan ghaban faahisy.
Larangan talaqi rukhban, yaitu membeli barang dengan cara mencegat para
penjual di luar kota, pada dasarnya supaya para penjual bisa mengetahui situasi pasar
dengan segala informasi yang ada termasuk harga pasar dan parktik yang terkait
dengan itu. Bay najasyi, yaitu mencakup pengertian kolusi di mana antara penjual satu
dengan lainnya melakukan kerjasama atau kartel untuk menipu konsumen. Selain itu,
dalam transaksi ini si penjual akan menyuruh orang lain untuk memuji barangnya
(agar orang lain tertarik membeli) atau menawar dengan harga tinggi (agar orang lain
juga membeli dengan harga tinggi). Ghaban faahisy, yaitu upaya sengaja untuk
mengaburkan infromasi karena penjual memanfaatkan ketidaktahuan konsumen untuk
mencari keuntungan tinggi.
Dalam Islam, penipuan dan kecurangan terhadap takaran, timbangan, atau
kualitas barang sebagai perbuatan dosa. Kecurangan juga merupakan bentuk
manipulasi dan distorsi informasi sehingga harga yang tercipta tidak adil. Akibat
penipuan, pembeli harus membayar lebih mahal dari yang seharusnya sehingga ia
menderita kerugian.
c. Regulasi Harga
Regulasi harga sebenarnya merupakan hal yang tidak popular dalam khasanah
pemikiran ekonomi Islam, sebuah regulasi harga yang tidak tepat justru dapat
menciptakan ketidakadilan. Regulasi harga diperbolehkan pada kondisi-kondisi
tertentu dengan tetap berpegang pada nilai keadilan. Menurut Mannan (1992, hlm.
218-219), regulasi harga ini harus menunjukkan tiga fungsi dasar, yaitu:
1. Fungsi ekonomi yang berhubungan dengan peningkatan produktivitas dan
peningkatan pendapatan masyarakat miskin melalui alokasi dan relokasi sumber
daya ekonomi;
2. Fungsi sosial dalam memelihara keseimbangan social antara masyarakat kaya dan
miskin;
3. Fungsi moral dalam menegakkan nilai-nilai syariah Islam, khususnya yang
berkaitan dalam transaksi ekonomi (misalnya kejujuran, keadilan, kemanfaatan).18

Pada dasarnya, apabila pasar telah bekerja dengan sempurna, maka tidak ada
alasan untuk mengatur tingkat harga. Dengan adanya penetapan harga justru
memungkinkan akan adanya distorsi harga sehingga akhirnya mengganggu
mekanisme pasar itu sendiri.

Secara umum, jumhur ulama sepakat bahwa penetapan harga adalah kebijakan
yang tidak dianjurkan oleh ajaran Islam jika pasar dalam situasi normal. Satu dari
empat mahzab terkenal, yaitu Hambali, menolak keras kebijakan penetapan harga ini.
Ibn Qudamah (1374 H) mengajukan dua argumentasi mengenai hal ini, yaitu:
Pertama, Rasulullah tidak pernah menetapkan harga walaupun penduduk
menginginkannya. Jika penetapan harga ini dibolehkan, niscaya Rasulullah SAW
akan melaksanakannya; Kedua, menetapkan harga adalah ketidakdilan yang dilarang.

Jenis kebijakan intervensi harga yang dikenal lazim diterapkan dalam


perekonomian konvensional antara lain:

1. Penetapan Harga di atas Harga Pasar


Kebijakan ini menetapkan harga pada suatu tingkat di atas harga pasar. Hal ini
dilakukan biasanya untuk melindungi produsen dari harga yang terlalu rendah
sehingga memperoleh margin keuntungan yang memadai atau bahkan merugi.

KESIMPULAN

Interaksi antara permintaan dan penawaran akan membentuk titik keseimbangan, di


mana titik keseimbangan ini dapat berubah dari sisi permintaan atau penawaran. Pasar sering
kali bekerja tidak sempurna, baik karena adanya penyimpangan terstruktur maupun
penyimpangan tidak terstruktur.

Pasar yang bersaing secara sempurna akan dapat menghasilkan harga yang adil bagi
penjual maupun pembeli. Karenanya, jika mekanisme pasar terganggu, maka harga yang adil
tidak akan tercapai. Demikian pula sebaliknya, harga yang adil akan mendorong para pelaku
pasar untuk bersaing dengan sempurna. Jika harga tidak adil, maka pelaku pasar enggan
untuk bertransaksi atau terpaksa tetap bertransaksi dengan menderita kerugian. Oleh karena

18
Ibid, hlm. 333-335
itu, Islam sangat memperhatikan konsep harga yang adil dan mekanisme pasar yang
sempurna. Dan solusi untuk ketidaksempurnaan pasar, maka Islam melarang ikhtikar,
mendorong akses terbuka terhadap informasi, dan regulasi harga.

Anda mungkin juga menyukai