Anda di halaman 1dari 11

KEGAGALAN PASAR

(MARKET FAILURE)

Kegagalan pasar adalah suatu kondisi dimana pasar mengalami

kegagalan dalam menyediakan kebutuhan pasar secara efisien atau

ketimpangan antara produsen dan konsumen. Dalam hal ini, mekanisme pasar

yang tidak effisien akan menyebabkan kebutuhan pasar yang dihasilkan

menjadi terlalu banyak atau terlalu sedikit. Implikasi ekstrim dari fenomena ini

adalah kolapsnya pasar tersebut sehingga tidak dihasilkannya

lagi komoditas pasar terkait. Kegagalan pasar juga dapat diartikan sebagai

kegagalan dari suatu institusi, yang berkaitan dengan pasar atau

pengaturannya dalam menyokong aktivitas yang diperlukan juga menghentikan

aktivitas yang tidak diperlukan dalam kegiatan pasar. Kegagalan pasar terjadi

ketika mekanisme harga gagal memperhitungkan

keseluruhan harga dan keuntungan yang berkaitan dengan penyediaan

maupun konsumsi dari suatu barang dan jasa. Hal ini kemudian berdampak

pada alokasi atau penggunaan yang tidak effisien. Istilah kegagalan pasar

pertama kali digunakan pada tahun 1958, namun fondasi konseptual dari

kegagalan pasar telah muncul pada abad ke-18.

Kegagalan pasar dapat terjadi karena beberapa faktor misalnya:

praktek monopoli atau oligopoli (kartel), barang publik, eksternalitas, dan

informasi yang tidak lengkap atau asimetris. Selain fakto-faktor tersebut,

aktivitas pasar juga dipengaruhi suatu regulasi atau peraturan, dalam hal ini

yang berkaitan dengan pemerintahan seperti pajak, subsidi, upah minimum,


dan pengaturan harga. Oleh karena itu, kebijakan yang tidak terpikirkan dengan

baik oleh suatu pemerintah juga dapat membuat suatu pasar berjalan tidak

efisien sehingga berujung pada kegagalan.

Tinjauan tentang kegagalan pasar tidak terdapat pada ekonomi klasik, karena

pada ekonomi klasik, suatu pasar diasumsikan memiliki instrumen yang

sempurna dalam mengelola suatu sumber daya kebutuhan produksi.

Namun pada akhirnya akan terlihat fenomena dalam ekonomi, dimana

pengelolaan sumber daya berkaitan dengan produk suatu pasar tidak dapat

dijelaskan dengan baik oleh pemahaman ekonomi klasik, atau terdapat suatu

pasar yang berjalan dengan sangat lambat sementara pasar lain memiliki

kecenderungan perkembangan yang sangat pesat. Ekonomi

neoklasik menyadari hal ini dan kemudian mempelajari ketidakefisienan yang

terjadi di dalam pasar. Kemudian, secara umum menjelaskan bahwasannya,

kegagalan pasar merupakan bentuk dari ketidakmampuan pasar untuk

mengelola sumber dayanya dengan tepat.

Pasar yang gagal adalah pasar yang tidak efisien. Ketidakefisienan

dalam suatu pasar berarti terdapat pengelolaan sumber daya atau distribusi

yang tidak optimum dari aktivitas pasar tersebut. Tentu, secara nyata, tidak

terdapat pasar yang efisien secara sempurna, ketidakefisienan dalam

aplikasinya ditinjau berdasarkan seberapa besar pengaruhnya terhadap suatu

aktivitas pasar tersebut.

Dalam sudut pandang ekonomi, terdapat berbagai konsep tentang

ketidakefisienan yang dapat diterapkan diberbagai kasus, diantaranya :


1. Ketidakefisienan Pareto

Ketidakefisienan Pareto berkaitan dengan suatu konsep efisiensi yang

dicetuskan oleh Vilfredo Pareto seorang ahli ekonomi Italia.

Ketidakefisienan Pareto terjadi jika aktivitas ekonomi tidak berada di bawah

pada kurva kemungkinan produksi. Atau dapat dikatakan, ketidakefisienan

Pareto terjadi saat suatu aktivitas produksi gagal menghasilkan jumlah

output optimum berupa barang dan jasa karena tidak mengeksploitasi

sumber daya dengan maksimum. Pendekatan kegagalan pasar

menggunakan konsep efisiensi Pareto mengabaikan kegagalan pasar yang

diakibatkan faktor ekologi seperti : aktivitas produksi yang menggunakan

sumber daya tidak terbarukan secara berlebih, perubahan ekosistem, atau

berkaitan dengan kemampuan biosfer untuk menyerap limbah dari aktivitas

produksi yang terjadi.

2. Ketidakefisienan Produksi

Dalam suatu produksi terdapat istilah yang dinamakan biaya produksi.

Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh suatu produsen saat

memproduksi suatu barang atau jasa. Pada suatu aktivitas pasar, biaya

produksi memiliki besaran yang bervariasi, bergantung pada metode,

material, atau upah buruh yang digunakan pada produksi tersebut.

Ketidakefisienan produksi terjadi saat produsen tidak menghasilkan suatu

produk dengan biaya produksi per unit produk yang minimum.

Ketidakefisienan ini sangat mungkin terjadi dalam pasar yang memiliki

sedikit kompetisi ; terdapat praktik monopoli atau oligopoli dalam pasar

tersebut.
3. Ketidakefisienan "X"

Ketidakefisienan X awalnya merupakan konsep yang hanya berkaitan

dengan ketidakefisienan pada suatu manajemen, namun secara luas dapat

dikaitkan dengan aktivitas pasar. Ketidakefisienan ini terjadi jika suatu

perusahaan tidak memberikan insentif terhadap suatu aktivitas produksi

saat kuantitas produk yang dihasilkan maksimum dari bahan yang

digunakan. Tidak adanya insentif dari manajemen membuat lesunya

produksi dan meningkatkan harga produksi rata-rata sehingga membuat

pasar tidak berjalan dengan efisien. Ketidakefisienan X berbeda dengan

ketidakefisienan produksi karena ketidakefisienan X berkaitan dengan

insentif yang diberikan manajemen, sementara ketidakefisienan produksi

bergantung terhadap metode dan proses.

4. Ketidakefisienan alokasi

Efektivitas dari suatu pendistribusian barang dan jasa dapat mempengaruhi

effisiensi dari suatu produksi. Ketika konsumen mendapatkan barang atau

jasa yang spesifikasinya sesuai dengan kebutuhan mereka maka dapat

dikatakan pasar tersebut efisien secara alokasi. Pada keadaan ini harga

yang dibayarkan konsumen selalu sesuai dengan biaya marjinal produksi.

Alasannya karena biaya yang dibayarkan konsumen untuk setiap produk

selalu berbanding lurus dengan kepuasan marjinal yang mereka dapatkan.

Efisiensi alokasi dapat ditemukan pada pasar persaingan sempurna,

karena produsen pada pasar ini dianggap tidak memiliki kekuatan secara

ekonomi untuk menaikan harga barang secara sewenang-wenang. Agar

bertahan maka produsen harus memproduksi dan mendistribusikan barang

yang paling dibutuhkan oleh masyarakat untuk menutupi biaya marjinal.


Sebaliknya monopoli dalam suatu pasar dapat membuat pasar tersebut

tidak efisien secara alokasi, praktik monopoli memiliki kekuatan pasar untuk

menaikan harga produk tanpa harus menyesuaikan sifat produk, sehingga

mengurangi kepuasan konsumen.

5. Ketidakefisienan dinamis

Ketidakefisienan dinamis terjadi saat produsen tidak memiliki insentif

terhadap kemajuan teknologi. Ini berkaitan dengan kurangnya inovasi yang

berujung pada peningkatan biaya produksi, penurunan daya saing dan

kualitas produk, serta kurangnya pilihan yang ditawarkan terhadap

konsumen. Terdapat dua cara dimana suatu produsen dapat melakukan

inovasi terhadap produknya:

a. Metode produksi yang baru, seperti mengaplikasikan suatu teknologi

baru pada proses produksi yang ada.

b. Produk baru, dimana produsen membuat suatu produk baru berkaitan

dengan perkembangan pasar dan kebutuhan konsumen.

Pasar yang efisien secara dinamis umumnya menawarkan pilihan dan

kualitas lebih dari suatu produk terhadap konsumen. Ini dikarenakan

inovasi, penelitian dan pengembangan dari suatu aktivitas produksi tidak

hanya berdampak pada efisiensi proses atau penurunan biaya produksi,

namun juga berdampak pada naiknya kualitas barang dan jasa yang

ditawarkan pada konsumen

6. Ketidakefisienan sosial

Ketidakefisienan sosial berkaitan erat dengan eksternalitas negatif dalam

ekonomi. Ketidakefisienan sosial terjadi saat mekanisme harga pasar tidak


memberi perhatian terhadap keseluruhan biaya dan manfaat yang

berkaitan dengan aktivitas ekonomi. Misalkan, suatu mekanisme harga

pasar hanya memberi perhatian terhadap biaya dan keuntungan privat

yang muncul secara langsung dari aktivitas ekonomi seperti produksi dan

konsumsi. Sementara, terdapat biaya lainnya yaitu biaya sosial yang

ditanggung masyarakat dan nantinya dapat mempengaruhi kegiatan

ekonomi seperti contohnya kerusakan lingkungan akibat aktivitas produksi.

Suatu pasar dikatakan efisien secara sosial jika memperhitungkan dan

memiliki kebijakan terhadap biaya sosial yang ditanggung masyarakat.


Beberapa faktor penyebab kegagalan pasar

1. Praktek Monopoli dan oligopoli

Dalam keberlangsungan suatu pasar, aktivitas monopoli sering kali

membuat pasar tidak berjalan dengan efisien. aktivitas monopoli sering

kali berimplikasi pada tindakan penurunan biaya marjinal produksi secara

sewenang-wenang oleh produsen. Ini dilakukan dengan menaikan harga

produk tanpa menambah kepuasan konsumen. Hal ini berkaitan dengan

ketidakefisienan alokasi yang terjadi pada pasar. Praktik monopoli juga

berkaitan dengan ketidakefisienan "X". Tidak ada atau sedikitnya

kompetitor membuat aktivitas monopoli kurang atau bahkan tidak memiliki

insentif produksi untuk membuat ongkos rata-rata produksi menjadi

minimum. Akibatnya, aktivitas monopoli secara produksi menjadi tidak

efisien. Kurangnya intensif juga produksi membuat kuantitas produksi

menjadi tidak berkembang, sehingga dapat berpengaruh pada lebih

sedikitnya pekerja yang dibutuhkan pada produsen dengan kemampuan

monopoli.

Pasar oligopoli sebuah keadaan dimana dalam pasar jumlah perusahaan

yang menguasai pasar lebih dari dua tetapi tidak banyak (2- 10

perusahaan) sehingga tindakan dari pengusaha yang satu akan

mempengaruhi kebijakan dari pengusaha lainnya. Ketika pasar terdiri dari

dua perusahaan maka disebut dengan istilah duopoly. Apabila produk

yang dihasilkan oleh pengusaha oligopoli homogen, maka pasar

dinamakan oligopoli murni (pure oligopoly) dan apabila produk yang

dihasilkan tidak homogen maka dinamakan oligopoli yang dibedakan


(differentiated oligopoly). Akibat dari bebasnya masing-masing pengusaha

di dalam menentukan kebijakan-kebijakannya, terutama kebijakan harga

dan produksi, maka akan menimbulkan perang harga diantara sesama

pengusaha oligopoli tersebut. Akhir dari perang harga ini adalah membuat

kehancuran bagi beberapa pengusaha tertentu. Sampai di mana

kemampuan pengusaha oligopoli di dalam perang harga ini, sangat

tergantung kepada produk yang dihasilkan dan biaya produksinya.

Apabila produk dalam pasar oligopoli adalah homogen (oligopoli murni )

maka tiap-tiap pengusaha hanya akan turut dalam perang harga sampai

batas keuntungan normal. Jika produk yang dihasilkan tidak homogen (

oligopoli yang dibedakan) maka pengusaha akan turut dalam perang

harga.

2. Barang dan layanan publik

Dalam ilmu ekonomi, barang publik merupakan barang-barang yang tidak

dapat dibatasi siapa penggunanya dan sebisa mungkin bahkan diatur

agar seseorang tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mendapatkannya.

Barang publik juga adalah barang yang apabila dikonsumsi atau

dipergunakan oleh suatu individu tidak akan mengurangi konsumsi atau

aspek kegunaan terhadap individu lainnya akan barang tersebut. Dua sifat

ini dinamakan sifat tak-terkecualikan (non-excludeable) dan tak-

tersaingkan (non-rivalrous). Contoh barang publik diantaranya:

penerangan jalan, pelayanan polisi, dan pertahanan nasional. Dalam

kegagalan pasar, barang publik dapat menyebabkan hilangnya suatu

pasar. Barang publik tentu saja memberikan manfaat yang luas terhadap

masyarakat, namun jika ditinjau dari persepektif pasar, barang publik


dapat menyebabkan hilangnya suatu pasar berkaitan dengan barang atau

jasa tersebut. Misalnya tidak akan terdapat perusahan jasa penangkap

pencuri, karena polisi telah menyediakan pelayanan tersebut secara

cuma-cuma, ini merupakan kehilangan dalam pasar; katakanlah suatu

pasar pemberantas kejahatan. Tentu saja hal yang berkaitan dengan

hilangnya suatu pasar tidak selalu memiliki implikasi buruk untuk

masyarakat.

3. Eksternalitas

Eksternalitas merupakan efek samping yang diterima oleh suatu pihak

akibat aktivitas ekonomi tertentu dan efek ini diterima diluar dari kemauan

pihak tersebut dalam melakukan transaksi ekonomi. Efek ini dapat

berdampak positif atau negatif terhadap pihak tersebut. Eksternalitas

negatif contohnya adalah polusi udara akibat kegiatan ekonomi. Contoh

eksternalitas positif adalah vaksinasi, seseorang yang mendapatkan

vaksinasi dari suatu virus mengurangi peluang orang lain disekelilingnya

untuk terjangkit virus tersebut. Eksternalitas negatif tentu saja dapat

membuat pasar menjadi tidak efisien karena menghambat produksi,

menambah biaya marjinal dan membuat ketidakefisienan sosial dalam

pasar. Eksternalitas negatif biasanya terjadi pada suatu aset atau properti

yang di dalamnya tidak terdapat hak milik, seperti udara, lautan, danau,

sungai dan lain sebagainya.

4. Kegagalan informasi

Kegagalan informasi atau sering juga disebut keasimetrisan informasi

berkaitan dengan tidak setaranya informasi yang dimiliki antar pelaku


pasar. Keagagalan informasi secara mendasar dapat terjadi pada dua

kondisi. Kondisi pertama kegagalan informasi terjadi ketika beberapa atau

seluruh pelaku ekonomi tidak memiliki pengetahuan yang sempurna

terhadap aktivitas ekonomi yang dilakukannya. Kedua, kegagalan

informasi terjadi ketika terdapat seorang atau sekelompok pelaku pasar

memiliki pengetahuan lebih dari yang lain terhadap aktivitas ataupun

produk yang beredar dalam pasar. Contoh aktivitas yang berkaitan

dengan kegagalan informasi, misalnya suatu agen properti yang

memanfaatkan ketidaktahuan atau pengetahuan yang sangat sedikit dari

pembeli tentang produk yang ia tawarkan ataupun masalah selanjutnya

yang akan dihadapi. Dapat dikatakan bahwa suatu pasar berjalan secara

optimal jika seluruh pelaku pasar memiliki pengetahuan yang sempurna

terhadap aktivitas dan produk pada pasar tersebut. Sehingga

ketidaklengkapan informasi merupakan masalah dalam ekonomi karena

satu pihak dapat memanfaatkan pihak lainnya akibat kurangnya

pengetahuan.

5. Campur tangan pemerintah

Campur tangan pemerintah dapat mengawasi aktivitas monopoli, memberi

pajak atau menghukum perilaku produsen yang menghasilkan

eksternalitas negatif, menjaga kesetaraan informasi antar pelaku pasar,

menyediakan barang publik dan masih banyak lagi hal lain berkaitan

dengan implikasi positif pada pasar. Namun tidak hanya dampak positif,

campur tangan pemerintah juga dapat menghambat aktivitas pasar,

diantaranya pajak yang terlalu tinggi sehingga membuat produktivitas

lesu, birokrasi yang berbelit, penetapan upah minimum, keputusan pasar


yang diambil secara politis seperti demi mendulang suara pada pemilu,

dan lain-lain.

Kegagalan pasar memberikan sebuah alasan penting kepada pemerintah

untuk melakukan intervensi. Kegagalan pasar tersebar luas di negara-

negara berkembang, sehingga pemerintah harus menghadapi isuisu

ekonomi yang mungkin tidak terlalu penting bagi tugas pemerintah dalam

ekonomi industri negara maju. Beberapa isu-isu ekonomi tersebut

berhubungan langsung dengan inefisiensi pasar, missing market (suatu

kasus dimana pasar yang permintaan terhadap barang ada tetapi

penawaran tidak ada), dan rendahnya tingkat pengembangan

kelembagaan. Beberapa hal seperti pertukaran asing dalam jumlah kecil

dan kemunculan paham ekonomi yang bersifat informal dan tersembunyi

menyebabkan munculnya hambatan serius pada pelaksanaan kebijakan

fiskal di negara berkembang. Sebagai contoh, jika aktivitas ekonomi yang

dihasilkan eksternalitas (efek yang satu agen ekonomi memaksakan yang

lain tanpa persetujuan mereka), sehingga ada perbedaan antara biaya

pribadi dan sosial dan hasil kompetitif tidak efisien, mungkin dirasa perlu

bagi negara untuk campur tangan untuk membatasi inefisiensi yang

dihasilkan. Jika ada kegagalan pasar, pemerintah dapat ikut campur

dalam ekonomi untuk meningkatkan efisiensi. Hal ini juga dapat

menggunakan campur tangan untuk meningkatkan ekuitas, terlepas dari

apakah ekonomi efisien atau tidak. Argumen-argumen membenarkan

intervensi, untuk membenarkan multi level pemerintah kasus ini harus

dibuat tujuan efisiensi dan ekuitas lebih baik dilayani oleh kombinasi dari

pemerintah daerah dan pusat.

Anda mungkin juga menyukai