Anda di halaman 1dari 76

Pengantar Ekonomi Mikro 

1
PENGANTAR ILMU EKONOMI MIKRO
Dosen Pembina : Bayu Pramutoko,SE,MM
ILMU EKONOMI MIKRO

Ilmu ekonomi mikro (sering juga ditulis mikroekonomi) adalah cabang dari ilmu ekonomi
yang mempelajari perilaku konsumen dan perusahaan serta penentuan hargaharga pasar dan
kuantitas faktor input, barang, dan jasa yang diperjualbelikan. Ekonomi mikro meneliti
bagaimana berbagai keputusan dan perilaku tersebut mempengaruhi penawaran dan
permintaan atas barang dan jasa, yang akan menentukan harga; dan bagaimana harga, pada
gilirannya, menentukan penawaran dan permintaan barang dan jasa selanjutnya. Individu yang
melakukan kombinasi konsumsi atau produksi secara optimal, bersama-sama individu lainnya
di pasar, akan membentuk suatu keseimbangan dalam skala makro; dengan asumsi bahwa
semua hal lain tetap sama (ceteris paribus).

Kebalikan dari ekonomi mikro ialah ekonomi makro, yang membahas aktivitas ekonomi
secara keseluruhan, terutama mengenai pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran,
berbagai kebijakan perekonomian yang berhubungan, serta dampak atas beragam tindakan
pemerintah (misalnya perubahan tingkat pajak) terhadap hal-hal tersebut.

Tinjauan umum

Salah satu tujuan ekonomi mikro adalah menganalisa pasar beserta mekanismenya
yang membentuk harga relatif kepada produk dan jasa, dan alokasi dari sumber terbatas
diantara banyak penggunaan alternatif. Ekonomi mikro menganalisa kegagalan pasar,yaitu
ketika pasar gagal dalam memproduksi hasil yang efisien; serta menjelaskan berbagai kondisi
teoritis yang dibutuhkan bagi suatu pasar persaingan sempurna. Bidangbidang penelitian yang
penting dalam ekonomi mikro, meliputi pembahasan mengenai keseimbangan umum (general
equilibrium), keadaan pasar dalam informasi asimetris, pilihan dalam situasi ketidakpastian,
serta berbagai aplikasi ekonomi dari teori permainan. Juga mendapat perhatian ialah
pembahasan mengenai elastisitas produk dalam sistem pasar.

Asumsi dan definisi

Teori penawaran dan permintaan biasanya mengasumsikan bahwa pasar merupakan


pasar persaingan sempurna. Implikasinya ialah terdapat banyak pembeli dan penjual di dalam
pasar, dan tidak satupun diantara mereka memiliki kapasitas untuk mempengaruhi harga
barang dan jasa secara signifikan. Dalam berbagai transaksi di kehidupan nyata, asumsi ini
ternyata gagal, karena beberapa individu (baik pembeli maupun penjual) memiliki kemampuan
untuk mempengaruhi harga. Seringkali, dibutuhkan analisa yang lebih mendalam untuk
memahami persamaan penawaran-permintaan terhadap suatu barang. Bagaimanapun, teori ini
bekerja dengan baik dalam situasi yang sederhana.
Ekonomi arus utama (mainstream economics) tidak berasumsi apriori bahwa pasar lebih
disukai daripada bentuk organisasi sosial lainnya. Bahkan, banyak analisa telah dilakukan untuk
membahas beragam kasus yang disebut “kegagalan pasar”, yang mengarah pada alokasi
sumber daya yang suboptimal, bila ditinjau dari sudut pandang tertentu (contoh sederhananya
ialah jalan tol, yang menguntungkan semua orang untuk digunakan tetapi tidak langsung
menguntungkan mereka untuk membiayainya). Dalam kasus ini, ekonomi akan berusaha untuk
mencari kebijakan yang akan menghindari kesia-siaan langsung di bawah kendali pemerintah,
secara tidak langsung oleh regulasi yang membuat pengguna pasar untuk bertindak sesuai
norma konsisten dengan kesejahteraan optimal, atau dengan membuat “pasar yang hilang”
untuk memungkinkan perdagangan efisien dimana tidak ada yang pernah terjadi sebelumnya.
Hal ini dipelajari di bidang tindakan kolektif. Harus dicatat juga bahwa “kesejahteraan optimal”
biasanya memakai norma Pareto, dimana dalam aplikasi matematisnya efisiensi Kaldor-Hicks,
tidak konsisten dnegan norma utilitarian dalam sisi normatif dari ekonomi yang mempelajari
tindakan kolektif, disebut pilihan masyarakat/publik. Kegagalan pasar dalam ekonomi positif
(ekonomi mikro) dibatasi dalam implikasi tanpa mencampurkan kepercayaan para ekonom dan
teorinya.

Permintaan untuk berbagai komoditas oleh perorangan biasanya disebut sebagai hasil
dari proses maksimalisasi kepuasan. Penafsiran dari hubungan antara harga dan kuantitas
yang diminta dari barang yang diberi, memberi semua barang dan jasa yang lain, pilihan
pengaturan seperti inilah yang akan memberikan kebahagiaan tertinggi bagi para konsumen.

Model operasi

Diasumsikan bahwa semua perusahaan mengikuti pembuatan keputusan rasional, dan


akan memproduksi pada keluaran maksimalisasi keuntungan. Dalam asumsi ini, ada empat
kategori dimana keuntungan perusahaan akan dipertimbangkan:

• Sebuah perusahaan dikatakan membuat sebuah keuntungan ekonomi ketika average total
cost lebih rendah dari setiap produk tambahan pada keluaran maksimalisasi keuntungan.
Keuntungan ekonomi adalah setara dengan kuantitas keluaran dikali dengan perbedaan
antara average total cost dan harga.

• Sebuah perusahaan dikatakan membuat sebuah keuntungan normal ketika keuntungan


ekonominya sama dengan nol. Keadaan ini terjadi ketika average total cost setara dengan
harga pada keluaran maksimalisasi keuntungan.

• Jika harga adalah di antara average total cost dan average variable cost pada keluaran
maksimalisasi keuntungan, maka perusahaan tersebut dalam kondisi kerugian minimal.
Perusahaan ini harusnya masih meneruskan produksi, karena kerugiannya akan makin
membesar jika berhenti produksi. Dengan produksi terus menerus, perusahaan bisa
menaikkan biaya variabel dan akhirnya biaya tetap, tetapi dengan menghentikan semuanya
akan mengakibatkan kehilangan semua biaya tetapnya.

• Jika harga dibawah average variable cost pada maksimalisasi keuntungan, perusahaan harus
melakukan penghentian. Kerugian diminimalisir dengan tidak memproduksi sama sekali,
karena produksi tidak akan menghasilkan keuntungan yang cukup signifikan untuk membiayai
semua biaya tetap dan bagian dari biaya variabel. Dengan tidak berproduksi, kerugian
perusahaan hanya pada biaya tetap. Dengan kehilangan biaya tetapnya, perusahaan
menemui tantangan. Akan keluar dari pasar seutuhnya atau tetap bersaing dengan resiko
kerugian menyeluruh. Kegagalan pasar Dalam ekonomi mikro, istilah “kegagalan pasar” tidak
berarti bahwa sebuah pasar tidak lagi berfungsi. Malahan, sebuah kegagalan pasar adalah
situasi dimana sebuah pasar efisien dalam mengatur produksi atau alokasi barang dan jasa
ke konsumen. Ekonom normalnya memakai istilah ini pada situasi dimana inefisiensi sudah
dramatis, atau ketika disugestikan bahwa institusi non pasar akan memberi hasil yang
diinginkan. Di sisi lain, pada konteks politik, pemegang modal atau saham menggunakan
istilah kegagalan pasar untuk situasi saat pasar dipaksa untuk tidak melayani “kepentingan
publik”, sebuah pernyataan subyektif yang biasanya dibuat dari landasan moral atau sosial.

Empat jenis utama penyebab kegagalan pasar adalah :

• Monopoli atau dalam kasus lain dari penyalahgunaan dari kekuasaan pasar dimana “sebuah”
pembeli atau penjual bisa memberi pengaruh signifikan pada harga atau keluaran.
Penyalahgunaan kekuasaan pasar bisa dikurangi dengan menggunakan undang-undang anti
trust.

• Eksternalitas, dimana terjadi dalam kasus dimana “pasar tidak dibawa kedalam akun dari
akibat aktifitas ekonomi didalam orang luar/asing.” Ada eksternalitas positif dan eksternalitas
negatif. Eksternalitas positif terjadi dalam kasus seperti dimana program kesehatan keluarga
di televisi meningkatkan kesehatan publik. Eksternalitas negatif terjadi ketika proses dalam
perusahaan menimbulkan polusi udara atau saluran air. Eksternalitas negatif bisa dikurangi
dengan regulasi dari pemerintah, pajak, atau subsidi, atau dengan menggunakan hak properti
untuk memaksa perusahaan atau perorangan untuk menerima akibat dari usaha ekonomi
mereka pada taraf yang seharusnya.

• Barang publik seperti pertahanan nasional dan kegiatan dalam kesehatan publik seperti
pembasmian sarang nyamuk. Contohnya, jika membasmi sarang nyamuk diserahkan pada
pasar pribadi, maka jauh lebih sedikit sarang yang mungkin akan dibasmi. Untuk
menyediakan penawaran yang baik dari barang publik, negara biasanya menggunakan pajak-
pajak yang mengharuskan semua penduduk untuk membayar pda barang publik tersebut
(berkaitan dengan pengetahuan kurang dari eksternalitas positif pada pihak
ketiga/kesejahteraan sosial).

• Kasus dimana terdapat informasi asimetris atau ketidak pastian (informasi yang inefisien).
Informasi asimetris terjadi ketika salah satu pihak dari transaksi memiliki informasi yang lebih
banyak dan baik dari pihak yang lain. Biasanya para penjua yang lebih tahu tentang produk
tersebut daripada sang pembeli, tapi ini tidak selalu terjadi dalam kasus ini. Contohnya, para
pelaku bisnis mobil bekas mungkin mengetahui dimana mbil tersebut telah digunakan sebagai
mobil pengantar atau taksi, informasi yang tidak tersedia bagi pembeli. Contoh dimana
pembeli memiliki informasi lebih baik dari penjual merupaka penjualan rumah atau vila, yang
mensyaratkan kesaksian penghuni sebelumnya. Seorang broker real estate membeli rumah
ini mungkin memiliki informasi lebih tentang rumah tersebut dibandingkan anggota keluarga
yang ditinggalkan. Situasi ini dijelaskan pertamakali oleh Kenneth J. Arrow di artikel
seminartentang kesehatan tahun 1963 berjudul “ketidakpastian dan Kesejahteraan Ekonomi
dari Kepedulian Kesehatan,” di dalam American Economic Review. George Akerlof kemudian
menggunakan istilah informasi asimetris pada karyanya ditahun 1970 The Market for Lemons.
Akerlof menyadari bahwa , dalam pasar seperti itu, nilai rata-rata dari komoditas cenderung
menurun, bahkan untuk kualitas yang sangat sempurnakebaikannya, karena para pembelinya
tidak memiliki cara untuk mengetahui apakah produk yang mereka beli akan menjadi sebuah
“lemon” (produk yang menyesatkan).
Biaya peluang

Walaupun biaya peluang (opportunity cost) terkadang sulit untuk dihitung, efek dari
biaya peluang sangatlah universal dan nyata pada tingkat perorangan. Bahkan, prinsip ini dapat
diaplikasikan kepada semua keputusan, dan bukan hanya bidang ekonomi. Sejak
kemunculannya dalam karya seorang ekonom Jerman bernama Freidrich von Wieser, sekarang
biaya peluang dilihat sebagai dasar dari teori nilai marjinal.

Biaya peluang merupakan salah satu cara untuk melakukan perhitungan dari sesuatu
biaya. Bukan saja untuk mengenali dan menambahkan biaya ke proyek, tetapi juga mengenali
cara alternatif lainnya untuk menghabiskan suatu jumlah uang yang sama.

Keuntungan yang akan hilang sebagai akibat dari alternatif terbaik lainnya; adalah merupakan
biaya peluang dari pilihan pertama. Sebuah contoh umum adalah seorang petani yang memilih
mengolah pertaniannya dibandingkan dengan menyewakannya ke tetangga. Maka, biaya
peluangnya adalah keuntungan yang hilang dari menyewakan lahan tersebut. Dalam kasus ini,
sang petani mungkin mengharapkan untuk mendapatkan

keuntungan yang lebih besar dari pekerjaan yang dilakukannya sendiri. Begitu juga dengan
memasuki universitas dan mengabaikan upah yang akan diterima jika memilih menjadi pekerja,
yang dibanding dengan biaya pendidikan, buku, dan barang lain yang diperlukan (sebagai biaya
total dari kehadirannya di universitas). Contoh lainnya ialah biaya peluang dari melancong ke
Bahamas, yang mungkin merupakan uang untuk pembayaran cicilan rumah.

Perlu diingat bahwa biaya peluang bukanlah jumlah dari alternatif yang ada, melainkan
lebih kepada keuntungan dari suatu pilihan alternatif yang terbaik. Biaya peluang yang mungkin
dari keputusan sebuah kota membangun rumah sakit di lahan kosong, merupakan kerugian dari
lahan untuk gelanggang olahraga, atau ketidakmampuan untuk menggunakan lahan menjadi
sebuah tempat parkir, atau uang yang bisa didapat dari menjual lahan tersebut, atau kerugian
dari penggunaan-pengguaan lainnya yang beragam – tapi bukan merupakan agregat dari
semuanya (ditotalkan). Biaya peluang yang sebenarnya, merupakan keuntungan yang akan
hilang dalam jumlah terbesar diantara alternatif-alternatif yang telah disebutkan tadi.

Satu pertanyaan yang muncul dari ini ialah bagaimana menghitung keuntungan dari
alternatif yang tidak sama. Kita harus menentukan sebuah nilai uang yang dihubungkan dengan
tiap alternatif untuk memfasilitasi pembandingan dan penghitungan biaya peluang, yang
hasilnya lebih-kurang akan menyulitkan untuk dihitung, tergantung dari benda yang akan kita
bandingkan. Contohnya, untuk keputusan-keputusan yang melibatkan dampak lingkungan, nilai
uangnya sangat sulit untuk dihitung karena ketidakpastian ilmiah. Menilai kehidupan seorang
manusia atau dampak ekonomi dari tumpahnya minyak di Alaska, akan melibatkan banyak
pilihan subyektif dengan implikasi etisnya.

Penerapan ekonomi mikro

Ekonomi mikro yang diterapkan termasuk area besar belajar, banyak diantaranya
menggambarkan metode dari yang lainnya. Regulasi dan organisasi industri mempelajari topik
seperti masuk dan keluar dari firma, inovasi, aturan merek dagang.Hukum dan Ekonomi
menerapkan prinsip ekonomi mikro ke pemilihan dan penguatan dari berkompetisi dengan
rezim legal dan efisiensi relatifnya. Ekonomi Perburuhan mempelajari upah, kepegawaian, dan
dinamika pasar buruh. Finansial publik (juga dikenal dengan ekonomi publik) mempelajari
rancangan dari pajak pemerintah dan kebijakan pengeluaran dan efek ekonomi dari kebijakan-
kebijakan tersebut (contohnya, program asuransi sosial). Ekonomi kesehatan mempelajari
organisasi dari sistem kesehatan, termasuk peran dari pegawai kesehatan dan program
asuransi kesehatan.

Politik ekonomi mempelajari peran dari institusi politik dalam menentukan keluarnya
sebuah kebijakan. Ekonomi kependudukan, yang mempelajari tantangan yang dihadapi oleh
kota-kota, seperti gepeng, polusi air dan udara, kemacetan lalu-lintas, dan kemiskinan,
digambarkan dalam geografi kependudukan dan sosiologi. Finansial Ekonomi mempelajari topik
seperti struktur dari portofolio yang optimal, rasio dari pengembalian ke modal, analisa
ekonometri dari keamanan pengembalian, dan kebiasaan

finansial korporat. Bidang Sejarah ekonomi mempelajari evolusi dari ekonomi dan institusi
ekonomi, menggunakan metode dan teknik dari bidang ekonomi, sejarah, geografi, sosiologi,
psikologi dan ilmu politik.

Mekanisme harga dan Sistem Pasar

Semua anggota Masyarakat terlibat dalam dua sektor yaitu :

1. Sektor proses produksi

2. Sektor rumah tangga.

Transaksi antara kedua sektor tersebut terjadi di dua pasar :

1. Pasar hasil produksi (atau pasar output)

Di pasar output produsen bertemu konsumen dan harga dari berbagai macam barang
ditentukan. Gerak harga-harga output ini memecahkan masalah WHAT.

2. Pasar faktor produksi (atau pasar input).

Di pasar input, sektor produksi berperan sebagai “konsumen” faktor produksi dan sektor
rumah tangga sebagai “penjual” faktor produksi (karena semua penduduk tinggal di sektor
rumah tangga, maka semua pemilik faktor produksi ada di sana). Harga berbagai faktor
produksi ditentukan di pasar ini. Gerak harga faktor produksi mempunyai dua fungsi:

a. Memberi petunjuk kepada produsen bagaimana mengkombinasikan faktor-faktor


produksiagar biaya produksiserendah mungkin (masalah HOW).

b.Menunjukkan beberapa imbalan (per unit faktor produksi) yang diberikan kepada
para pemilik faktor produksi (masalah FOR WHOM).

Perlu diperhatikan serta diingat di sini , adalah :

1.Bahwa mekanisme harga bisa memecahkan semua itu secara otomatis. Tidak ada
perencanaan lebih dulu.
2.Masing-masing warga masyarakat bertindak sendiri-sendiri, tetapi hasil akhir dari
semua tindakan-tindakan yang tidak terkoordinir itu akan membuat semrawutnya
harga di pasaran.

Pemecahan tiga masalah ekonomi pokok dari masyarakat adalah adanya mekanisme
pasar. Karena :

1.mekanisme ini bisa memecahkan ketiga masalah ekonomi pokok yang dihadapi
masyarakat dengan biaya yang sangat murah.

2.Tidak perlu masyarakat menggaji birokrat-birokrat untuk menghitung dan


merencanakan berapa masing-masing barang yang harus diproduksikan, bagaimana
dan untuk siapa.

Pada masyarakat industri modern, proses produksi selalu dilakukan dengan


menggunakan alat-alat, mesin dan barang-barang modal. Akibat tersebut menimbulkan :

1.Penggunaan Barang-barang modal dalam proses produksi menaikkan produktivitas.

2.Semakin banyak barang-barang modal yang digunakan maka akan semakin tinggi
produktivitas masyarakat tersebut.

3.Barang-barang modal dalam masyarakat akan semakin banyak bila masyarakat


tersebut tidak memakai habis (atau tidak mengkonsumsi seluruh) barang-barang
hasil produksi yang dihasilkan tiap tahun.

4.Setiapaktivitas Produksi setiap tahunnya harus diarahkan pada produksi barang-


barang modal;

5.Barang-barang ini disisihkan untuk ditambahkan pada stok barang-barang modal


yang telah ada di dalam masyarakan atau di investasikan.

Mekanisme harga juga mampu memecahkan masalah penentuan berapa bagian dari
hasil produksi total yang dikonsumsikan. Masalah ini dipecahkan melalui gerakan harga faktor
produksi modal (kapital), yaitu tingkat bunga.

1.Bila tingkat bunga naik maka warga masyarakat akan bersediamenyisihkan lebih
banyak dari penghasilannya untuk dipinjamkan (Ditabung di bank) kepada produsen-
produksen ( Kredit ke bank) untuk memperluas pabrik-pabriknya, yaitu dengan
penambahan barang-barang modal investasinya, karena mendapat imbalan berupa
bunga yang lebih tinggi.

2.Sebaliknya bila tingkat bunga menurun maka warga masyarakat akan membelanjakan
penghasilannya sebagai barang produktif, diperjual belikan.

Keberadaan tingkat bunga akan menentukan berapa besar konsumsi dan seberapa
besarnya investasi.

karena besarnya investasimenentukan besarnya kenaikan produktivitas.


Kenaikan produktivitas; menentukan besarnya kenaikan prosuksi ini berarti
meningkatkan produksi masyarakat yang menimbulkan kenaikan penghasilan
masyarakat.

#Maka tingkat bunga menentukan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Sehingga bisa


dikatakan bahwa mekanisme harga memecahkan masalah ekonomi pokok yang
keempat yaitu seberapa cepat perekonomian akan tumbuh atau masalah HOW
FAST

PERENCANAAN DAN MEKANISME HARGA

Mekanisme harga dikatakan mampu memecahkan semua permasalahan ekonomi.


Namun untuk masalah-masalah ekonomi penting tertentu, Mekanisme harga tidak bisa
memecahkan permasalahan dengan baik. Masalah-masalah Ekonomi lainya di mana
mekanisme harga tidak memecahkan masalah ekonomi dengan baik yaitu :

a.Distribusi pendapatan.

Mekanisme harga tidak selalu bisa menjamin dipecahkannya masalah FOR WHOM
secara “adil”.

b.Ketidaksempurnaan pasar

Apabila terdapat perbedaan yang menyolok dalam hal kekuatan ekonomi antara
pihak-pihak yang bertransaksi di pasar, maka harga yang terbentuk tidak
mencerminkan prioritas masyarakat secara wajar, sehingga masalah WHAT dan
HOW tidak bisa dipecahkan dengan baik.

c.Barang-barang kolektif

Ada barang-barang yang hanya bisa disediakan secara kolektif oleh masyarakat
(misalnya : keamanan, ketertiban hukum, beberapa macam infrastruktur dan
sebagainya). Harga pasar bagi barang-barang semacam ini tidak ada, atau kalaupun
ada tidak mencerminkan kebutuhan masyarakat yang sebenarnya. Lagi, masalah
WHAT untuk barang-barang ini tidak bisa dipecahkan dengan baik oleh mekanisme
harga.

d.Eksternalitas

Mekanisme pasar tidak bisa memperhitungkan pengaruh-pengaruh tidak langsung


dari kegiatan ekonomi ( misalnya, pengaruh suatu pabrik terhadap lingkungan ).

e.Pengelolaan perekonomian secara makro

Dalam perekonomian Makro Mekanisme pasar tidak bisa diandalkan untuk


menstabilkan gejolak naik turunnya kegiatan ekonomi nasional secara total.

Pada kelima bidang masalah ekonomi ini, mekanisme harga tidak bisa diharapkan
menyelesaikan permasalahan ekonomi secara otomatis dengan baik, Di sini perlu tindakan-
tindakan yang dirumuskan dan dijalankan secara sadar oleh masyarakat (Negara). Tindakan-
tindakan ini disebut perencanaan dalam arti luas. Di luar bidang-bidang ini mekanisme masih
efektif.. Dalam kenyataan mekanisme harga dan perencanaan digunakan bersama-sama,
karena keduanya saling melengkapi. tentunya Dengan “porsi” yang berbeda-beda bagi masing-
masing negara dan bagi waktu yang berbeda).

PERMINTAAN PASARdan PERILAKU KONSUMEN

Sector rumah tangga sebagai konsumen di pasar output. Akan berakibat :

1.Perilaku konsumen dalam memutuskan berapa jumlah masing-masing barang yang


akan dibeli dalam berbagai situasi.

2.Konsumen-konsumen secara bersama-sama menimbulkan permintaan di pasar.

PENDEKATAN – PENDEKATAN DALAM PERILAKU KONSUMEN

Hukum Permintaan, yang mengatakan bahwa “bilasesuatu barang naik maka ceteris paribus
jumlah yang diminta konsumen akan barang tersebut turun”. Dan sebaliknya bila harga barang
tersebut turun. Ceteris paribus berarti bahwa semua faktor-faktor lain yang mempengaruhi
jumlah yang diminta dianggap tidak berubah.

Pendekatanyang dinyatakan oleh Hukum Permintaan :

1. Pendekatan marginal utility,yang bertitik tolak pada anggapan bahwa kepuasan(atau


utility) setiap konsumen bisa diukurdengan uang atau dengan satuan lain (utility yang
ber-sifat “cardinal”) seperti kita mengukur volume air, panjang jalan atau berat dari
sekarung beras.
2. Pendekatan indifference curve, yang tidak memerlukan adanya anggapan bahwa
kepuasan konsumen bisa diukur; anggapan yang diperlukan adalah bahwa tingkat
kepuasan konsumen bisa dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah tanpa me-ngatakan
berapa lebih tinggi atau lebih rendah.

PENDEKATAN MARGINAL UTILITY

Perilaku konsumen bisa diterangkan dengan menggunakan pendekatan marginal utility


sebagai berikut:

(a)Utility bisa diukur dengan uang, dan

(b)Hukum Gossen (law of diminishing marginal utility) berlaku, yaitu bahwa semakin
banyak sesuatu barang dikonsumsikan, maka tambahan kepuasan (marginal utility)
yang diperoleh dari setiap satuan tambahan yang dikonsumsikan akan menurun, dan

(c)Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan total yang maksimum.

Perhatikan perbedaan antara kepuasan total (total utility) dan kepuasan marjinal
(marginal utility).
Pada Gambar1 marginal utility diatas :

1.Dari konsumsi suatu barang X , Semakin banyak barang X yang dikonsumsikan,


semakin kecil marginal utility yang diperoleh dari barang X yang terakhir
dikonsumsikan [anggapan (b) di atas].

2.Bila harga barang X adalah OPx, maka pada tingkat konsumsi yang lebihrendah dari
0X 3, tingkat kepuasan total (total utility) konsumen belum mencapai maksimum.
Misalnya pada tingkat konsumsi OX1, maka setiap tambahan pembelian 1 (satu) unit
X akan memberikan tambahan kepuasan (yang dinilai dengan uang) sebesar X1 B
sedangkan pengorbanan (berupa pembayaran harga) untuk 1 unit tersebut adalah
hanya X1 A ( = OPx).

Jadi ada tambahan kepuasan netto sebesar AB bila konsumen membeli lebih
banyak X. Oleh sebab itu masih menguntungkan baginya apabila ia menambah
pembelian barang X.

3.Sebaliknya, pada tingkat konsumsi lebih besar dari OX 3 maka kepuasan total
konsumen juga tidak maksimum. Misalnya pada imgkat konsumsi OX2, maka
tambahan kepuasan yang diperoleh dari pembelian 1 (satu) unit terakhir dari barang
X hanya sebesar X2E, sedangkan pengorbanan konsumen adalah sebesar X2D (=
OPx); jadi

4.Akan menambah kepuasan total konsumen bila ia mengurangi tingkat konsumsi


(pembeliannya). Konsumen akan mencapai kepuasan total yangmaksimum pada
tingkat konsumsi (pembelian) di mana pengorbanan untuk pembelian unit terakhir dari
barang tersebut (yang tidak lain adalah harga unit terakhir tersebut) adalah sama
dengan kepuasan tambahan yang didapatkan dari unit terakhir tersebut.

Kepuasan total maksimum tercapai bila :

Penjelasannya :

1.Bila seandainya harga barang X naik dari OPx menjadi OPx, maka untuk mencapai
posisi kepuasan total yang maksimum (atau sering disebut posisi equilibrium
konsumen), konsumen akan me-milih tingkat konsumsi (pembelian) sebesar OX4
(yang lebih kecil dari OX3). Jadi perilaku konsumen yang dinyatakan oleh Hukum
Permintaan terbukti.

2.Perhatikan bahwa dengan pendekatan marginal utility ini, kurva Marginal Utility (yang
diukur dengan uang) tidak lain adalah kurva permintaan konsumen, karena
menunjukkan tingkat pembeliannya (atau jumlah yang ia minta) pada berbagai
tingkat harga.

Untuk kasus di mana konsumen menghadapi beberapa macam barang yang


dibeli, maka posisi equilibrium konsumen adalah :

1.Syarat ini bisa dicapai dengan anggapan bahwa konsumen mempunyai uang (atau
penghasilan atau “budget” yang cukup untuk dibelanjakan untuk setiap barang
sampai marginal utility setiap barang sama dengan harga masing-masing barang.

2.Bila kita menganggap suatu kasus yang lebih realistis di mana konsumen hanya
mempunyai sejumlah uang yang tertentu yang tidak cukup untuk membeli barang-
barang sampai pada tingkat MU = P untuk setiap barang, maka bisa dibuktikan
bahwa dengan uang yang ter-batas tersebut ia bisa mencapai kepuasan total yang
paling tinggi bila ia mengalokasikan pembelanjaannya sehingga dipenuhi
persyaratan tersebut :

Syarat ini disebut equilibrium konsumen dengan constraint. (Yaitu dengan pembatasan
jumlah uang yang dipunyai).

Dalam kasus banyak barang ini pun kita bisa menunjukkan bahwa Hukum
Permintaan berlaku bagi masing-masing barang (X, Y,Z dan seterusnya).

PENDEKATAN INDIFFERENCE CURVE

Perilaku konsumen bisa pula diterangkan dengan pendekatan Indifference curve


sebagai berikut:

(a)konsumen mempunyai pola preferensi akan baarang-barang konsumsi (misalnya X


dan Y) yang bisa dinyatakan dalam bentuk indifference map atau kumpulan dari
indifference curve,

(b)konsumen mempunyai sejumlah uang tertentu dan


(c)konsumen lelaluberusaha mencapaikepuasan maksimum.

Definisi: Indifference curve adalah konsumsi (atau pembelian) barang-barang yang


menghasilkan tingkat kepuasanyang sama.

Asumsi: Indifference curve :

a.turun dari kiri atas ke kanan bawah,

b.cembung ke arah origin,

c.tidak saling memotong,

d.yang terletak di sebelah kanan atas menunjukkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi
( tanpa perlu menunjukkan berapa lebih tinggi, yaitu asumsi ordinal ulility)

Gambar

Perliatikan Gambar .2. di atas. Dengan sejumlah uang ter-tentu (M) konsumen bisa
membelikannya semua untuk barang X

memperoleh sebanyak :M/Px ataumembelikannyasemua untuk barang Y dan memperoleh


M/Pyatau membelanjakan jumlah uang M tersebut untuk berbagai kemungkinan kombinasi X
dan Y seperti yang ditunjukkan oleh garis lurus yang menghubungkan M/Pxdan M/Py

Garis ini disebut garis budget atau budget line. Tingkat kepuasan yang maksimum
dicapai bila konsumen membelanjakan M untuk membeli sebanyak OY 1 barang Y dan OX 1
barang X, yaitu pada posisi persinggungan antara budget line dengan indifference curve.

(Posisi ini menunjukkan posisi kepuasan yang maksimum atau posisi equilibrium konsumen
dengan constraint (M) karena I 1 adalah Indifference curve yang tertinggi yang bisa dicapai oleh
budget line tersebut; posisi selain A hanya bisa mencapai indifference curve yang lebih rendah
dari I 1).
bila harga X turun dari Px menjadi P’x dan harga Y tetap. Maka budget line akan
berayun ke kanan menjadi garisM/Py <-> M/PxPosisi equilibrium yang baru adalah pada C.

Jadi dengan adanya penurunan harga barang X, maka jumlah barang X yniig diminta
naik dari OX 1 menjadi OX 3. Perilaku konsumen

Menurut Hukum Permintaan terbukti.

Keunggulan pendekatan Indifference Curve dibanding dengan pendekatan Marginal Utility,


adalah :

(a) tidak perlunya menganggap Bahwa utility konsumen bersifat cardinal,

(b) efek perubahan harga terhadap jumlah yang diminta bisa dipecah lebih lanjut
menjadi dua, yaitu efek substitusi atau substitution effect dan efek pendapatan atau income
effect. Dari gambar di atas, efek total dari penurunan harga :

barang X dari Px menjadi P’x dapat dipecah menjadi X1 X2 = substitution effect dan X2
X3 = income effect.

Substitution effect didalam contoh ini adalah kenaikan konsumsi X karena adanya
substitusi Y dengan X, karena sekarang harga X relatif menjadi lebih rendah
dibanding harga Y.

Income effect adalah kenaikan X, yang (disebabkan oleh kenaikan income riil karena
turunnya harga X; yaitu nilai M secara riil naik karena Px turun.

Contoh : Apabila dengan gajiDoni Rp 100.000,00, maka doni sekarang bisa membeli
500 kg beras sedang sebelumnya hanya 400 kg beras, karena harga beras turun dari Rp
500,00 menjadi Rp 400,00 per kg, maka daya beli Doni meningkat, atau income riil Doni
meningkat, meskipun M Doni tetap Rp 100.000,00).

Keunggulan lain dari pendekatan indifference curve adalah bisa ditunjukkannya


beberapa faktor lain yang sangat penting yang mempengaruhi permintaan konsumen akan
sesuatu barang. Faktor-faktor ini (yang di dalam Hukum Permintaan dianggap tidak berubah,
atau ceteris paribus) adalah :

a.Penghasilan atau income riilkonsumen. Kenaikan income riil konsumen, yang dicerminkan
oleh kenaikan M bila harga-harga barang dianggap tetap, biasanya menaikkan permintaan
konsumen. Keadaan seperti ini berlaku bagi barang-barang pada umumnya, atau barang
“normal”. Pengecualian terjadi untuk barang-barang “inferior”, di mana kenaikan income riil
menurunkan permintaan akan barang tersebut (income effect negatif). Contoh barang
inferior adalah gaplek dari rumah tangga-rumah tangga di kota-kota. Barang inferior tidak
banyak jumlahnya. Kebanyakan barang yang kita beli adalah barang normal. Gambar
berikut menggambarkan pengaruh perubahan income terhadap jumlah barang yang
diminta.

06
b. Perubahan harga barang lain. Perubahan harga barang yang mempunyai “hubungan” ekat
dengan suatu barang bisa pula mempengaruhi permintaan akan barang tersebut.
Perubahan liarga Y bisa mempengaruhi permintaan akan barang X. Gambar 111.4. berikut
enunjukkan dua pengaruh yang berbeda dari perubahan harga Y terhadap jumlah barang X
yang diminta.

07

c. Selera konsumen. Perubahan selera konsumen bisa ditunjuk-k;in oleh perubahan bentuk
atau posisi dari indifference map. I anpa ada perubahan harga barang-barang maupun
income, permintaan akan sesuatu barang bisa berubah karena perubahan selera.

Permintaan (demand function) adalah : Jumlah suatu barang yang mau dan dapat dibeli
oleh konsumen pada pelbagai kemungkinan harga, dalam jangka waktu tertentu dengan
anggapan hal-hal lain akan tetap sama ( Cateris Paribus)

Penawaran adalah : Jumlah dari suatu barang tertentu yang mau dijual pada pelbagai
kemungkinan harga, dalam jangka waktu (cateris paribus)

Hukum Permintaan

Kurve permintaan untuk pelbagai macam barang dan jasa tidak semuanya tepat sama. Bahkan
kurve permintaan akan barang yang sama pun dapat berbeda menurut tempat dan waktu yang
berbeda. Tetapi semua kurve permintaan menunjukkan satu ciri yang sama, yaitu arahnya yang
turun dan kiri-atas ke kanan-bawah (downward sloping to the right). Bentuk kurve mi
menunjukkan bahwa antara HARGA (P) dan JUMLAH YANG MAU DIBELT (Qd) terdapat suatu
hubungan yang berbalikan:

-Kalau harga naik, jumlah yang mau dibeli berkurang

-Kalau harga turun, jumlah yang mau dibeli bertambah

Gejala mi dikenal dengan nama Hukum Permintaan, yang dapat dirumuskan sbb.:
Orang cenderung membeli lebih banyakpada harga rendah daripadapada harga tinggi. Disehut
“hukum” karena merupakan gejala umum yang sulit dicari perkecualiannya.

Hal ini terjadi karenaHukum permintaan menunjuk pada fakta bahwa, kalau harga suatu
barang/jasa naik, jumlah yang akan dibeli cenderung menjadi Iebih sedikit, sedang kalau
harganya turun, jumlah yang mau dibeli oleh masyarakat akan lebih banyak. Sekarang kita her-
tanya: mengapa terjadi demikian? Apa sebabnyajumlah yang mau dibeli berkurang bila harga
barang itu naik, dan bertambah bila harganya turun? Pada dasarnya ada tiga alasan yang dapat
menjelaskan gejala tsb.:

I. Pengaruh penghasilan (Income effect)

Kalau harga suatu barang naik, maka denganjumlah penghasilan uang yang sama
orang terpaksa hanya dapat membeli barang lebih sedikit. Sebaliknyajika harga barang tu turun,
dengan penghasilan yang sama orang dapat membeli lebih banyak dan barang ybs., (dan
mungkinjuga dan barang-barang lain pula), sebab penghasilan realnya naik.
Misalnya datam contoh di atas: pada harga beras Rp 400-/kg, keluarga ybs. dapat
membeli 50kg beras perbulan. Tetapi kalau harga beras naik menjadi Rp 500, 1kg,
denganjumlah uang yang sama rncrcka hanya dapat membeli 40 kg beras per bulan.

Hal yang sama berlaku tidak hanya untuk permintaan individual tetapi juga untuk
permintaan pasar. Kalau harga suatu barang naik (ceteris paribus), Iebih sedikit warga
masyarakat yang mampu membelinya dengan penghasilan mereka. Sebaliknya jika harga
barang tertentu turun (ceteris paribus), semakin banyak orang yang dulu tidak mampu
membelinya sekarang akan dapat menjangkaunya, sehingga jumlah pembeli bertambah
banyak. Hal mi disebut “income effect’:

2. Pengarub substitusi (Substitution effect)

Jika harga suatu barang naik, orang akan mencari barang lain yang fungsinya sama
tetapi harganya lebih murah. Penggantian mi dengan istilah teknis disebut substitusi. Maka
gejala mi disebut “substitution effect”.

3. Penghargaan subyektif (Marginal Utility)

Andaikan seseorang hanya mernpunyai satu pasang sepatu saja. Maka ia akan menilai
sepatunya itu lebih tinggi daripada scandainya ia mempunyai sepuluh pasang. Kalau sepatunya
itu rusak ia akan bersedia mengeluarkan uang untuk membeli sepasang sepatu yang barn,
walau harganya mahal. Sebaliknya kalau orang mempunyai sepuluh pasang sepatu, ia tidak
akan merasa kerugian besar kalau kehilangan satu pasang sepatu, dan ia tidak begitu bersedia
mengeluarkan uang untuk membeli sepatu lebih banyak lagi. Jadi makin banyak dan satu
macam barang tertentu yang telah dimiliki, makin rendah penghargaan kita terhadap barang itu.

Tinggi-rendahnya harga yang bersedia dibayar oleh konsumen untuk barang tertentu
mencerminkan kegunaan atau kepuasan (Marginal) yang diperolehnya dan konsumsi barang
tsb. Gejala mi dikenal dengan nama Hukum Semakin Berkurangnya Tambahan Kepuasan (Law
of Diminishing Marginal Utility — LDMU), atau Hukum Gossen ke-I.

> Persamaan fungsi permintaan

Antara HARGA (P) suatu barang dan JUMLAH yang mau dibeli (Qd) ternyata ada
hubungan fungsional yang kurang-lebih tetap. Dikatakan jumlah yang mau dibeli merupakan
fungsi dan harga. artinya: besar-kecilnya Qd tergantung dan tinggi-rendahnya P. Hubungan
tersebut secara matematik dapat dinyatakan dalam bentuk sebuah persamaan, yang bila
dilukiskan dalam grafik menjadi kurve permintaan.

Kehanyakan kurve perrnintaan berbentuk garis melengkung yang menyerupai hentuk hiperbola.
BeHtuk umurn persamaan hiperbola adalah:

y=—+ b

x
Tetapi untuk rnenyederhanakan, garis rnelengkung di daerah yang penting dapat “didekati”
dengan garis lurus. Bentuk umum persamaan garis lurus adalah:

y = mx + b

dimana untuk kurve perrnintaan koefisien arahnya (rn = gradien) bertanda negatif.

Sebagai contoh. dalam Gambar 1.3 dilukiskan dua bentuk kurve permintaan, yaitu:

D : P = 200 — 2,5 Q (garis lurus)

D: P= 200 + 50 (garis melengkung)

Dalam kenyataannya tidaklah mudah untuk memastikan bentuk dan letak kurve
permintaan akan suatu barang. Bagairnana tepatnya kurve perrnintaan dan persamaannya
hanya dapat dipastikan atas dasarpenelitian pasar dengan bantuan Statistika. Dan hcrbagai
tempat dan pada pelbagai waktu harus dikumpulkan informasi herapajumlah dan barang
tertentu yang mau dibeli oleh masyarakat pada pelbagai tingkat harga. Informasi yang diperoleh
belum tentu menghasilkan sebuah kurve permintaan yang “bagus” seperti dalam contoh di atas.
Tetapi dengan bantuan matematika dapat dihitung garis rata-rata (garis regresi, dan diagram
tebar) yang dapat “mendekati” (mencerminkan) keadaan nyata.

08

1.2. PERUBAHAN DALAM PERMINTAAN

Inti dan pengertian permintaan yang dibicarakan sarnpai sekarang adalah hubungan
antara HARGA suatu barang/jasa dan JUMLAH YANG DIMINTA j ika P naik, Qd herkurang;
sebaliknyajika P turun, Q1 akan bertambah: Q, herubuh sebagaiAKlBATa’ari perubahan P.
Dalam kurve permintaan hubungan tsb. kelihatan dan arah kurve yang turun ke kanan-bawah:
jika harga barang turun, akibatnyajumlah yang mau dibeli bertambah, dan kita berjalan dan titik
yang satu ke titik yang lain pada kurvc permintaan yang sama seperti telah digambarkan itu.

Tetapi kenyataannya dapat teijadi bahwa ada perubahan dalam jumlah yang diminta tanpa ada
perubahan harga. Mungkin juga ada perubahan harga, tetapi tidak diikuti oleh perubahan dalam
jumlah yang mau dibeli. Dalam hal mi kombinasi dan P dan Q semula ternyata sudah tidak
berlaku dan dikatakan ada perubahan dalarn permintaan (change in Demand). Bagaimana hal
itu dapat terjadi?

Ceteris Paribus

Daftar permintaan akan barang tertentu, dan kurve permintaan yang dibuat atas dasar daftar
tsb. selalu disusun dengan anggapan ‘ceteris paribus’. Maksudnya ialah:

dan berbagai faktor yang inungkin dapat mempengaruhi permintaan masyarakat akan suatu
barang, kita hanya memperhatikan huhungan antara jumlah yang diminta dan harga barang
ybs. Semua faktor lain yang mungkin ikut mempengaruhi jumlah yang mau dibeli itu untuk
sementara waktu tidak diperhatikan dulu, atau dianggap konstan, tidak berubah.

Apa yang dianggap sama?

Faktor-faktor lain (selain harga barang ybs.) yang ikut mempengaruhi permintaan
masyarakat akan suatu barang, (tetapi tidaklbelum diperhatikan karena dianggap sama atau
tidak berpengaruh) adalah:

1. Jumlah pembeli/konsumen

2. Besarnya penghasilan yang tersedia untuk dibelanjakan

3. Harga barang-barang lain

4. Pengaruh musim, mode, selera, kebiasaan, perubahan jaman, pengaruh lingkungan

5. Harapan atau pandangan orang tentang masa depan.

Dalam kenyataan jelas hal-hal tsh. tidak selalu sama atau konstan. Maka apa yang terjadi jika
satu atau lebih dan faktor-faktor tsb. berubah?

Jika ada perubahan dalam salah satu atau lebih dan faktor tsb., maka seluruh permintaan, yaitu
kombinasi dan [harga sekian; jumlah yang mau dibeli sekian] akan berubah juga. Jika
digambarkan dalam grafik, seluruh kurve permintaan akan bergeser menjadi kurve permintaan
yang baru, yang berbeda dan yang semula.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan:

1. Jumlah pembeli: jika jumlah pembeli suatu barang tertentu bertambah, maka pada harga
yang sama jumlah yang man diheli hcrtamhah hanyak juga. dan kurve permintaan akan
bergeser ke kanan. Hal mi dapat terjadi misalnya karena pertambahan penduduk, perbaikan
transport sehingga barang tertentu dapat terjual di daerah lain pula, berhasilnya usaha
promosi/perikianan, dsb. Misalnya pada awal tahun pelajaran baru permintaan akan alat-alat
tulis tentu bertambah.

2. Besar penghasilan yang tersedia untuk dibelanjakan jelas berpcngaruh sekali terhadap
permintaan. Dan penghasilan yang lebih tinggi orang akan dapat membeli lebih banyak dan
segala macam barang dan jasa.

Dalam hal mi hanya ada satu perkecualian, yaitu yang disebut inferior goods (atau juga
disebut “Giffen goods”), yaitu barang-barang yang permintaannyajustru berkurang bila
penghasilan konsumen naik. Misalnya orang miskin, yang terpaksa hanya makan gaplek atau
jagung, dengan naiknya penghasilan akan menggantikan gaplek dengan nasi, sehingga
permintaan akan gaplek/jagung berkurang. Semua barang lain disebut ‘normal goods’ artinya
barang yang pemiintaannya naik apabila pendapatan konsumen naik.
Pengaruh perubahan penghasilan terhadap permintaan akan suatu barang dapat diukur
dan diperhitungkan, dengan jalan membandingkan persentase kenaikan jumlah yang diminta
dengan persentase kenaikan penghasilan konsumen. mi disebut elastisitas pendapatan.

3. Harga barang-barang lain ikut mempengaruhi permintaan. Apakah kenaikan harga barang
lain itu memperbesar atau justru memperkecil perrnintaan masyarakat akan suatu barang
tertentu itu tergantung apakah barang lain itu barang pelengkap (= komplementer), barang
pengganti (= substitut) atau barang lepas (= independent! netral).

> Barang pelengkap (komplementer)

Misalnya sepeda motor, bensin dan oli saling melengkapi. Jika harga sepeda motor
turun, maka jumlah sepeda motor yang diininta akan bertambah. Akibatnya permintaan akan
bensin bertambah pula. Demikian pula permintaan akan oil ikut bertambahjuga.

> Barang pengganti (substitut)

Misalnya kopi dan teh, rokok merk yang satu dan merk yang lain, kereta api dan bis
malam, bis dan colt itu dapat saling mengganti. Kalau harga karcis kereta api naik, lebih banyak
orang akan naik bis. Jadi bila harga barang yang satu naik,jumlah yang diminta dan barang
tersebut akan berkurang, tetapi jumlah yang diminta dan barang substitutnya justru akan
bertambah.

> Barang lepas (independent)

Barang independent adalah barang yang tidak ada hubungan atau pengaruh timbal-balik
satu sama lain. Apabila harga barang lain itu naik, mungkin pendapatan real berkurang (= ada
income effect) dan hal mi secara tidak Iangsung dapat berpengaruh terhadap jumhah
barang/jasa yang diminta.

4. Musim, selera, mode, kebiasaan, perubahan jaman, Iingkungan sosial juga berpengaruh
terhadap permintaan. Misalnya permintaan akan payung pada awalmusim hujan. Terutama
mode pakaian dapat berubah dalam waktu singkat. Kemajuan zaman dapat menyebabkan
bahwa harang yang dulu dipandang sebagai barang mewah (radio, kaset, walk-man,
komputer,jam tangan, sepeda motor, TV, dsb.) lama-kelamaan menjadi barang yang biasa.

5. Harapan/pandangan tentang masa yang akan datang dan faktor-faktor psikologis lainnya
dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang mendadak dalam

permintaan masyarakat. Misalnya desas-desus atau rasa takut bahwa harga-harga akan naik
mendorong orang untuk segera membeli banyak (sebelum harga naik) sehingga jumlah yang
diminta akan naik pada harga yang sama.

Jadi akibat dan perubahan dalam salah satu atau lehih dan faktortsb. di atas ialah:

suatu kombinasi yang baru antara harga dan jumlah yang mau dibeli; berarti bahwa seluruh
permintaan berubah. Jika perubahan dalam permintaan tsb. di atas digambarkan dalam grafik,
kurve permintaan semula “bergeser” ke kanan atau ke kin menjadi kurve permintaan yang baru.
Pergeseran kurve permintaan

Bila permintaan bertambah, maka kurve permintaan bergeser ke kanan-atas seperti


pada gambar dibawah Artinya:

—Para konsumen mau membeli lebih banyak dan suatu harang tertentu pada tingkat
harga yang berlaku. Misalnya pada harga Rp 1.000,- jumlah yang diminta bertambah
dan 5 menjadi 8 satuan (dan titik A —> E).

—Jumlah barang yang mau dibeli sama, meskipun harga barang telah naik. Misainya
harga naik dan Rp 1 .000,- menjadi Rp 2.000,- tetapi jurnlah yang mau dibeli tetap 5
satuan (dan A —> C).

09

Perubahan Dalam Penawaran

Kurve Penawaran Tertentu selalu digambarkan dengan Anggapan “ Cateris Paribus “


(bahwa semua faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah yang diminta
dianggap tidak berubah )

Yang dianggap sama Dalam Hal ini :

1.Jumlah Produsen di Pasar

> Jika jumlah Produksen Bertambah, penawaran total juga akan bertambah , pada
tingkat harga yang berlaku, lebih banyak barang/ jasa yang ditawarkan untuk dijual
di pasaran. Atau kalau harga pasar turun karena persaingan antara produksen tsb,
jumlah yang sama mau dijual juga meskipun pada harga yang lebih rendah.

2.Harga Faktor-Faktor Produksi

>>Bersama dengan Tehnik Produkssi, Harga Faktor-Faktor Produksimerupakan


input dalam proses produksi, menentukan biaya produksi. Misalnya jika harga bahan
baku turun, maka produksen :

-dapat menjual (menghasilkan) lebih banyak pada tingkat harga yang sama dan
/atau.

-dapat menghasilkan dan menjual jumlah yang sama pada harga yang lebih rendah,
ini berarti penawaran bertambah dan kurve supply bergeser ke kanan kebawah.

10

Sebaliknya jika harga bahan-bahan dan input-input lainnya naik,


sehingga biaya produksi bertambah, maka :

-Jumlah barang yang sama hanya akan dijual pada harga lebih tinggi
-Pada tingkat harga yang sama jumlah yang ditawarkan lebih sedikit.

Ini berarti penawaran berkurang, dan kurve supply bergeser ke kiri atas. Lihat
kurve B

3.Harga Barang-barang Lain :

Jika berubah, penawaran barang tertentu mungkin bertambah, mungkin berkurang,


tergantung jenis barang dan hubungannya satu sama lain (barang pengganti, barang
pelengkap atau barang lepas.

4.Harapan atau perkiraan para produksen/penjual tentang masa yang akan datang.

a.Jika diperkirakan harga akan naik, apakah para penjual segera akan menjual
seluruh persediannya ? (Jawab : Tidak,bahkan sebaliknya, banyak yang
akan menahan barangnya, menunggu kenaikan harga < dan akibatnya harga
memang akan naik >

b.Jika diperkirakan harga akan Turun, apakah para penjual tidak akan menjual
seluruh persediannya ? (Jawab : Tidak,bahkan sebaliknya, banyak yang
akan menjual semua barang persediannya selama harga belum merosot <
dan akibatnya harga memang akan merosot/turun >

Harga Pasar

-Jumlah yang mau dibeli di tunjukkan dengan Q d

-Jumlah yang mau dijualdi tunjukkan dengan Q s

-Berbagai kemungkinan harga di tunjukkan dengan P

Pengertian Pasar adalah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli untuk
mengadakan transaksi jual beli barang.

Pengertian Pasar dalam ilmu ekonomi lebih luas lagi yaitu Pasar mencakup
keseluruhan permintaan dan penawaran, seluruh kontak antara penjual dan
pembeli untuk mempertukarkan barang dan jasa. Setiap barang yang diperjual
belikan ada pasarnya. Contoh : ada pasar ikan, tetapi juga ada pasar rokok kretek,
pasar tekstil, pasar modal dan pasar tenaga kerja.

Fungsi Pasar adalah : sebagai mata rantai yang mempertemukan penjual yang
mempunyai barang dan menginginkan uang, dengan pembeli yang mempunyai
uang dan menginginkan barang. Penjual dan pembeli tidak bertemu muka , tetapi
dapat juga melalui surat atau telepon.

Pasar Sempurna adalah apabila semua pihak di pasar tersebut mengetahui


seluruhkeadaan pasar yaitu : harga-harga yang berlaku, jumlah-jumlah yang
ditawarkan.
PasarPersaingan Sempurna terjadi apabila jumlah pembeli lebih banyak dan jumlah
penjual juga lebih banyak, yang semuanya menawarkan barang yang sifatnya samaatau
homogen. Misalnya barang jenis tertentucontoh ikan lele, karena jumlah penjual banyak
dimana masing-masing menawarkan sebagian kecil saja dari suplai total, maka tidak ada
penjual atau pembeli yang seorang diri mempengaruhi harga, bila jumlah penjual dan
pembeli yang bertemu di pasar banyak dan terdapat koordinasi yang baik diantara
mereka, untuk satu macam barang akan terjadi satu harga. Yaitu harga pasar.

Harga Keseimbangan

Untuk mengerti bagaimana permintaan dan penawaran bersama-sama menentukan harga


pasar, sebagai contoh kita pelajari terbentuknya harga gula kelapa. Dalam masyarakat kita
gula kelapa banyak pembelinya dan juga banyak produsen/penjualnya(= bentuk pasar
persaingan).

Dalam tabel di bawah mi dikumpulkan hasil pengamatan pasar, yaitu berapa kg gula kelapa
yang mau dibel i (Q1) dan berapa kg yang mau dij ual (Q) pada berbagai harga(di daerah
tertentu dan dalam jangka waktu tertentu, misalnya satu minggu atau satu bulan).

Tabel

Permintaan dan Penawaran Bawang Putih

11

Angka-angka dan tabel dapat juga digambarkan dalam bentuk sebuah diagram. Karena
mengenai barang yang sama, makajumlah yang mau dibeli (D) dan jumlah yang mau dijual (•)
dapat digambarkan dalam satu diagram.

Dan gambar segera tampak bahwa

—pada harga pasar tinggi, para penjual mau menjual banyak, tetapi para pembeli hanya
mau membeli sedikit;

—pada harga rendah, para pembeli ingin membeli banyak, tetapi para penjual hanya
mau menjual sedikit.

Maka berapakah harga gula kelapa yang akhirnya akan terjadi? Atau dengan kata lain:
dan berbagai kemungkinan harga yang tercantum dalam daftar di atas, harga yang manakah
yang akan berlaku di pasaran?

Jawabannya ialah: dalam “interaksi” dan tawar menawar antara para pembeli (yang
membutuhkan barang dan bersedia membayar uang untuk memperolehnya, diringkas Demand)
dan para penjual (yang telah mengeluarkan biaya untuk menghasilkan barang dan mau
menjualnya dengan harga tertentu, ringkasnya Supply) akhirnya akan terbentuk satu harga
tertentu, yaitu harga dimanajumlah yang mau dibeli (Qd) sama dengan jumlah yang mau dijual
(Q). Harga inilah yang disebut harga pasar atau harga keseimbangan (Equilibrium price). Hal ini
dengan mudah dapat dilihat dalam gambar dibawah ini.
12

Keterangan Gambar .

Konfrontasi antara permintaan danpenawaran Bawang Putih

Penjelasan :

a. Pada Posisi Harga Rp 1000,-/kg

Apakah harga Rp 1000,-/kg dapat terjadi? Dapat! Sebab memang ada beherapa icmbeli
yang bersedia membayar harga setinggi itu. Apakah harga Rp l000.-!kg akan inenjadi harga
pasar yang umum berlaku? Tidak! Mengapa tidak? Karena pada harga kp l000,-/kg para
penjual mau menjual 11.000 kg. Tetapi pada harga itu para pembeli Iianya mau membeli 5.000
kg!minggu. Jadi ada kelebihan (= surplus) sebanyak 6000 kg yang tak terjual. Supaya
barangnya laku (supaya tak perlu disimpan lama, atau (lihawa pulang, supaya uangnya segera
kembali, dli.) tentu akan ada penjual yang bersedia menurunkan harga dan menjual barangnya
dengan harga yang Iebih rendah. Oleh karena itu harga Rp 1 000,-/kg tidak akan menjadi harga
yang berlaku umum di pasaran.

Situasi seperti ini dengan istilah teknis disebut ‘buyers market’ (pasar dikuasai oleh
para pembeli). Para pembeli yang merupakan pihak yang kuat, para penjual berada di pihak
yang lemah; mereka mencani-cari pembeli dan untuk itu bersedia menurunkan harga — hal
mana inenguntungkan bagi pembeli.

b. Pada posisi harga jual Rp 400,- per kg

Sekarang kita teliti harga Rp 400,-/kg. Apakah harga mi bisa menjadi harga pasar Yang
berlaku umum? Tidak! Sebab pada harga itu pmbeli mau membeli sebanyak I .000 kg gula per
minggu (Qd = 11.000). Tetapi para penjual hanya menyediakan ft 000 kg saja (Qs = 6.000).
Jadi ada kekurangan supply (= shortage) sehanyak 5.000 kg/minggu. Dalam situasi mi jelas
ada konsumen yang tidak mcndapatkan gula sehanyak yang diinginkan. Maka tentu akan ada
pembeli yang berani/ bersedia membayar Iiaiga Icbih tinggi. Oleh karena itu harga Rp 400,-/kg
tidak bisa menjadi harga pasar yang berlaku umum. dan kalaupun terjadi jual-beli dengan harga
itu, pasti tidak bisa tahan lama.

Siluasi pasar ini disehut ‘sellers market’: para penjuallah yang menguasai pasara,
sedang para pemheli di pihak yang lemah. Untuk mendapatkan barang, para pembeli bersedia
menaikan harga belinya, yang akan menguntungkan para penjual.

Harga Rp 600,- per kg

Pada harga Rp 600,-/kg — dan hanya pada harga ini —jumlah yang mau dibeli (Qd =
8.000 kg/minggu) danjumlah yang rnau dijual (Qs = 8.000 kg/minggu) tepat sama, tidak ada
kekurangan dan tak ada kelebihan. Jadi pada harga mi semua pihak mendapat apa yang
diinginkan, dan tidak ada alasan untuk menaikkan/menurunkan harga lagi (ceteris parihus).
Maka harga Rp 600,- mi disebut harga keseimbangan (Equilibrium price). yaitu harga yang
menyeirnbangkan Permintaan dan Penawaran, atau P dimana Qd=Qs.
Kurve Permintaan dan Penawaran

Hal yang sarna dapat juga dianalisis dengan mempergunakan kurve. Untuk itu Gambar
1-8 di atas tadi dilukiskan kembali dalam bentuk kurve permintaan dan penawaran. Lihat
gambar 1-9, di mana kurve D dan kurve S dilukiskan pada diagram yang sama. Jumlah (baik
Qd maupun Qs) diukur pada sumbu horisontal (sumbu X), sedang harga per satuan diukur
pada sumbu tegak (sumbu Y). Perpotongan kedua kurve tsb. menunjukkan harga
keseimbangan: pada harga Rp 600,-/kg, maka Qd = Qs = 8.000 kg/minggu.

13

Keterangan Gambar Harga keseimbangan.

Kurve Permintaan (D) turun ke kanan-bawah. Kurve Penawaran (S) naik ke kanan-atas.
Perpotongan kurve D dun kurve S inenunjukkan harga keseimbangan, yaitu P Rp 600/kg. Pada
harga itun jumlah yang diperjualbelikan Q = 8.000 kg/minggu.

Pada harga lebih tinggi, daripada harga keseimbangan tsb., ada surplus hurang yang
tak lequal; supaya harangnya laku, para penjual terdorong untuk inenurunkan harga jual sa.
Sehaliknya jada harga lebih rendah daripada Rji 600/kg, adanya kekurangan bawang putih
akan mendorong pembeli menawar harga yang Iebth tinggi.

Dan grafik segera tampak bahwa pada semua harga yang lebih tinggi daripada liarga
keseimbangan (pada P>600), maka > q berarti ada surplus. Surplus mi akan mendorong para
penjual untuk menurunkan harga jualnya. Pada harga yang lebih rendah itu, para penjual akan
mengurangi jumlah yang ditawarkan (= hiikum penawaran). .lika harga diturunkan, para pembeli
akan bersedia membeli lehih banyak atau Qd hertambah (hukum permintaan). Proses mi
berjalan terus sampai surplus tsb. hilang. .ladi misalnya apakah harga Rp 800/kg bisa terjadi?
Bisa! Apakah harga Rp 800 akan dapat tahan larna? Tidak! Sehab pada harga Rp 800/kg itu Q
> Q. berarti masih tetap ada surplus/kelebihan supply.

Demikian pula pada seniua harga lebih rendah daripada harga kesei mbangan (pada P
<600), maka Q1> Q ,jadi ada kekurangan supply (Shortage). Kekurangan tsb. akan inendorong
para pembeli untuk menawar dengan harga lebih tinggi, agar rnendapatkan gula sebanyak
dibutuhkan. Jika harga dinaikkan, maka Qs akan bertambah dan Qd akan herkurang. sampai
tercapai keseimbangan. Jadi misalnya harga Rp 400/kg, apakah akan bisa tahan lama? Tidak!
Sebab pada harga itu Q < Q. Ceklah sendiri untuk harga Rp 1000 dan Rp 200.

Satu-satunya harga yang dapattahan lama ialah harga dirnana Q1 = Q. Hanya pada
harga itu tak ada kecenderungan menaikkan/menurunkan harga atau untuk menambah/
incngurangi jumlah. Maka harga Rp 600 adalah harga keseimbangan (Equilibrium price).

Secara matematika

Hal yang sama dapat juga dirumuskan dalarn bahasa matematika. Kenyataannya kurve
D dan kurve S biasanya berbentuk garis melengkung (hiperholalparabola). [elapi untuk
menyederhanakan, dapat didekati dengan garis-garis lurus di daerah Nlrategisnya. Misalnya
kurve D dan gambar harga keseimbangan diatas dapat didekati dengan garis lurus P = 1400 —
0,075 Q atau P = 1200 0,1 Qd Sedang kurve S dapat didekati dengan paris P = —200 + 0,1 Q.
Contoh:

Pemintaan dapat dinyatakan sebagai suatu fungsi (persamaan) yang menunjukkin


liuhungan antara harga barang (P) dan jumlah yang mau dibeli (Q1). Rumus urnum iiiitiik fungsi
permmntaan yang berbentuk garis lurus adalah: P = a mQ. Misalnya P = 80 0,5 Q.

Ieiiawaran pun dapat dinyatakan sebagai fungsi (persamaan) yang menunjukkan hubungan
antara harga barang (P) dan jumlah yang mau dijual (Q). Rumus umum untuk fungsi penawaran
yang berbentuk garis lurus adalah: P = a + mQ. Misalnya: P = 20 + 0,5 Q.

Ditanyakan: Berapakah harga keseimbangan. Hitunglah dan lukiskan kurvenya.

14

Perpotongan kurve P dan kurve S menunjukkan harga keseimbangan, dimana Qd = Qv.

Perhatikan bahwa hasil perhitungan dan titik potong dalam grafik harus cocok.

Proses penyesuaian

Harga keseimbangan merupakan “persesuaian” antara keinginan pembeli dan keinginan


penjual, sehingga masing-masing pihak mendapat apa yang diinginkan, tanpa adanya
kekurangan/kejebihan Harga keseimbangan tidak selalu tercapai. mi ternyata dan adanya
persediaan barang-barang yang bertumpuk di gudang karena tak laku terjual, atau dan
kekurangan barang yang sering terjadi. Untuk menyamakan permintaan dan penawaran
diperlukan suatu proses penyesuaian, yang biasanya memerlukan waktu (mungkin waktu yang
cukup lama). Bila proses mi digambarkan dalam kurve, akan kelihatan seperti sarang labah-
lahah. Sebagai contoh lihatlah gambar dibawah ini.

15

Keterangan Gambar Proses Penyesuaian.

Pada P = 400, jumlah Qv = 50. Tetapi pada harga ini Qd hanya 10. jumlah Qs = 50
hanya akan mau dibeli konsumen dengan harga P = 100. Pada P = 100, Qd memang 50.
tempat Qs hanya 15. jadi ada kekurangan, dan harga akan naik. Untuk memperoleh jumlah
sebanyak Q = 15 para pembeli bersedia membayar P = 330. Pada P = 330, Q.s = 45. Tetapi Qs
,sebesar 45 hanya akan dapat laku pada harga P = 130. Demikian seterusnya sampai akhirnya
tercapai P = 200 dan Qd Q,s = 30.

Contoh lain untuk mengetahui bagaimana permintaan dan penawaran bersama-sama


menentukan harga pasar, dapat dilihat sebagai berikut :

16

pada harga pasar tinggi, para penjual mau menjual banyak, tetapi para pembeli hanya
mau membeli sedikit.
-pada harga rendah, para pembeli ingin membelibanyak, tetapi para penjualhanya mau
menjualsedikit.

Pertanyaan :

1.Berapa harga Semangka Tanpa Biji yang akhirnya akan terjadi ?

2.dari kemungkinan harga yang tercantum dalam table diatas, harga manakah yang
akan berlaku di pasaran ?

Jawaban :

Setelah terjadi interaksi antara pembeli dan penjual, akhirnya akan terbentuk satu harga
tertentu, yaitu harga dimana jumlah yang mau dibeli Qd sama dengan jumlah yang mau
dijual Qs. Harga inilah yang disebut dengan harga pasar atau harga Keseimbangan.

Pemahaman Tabel harga pasar semangka .

A. Untuk harga Rp. 2000/kg :

1.Apakah Harga Rp. 2000/kg dapat terjadi ? dapat ! sebab memang ada beberapa
pembeli yang bersedian membayar harga setinggi itu.

2.Apakah Harga Rp. 2000/kg dapat menjadi harga yang umum berlaku ? Tidak dapat !
karena pada harga Rp. 2000/kg para penjual hanya mau menjual 13.000 kg. tetapi
pada harga itu pembeli hanya mau membeli 6000 kg/minggu. Jadi ada kelebihan
sebanyak 7000 kg yang tak terjual.

3.Supaya barangnya laku , maka akan ada penjual yang menurunkan harga danmenjual
barangnya dengan harga yang lebih rendah dari yang lain. Sehingga harga Rp.
2000/kg tidak akan berlaku menjadi harga umum dipasaran.

( pada situasi seperti ini dengan istilah Tehnis “ Buyer Market “ pasar dikuasai oleh
para pembeli. Pembeli dipihak yang kuat, penjual dipihak yang lemah. Situasi ini
menguntungkan pembeli.

B. Untuk harga Rp. 2000/kg :

1.Apakah Harga Rp. 400/kg dapat menjadi harga yang umum berlaku ? Tidak dapat !
karena pada harga Rp. 400/kg para pembeli hanya mau membeli sebanyak11.000
kg per minggu (Qd = 11.000). tetapi para penjual hanya menyediakan 6000
kg/minggu (Qs = 6.000). Jadi ada kekurangan persediaan (supply) ssebanyak 5000
kg/minggu.

2.Dalam situsi ini jelas ada konsumen yang tidak mendapatkan semangka tanpa biji
sebanyak yang diinginkan. Maka tentu ada pembeli yang berani membeli dengan
harga yang lebih tinggi.
3.Oleh karena itu Harga Rp. 400/kg tidak dapat menjadi harga yang umum berlaku. Dan
apabila terjadi tidak akan bertahan lama.

( pada situasi ini disebut dengan “ Seller Market “ para penjuallah yang menguasai
pasar, sedang pembeli pada pihak yang lemah. Karena untuk mendapatkan barang,
para pembeli bersedia menaikan harga belinya.

C. Untuk Harga Rp. 1.200/kg.

1. pada harga Rp. 1.200/kg. dan hanya pada harga ini jumlah yang dibeli Qd = 8000/kg
dan jumlah yang dijual Qs=8000/kg tepat sama. Tidak ada kekurangan dan tidak ada
kelebihan.

2. Jadi pada harga ini semua pihak mendapat apa yang diinginkan, dan tidak ada alasan
untuk menaikkan/menurunkan harga lagi. (cateris paribus)

3. Maka harga Rp. 1.200/kg. ini disebut Harga Keseimbangan (equilibrium price), yaitu
harga yang menyeimbangkan permintaan dan penawaran, atau P dimana Qd = Qs.

Jadi harga keseimbangan tidak tercapai sekaligus. Biasanya terjadi kegoncangan harga
di sekitar titik keseimbangan. Umumnya para produsen memerlukan waktu untuk nienyesuaikan
supplynya dengan kebutuhan masyarakat. Walaupun sudah tercapai keseimbangan pada saat
tertentu, tetapi situasi keseimbangan tsb. sewaktu-waktu bisa berubah lagi. Lebih-lebih harga
hasil-hasil pertanian tidak begitu stabil. Jika harga suatu barang tidak stabil, maka
penjelasannya baru kita cari dalam perubahan situasi, entah dan segi Supply, atau dan segi
Demand, atau mungkin dan kedua-duanya sekaligus.

Perlu diingat :

1. Rumus UmumFungsiPermintaanadalah :

P = a – mQ

Misalnya : P = 80 – 0,5 Q
2. Rumus UmumFungsiPenawaranadalah :

P = a + mQ

Misalnya : P = 20 + 0,5 Q

3.Rumus UmumHarga Keseimbanganadalah :

Qs = Qd

20 + 0,5 Q = 80 – 0,5 Q

ELASTISITAS

> PENGERTIAN ELASTISITAS

Kurve permintaan dan penawaran memperlihatkan bagaimana reaksi pembeli dan penjual
(dalam hal banyak-sedikitnya jumlah yang mau dibeli atau dijual) terhadap perubahan harga.
Dalam masalah reaksi ini dipertanyakan lebih lanjut: berapa besarnya perubahan harga dan
berapa besarnya reaksi tsb. Sehingga para para ahli ekonomi memberikan pengertian “
elastisitas permintaan dan penawaran “

ELASTISITAS PERMINTAAN

Inti pengertian permintaan adalah: hubungan antara HARGA suatu barang dengan Jumlah
yang mau dibeli. Bentuk kurve permintaan yang turun ke kanan menunjukkan hagaimana reaksi
jumlah yang mau dibeli terhadap perubahan harga: kalau P naik, Qd Iislru berkurang, sedang
kalau P turun, Qd justru bertambah.

Tetapi reaksi konsumen tidak mesti sama untuk pelbagai macam barang. Untuk heherapa
macam barang para konsumen sangat peka terhadap perubahan harga, artinya:

1witihahan harga yang kecil saja sudah menyebabkan jumlah yang mau dibeli berkurang
hanyak. Tetapi ada juga barang di mana konsumen hampir tidak peka terhadap pertihahan
harga: biarpun harga naik, jumlah yang dibeli hampir tidak berkurang. Untuk iiicnyatakan peka-
tidaknya jumlah yang mau dibeli terhadap perubahan harga dipergunakan istilah elastisitas,
tepatnya elastisitas harga (price elasticity of demand).

PENGERTIAN DAN RUMUS ELASTISITAS PERMINTAAN

Ealastisitas (harga) menunjukkan bagaimana reaksi pembeli (dalam hal jumlah yang mau
dibeli) bila ada peruhahan harga, atau: peka-tidaknya jumluh yang man dibeli terhadap
perubahan harga. Maka agar dapat dibandingkan dua-duanya dinyatakan dalam %

Jika konsumen peka terhadap perubahan harga suatu barang, permintaan akan barang itu
disebut ELASTIS.
Artinya: perubahan harga yang kecil menyebabkan perubahan yang relatif (lebih) hesar
dalam jumlah yang diminta. Misalnya harga naik dengan 10%. Akibatnya jumlah barang
yang mau dibeli berkurang dengan % yang lebih besar, misalnya 20%

Jika konsumen kurang peka terhadap perubahan harga suatu barang tertentu, permintaan
akan barang itu disebut INELASTIS.

Artinya: meskipun kenaikan harga (relatif) cukup besar. namun jumlah yang mau diheli
hampir tidak berkurang; sedang kalau harga barang turun, jumlah yang diminta hampir tidak
bertamhah.

Misalnya harga turun 10% menyebabkan pertambahan dalam jumlah yang diminta
relatif lebih kecil, misalnya hanya 5%. Hal mi terutama terjadi pada barang-barang kehutuhan
hidup pokok seperti beras, garam, dli.

Rumus elastisitas permintaan

Elaslisitas permintaan dapat diukur dan dinyatakan dalam suatu angka yang di%chiII
koelisien elastisitas. Besar-kecilnya koefisien elastisitas permintaan dapat diIiiliiiig dengan
hantuan suatu rumus yang sederhana.

Rumus umum untuk elastisitas permintaan adalah sbb:

Dibawah ini contoh perhitungan koefisien elastisitas permintaan.

Sebagai contoh kita perbandingkan permintaan akan dua macam barang, yaitu obat
nyamuk dan teh hungkus.
Untuk mcmpermudah pcrbandingannya, kedua barang tersehut digambarkan kurve
permintaannya dalam satu grafik.. Kemudian kita hitung elastisitas pcrinintaan,misalnya apa
yang terjadi dengan jumlah yang diminta (Qd) kalau harga naik dariRp 200,- menjadi Rp 300,-.
Perhatikan cara kerjanya!
SISTEM HARGA

Dalam kehidupan ekonorni modern harga-harga memainkan peranan yang amat


penting, justru karena produsen dan konsumen (termasuk dunia perbankan, pedagang
ckspor-impor dan pemerintah sendiri) bertindak atas dasar pertimbangan dan perbandingan
harga.

a.NILAI DAN HARGA


Para ahli filsafat telah memikirkan persoalan harga dan nilai. Karena pada waktu itu
uang helum begitu berperanan, yang diutamakan adalah pengertian Nilai barang.

ARISTOTELES (384-322 seb.M.) pada tahun 300 sebelum Masehi telah membahas
masalah ini, Menurut Aristoteles suatu barang mempunyai nilai karena berguna untuk yang
memilikinya (= Nilai pakai), atau karena barang tsb. dapat dipertukarkan dengan barang lain
(= Nilai tukar). Jenis-jenis nilai mi masih dapat dibedakan obyektif dan subyektif.

Nilai pakal (Value in use atau Utility) adalah kemampuan suatu barang untuk dapat
memenuhi suatu kebutuhan manusia.

1.Nilai pakai obyektif = kemampuan atau sifat barang untuk dapat memenuhi suatu
kebutuhan manusia, jadi kegunaan atau faedah barang.

2.Nilai pakai subyektif = penilaian yang diberikan seseorang terhadap suatu barang karena
kemampuan barang tsb. dalam memenuhi kebutuhannya. Pcnilaian subyektif mi dapat
sangat berbeda-beda menurut situasi dan kondisi, seperti mendesaknya kebutuhan
seseorang dan jumlah barang yang tersedia.

Nilai tukar (Value in exchange) adalah kemampuan suatu barang untuk dilukarkan dengan
barang lain di pasar.

a.Nilai tukar obyektif = kemampuan suatu barang untuk dipertukarkan dengan barang
lain.

b.Nilai tukar subyektif = penilaian yang diberikan seseorang bila barang tsb. akan
ditukarnya dengan barang lain.

Harga suatu barang adalah nilai (tukar) barang tsb. dinyatakan atau diukur dengan
uang. Jadi antara nilai dan harga tidak sama: Nilai (tukar) suatu barang diukur dengan
membandingkannya dengan barang lain. Sedang harga diukur dengan uang. Nilai suatu
barang adalah dasar untuk penentuan harga barang tsb.

Pada abad pertengahan masalah harga terutama disoroti dan segi moral baik-buruk,
halal dan haram. Yang dipersoalkan adalah apakah harga suatu barang itu “adil”
(wajar/pantas = just price). Karena harga yang diminta oleh produsen penjual barang tertentu
ikut mempengaruhi kesejahteraan pembeli atau masyarakat, perlu dijaga jangan sampai
orang mencari keuntungan dengan memeras sesamanya yang miskin. Hal ini khususnya
berlaku untuk pinjam-meminjam uang dengan bunga yang tinggi.

Sementara itu kaum klasik mempersoalkan faktor apa yang penentuan tinggi rendahnya
harga suatu barang Meskipun jelas bagi mereka bahwa suatu barang tidak akan
diproduksikan kalau barang tsb. tidak berguna bagi konsumen, tetapi perhatian mereka
dipusatkan pada segi biaya produksi.

Biaya produksi sebagai dasar harga dan nilai: Teori nilai obyektif

ADAM SMITH (1723-1790) menegaskan bahwa nilai (= nilai tukar atau harga) suatu
barang diteniukan oleh biaya produksinya. Dalam masyarakat yang masih sangat sederhana,
nilai tukar atau harga suatu harang terutama ditentukan oleh banyak-sedikitnya kerja
manusia yang telah dicurahkan untuk menghasilkan barang tsb. Tetapi dalam masyarakat
yang sudah lebih maju, biaya-biayaproduksi lain harus ikut diperhitungkan pula, yaitu upah
tenaga kerja, biaya bahan-hahan. sewa tanah. bunga modal dan laba pengusaha.

DAVID RICARDO (1772-1823) membatasi biaya produksi hanya pada tenaga kerja
nianusia saja. Jadi harga suatu harang tergantung dan banyak-sedikitnyakerja manusia yang
telah dicurahkan dalarn produksi barang tsb. Ia membedakan antara barang seni dan barang
biasa. Nilai harang seni memang ditentukan oleh banyaknya pengaguran barang seni tsb.:
makin banyak penggernarnya, makin tinggi nilai dan harganya, karena harang seni tidak
dapat diperbanyak. Lain halnya dengan barang biasa yang dapat diproduksi dalarnjumlah
yang banyak. Teorinya dikenal dengan nama teori nilai kerja.

Contoh:

Andaikan kita dapat mengukur berapa jumlah jam kerja yang diperlukan untuk produksi
agung, beras dan pakaian (kain ). Angka—angka di hawah mi hanya sebagai misal saja:

Produk Jumlah jam kerja yg diperlukan

Jagung (kg) 20

Beras (kg) 10

Kain (meter) 80

Menurut teori ini, jagung dan beras akan dipertukarkan dengan perbandingan 2 kg
jagung untuk 1 kg beras. Satu meter kain dapat dijual dengan “harga” 4kg jagung atau 2kg
beras. Satu kg beras cukup untuk membayar ½meter kain. Satu kg jagung dapat ditukar
dengan ½ kg beras atau 74 meter kain.

Cara berpikir seperti ini memang masuk di akal pada jaman itu. Karena pada waktu itu
tenaga kerja adalah faktor produksi yang utama, peralatan produksi masih serba primitif. dan
kehutuhan masyarakat rnasih terbatas pada kebutuhan dasar sandang, pangan dan papan.
Lagi pula penggunaan baang masih sangat terhatas. Dalam keadaan seperti itu barang-
barang dipertukarkan dengan harga sesuai dengan biaya produksinya.

KARL MARX (1818-1883) mengambil alih teori Ricardo tsh., tetapi lebih
diperseinpitlagi. Menurut Marx tenaga kerja merupakan satu-satunya sumher nilai. Nilai dan
harga setiap barang ditentukan oleh jumlah kerja (rata-rata) yang telah dicurahkan dalam
proses produksinya. Dan itu Marx menarik kesimpulan, hahwa laba (selisih antara harga jual
suatu barang dan biaya produksinya, atau yang disebutnya “nilai lebih”)

HENRY CAREY (1793-1879) memperbaiki teori nilai biaya produksi dengan


mtnunjukkan hahwa yang penting sebenarnya bukan biaya-biaya yang telah dikeluarkati (=
harga histonis). melainkan biaya-biaya yang penlu untuk rnenghasilkan kembali harang yang
sama (= biaya reproduksi).

Teori-teori di atas dikenal dengan nama teori nilai obyektif.


Kelemahan teori tsb adalah bahwa hendak menjelaskan terjadinya nilai dan dari satu
segi saja, yaitu dan segi biaya produksi atau dan segi produsen saja.

Memang, biaya produksi itu penting dalam penentuan harga jual oleh produsen. tetapi
nilai dan harga tidak hanya tergantung dan produsen saja! Sebenarnya mereka pun tahu
bahwa kehutuhan dan selera konsumen pentingjuga. Kalau begitu. mengapa mereka
membatasi hanya pada segi hiaya saja. Sementara itusegi kegunaan barang sama sekali
diabaikan

PENGANTAR TEORI EKONOMI MIKRO (RANGKUMAN)


Posted on Mei 22, 2013 by riamitha

RANGKUMAN MATERI SEMESTER 1

PENGANTAR TEORI EKONOMI MIKRO


DOSEN PENGAJAR  : Dr. Jun Surjanti, SE., M.Si.

DISUSUN OLEH        : Riamitha Kartika Putri

KELAS/NIM                : MN 2012 B/ 128 574 073

 
 

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


TAHUN AJARAN 2012-2013

1.        KONSEP DASAR TEORI EKONOMI


1.1      Kedudukan teori ekonomi mikro dalam kerangka ilmu ekonomi
ekonomi mikro dalam kerangka ilmu ekonomi
Masalah ekonomi timbul sebagai adanya berbagai jumlah dan ragam kebutuhan
manusia yang sangat banyak, dan alat pemuas kebutuhan sangat relative
dibandingkan dengan kebutuhan manusia tersebut.
Dari jaman pra sejarah sampai jaman modern saat ini belum pernah ditemukan suatu
masyarakat atau suatu bangsa yang kebutuhan hidupnya telah dapat terpenuhi
seluruhnya.
Dengan semakin majunya peradaban manusia , manusia semakin cerdas dan semakin
banyak alat capital yang mereka miliki. Yang semua ini menigkatkan kemampuan
mereka dalam menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa yang selanjutnya
digunakan oleh mereka untuk memenuhi kebutuhan mereka.Akan tetapi
meningkatnya kemampuan ini hampir senantiasa diikuti bahkan didahului oleh
timbulnya kebutuhan-kebutuhan baru.Peningkatan ini sedemikian pesatnya sehingga
bangsa yang paling maju sekalipun masih pula merasakan keterbatasan mereka dalam
memenuhi kebutuhan mereka yang semakin beragam.Menghadapi kenyataan ini maka
manusia bertendensi untuk bersikap rasional. Yaitu sepanjang mereka mempunyai
pilihan , mereka akan memilih pilihan yang mendatangkan manfaat yang sebesar-
besarnya dari alat pemuas kebutuhan tertentu. Atau memilih pilihan yang menurut
perhitungan mereka memerlukan korban yang paling kecil diantara pilihan-pilihan
lain untuk maksud pemenuhan kebutuhan tertentu.
Ilmu yang mempelajari bagaimana manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya mengadakan pemilihan di antara berbagai alternative pemakaian atas
alat-alat pemuas kebutuhan yang tersedianya relative terbatas inilah yang kita
sebut ilmu ekonomi pemuas atau economics.

EKONOMI MIKRO DALAM KERANGKA ILMU EKONOMI


Ilmu Ekonomi dibagi dalam 3 kelompok Dasar.Yaitu :
– Ekonomi deskriptif : Mengumpulkan keterangan-keterangan factual yang relevan
mengenai suatu masalah ekonomi.
– Teori Ekonomi : Bisa disebut economi theory atau economic principal, yang terbagi lagi
atas 2 kelompok besar yaitu teory ekonomi mikro dan teory ekonomi makro yang tugasnya
menerangkan secara umum perilaku system perekonomian . Bila materi pembahasannya
tentang pelaku-pelaku ekonomi yang berada dalam system perekonomian, maka masuk
kategory teori ekonomi Mikro, sedangkan bila pembahasan tentang mekanisme
bekerjanya perekonomian secara keseluruhan maka akan masuk pada kategori ekonomi
Makro.
– Ekonomi Terapan : Menggunakan hasil-hasil pemikiran yang terkumpul dalam teori
ekonomi untuk menerangkan keterangan keterangan yang dikumpulka oleh ekonomi
deskriptif. Dengan menggunakan kerangka penggolongan ilmu ekonomi tersebut, dapatlah
dikatakan bahwa materi yang disajikan dalam bahasan ini kalau dilihat isinya dapat
dimasukkan ke dalam kelompok teori ekonomi mikro, yang lazim disebut teori harga atau
price teori atau ekonomi mikro atau micro economic.

1.2    Ruang lingkup teori ekonomi mikro


Ruang Lingkup Teori Ekonomi Mikro

Ilmu ekonomi mikro adalah suatu cabang ilmu ekonomi yang mempelajari kegiatan-kegiatan
ekonomi secara individual (unit-unit) atau bagian-bagian kecil dari masalah-masalah ekonomi
atau secara disagregat.Seperti misalnya kehidupan/kegiatan suatu perusahaan, tingkat
harga dan upah, alokasi factor-faktor produksi, dan sebagainya.
Jadi ilmu ekonomi mikro lebih mempelajari secara spesifik terhadap unit-unit dalam
kegiatan ekonomi dan apa yang terjadi pada kehidupan ekonomi yang berlangsung.
Pendekatan teori ekonomi mikro menggunakan model-model abstrak di dalam melihat
bagaimana terbentuknya harga dari suatu benda dan bagaimana sumber daya yang tersedia
dialokasikan kepada berbagai macam penggunaan produksi untuk masyarakat.
Fungsi teori ekonomi mikro adalah hanya bersifat menerangkan dan dapat digunakan
sebagai dasar untuk peramalan, dimana kita dimungkinkan untuk membut suatu peramalan
yang bersifat kondisional atau ramalan yang besyarat, dimana syaratnya adalah adanya
suatu ASUMSI.
Suatu model yang paling sempurna dalam teori ekonomi mikro adalah model penawaran dan
model permintaan, dimana melalui penggunaan model ini maka ramalan yang bersifat
kondisional dapat dibuat. Misalnya, dapat dikatakan bahwa bila kurva permintaan mempunyai
kemiringan yang negatif dan kurva penawaran mempunyai kemiringan yang positif, maka
dengan naiknya harga di atas harga keseimbangan akan menciptakan adanya kelebihan
barang di pasar, dan sebaliknya.
Teori ekonomi mikro dapat juga diterapkan pada kebijaksanaan perekonomian, yakni dengan
menggunakan teori harga untuk menganalisa tindakan-tindakan yang dilakukan untuk
mempengaruhi perekonomian.

Peranan Matematika dalam Teori Ekonomi Mikro :


Dalam teori ekonomi mikro penggunaan matematika bukanlah merupakan tujuan, tetapi lebih
berperan sebagai alat untuk membantu tercapainya tujuan menerangkan dan meramalkan.Melalui
penggunaan matematika, maka masalah ekonomi yang banyak mengandung variabel dapat
disederhanakan pemecahannya, serta penyajian teori dapat dilakukan lebih singkat. Pada
dasarnya setiap teori ekonomi dapat diformulasikan ke dalam model matematis, meskipun
penggunaan analisa variabel seringkali tetap diperlukan untuk mengisi kekurangan-kekurangan
dalam hubungan matematis, dan asumsi-asumsi dasar serta kesimpulan yang hendak dicapai

1.3      Asumsi teori ekonomi mikro


Asumsi-Asumsi Yang Dipakai Teori Ekonomi Mikro
Di atas telah disebutkan bahwa teori ekonomi, khususnya teori ekonomi mikro,
bekerja dengan menggunakan asumsi-asumsi.Dan asumsi-asumsi tersebut ada yang
berlaku sangat umum dalam arti dipakai oleh teori ekonomi, baik teori ekonomi
mikro maupun teori ekonomi makro; ada yang hanya dipakai oleh teori ekonomi mikro
saja atau oleh teori ekonomi makro saja; dan akhirnya ada pula yang hanya dipakai
untuk bagian-bagian tertentu ekonomi mikro maupun bagian-bagian tertentu
ekonomi makro.Di bawah mi disajikan sedikit uraian mengenai beberapa asumsi yang
mendasari kebanyakan teori-teori ekonomi mikro.
 
A.   Asumsi Umum.

Asumsi-asumsi di bawah ini dipakai baik oleh teori ekonomi mikro maupun kebanyakan teori
ekonomi lainnya :

Asumsi Rasionalitas. Asumsi ini berlaku untuk semua teori ekonomi.Pelaku ekonomi
yang diasumsikan bersikap rasional biasa disebut juga homo ekonomikus atau
economic man.Penggunaan asumsi mi pada teori konsumen terwujud dalam bentuk
asumsi bahwa rumah tangga keluarga senantiasa berusaha memaksimumkan
kepuasan; yaitu yang dalam literatur terbiasa dengan sebutan utility maximization
assump tion. Sebaliknya dalam teori rumah tangga perusahaan, asumsi yang sama
terjelma dalam bentuk asumsi bahwa rumah tangga perusahaan senantiasa berusaha
inemperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Asumsi ini dalani literatur dikenal
sebagai profit maximization assumption.
Asumsi Ceteris Paribus. Sebutan lain untuk asumsi ini ialah asumsi other things
being equal atau lain-lain hal tetap sama atau lain-lain hal tidak berubah. Yang
dikehendaki oleh asumsi mi ialah bahwa yang mengalami perubahan hanyalah variabel
yang secara eksplisit dinyatakan berubah, sedangkan variabel-variabel lain yang
tidak disebutkan berubah, sepanjang dalam model analisa tidak diasumsikan sebagai
variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain harus dianggap tidak berubah.
Asumsi Penyederhanaan. Meskipun abstraksi sudah banyak sekali mengurangi
kompleksnya permasalahan, agar supaya permasalahan nya lebih mudah dianalisa dan
difahami, sering-sering kita perlu menyederhanakan persoalan lebih lanjut.Misalnya
saja menurut kenyataan jumlah macam barang dan jasa yang clihadapi rumah tangga
keluarga tidak terhitung banyaknya. Akan tetapi, nanti akan kita saksikan misalnya
pada Bab X, penggunaan analisa indiferen un tuk menerangkan teori permintaan,
jumlah macam barang yang bisa termuat dalam grafik paling banyak hanya dua. mi
memaksa kita menggunakan asumsi bahwa konsumen hanya menghadapi dua macam
barang atau jasa.
 
Asumsi Khusus Ekonomi Mikro :
Sebetulnya tidak banyak asumsi yang hanya dipergunakan oleh teori ekonomi mikro,
dalam arti tidak dipergunakan sama sekali oleh teori ekonomi makro. Hal ini kiranya
mudah difahami kalau kita ingat hahwa yang membentuk perilaku perekonomian
sebagai suatu keseluruhan tidak lain adalah perilaku para pelaku ekonomi itu sendiri,
dengan demikian tidaklah mengherankan kalau kita jumpai bahwa teori ekonomi
makro banyak menggunakan teori-teori atau kesimpulan-kesimpulan teoritik ekonomi
mikro sebagai dasar analisanya.
Oleh karena itulah maka yang kita maksud dengan asumsi khusus teori ekonomi
mikro, hanyalah terbatas kepada asumsi-asumsi yang banyak dipakai oleh ekonomi
mikro akan tetapi tidak selalu dipakai oleh teori-teori ekonomi yang lain. Dengan
menggunakan batasan ini kita dapat menyebut beberapa contoh asumsi khusus teori
ekonomi mikro. Antara lain yang penting ialah asumsi ekuilibrium parsial dan asumsi
tidak adanya hambatan atas proses penyesuaian
Asumsi ekuilibrium parsial. Untuk sebagian besar model-model analisa
ekonomi mikro, seperti juga halnya dengan seluruh isi buku ini, didasarkan kepada
asumsi berlakunya ekuilibrium parsial, yang mengasumsikan tidak adanya hubungan
timbal-balik antara perbuatan-perbuatan ekonomi yang dilakukan oleh pelaku-pelaku
ekonomi dengan perekonomian di mana pelaku-pelaku ekonomi tersebut berada.
Misalnya saja, sebagai akibat berubahnya cita rasa, para konsumen tiba-tiba
mengurangi pengeluaran konsumsinya. Kalau tidak dipergunakan asumsi ekuilibrium
parsial, maka dalam kita membuat analisa kita harus memperhitungkan pengaruh
penurunan pengeluaran konsumsi tersebut terhadap pendapatan nasional, yang
seterusnya juga terhadap pendapatan mereka, dan yang selanjutnya akan
berpengaruh juga terhadap pola pengeluaran para konsumen tersebut. Dengan
menggunakan asumsi ekuilibrium parsial unsur pemantulan semacam itu tidak kita
perhatikan.
Asumsi tidak adanya hambatan atas proses penyesuaian. Kelak kita akan
menyaksikan misalnya, apabila harga suatu barang mengalami perubahan, maka
berapapun kecilnya perubahan tersebut, selalu diasumsikan bahwa konsumen
melaksanakan penyesuaian atau adjustment. Menurut kenyataan banyak hambatan-
hambatan yang menyulitkan pelaksanaan penyesuaian tersebut.Faktor-faktor,
seperti misalnya faktor psikologi, sosiologi, politik dan sebagainya, dapat merupakan
penghambat terhadap penyesuaian tersebut. Misalnya, meskipun kita tahu bahwa
dengan menurunnya harga barang Z, tingkat kepuasan akan meningkat dengan cara
mengurangi kortsumsi barang Y dan meningkatkan konsumsi barang Z, namun tidak
dapat dijamin bahwa kita akan melaksanakan penyesuaian tersebut. Misalnya saja
dikarenakan toko langganan kita tidak menjual barang Z, mungkin kita enggan untuk
mengadakan penyesuaian tersebut.Dalam teori ekonomi mikro kita mengasumsikan
bahwa hambatan hambatan terhadap penyesuaian tersebut tidak ada.
 
1.4      alat analisis teori ekonomi mikro
ALAT-ALAT ANALISIS DALAM ILMU EKONOMI
Ilmu  ekonomi  memerlukan  beberapa  alat  analisis  untuk menerangkan teori-
teorinya  dan  untuk menguji kebenaran teori=teori tersebut .yaitu :
 
    Peranan grafik  dalam analisi   ekonomi
Teori  dan penjelasan ilmiah  memerlukan alat-alat agar   dapat dengan mudah  di
mengerti. Dalam ilmu ekonomi  usaha untuk memberikan  penerangan yang lebih
jelas  mengenai  teori-teori ekonomi  dilakukan dengan  bantuan  grafik dan kurva .
 
    Sifat-sifat grafik
Suatu grafik mempunyai dua sumbu: sumbu datar dan sumbu tegak.Sumbu datar
adalah  sumbu yang letaknya horizontal,sedangkan  Sumbu tegak  adalah sumbu yang
tegak lurus  pada sumbu horizontal.pertemuan di antara sumbu tersebut di
namakan  origin  atau titik asal.
 
2.      MASALAH EKONOMI
a.        Kelangkaan sebagai sumber masalah
Kelangkaan Sumber Ekonomi
Inti masalah ekonomi adalah keinginan yang tidak terbatas namun dengan alat
pemenuh kebutuhan yang terbatas. Alat pemuas kebutuhan berupa barang atau jasa
dengan sumber  daya yang sudah tersedia. Sumber daya yang tersedia bersifat 
terbatas dan langka. Jadi, kebutuhan manusia yang tidak terbatas dihadapkan
dengan sumber-sumber yang bersifat terbatas akan menimbulkan kelangkaasn
sumber daya tersebut.
Contoh kelangkaan ekonomi:
 1). Kelangkaan sumber makanan pokok  masyarakat seperti padi, gandum, dan
sumber makanan pokok lainnya.
2). Kelangkaan BBM (bahan bakar minyak) seperti bensin, solar, dan lain-lain.
 Kelangkaan sumber ekonomi manusia dibagi menjadi 3 (tiga):
1). Kebutuhan manusia yang tidak terbatas
Kebutuhan manusia memiliki 2 (dua) sifat yaitu sifat keberanekaan ragam dan tidak
dapat di puaskan dengan barang atau jasa.Hal tersebut yang membuat kebutuhan
manusia tidak terbatas.
Contoh kebutuhan manusia yang tidak terbatas: 1). sesorang ingin memiliki sepeda
untuk mendukung ia melakukan aktifitasnya sehari-hari namun sesudah memiliki
sepeda Ia akan menginginkan sepeda motor untuk mendukung aktifitasnya sehari-
hari. Dan kemudian setelah memiliki sepeda motor Ia akan menginginkan yang lebih
seperti motor yang lebih bagus ataupun Mobil.
 
b.        3 masalah pokok ekonomi
Masalah pokok ekonomi dapat ditinjau dari 2 sudut pandang:
Menurut Teori Klasik, yang dipelopori oleh Adam Smith terdiri dari :
1.     PRODUKSI

Produksi adalah segala tindakan yang ditujukan untuk meningkatkan nilai guna / manfaat
dari suatu barang.

Karena sifat manusia yang tidak pernah mengalami tingkat kepuasan yang hakiki,
maka berapapun yang diproduksi selalu tidak pernah mencukupi kebutuhan manusia;
sehingga selama itu pula produksi menjadi masalah pokok ekonomi.
2.    DISTRIBUSI

Distribusi adalah segala kegiatan yang ditujukan untuk menyampaikan atau menyalurkan
barang hasil produksi dari produsen hingga sampai ke tangan konsumen akhir/pemakai.

Yang termasuk kegiatan distribusi diantaranya : Pengemasan,


pensortiran/pemilahan, pengepakan, penyimpanan/pergudangan, pengangkutan, dll
Distribusi dapat dibedakan menjadi 2 cara :

1.     Distribusi langsung, dimana barang hasil produksi langsung disalurkan ke konsumen
akhir/pemakai.
2.  Distribusi tidak  langsung, dimana dalam penyalurannya melalui beberapa
perantara, seperti : agen, grosir, eksportir, importir, komisioner, makelar, pedagang
eceran, dll. Semakin panjang mata rantai penyaluran sangat dimungkinkan harga
yang ditanggung konsumen akhir lebih mahal.
3. KONSUMSI
Konsumsi adalah segala tindakan yang tujuannya menghabiskan atau
mengurangi nilai guna suatu barang.
Kegiatan konsumsi dipengaruhi oleh 2 faktor :
1. Faktor Internal, seperti : pendapatan, selera karakter, kepribadian, motivasi.
2. Faktor Eksternal, seperti : kebudayaan, peradaban, lingkungan, status sosial,
kebijakan pemerintah, dll.
 
 
 
Menurut Teori Modern
Menurut Paul A Samuelson, seorang pakar ekonomi, membedakan masalah pokok
yang dihadapi oleh perekonomian, yaitu :
1. Apa yang akan diproduksi (What) Karena keterbatasan sumber daya faktor
produksi, maka harus hal yang tidak mungkin akan memproduksi sebanyak-
banyaknya, maka harus dilakukan pemilihan barfang apa yang harus diproduksi serta
berapa jumlahnya.
2. Bagaimana proses produksinya (How) Hal ini sangat tergantung dari ketersediaan
sumber daya faktor produksi dari setiap wilayah/negara. Bagi negara maju akan
menggunakan faktor produksi padat modal dengan teknologi majunya, sementara
bagi negara yang berkembang akan menerapkan teknologi menengah tanpa
mengesampingkan pendayagunaan sumber daya manusia yang ada sehingga tidak
terjadi pengangguran yang tinggi.
3. Untuk siapa hasil produksi ditujukan (for Whom) Untuk masalah yang satu ini,
pertimbangan ditujukan bagaimana caranya agar hasil produksi dapat memenuhi
kebutuhan utama masyarakat serta dengan tingkat harga yang terjangkau oleh
masyarakat yang menjadi pangsa pasarnya.
 
Menurut Richard Lipsey, menambahkan permasalahan perokonomian secara makro,
yaitu  tingkat inflasi, tingkat pengangguran dan kapasitas produksi.
3.      KEGIATAN EKONOMI
a.        Putaran kegiatan ekonomi
 

 
 
b.        Produksi
Kegiatan produksi sangat berperan penting dalam kegiatan ekonomi karena
menyangkut kebutuhan manusia. Tanpa adanya produksi persediaan konsumsi akan
menjadi langka dan masyarakat akan mengalami kesulitan dalam memenuhi
kebutuhannya. Oleh sebab itu, manusia harus berusaha memproduksi barang dan
jasa agar alat pemuas kebutuhannya terpenuhi.
1.         PENGERTIAN PRODUKSI
A.        Pengertian produksi dalam Arti sehari-hari
Setiap hari manusia selalu menggunakan barang untuk memenuhi kebutuhanya.
Barang-barang tersebut tidak akan tersedia apabila tidak ada yang menghasilkanya.
Contoh: Di daerah pedesaan para petani mengolah sawah atau ladangnya untuk
menghasilkan barang-barang hasil pertanian seperti padi, jagung, keledai, tebu, dll.
Contoh kegiatan diatas disebut Produksi.Jadi, produksi adalah kegiatan
menghasilkan barang atau jasa.
B.        Pengertian produksi menurut ilmu ekonomi
Menurut ilmu ekonomi, produksi tidak terbatas pada kegiatan menghasilkan barang
atau jasa, tetapi juga kegiatan yang sifatnya menambah nilai atau kegunaan barang
yang sudah ada menjadi lebih tinggi nilainya.Perhatikan contoh berikut.
a.         Tukang kayu yang mengecat kursi hasil buatanya.
b.         Pedagang yang membeli sepeda bekas lalu ia bersihkan, perbaiki, dan dicat
kembali lalu dijual
Berdasarkan uraian di atas, produksi menurut ilmu ekonomi adalah setiap kegiatan
yang dilakukan manusia untuk menghasilkan/menaikan nilai kegunaan barang/jasa.
c.            distribusi
Secara garis besar, pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran
yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari
produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan
(jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan). Dengan kata lain, proses
distribusi merupakan aktivitas pemasaran yang mampu:
1. Menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi-fungsi pemasaran yang dapat
merealisasikan kegunaan/utilitas bentuk, tempat, waktu, dan kepemilikan.
2. Memperlancar arus saluran pemasaran (marketing channel flow) secara fisik dan
non-fisik. Yang dimaksud dengan arus pemasaran adalah aliran kegiatan yang terjadi
di antara lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat di dalam proses pemasaran.
Arus pemasaran tersebut meliputi arus barang fisik, arus kepemilikan, arus
informasi, arus promosi, arus negosiasi, arus pembayaran, arus pendanaan, arus
penanggungan risiko, dan arus pemesanan.
Dalam pelaksanaan aktivitas-aktivitas distribusi, perusahaan kerapkali harus
bekerja sama dengan berbagai perantara (middleman) dan saluran distribusi
(distribution channel) untuk menawarkan produknya ke pasar.
 
d.        Konsumsi
Manusia memiliki kebutuhan yang beraneka ragam .manusia menginginkan agar semua
kebutuhannya dapat terpenuhi.alat pemuas kebutuhan manusia yang terdiri dari
barang dan jasa sangat terbatas jumlahnya. “konsumsi adalah setiap kegiatan
memakai, menggunakan, atau menikmati barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan.”
Adapun pengertian konsumsi dapat digolongkan dalam dua bagian, yaitu konsumsi
langsung dan konsumsi tak langsung.Konsumsi langsung merupakan pengkonsumsian
barang yang langsung dilakukan oleh penggguna barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhannya. Contohnya, makanan, minuman, dan pakaian yang langsung dipakaioleh
pengguna sementara itu, konsumsi tak langsung merupakan pemakaina benda
konsumsi berupa barang dan jasa yang tidak secara langsung digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pengguna barang contohnya, pembelian bahan baku pabrik yang
akan diproses lebih lanjut untuk keperluan penciptaan barang. Pembelian bahan baku
dapat dikategorikan sebagai tindakan konsumsi, tetapi bukan merupakan konsumsi
langsung.
 
4.        FAKTOR PRODUKSI
 
Kegiatan produksi tentunya memerlukan unsur-unsur yang dapat digunakan
dalam proses produksi yang disebut faktor produksi. Faktor produksi yang bisa
digunakan dalam proses produksi terdiri atas sumberdaya alam, tenaga kerja
mansuia, modal dan kewirausahaan.
 
 
 
a.        Alam
          Sumberdaya alam adalah segala sesuatu yang disediakan oleh alam yang dapat
dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Sumberdaya alam di sini
meliputi segala sesuatu yang ada di dalam bumi, seperti:
- Tanah, tumbuhan, hewan.
- Udara, sinar matahari, hujan.
- Bahan tambang, dan lain sebagainya.
          Faktor produksi sumberdaya alam merupakan faktor produksi asli karena
telah tersedia di alam langsung.
 
b.        Tenaga kerja
          Tenaga kerja manusia adalah segala kegiatan manusia baik jasmani maupun
rohani yang dicurahkan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa
maupun faedah suatu barang.
          Tenaga kerja manusia dapat diklasifikasikan menurut tingkatannya
(kualitasnya) yang terbagi atas:
a). Tenaga kerja terdidik (skilled labour), adalah tenaga kerja yang memperoleh
pendidikan baik formal maupun non formal.
Contoh: guru, dokter, pengacara, akuntan, psikologi, peneliti.
b).  Tenaga kerja terlatih (trained labour), adalah tenaga kerja yang memperoleh
keahlian berdasarkan latihan dan pengalaman.
Contoh: montir, tukang kayu, tukang ukir, sopir, teknisi.
c) Tenaga kerja tak terdidik dan tak terlatih (unskilled and untrained labour),
adalah tenaga kerja yang mengandalkan kekuatan jasmani daripada rohani.
Contoh: tenaga kuli pikul, tukang sapu, pemulung, buruh tani
 
c.         Distribusi
         Yaitu kegiatan menyalurkan atau menjual barangb sampai ke tangan konsumen
@ Macam-macam :
1.       Distribusi pendek/ distribusi langsung (produsen-konsumen)
2.       Distribusi semi langsung, dimana penyaluran barang hasil produksi dari
produsen ke konsumen melalui badan perantara (toko) milik produsen itu sendiri.
3.       Distribusi panjang/ distribusi tidak langsung (produsen-distribusi-konsumen)
Lembaga distribusi Adalah orang / badan usaha yang menjadi perantara antara
produsen dan konsumen.
@ Lembaga distribusi dapat digolongkan menjadi :
1.  Pedagang, adalah lembaga distribusi yang melakukan pekerjaan membeli hasil
produksi untuk dijual kembali atas tanggung jawab sendiri. Pedagang dapat
dibedakan menjadi :
(a)    Pedagang besar atau grosir (whoseller) yaitu pedagang yang membeli barang
dalam jumlah besar dan menjualnya kembali ke para pengecer
(b)   Pedagang kecil / eceran (retailer)
 
2.  Perantara khusus, adalah lembaga yang menyalurkan barang dari produsen ke
konsumen namun tidak bertanggung jawab apabila barang yang disalurkan tersebut
tidak laku.  Perantara khusu terbagi dari :
(a)    Agen,
(b)   Lembaga
(c)    Komisioner
(d)   Importir
(e)   Eksportir
d.            Konsumsi
Kegiatan manusia yang secara langsung menggunakan barang dan jasa (baik
mengurangi ataupun menghabiskan nilai guna suatu barang/jasa) untuk memenuhi
kebutuhan dan memperoleh kepuasan.
Contoh kegiatan konsumsi antara lain : makan,naik kendaraan umum, menonton tv,
membaca buku, dll
 
B.     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi
·         Tingkat pendapatan masyarakat
·         Selera konsumen
·         Harga barang, baik harga barang itu sendiri, barang substitusi maupun barang
komplemeter
·         Tingkat pendidikan masyarakat
·         Jumlah keluarga
·         Lingkungan alam
 
5.        PERMINTAAN DAN PENAWARAN
5.1      pengertian permintaan dan penawaran
~Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli atau diminta pada suatu harga dan
waktu tertentu.
~Penawaran adalah jumlah keseluruhan barang atau jasa yang dijual atau jasa yang
akan dijual atau
ditawarkan oleh produsen pada berbagai macam tingkat harga.
 
5.2      hukum permintaan dan penawaran
~ Hukum permintaan berbunyi, “Jumlah barang yang diminta akan selalu berbanding
terbalik dengan harganya, artinya jika harga barang naik, maka jumlah barang yang
diminta akan berkurang, dan jika harga barang turun, maka jumlah barang yang
diminta akan bertambah.
~ Hukum penawaran mengatakan bahwa jumlah barang yang ditawarkan akan selalu
terbanding lurus dengan harganya / artinya jika harga barang naik, maka jumlah
barang yang ditawarkan bertambah, sebaliknya jika harga turun, maka jumlah
barang yang ditawarkan berkurang.
 
5.3      faktor-faktor yang mempengaruhi
~ Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Permintaan
1. Perilaku konsumen / selera konsumen
Saat ini handphone blackberry sedang trend dan banyak yang beli, tetapi beberapa
tahun mendatang mungkin blackberry sudah dianggap kuno.
2. Ketersediaan dan harga barang sejenis pengganti dan pelengkap
Jika roti tawar tidak ada atau harganya sangat mahal maka meises, selai dan
margarin akan turun permintaannya.
3. Pendapatan / penghasilan konsumen
Orang yang punya gaji dan tunjangan besar dia dapat membeli banyak barang yang
dia inginkan, tetapi jika pendapatannya rendah maka seseorang mungkin akan
mengirit pemakaian barang yang dibelinya agar jarang beli.
4. Perkiraan harga dimasa depan
Barang yang harganya diperkirakan akan naik, maka orang akan menimbun atau
membeli ketika harganya masih rendah misalnya seperti bbm/bensin.
5. Banyaknya/intensitas kebutuhan konsumen
Ketika flu burung dan flu babi sedang menggila, produk masker pelindung akan
sangat laris. Pada bulan puasa (ramadhan) permintaan belewah, timun suri, cincau,
sirup, es batu, kurma, dan lain sebagainya akan sangat tinggi dibandingkan bulan
lainnya.
 
~ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Penawaran
1. Biaya produksi dan teknologi yang digunakan
Jika biaya pembuatan/produksi suatu produk sangat tinggi maka produsen akan
membuat produk lebih sedikit dengan harga jual yang mahal karena takut tidak
mampu bersaing dengan produk sejenis dan produk tidak laku terjual. Dengan
adanya teknologi canggih bisa menyebabkan pemangkasan biaya produksi sehingga
memicu penurunan harga.
2. Tujuan perusahaan
Perusahaan yang bertujuan mencari keuntungan sebesar-besarnya (profit oriented)
akan menjual produknya dengan marjin keuntungan yang besar sehingga harga jual
jadi tinggi. Jika perusahaan ingin produknya laris dan menguasai pasar maka
perusahaan menetapkan harga yang rendah dengan tingkat keuntungan yang rendah
sehingga harga jual akan rendah untuk menarik minat konsumen.
3. Pajak Pajak yang naik akan menyebabkan harga jual jadi lebih tinggi sehingga
perusahan menawarkan lebih sedikit produk akibat permintaan konsumen yang
turun.
4. Ketersediaan dan harga barang pengganti / pelengkap
Jika ada produk pesaing sejenis di pasar dengan harga yang murah maka konsumen
akan ada yang beralih ke produk yang lebih murah sehingga terjadi penurunan
permintaan, akhirnya penawaran pun dikurangi.
5. Prediksi / perkiraan harga dimasa depan
Ketika harga jual akan naik di masa mendatang perusahaan akan mempersiapkan diri
dengan memperbanyak output produksi dengan harapan bisa menawarkan/menjual
lebih banyak ketika harga naik akibat berbagai faktor.
 
5.4      tabel/skala permintaan dan penawaran
contoh tabel dari pasar buah manga :

 
 
5.5      kurva permintaan dan penawaran
~ Kurva Permintaan :

 
 

~ kurva Penawaran
 
 
 
 
 
5.6      fungsi permintaan dan penawaran
A. Fungsi Permintaan
Fungsi Permintaan adalah persamaan yang menunjukkan hubungan antara jumlah
suatu barang yang diminta dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.fungsi
permintaan adalah suatu kajian matematis yang digunakan untuk menganalisa
perilaku konsumen dan harga.fungsi permintaan mengikuti hukum permintaan yaitu
apabila harga suatu barang naik maka permintaan akan barang tersebut juga
menurun dan sebaliknya apabila harga barang turun maka permintaan akan barang
tersebut meningkat. jadi hubungan antara harga dan jumlah barang yang diminta
memiliki hubungan yang terbalik, sehingga gradien dari fungsi permintaan (b) akan
selalu negatif.
 
Bentuk umum fungsi permintaan dengan dua variabel adalah sebagai beriut :
Qd = a – bPd    atau  Pd = -1/b ( -a + Qd)
dimana :
a dan b = adalah konstanta, dimana b harus bernilai negatif
b          = ∆Qd / ∆Pd
Pd        = adalah harga barang per unit yang diminta
Qd       = adalah banyaknya unit barang yang diminta
Syarat, P  ≥  0, Q ≥  0, serta dPd / dQ < 0
 
untuk lebih memahami tentang fungsi permintaan, dibawah ini disajikan soal dan
pembahasan tentang fungsi permintaan.
 
    Pada saat harga Jeruk Rp. 5.000 perKg permintaan akan jeruk tersebut
sebanyak  1000Kg, tetapi pada saat harga jeruk meningkat menjadi Rp. 7.000 Per
Kg permintaan akan jeruk menurun menjadi  600Kg,  buatlah fungsi permntaannya ?
 
Pembahasan :
Dari soal diatas diperoleh data :
P1 = Rp. 5.000      Q1 = 1000 Kg
P2 = Rp. 7.000      Q2 = 600 Kg
untuk  menentukan fungsi permintaannya maka digunakan rumus persamaan garis
melalui dua titik, yakni :
y – y1            x – x1
——    =    ——–
y2 – y1         x2 – x1
 
dengan mengganti x = Q dan y = P maka didapat,
P – P1           Q – Q1
——-    =    ——–
P2 – P1         Q2 – Q1
 
mari kita masukan data diatas kedalam rumus :
    P    -     5.000                     Q – 1000
———————–  = —————-
   7.000 -  5.000                   600 – 1000
 
           P – 5.000                 Q – 1000
———————– = —————-
             2.000                        -400
 
 P – 5.000 (-400)    =  2.000 (Q – 1000)
-400P + 2.000.000 = 2000Q – 2.000.000
2000Q = 2000.000 + 2.000.000 – 400P
Q = 1/2000 (4.000.000 – 400P)
Q = 2000 – 0,2P
============
Jadi Dari kasus diatas diperoleh fungsi permintan Qd = 2000 – 0,2
 
B. Fungsi Penawaran
Fungsi penawaran adalah persamaan yang menunjukkan hubungan harga barang di
pasar dengan jumlah barang yang ditawarkan oleh produsen. Fungsi penawaran
digunakan oleh produsen untuk menganalisa kemungkinan2 banyak barang yang akan
diproduksi. Menurut hukum penawaran bila harga barang naik, dengan asumsi cateris
paribus (faktor-faktor lain dianggap tetap), maka jumlah barang yang ditawarkan
akan naik, dan sebaliknya apabila harga barang menurun jumlah barang yang
ditawarkan juga menurun. jadi dalam fungsi penawaran antara harga barang dan
jumlah barang yang ditawarkan memiliki hubungan posifit, karenanya gradien (b)
dari fungsi penawaran selalu positif.
 
Bentuk umum dari fungsi penawaran linear adalah sebagai berikut:
Qs = a + bPs
 
dimana :
a dan b = adalah konstanta, dimana b harus bernilai positif
 
b = ∆Qs/ ∆Ps
Ps= adalah harga barang per unit yang ditawarkan
Qs= adalah banyaknya unit barang yang ditawarkan
Ps≥ 0, Qs≥ 0, serta dPs/ dQs > 0
 
Pada saat harga durian Rp. 3.000 perbuah toko A hanya mampu menjual Durian
sebanyak 100 buah, dan pada saat harga durian Rp. 4.000 perbuah toko A mampu
menjual Durian lebih banyak menjadi 200 buah. dari kasus tersebut buatlah fungsi
penawarannya ?
Jawab :
dari soal diatas diperoleh data sebagai berikut :
P1 = 3.000     Q1 = 100 buah
P2 = 4.000     Q2 = 200 buah
Langkah selanjutnya, kita memasukan data-data diatas kedalam rumus persamaan
linear a:
 P – P1        Q – Q1
——–  =  ———
P2 – P1      Q2 – Q1
 
P  – 3.000         Q – 100
————–  = ————-
4.000 – 3.000      200 – 100
 
     P – 3.000           Q – 100
————–   =  ————-
        1.000                 100
 
(P – 3.000)(100) = (Q – 100) (1.000)
100P – 300.000  = 1.000Q – 100.000
1.000Q = -300.000 + 100.000 + 100P
1.000Q = -200.000 + 100P
Q = 1/1000 (-200.000 + 100P )
Q = -200 + 0.1P
============
Jadi dari kasus diatas diperoleh Fungsi penawaran : Qs = -200 + 0,1Pd
 
C. Keseimbangan Harga
Keseimbangan harga di pasar tercapai apabila Qd = Qs atau Pd = Ps, Jadi
keseimbangan harga merupakan kesepakatan-kesepakatan antara produsen dan
konsumen dipasar.
untuk lebih jelasnya perhatikan contoh soal dibawah ini :
 
    Tentukan jumlah barang dan harga pada keseimbangan pasar untuk fungsi
permintaan Qd = 10 – 0,6Pd dan fungsi penawaran Qs = -20 + 0,4Ps.
 
Jawab:
Keseimbangan terjadi apabila Qd = Qs, Jadi
10 – 0,6Pd   = -20 + 0,4Ps
0,4P + 0,6P =  10 + 20
P = 30
 
Setelah diketahui nilai P, kita masukan nilai tersebut kedalam salah satu fungsi
tersebut:
Q = 10 – 0,2(30)
Q = 10 – 6
Q = 4,
Jadi keseimbangan pasar terjadi pada saat harga (P)=30 dan jumlah barang (Q) = 4.
 
6.            Mekanisme pembentukan harga pasar

A. PENGERTIAN HARGA PASAR

- Harga pasar atau Harga keseimbangan adalah Harga yang disepakati oleh pihak penjual
dan pihak pembeli pada tingkatan harga tertentu.

- Pada tingkatan harga tertentu, jumlah barang dan jasa yang diminta sama dengan jumlah
barang dan jasa yang ditawarkan.

- Terbentuknya harga ditentukan berdasarkan hukum ekonomi ( hukum permintaan dan


hukum penawaran ) yaitu sebagai berikut :
1. Harga akan tetap jika permintaan seimbang.

2. Permintaan makin bertambah, jika harga turun, penawaran akan berkurang

jika harga makin turun.

3. Makin banyak permintaan, harga makin tinggi, makin banyak penawaran,

harga makin rendah.

B. PROSES TERBENTUKNYA HARGA PASAR

- Harga pasar akan tercapai setelah melalui serangkaian proses tawar – menawar antara
penjual dan pembeli.

- Apabila harga barang atau jasa yang ditawarkan oleh penjual dirasa terlalu tinggi oleh
pembeli maka barang dan jasa tersebut tidak dapat terjual.

- Istilah Surplus dikenal dengan pengertian suatu keadaaan dimana terjadi kelebihan
penawaran.

- Istilah Shortage dikenal dengan pengertian suatu keadaan dimana terjadi kelebihan
permintaan

- Prinsip Ceteris Paribus berlaku dalam hal ini, yaitu Harga merupakan satu – satunya faktor
yang menentukan permintaan dari pembeli dan penawaran dari penjual.

- Faktor – Faktor yang mempengaruhi harga pasar :

1. Permintaan terhadap barang atau jasa bertambah, sedangkan jumlah barang atau

jasa terbatas.

2. Tinggi rendahnya biaya produksi.

3. Pandangan masa depan dari produsen atau konsumen.

4. Produsen mengetahui selera konsumen.

5. Penawaran terhadap barang atau jasa bertambah, sedangkan daya beli konsumen
Tetap atau berkurang

- Peranan Harga pasar dalam perekonomian :

1. Menunjukan perubahan kebutuhan masyarakat.

2. Membantu menentukan penawaran.

3. Menggerakkan pengusaha untuk berkreasi terhadap perubahan permintaan

- Fungsi harga pasar adalah sebagai berikut :

1. Menentukan jenis barang yang akan diproduksi.

2. Menentukan pembagian hasil produksi diantara para konsumen.

3. Menentukan teknologi yang akan digunakan dalam proses produksi.

- Kurva Keseimbangan penawaran dan permintaan :

Harga ( P ) Permintaan Penawaran

Rp 2500 5 20

Rp 2000 10 15

Rp 1500 12 12

Rp 1000 15 10

Rp 500 20 5
 
 

                                                                                                 

7.  ELASTISITAS
7.1      Elastisitas Permintaan
Dalam ilmu ekonomi, elastisitas permintaan atau price elasticity of demand (PED)
adalah ukuran kepekaan perubahan jumlah permintaan barang terhadap perubahan
harga.

Elastisitas permintaan mengukur seberapa besar kepekaan perubahan jumlah permintaan


barang terhadap perubahan harga.Ketika harga sebuah barang turun, jumlah permintaan
terhadap barang tersebut biasanya naik —semakin rendah harganya, semakin banyak benda
itu dibeli.Elastisitas permintaan ditunjukan dengan rasio persen perubahan jumlah
permintaan dan persen perubahan harga.Ketika elastisitas permintaan suatu barang
menunjukkan nilai lebih dari 1, maka permintaan terhadap barang tersebut dikatakan elastis
di mana besarnya jumlah barang yang diminta sangat dipengaruhi oleh besar-kecilnya
harga.Sementara itu, barang dengan nilai elastisitas kurang dari 1 disebut barang inelastis,
yang berarti pengaruh besar-kecilnya harga terhadap jumlah-permintaan tidak terlalu
besar. Sebagai contoh, jika harga sepeda motor turun 10% dan jumlah permintaan atas
sepeda motor itu naik 20%, maka nilai elastisitas permintaannya adalah 2; dan barang
tersebut dikelompokan sebagai barang elastis karena nilai elastisitasnya lebih dari 1.
Perhatikan bahwa penurunan harga sebesar 1% menyebabkan peningkatan jumlah
permintaan sebesar 2%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa jumlah permintaan atas
sepeda motor sangat dipengaruhi oleh besarnya harga yang ditawarkan.

koefisien Elastisitas

n=0 Inelastis sempurna

0<n<1 Inelastis

n=1 Elastis uniter

1<n<∞ Elastis

n=∞ Elastis sempurna

Untuk barang-barang normal, penurunan harga akan berakibat pada peningkatan jumlah
permintaan. Permintaan terhadap sebuah barang dapat dikatakan inelastis bila jumlah
barang yang diminta tidak dipengaruhi oleh perubahan harga.Barang dan jasa yang tidak
memiliki substitusi biasanya tergolong inelastis. Permintaan terhadap antibiotik, misalnya,
dikatakan sebagai permintaan inelastis karena tidak ada barang lain yang dapat
menggantikannya. Daripada mati terinfeksi bakteri, pasien biasanya lebih memilih untuk
membeli obat ini berapapun biayanya.Sementara itu, semakin banyak sebuah barang
memiliki barang substitusi, semakin elastis barang tersebut.

meskipunpermintaan inelastis sering diasosiasikan dengan barang “kebutuhan,” banyak juga


barang yang bersifat inelastis meskipun konsumen mungkin tidak “membutuhkannya.”
Permintaan terhadap garam, misalnya, menjadi permintaan inelastis bukan karena konsumen
sangat membutuhkannya, melainkan karena harganya yang sangat murah.
Rumus yang dapat digunakan untuk menghitung koefisien elastisitas permintaan adalah

atau menggunakan kalkulus differensial:

atau bisa juga:

dimana:

= harga

= jumlah

= jumlah permintaan

= harga permintaan

= -

= -

 
7.2      Elastisitas penawaran
Elastisitas penawaran mengukur seberapa banyak penawaran barang dan jasa
berubah ketika harganya berubah.Elastistas harga ditunjukkan dalam bentuk
prosentase perubahan atas kuantitas yang ditawarkan sebagai akibat dari satu
persen perubahan harga.

Koefisien Elastisitas Penawaran

Perhitungan koefisien elastisitas permintaan dengan menggunakan metode mid point adalah
sebagai berikut :
Es = % perubahan kuantitas penawaran / % perubahan harga,

atau

Keterangan :
ES = Elastisitas penawaran
Q2 = Kuantitas penawaran setelah perubahan
Q1 = Kuantitas penawaran awal
P2 = Harga setelah perubahan
P1 = Harga awal

Jenis-jenis Elastisitas Penawaran

Ada lima jenis elastisitas penawaran :

1.             Penawaran tidak elastis sempurna : elastisitas = 0. Penawaran tidak dapat ditambah
pada tingkat harga berapapun, sehingga kurva penawaran (S) akan terlihat vertikal.

2.            Penawaran tidak elastis : elastisitas < 1. Perubahan penawaran lebih kecil dari
perubahan harga, artinya perubahan harga mengakibatkan perubahan yang relatif kecil
terhadap penawaran.

3.            Penawaran uniter elastis : elastisitas = 1. Perubahan penawaran sama dengan


perubahan harga.

4.            Penawaran elastis : elastisitas > 1. Perubahan penawaran lebih besar dari perubahan
harga, artinya perubahan harga mengakibatkan perubahan yang relatif besar terhadap
penawaran.

5.            Penawaran elastis sempurna : elastisitas tak terhingga. Perusahaan dapat menyuplai
berarapun kebutuhan pada satu tingkat harga tertentu. Perusahaan mampu menyuplai pada
biaya per unit konstan dan tidak ada limit kapasitas produksi.

7.3      Elastisitas Permintaan silang

Elastisitas Permintaan Silang


Elastisitas permintaan silang mengukur bagaimana perubahan kuantitas yang diminta atas
sebuah produk mempengaruhi harga produk lainnya. Perhitungannya adalah sebagai berikut :

Keterangan :
EA,B = elastisitas silang antara produk A dan B
P1B = harga awal produk B
P2B = harga produk B setelah perubahan
ΔQA = kenaikan permintaan produk A
Q1A = kuantitas permintaan awal produk A
Q2A = kuantitas permintaan produk A setelah harga produk B berubah
ΔPB = kenaikan harga produk B

Elastisitas silang berhubungan dengan karakteristik kedua produk, yaitu :


1. Produk substitusi.
Elastisitas permintaan silang adalah positif, dimana kenaikan harga produk A akan
menaikkan permintaan atas produk B. Contoh produk substitusi : minyak tanah dan kayu
bakar, makanan ringan yang tersedia dalam berbagai merek, beras berkualitas sama mereak
A dan B, dan lain sebagainya.
2. Produk komplementer.
Elastisitas permintaan silang adalah negatif , dimana kenaikan harga produk A akan
menurunkan permintaan produk B, vice versa. Contoh produk komplementer misalnya bensin
dan mobil (mobil tidak dapat digunakan tanpa bensin). Jika harga bensin naik, permintaan
akan mobil akan cenderung turun.

 
7.4      Elastisitas pendapatan
Dalam ilmu ekonomi, elastisitas pendapatan adalah perubahan dalam permintaan
sebagai akibat dari perubahan dalam pendapatan. Misalnya, apabila karena
pendapatan meningkat 10%, permintaan suatu barang meningkat 20%, maka
elastisitas pendapatannya adalah 20%/10% = 2.
RUMUS

 
 
Elastisitas pendapatan ditentukan oleh jenis produk, yaitu :
1. Produk normal.
Elastisitas pendapatan adalah positif. Misalnya, permintaan akan produk normal
akan meningkat jika pendapatan meningkat. Contoh ekstrimnya adalah beras, dapat
digantikan dengan ubi sebagai produk inferiornya.
2. Produk inferior.
Elastisitas pendapatan adalah negatif. Misalnya, permintaan akan produk inferior
akan menurun jika pendapatan meningkat.
 
8.      KEBIJAKSANAAN PENETAPAN HARGA OLEH PEMERINTAH
8.1      Kebijakan penetapan harga eceran terendah (floor price)

PENGERTIAN FLOOR PRICE                                                

•              Harga dasar : merupakan tingkat harga minimum yang diberlakukan pemerintah.

•              Penetapan harga dasar ini bertujuan untuk melindungi produsen, karena dirasakan
harga pasar produk yang dihasilkan dianggap terlalu rendah sehingga pendapatan para
produsen terancam.

•               Untuk melindungi para produsen maka pemerintah dapat campur tangan dengan
menetapkan harga minimum atau Harga Eceran Terendah.

•               Harga minimum ini lebih tinggi daripada harga keseimbangan yang berlaku di pasar dan
disebut Harga Dasar
(Floor Price ).
PENGARUH FLOOR PRICE TERHADAP PASAR
Sebuah harga dasar ditetapkan di atas harga keseimbangan pasar memiliki
beberapa efek samping.

@ Konsumen mendapatkan keadaan mereka sekarang harus


membayar harga yang lebih tinggi untuk produk yang sama.
Sebagai hasilnya, mereka mengurangi pembelian mereka pada
produk tersebut atau keluar dari pasar secara total.
@ Di lain pihak, pemasok menemukan harga yang terjamin, harga
baru lebih tinggi daripada yang mereka pakai sebelumnya.
Sebagai hasilnya, mereka meningkatkan produksi.
Secara keseluruhan,
@ Berarti efek sekarang adalah adanya kelebihan pasokan (dikenal
sebagai “surplus”) dari produk di pasar. Untuk menjaga harga
dasar dalam jangka panjang. Harga keseimbangan ditentukan
ketika kuantitas yang diminta sama dengan kuantitas yang
ditawarkan.

JENIS-JENIS FLOOR PRICE

INELASTIS

•              Jika kedua daerah arsiran tersebut dipisahkan maka tampak sebagai berikut:
Arsiran I : pembelian kelebihan oleh pemerintah untuk ditimbun:biaya yang dibutuhkan
pemerintah untuk membeli kelebihan penawaran adalah sebesar S’ SFE’

Arsiran II:Pemberian subsidi kepada petani ;biaya yang dibutuhkan pemerintah untuk
pemberian subsidi adalah sebesar AEFB

Sehingga,AEFB>S’SFE’

Jadi,subsidi lebih mahal daripada pembelian kelebihan.

ELASTIS

jika kedua daerah arsian tersebut dipisahkan maka tampak sebagai berikut :

Arsiran 1 : pembelian kelebihan oleh pemerintah untuk ditimbun : biaya yang dibutuhkan
pemerintah untuk membeli kelebihan penawaran adalah sebesar S’SFE’

Arsiran 2 : pemberian subsidi kepada petani : biaya yang dibutuhkan pemerintah untuk
pemberian subsidi adalah sebesar AEFB
Sehingga AEFB < S’SFE’
jadi pembelian pemerintah lebih mahal daripada subsidi kepada petani
8.2      Kebijaksanaan penetapan harga eceran tertinggi (celling price)
PENGERTIAN CELLING PRICE
Price Ceiling atau harga tertinggi adalah harga maksimum yang ditetapkan
berkenaan dengan menurunnya penawaran barang di pasar.Price Ceiling efektif
dalam melindungi konsumen dari gejolak harga yang tak terhingga.Pada price ceiling,
harga maksimum terdapat di bawah harga keseimbangan. Dengan menurunnya harga
jual, maka permintaan akan meningkat (hukum permintaan).  Kondisi ini mendorong
permintaan terus bertambah, sehingga jumlah barang yang diminta lebih tinggi dari
barang yang ditawarkan (shortage).

Cara mengatasi shortage


1. Penjatahan dengan sistem kupon
Kebijakan ini menunjukan bahwa bukan hanya kekuatan uang yang mampu
menggerakan mekanisme pasar, tetapi uang dan kupon, sehingga permintaan akan
berkurang.
2. Pengeluaran stock persediaan beras
Persediaan yang diperoleh dari hasil pembelian pada waktu panen dapat dikeluarkan
pada saat seperti ini. Pemerintah dapat menjual persediaan beras sehingga
kekurangan permintaan dapat dipenuhi.
3. Impor
Untuk mengatasi kekurangan terhadap jumlah barang yang diminta pemerintah
dapat melakukan impor barang dari luar negeri, kebijakan ini dapat dilakukan apabila
kebijakan pemerintah dalam pembelian hasil yang disimpan dalam bentuk stock tidak
mencukupi.
 
8.3      Kombinasi kebijakan floor price dan celling price
 

Pada dasarnya, floor price dan ceiling price tidak dapat terjadi pada lokasi dan waktu yang
bersamaan.Dua kebijakan tersebut terjadi secara bertahap. Dimana pemerintah akan
mengeluarkan kebijakan floor price untuk melindungi produsen saat terjadi kemerosotan
harga yang dikarenakan kelebihan jumlah hasil produksi. Lalu saat jumlah hasil produksi
menurun, pemerintah menetapkan kebijakan ceiling price.

          Dengan adanya kombinasi kebijakan floor price dan ceilling price yang dilakukan oleh
pemerintah, maka dapat menstabilkan perekonomian, selain itu antara produsen dan
konsumen tidak merasa dirugikan karena masing-masing mendapat harga yang sesuai.

 
9.      TEORI KONSUMEN
9.1      Teori konsumen dengan pendekatan guna kardinal
Konsumen
Konsumen adalah pengguna barang atau jasa baik untuk kepentingan diri sendiri dan
atau kepentingan orang lain.
Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, sebagai contoh:
•              Pendapatan
•              Selera konsumen
•              Harga barang
 

Ciri-ciri pendekatan kardinal


•              Dikatakan dalam pendekatan kardinal, kepuasan seorang konsumen diukur

dengan satuan kepuasan. Misalnya: uang.

•              Makin banyak yang dikonsumsi, makin besar kepuasan konsumen tersebut.

•              Terjadi hukum The Law of Deminishing Marginal Utility.

•              Tambahan kepuasan untuk tambahan konsumsi 1 barang bisa dihargai dengan

uang.

Setiap penambahan satu unit barang yang dikonsumsi akan menambah kepuasan yang
diperoleh konsumen tersebut dalam jumlah tertentu.Semakin besar jumlah barang yang
dapat dikonsumsi maka semakin tinggi tingkat kepuasannya.Pendekatan guna kardinal
memiliki kelemahan berupa asumsi kepuasan seseorang itu tidak realis.

Karena kepuasan masing – masing orang pada dasarnya adalah hal yang bersifat
relatif.Namun kelebihannya yang menonjol adalah mudahnya isi konsepsi pendekatan
kardinal untuk lebih dipahami: bahwa pendekatan kardinal mendahului uraian mengenai teori
konsumen yang menggunakan pendekatan ordinal.

KESEIMBANGAN KONSUMEN

Konsumen yang rasional akan berusaha untuk memaksimalkan kepuasannya pada tingkat
pendaptan yang dimilikinya.

Besarnya nilai kepuasan akan sangat bergantung pada individu (konsumen) yang
bersangkutan.

Konsumen dapat mencapai kondisi equilibrium atau mencapai kepuasan yang maksimum
apabila dalam membelanjakan pendapatannya mencapai kepuasan yang sama pada berbagai
barang.

Para ahli ekonom mempercayai bahwa pendekatan kardinal utility  merupakan ukuran
kebahagiaan seseorang.
Besar kecilnya utility yang dicapai konsumen tergantung dari jenis barang atau jasa dan
jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi

Sehingga dapat ditunjukkan oleh fungsi sebagai berikut:

U = f ( X1, X2, X3, … Xn)

Dimana “U” adalah utility atau besar kecilnya kepuasan, sedangkan X adalah jenis & jumlah
barang yang dikonsumsi.

TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERDIRI DARI DUA KONSEP YAITU:

1.             Total utility (kepuasan total) Kepuasan total adalah kepuasan menyeluruh

yang diterima oleh individu dari mengkonsumsi sejumlah barang atau jasa

2.            Marginal utility (kepuasan tambahan) Kepuasan tambahan adalah perubahan

total per unit dengan adanya perubahan jumlah barang atau jasa yang

dikonsumsi.

PENDEKATAN KARDINAL MEMPUNYAI 5 ASUMSI, YAITU:

•              Konsumsi rasional.Artinya konsumen bertujuan memaksimalkan kepuasannya dengan


batasan pendapatannya.

•              Berlaku hukum Diminishing Marginal Utility yaitu besarnya kepuasan marginal akan
selalu menurun dengan bertambahnya jumlah barang yang dikonsumsi secara terus menerus.

•              Pendapatan konsumen tetap yang artinya untuk memenuhi kepuasan kebutuhan
konsumen dituntut untuk mempunyai pekerjaan yang teteap supaya pendapatan mereka
tetap jika salah satu barang didalam pendekatan kardinal harganya melonjak

•              Uang mempunyai nilai subyektif yang tetap yang artinya uang merupakan ukuran dari
tingkat kepuasan didalam pendekatan kardinal, semakin banyak konsumen mempunyai uang
maka semakin banyak mereka dapat memenuhi kebutuhan mereka.
•              Total utility adalah additive dan independen. Additive artinya daya guna dari
sekumpulan barang adalah fungsi dari kuantitas masing-masing barang yang dikonsumsi.
Sedangkan independent berarti bahwa daya guna X1 tidak dipengaruhi tindakan
mengonsumsi barang X2,X3,X4,……Xn dan sebaliknya.

9.2      Teori konsumen dengan pendekatan ordinal


Karakteristik kurva indefferen :
1.   Berlereng/ slope negatif.
2. Cembung ke arah titik pusat.
3. Tidak saling berpotongan.
4. Semakin ke kanan menunjukkan tingkat kepuasan yang semakin tinggi.
 
SIFAT–SIFAT KURVA INDIFERENS :
1.             Kurva Indiferens merupakan fungsi kontinyu, bukan kumpulan titik – titik
diskrit, dan selalu melewati titik-titik kombinasi produk.
2.            Bentuk  kurva Indiferens memiliki slope negatif (menurun ke kanan) dan
cembung kearah titik pusat sumbu.
3.            Kurva Indiferens yang terletak lebih jauh dari titik pusat menunjukkan
tingkat kepuasan total yang lebih tinggi, sehingga dua atau lebih kurva
indiferens tidak akan berpotongan.
Kombinasi seorang konsumen dalam mengkonsumsi 2 macam produk berbentuk
cembung ke arah titik pusat sumbu dan menurun ke kanan.

Efek Pendapatan Dan Efek Substitusi

Harga suatu produk menimbulkan dua macam efek yaitu :

Efek Pendapatan

Kenaikan atau penurunan harga yang menyebabkan naik atau turunnya pendapatan riil.

Efek Substitusi

Penggantian pilihan terhadap barang lain akibat dari penurunan atau kenaikan harga barang.

10.     TEORI PRODUKSI


10.1   Teori produksi dengan satu input yang bersifat variable
A.      Fungsi Produksi
Dalam teori ekonomi, setiap proses produksi mempunyai landasan teknis yang disebut
fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang
menunjukkan hubungan fisik atau teknis antara jumlah faktor-faktor produksi yang
dipergunakan dengan jumlah produk yang dihasilkan per satuan waktu, tanpa
memperhatikan harga-harga, baik harga faktor-faktor produksi maupun harga produk.
Produksi : Suatu kegiatan memproses input (faktor produksi) menjadi suatu output.
Produsen dalam melakukan kegiatan produksi, mempunyai landasan teknis, yang
didalam teori ekonomi disebut “fungsi produksi”
Fungsi Produksi :  suatu  persamaan yang menunjukan hubungan ketergantungan
(fungsional) antara tingkat input yang digunakan dalam proses produksi dengan
tingkat output yang dihasilkan.
Fungsi produksi secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :
          Q = f (K, L, R, T)
          Q = jumlah output (hasil produksi)
          K = modal (kapital)
          L  = tenaga kerja  (labor)
          R  = kekayaan akan (raw material)
          T  = teknologi
 
 
 
Perlu diketahui bahwa teknologi tidak dianggap sebagai faktor produksi
 
B.       Produksi Dengan Satu Input Variabel
Teori produksi yang sederhana menggambarkan hubungan antara tingkat output
yang dihasilkan dengan jumlah tenaga kerja (labor) yang digunakan untuk
menghasilkan output tersebut.
Dalam analisis produksi dengan satu input variabel diasumsikan bahwa semua faktor
produksi selain tenaga kerja (L) dianggap tetap. Sehingga fungsi produksi dengan
satu input variabel : Q = f (L).
Fungsi Produksi dengan Satu Input Variabel Tunduk pada “Law of Diminishing
Return”.
Hukum hasil lebih yang semakin berkurang (the law of diminishing return)
menyatakan : bila satu macam input (labor) penggunaannya terus ditambah sebanyak
satu unit, sedangkan input-input yang lain konstan, pada mulanya produksi total akan
semakin banyak pertambahannya. Tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu
produksi tambahan tersebut semakin menurun dan akhirnya mencapai nilai negatif.
Keadaan ini akan menyebabkan produksi total semakin lambat pertambahannya,
akhirnya ia mencapai tingkat maksimum dan kemudian menurun.
 
Tabel 1. Dibawah ini menunjukan sistem produksi dengan satu input variabel dimana
dimisalkan Y input faktor produksi modal (kapital) dan X merupakan input faktor
produksi variabel tenaga kerja. Dalam Tabel 1. Dimisalkan perusahaan berproduksi
dengan menggunakan sejumlah modal tertentu misalnya Y = 2 (artinya Y konstan),
dan input variabel tenaga kerja/labor X.

•              Produksi Marginal

          Tambahan produksi yang diakibatkan oleh pertambahan satu tenaga kerja
yang digunakan.

Rumus : MP = ∆TP/∆L

         

•              Produksi rata-rata

          produksi yang secara rata dihasilkan oleh setiap pekerja

Rumus : AP =TP/L

Hubungan antara Total Product (TP), Marginal Product (MP) dan Average Product
(AP) dapat digambarkan secara grafik seperti pada gambar 1 berikut ini :

Kurva Total Product dan Marginal Product

 
 

Fungsi produksi dengna satu input variabel (misal : tenaga kerja) tunduk pada hukum “the
law of deminishing return” yang menyatakan : Bila suatu macam input penggunaannya terus
ditambah sebanyak 1 unit, sedangkan input yang lain konstan, pada mulanya Total Product
akan semakin besar pertambahannya. Tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu
“produksi tambahan” semakin menurun hingga mencapai nol, dan ini menyebabkn total
product semakin lambat pertambahannya dan akhirnya ia (TP) mencapai tingkat maksimum.
Bila penambahan input terus dilanjutkan, maka MP-nya akan menjadi negatif dan TP-nya.

A.           Tahap- Tahap Produksi

Pada hakekatnya the law of dimishing return menyatakan bahwa hubungan antara
tingkat produksi dan jumlah input tenaga kerja yang digunakan dapat dibedakan
menjadi 3 tahap :

(1)Tahap Pertama : Produksi Total (Total Product) mengalami pertambahan yang semakin
cepat.

Tahap ini dimulai dari titik origin semakin kesatu titik pada kurva total product
dimana AP (produksi rata-rata) maksimum, dan pada titik ini AP=MP (marginal
product).

(2) Tahap Kedua : Produksi Total (Total Product) pertambahannya semakin lama   semakin
kecil.

Tahap II ini dimulai dari titik AP maksimum sampai titik dimana MP=0, atau TP
maksimum.
 

(3)  Tahap Ketiga : Produksi total (total product) semakin lama semakin menurun.

Tahap III ini meliputi daerah dimana MP negatif.

         Inflection point (titik belok) : yaitu titik dimana slope (lereng kurva total product (TP)
mulai berubahan.

         Faktor produksi tetap (fixed input) : yaitu input faktor produksi yang jumlahnya tidak
dapat dirubah dengan segera mengikuti perubahan output. Contoh : Gedung, mesin,
managerial, dll.

         Faktor produksi variabel (variabel input) : yaitu input yang dapat mengikuti perubahan
jumlah output yang dihasilkan.

B.            Tahap Produksi Paling Efisien

1)    Tahap I menunjukan bahwa pada saat penggunaan input tenaga kerja (labor, L)
masih sedikit, bila dinaikan penggunaannya, maka produksi rata-rata (average
product, AP) naik  dengan ditambahkannya input variabel. Dengan asumsi harga input
tenaga kerja (L) tetap, maka dengan naiknya produksi rata-rata (cost of production
per-unit) akan menurun dengan ditingkatkannya produksi (output).

Dalam pasar persaingan sempurna (perfect competition), produsen tidak akan


pernah beroperasi (berhenti berproduksi) pada tahap I ini, karena dengan
memperbesar volume produksi, biaya produksinya perunit akan menurun, hal ini
berarti akan memperbesar keuntungan yang ia terima. Jadi pasa tahap I ini
“efisiensi produksi” belum maksimal.

2)   Tahap III meliputi daerah dimana produksi marginal (marginal product, MP) negatif.
Pada tahap III ini penggunaan input tenaga kerja (L) sudah terlalu banyak, sehingga
produksi total (total product, TP) justru akan menurun, jika penggunaan input tenaga kerja
(L) tersebut diperbesar, karena MP negatif (efisiensi produksi telah melampaui kondisi
maksimal).
3)  Diantara tahap I dan tahap III terdapat tahap II.

Maka berdasarkan pada keadaan tahap I dan tahap III dapat disimpulkan bahwa “efisiensi
produksi maksimal” terjadi pada tahap II.

 
 
10.2   Teori produksi dengan dua input variable

Pengertian Teori Produksi dengan Dua Input Variabel

Pengertian Teori Produksi

Bagi kebanyakan manajer perusahaan, persoalan produksi yang dihadapi adalah bagaimana
memproduksi suatu produk dengan komposisi yang paling menguntungkan Baik komposisi
input yang dipergunakan maupun komposisi jenis produk yang akan dihasilkan. Untuk
memaksimumkan profit, para manajer perusahaan harus berorientasi pada usaha
memproduksi secara efisien dengan beban biaya minimal.

Hal ini diartikan sebagai upaya untuk secara terus menerus mencari dan menemukan metode
rekayasa memproduksi serta membandingkan metode yang dipakai dengan metode yang
sudah pernah digunakan oleh perusahaan sebelumnya.Dari perbandingan tersebut dipilih
suatu metode yang merupakan terbaik, dengan menghasilkan keuntungan tertinggi bagi
perusahaan.

Pada teori produksi yang biasa dibahas dalam kebanyakan literatur ekonomi manajerial
terdapat berbagai macam metode pendekatan. Pendekatan yang pertama ialah pendekatan
yang menggunakan satu variabel input. Pendekatan kedua dikenal sebagai pendekatan dua
variabel input dan pendekatan ketiga adalah dengan pendekatan biaya total.

Pengertian Teori Produksi dengan Dua Input Variabel

Teori produksi dengan dua input variabel, misalnya tenaga kerja (L) dan modal (K).
Digunakan dalam jangka pendek, dengan asumsi bahwa input K merupakan input tetap,
sehingga jumlah output yang dihasilkan hanya tergantung dari jumlah tenaga kerja (L) yang
digunakan. Teori produksi dua input variabel hanya memperhitungkan dua macam input,
dimana kerdua macam input ini saling dapat menggantikan kedudukan penggunaannya dalam
produksi. Artinya jika input yang satu dikurangi atau ditambahkan maka akan dapat
digantikan perannya dengan ditambahkan atau dikurangi input yang lain.

Misalnya kita dapat mencontohkan antara input tenaga kerja dan mesin. Antara tenaga
kerja dan mesin disini dapat saling mengganti peran dalam melaksanakan fungsi produksi.
Kalau tenaga kerja ingin ditambah maka konsekwensinya porsi mesin dapat
dikurangi.sebaiknya jika tenaga kerja yang ingin dikurangi maka konsekwensinya harus
menambah mesin sebagai penggantinya untuk mencapai target produksi tertentu.

Pengertian Isoquant

          Kurva isoquant adalah suatu kurva (garis) yang menghubungkan titik-titik kombinasi
input untuk menghasilkan tingkat output yang sama jumlahnya. Kurva isoquant menunjukkan
suatu tingkat output tertentu makin tinggi kurva isoquant menunjukkan tingkat output yang
makin besar pula. Sedangkan berbagai kumpulan (himpunan) kurva isoquant yang mungkin
dapat dicapai oleh produsen disebut “petakurva isoquant” (isoquant curve map).
Karakteristiknya antara lain:

1.             Memiliki slope negative


2.            Cembung ke arah titik pusat sumbu
3.            Dua atau lebih kurva isoquant tidak akansaling berpotongan
4.            Semakin tinggi menjauhi titik 0 menunjukan total produksi semakin tinggi
pula.

Pengertian Isocost

          Kurva isocost adalah suatu garis yang menjelaskan gabungan penggunaan input dengan
sejumlah biaya tertentu. Sebagaimana diketahui bahwa isoquant merupakan berbagai
alternatif penggunaan input untuk manghasilkan output yang sama jumlahnya. Namun sampai
di situ masalah pemilihan berapa komposisi jumlah input yang akan ditentukan belum bisa
dipastikan. Sebab isoquanthanya membahas berbagai alternatif dan kondisi objektif dari
sifat kemampuan alamiah dari dua input yang dipergunakan menghasilkan output. Karena
pada alternatif mana saja sepanjang isoquant hasilnya sama, yaitu jumlah output yang
dihasilkan sama. Pendekatan ini dikenal dengan istilah Isocost, yang diartikan sebagai
komposisi input atau kombinasi dua macam input yang akan dipergunakan untuk menghasilkan
output yang mampu dibiayai oleh perusahaan.

Keseimbangan Produsen

          Seorang produsen berada dalam kondisi keseimbangan, apabila dengan sejumlah
pengeluaran (biaya) tertentu dapat menghasilkan output yang maksimal, atau dengan kata
lain untuk menghasilkan sejumlah output tertentu diperlukan biaya minimal.

          Dengan menggabungkan kurva isoquant dengan isocost dapat dia nalisa keseimbangan
produsen. Keseimbangan produsen ini terkait dengan penggunaan input optimal. Penggunaan
input optimal dapat dibedakan analisanya berupa maksimasi output dan minimasi biaya.
Keseimbangan produsen dicapai ketika kurva isocost bersinggungan dengan isoquant.

 
10.3   Teori produksi Cobb-Douglas
Fungsi Produksi Cobb-Douglas
Fungsi ini sering disebut fungsi produksi eksponensial. Bentuk umumnya juga sama,
yakni Y = f (Xi) atau dapat ditulis dalam bentuk spesifik Y = aXb, dimana Y adalah
variabel yang dijelaskan, X adalah variabel yang menjelaskan, dan a dan b adalah
parameter yang diduga.
Kelebihan Cobb- Douglas ini adalah pada pangkat menunjukan pangkat elastisitas
produksi. Sedangkan kelemahannya adalah dalam interpretasi perlu dilinierkan dengan
proses logaritma atau sering disebut dengan double log; log Y = log a + b log X.
 
Dari empat bentuk fungsi produksi ini masih banyak bentuk fungsi lainnya seperti
fungsi produksi berikut ini :
1.   Constant Elasticity of Substitutions (CES) ; Y =    [ò K-p + ( 1 – ò) L-p]-1/p
2.    Transendental; Y AK1b1 ec1x1 x2b2 ec2x2 + u
3.    Translog; log Y = log b0 + b1 logX1 + b2 logX2 + b3 (logX1 logX2) + u
4.    Semi log; Y = b0 + b1 + b2 logX2
5.    Log Invers atau log linier; log Y = b0 + b1 X1 + b2 X2
 
Teori dasar pendekatan Cobb Douglas
Beberapa fungsi produktivitas dalam suatu perusahaan sangatlah berperan penting
dalam pengembangan produktivitas. Terutama untuk menunjang proses produksi
sehingga dapat memberikan beberapa peluang yang diharapkan. Dalam
dunia ekonomi, pendekatan Cobb-Douglas merupakan bentuk fungsional dari fungsi
produksi secara luas digunakan untuk mewakili hubungan output untuk input. Hal ini
diusulkan oleh Knut Wicksell (1851-1926), dan diuji terhadap bukti statistik
oleh Charles Cobbdan Paul Douglas di 1900-1928.
Untuk produksi, fungsi dapat digunakan rumus :
Y = AL α K β , Y = K α β AL,
Dimana:
                     Y = total produksi (nilai moneter semua barang yang diproduksi dalam setahun)
                     L = tenaga kerja input
                     K = modal input
                     A = produktivitas faktor total
                     α dan β adalah elastisitas output dari tenaga kerja dan modal, masing-
masing. Nilai-nilai konstan ditentukan oleh teknologi yang tersedia.
Output elastisitas mengukur respons output oleh perubahan tingkat baik tenaga
kerja atau modal yang digunakan dalam produksi, ceteris paribus. Sebagai contoh
jika α = 0,15, peningkatan 1% tenaga kerja akan mengakibatkan kenaikan sekitar
0,15% pada output.
Selanjutnya, jika:
α + β = 1, α + β = 1,
Fungsi produksi memiliki skala hasil konstan .Artinya, jika L dan K masing-masing
meningkat sebesar 20%, kenaikan Y sebesar 20%.Jika :
α + β < 1, α + β <1,
Kembali ke skala yang menurun, dan jika :
α + β > 1 α + β> 1
kembali ke skala yang meningkat. Dengan asumsi persaingan sempurna dan α + β = 1,
α dan β dapat ditunjukkan untuk menjadi tenaga kerja dan modal pangsa output.
Cobb dan Douglas dipengaruhi oleh bukti statistik yang muncul untuk menunjukkan
bahwa tenaga kerja dan modal saham dari total output yang konstan dari waktu ke
waktu di negara maju, mereka menjelaskan hal ini dengan statistik fitting -kuadrat
regresi fungsi produksi mereka. Saat ini sudah ada keraguan mengenai apakah
keteguhan dari waktu ke waktu ada.
 
 
 
 
Pengukuran Produktivitas dengan Pendekatan Cobb-Douglas
 
Sebelum melakukan pengukuran produktivitas pada semua sistem, terlebih dahulu
harus dirumuskan secara jelas output apa saja yang diharapkan dari sistem itu dan
sumber daya (input) apa saja yang akan digunakan dalam proses sistem tersebut
untuk menghasilkan output.
Salah satu model pengukuran produktivitas yang sering digunakan adalah
pengukuran berdasarkan pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglas, yaitu suatu
fungsi atau persamaan yang melibatkan dua variabel atau lebih, variabel yang satu
disebut variabel independent (Y) dan yang lain disebut variabel dependent (X).
Kelebihan dari fungsi produksi Cobb-Douglas:
1.             Bentuk fungsi produksi Cobb-Douglas bersifat sederhana dan mudah
penerapannya.
2.            Fungsi produksi Cobb-Douglas mampu menggambarkan keadaan skala hasil
(return to scale), apakah sedang meningkat, tetap atau menurun.
3.            Koefisien-koefisien fungsi produksi Cobb-Douglas secara langsung
menggambarkan elastisitas produksi dari setiap input yang digunakan dan
dipertimbangkan untuk dikaji dalam fungsi produksi Cobb-Douglas itu.
4.            Koefisien intersep dari fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan indeks
efisiensi produksi yang secara langsung menggambarkan efisiensi
penggunaan input dalam menghasilkan output dari sistem produksi yang dikaji
Kekurangan dari fungsi produksi Cobb-Douglas:
1.             Spesifikasi variabel yang keliru akan menghasilkan elastisitas produksi yang
negatif atau nilainya terlalu besar atau terlalu kecil.
2.            Kesalahan pengukuran variabel ini terletak pada validitas data, apakah data
yang dipakai sudah benar, terlalu ekstrim ke atas atau sebaliknya. Kesalahan
pengukuran ini akan menyebabkan besaran elastisitas menjadi terlalu tinggi atau
terlalu rendah.
3.            Dalam praktek, faktor manajemen merupakan faktor yang juga penting untuk
meningkatkan produksi, tetapi variabel ini kadang-kadang terlalu sulit diukur dan
dipakai dalam variabel independentdalam pendugaan fungsi produksi Cobb-Douglas.
Bentuk umum fungsi produksi Cobb-Douglas adalah:
Q = δ.I α
Keterangan: Q = Output
I = Jenis input yang digunakan dalam proses produksi dan dipertimbangkan untuk
dikaji
δ = indeks efisiensi penggunaan input dalam menghasilkanoutput
α = elastisitas produksi dari input yang digunakan
 
Berikut beberapa analisa mengenai pendekatan cobb douglas :
1. Mentransformasi Persamaan Regresi Linier
Sebelum data dapat diolah dan dianalisis lebih lanjut, data-data yang diperoleh
harus terlebih dulu ditransformasikan ke dalam bentuk Logaritma Natural (Ln).
Kemudian data-data dalam bentuk Logaritma Natural tersebut diolah kembali untuk
mendapatkan persamaan regresi Y = a + bX, atau dikembalikan pada variabel aslinya
dengan Y = Ln Q dan X = Ln I. Maka persamaan regresi menjadi Ln Q = a + b(Ln I).
Selanjutnya regresi linier tersebut ditransformasikan ke dalam fungsi produksi
Cobb-Douglas, dengan langkah:
Ln Q = a + b(Ln I)
Ln Q = a + Ln Ib
Ln Q – Ln Ib = a
Q = eaIb
Dengan demikian persamaan Cobb-Douglas telah didapat dengan e amerupakan indeks
efisiensi dari proses transformasi, serta a dan b merupakan elastisitas produksi
dari input yang digunakan
2. Analisa Efisiensi Proses Produksi
Efisiensi merupakan penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan
jumlah produksi sebesar-besarnya tanpa melupakan kualitas dari produk yang
dihasilkan. Efisiensi proses produksi dapat dilihat dari koefisien intersep fungsi
produksi Cobb-Douglas, yaitu:
Indeks efisiensi = ea
Keterangan: e = 2,71828
a = koefisien intersep persamaan regresi
Indeks efisiensi akan didapat dari perhitungan, dengan semakin tinggi indeks
efisiensi produksi berarti proses transformasi input menjadi outputmenjadi
semakin efisien. Selain indeks efisiensi, rasio efisiensi juga akan didapat dari
perhitungan. Rasio efisiensi menunjukkan perbandingan kemampuan
menghasilkan output dengan memakai input yang tersedia.
3. Return to Scale
Berdasarkan persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas, terdapat tiga situasi yang
mungkin dalam tingkat pengembalian terhadap skala (Browning dan Browning, 1989).
1.             Jika kenaikan yang proporsional dalam semua input sama dengan kenaikan yang
proporsional dalam output (εp = 1), maka tingkat pengembalian terhadap skala
konstan (constant returns to scale).
2.            Jika kenaikan yang proporsional dalam output kemungkinan lebih besar
daripada kenaikan dalam input (εp > 1), maka tingkat pengembalian terhadap skala
meningkat (increasing returns to scale).
3.            Jika kenaikan output lebih kecil dari proporsi kenaikan input (εp < 1), maka
tingkat pengembalian terhadap skala menurun (decreasing returns to scale).
4. Elastisitas Produksi ParsialElastisitas produksi parsial berkenaan
dengan input tertentu merupakan ukuran perubahan proporsional pada input-nya
ketika inputlainnya konstan. Sebelum elastisitas produksi parsial dapat dihitung,
terlebih dahulu dicari nilai Total Physical Product, Average Physical
Product, dan Marginal Physical Product.
Total Physical Product (TPP) dianggap sebagai hubungan teknis antara satu variabel
faktor produksi (input) dan output dapat ditunjukkan oleh suatu fungsi produksi
yang secara matematis dapat ditulis (Sudarman, 1989)  

Anda mungkin juga menyukai