Anda di halaman 1dari 5

UPAYA ADMINISTRATIF

Upaya Administratif diperlukan untuk memelihara keseimbangan antara


kepentingan individu dan kepentingan umum menuju hubungan yang
rukun antara rakyat dan pemerintah. Perdamaian melalui musyawarah
merupakan aspek penting untuk mencapai keputusan yang dapat
diterima oleh para pihak. Oleh karena itu badan yang menyelesaikannya
harus bersikap objektif dalam memberikan pertimbangan hukum dan
pertimbangan kemanfaatan.

A. Pengertian
Upaya Administratif adalah suatu prosedur yang dapat ditempuh oleh
seseorang atau badan hukum perdata apabila ia tidak puas terhadap suatu
Keputusan Tata Usaha Negara. Prosedur tersebut dlaksanakan di
lingkungan pemerintahan sendiri…1 . Apabila penyelesaian tersebut harus
diselesaikan oleh instansi atasan atau instansi lain dari yang
mengeluarkan keputusan, maka prosedur tersebut dinamakan
banding administratif, sedang apabila menurut peraturan perundang-
undangan yang bersangkutan (peraturan dasarnya) seseorang yang
terkena suatu Keputusan Tata Usaha Negara yang tidak dapat ia
setujui boleh mengajukan keberatan kepada instansi yang
mengeluarkan keputusan tersebut, maka keberatan yang dapat diajukan
kepada instansi tersebut dinamakan prosedur kebaratan. 2. Pada upaya
administratif itu oleh instansi pemutus perselisihan dilakukan penilaian
yang lengkap terhadap Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan,

1
PenjelasanPasal 48 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 jo Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2004 jo UU No 51 Tahun 2009.
2
Indroharto, Usaha MemahamiUndang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara.Buku II.
(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), hal. 51,

1
yaitu baik mengenai segi penerapan hukumnya maupun segi
kebijaksanaan yang diterapkan oleh instansi yang mengeluarkan
Keputusan Tata Usaha Negara yang bersangkutan. Dalam prinsipnya
instansi banding administratif itu tidak membedakan antara
persoalan-persoalan hukum dengan persoalan-persoalan
kebijaksanaan. Ia memeriksa seperti kalau ia sendiri harus
mengambil keputusan yang dibanding itu. Ia duduk di tempat
instansi yang mengambil Keputusan Tata Usaha Negara semula3
Di berbagai kejadian, pembuat Undang-Undang menganggap baik
membuka banding terhadap tindakan-tindakan hukum administrasi pada
suatu badan di dalam administrasi. Banding ini berbeda dengan
banding pada hakim administrasi, karena hal ini tidak hanya
bertujuan pengawasan mengenai kesesuaian dengan hukum saja,
tetapi juga untuk pengawasan mengenai kesesuaian dengan tujuan.
Hal ini berarti bahwa undang-ndang membuka kesempatan banding pada
suatu badan administrasi maka banding ini dapat diselenggarakan, tidak
hanya terhadap tindakan hukum yang terhadap perbuatan hukum
administrasi yang diserang itu bertentangan dengan peraturan umum yang
mengikat, tetapi juga keberatan-keberatan yang bersifat apapun juga
terhadap tindakan hukum itu. Badan banding apabila perlu, juga akan
mempertimbangkan kepentingan sekali lagi. Hal ini tidak terbatas pada
pembatalan tindakan hukum yang diserang, tapi menempatkan juga hal
yang baru sebagai gantinya. Yang akhir ini berari bahwa badan itu
memperhatikan juga keadaan-keadaan yang timbul setelah tindakan
hukum itu diserang dan yang belum dapat diketahui oleh badan yang
memberikan keputusan semula4

B. Sarana Perlindungan Hukum

3
Ibid., hal. 51-52.
4
A.D. Belinfante, Kort begrip van het administratief recht, diterjemahkan oleh
Boerhanoeddin Soetan Batuah, Pokok-Pokok Hukum Tata Usaha Negara, (Jakarta: Bina
Cipta, 1983), hal.140.

2
Apabila terjadi sengketa antara pemerintah dengan rakyat, pada
prinsipnya perlu dikemukakan cara penyelesaian dengan musyawarah
melalui sarana yang tersedia yaitu upaya administratif. Penyelesaian
melalui peradilan merupakan pilihan akhir. Lembaga upaya administratif
memumngkinkan pemulihan keserasian hubungan antar pemerintah
dengan rakyat sehingga tercipta kembali kerukunan. Bila hal ini tercapai
maka dengan demikian upaya administratif akan dirasakan sebagai suatu
kebutuhan penyelesaian sengketa, karena mampu berfungsi sebagai
sarana perlindungan hukum seperti halnya yang dilakukan oleh
peradilan adminitrasi.
Perlindungan hukum merupakan suatu urgensi yang wajar tampil
menduduki posisi depan, utamanya dalam merealisasikan pemerataan
memperoleh keadilan, karena adakalanya administrasi negara salah
bersikap atau bertindak dalam melaksanakan tugasnya, padahal
hukumnya benar. Ada pula kalanya sikap tindak administrasi negara
menurut hukum dan bukan pelaksanaannya yang salah, melainkan
hukumnya sendiri yang secara materiil tidak benar 5. Penyelesaian
sengketa melalui lembaga upaya administratif dengan mengutamakan
cara musyawarah akan memperoleh wadah karena sesuai dengan
semangat kehidupan masyarakat Indonesia, yaitu semangat kekeluargaan,
gotong royong, hidup rukun dan damai serta serta kompromistis. Di
sinilah posisi strategis upaya administratif dirasakan manfaatnya
sehingga eksistensinya semakin diperlukan untuk mengurangi munculnya
sengketa administrasi di Pengadilan Tata Usaha Negara yang
menempatkan Badan atau Jabatan Tata Usaha Negara berhadapan secara
konfrontatif dengan rakyat. Upaya administratif merupakan bagian
dari sistem peradilan adminstrasi karena lembaga ini merupakan
bagian khusus dari peradilan administrasi seperti yang tercantum
dalam ketentuan Pasal 48 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 jo
Undang-Undang Nomor 9 tahun 2004 jo UU N0 51 Tahun 2009.
5
Syahran Basah, Hukum Acara Pengadilan Dalam Lingkunagn Peradilan Administrasi
(HAPLA), (Jakarta: Rajawali Press, 1989), hal. 7-8.

3
Bergesernya kedudukan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara menjadi
instansi pertama terhadap sengketa yang harus menempuh banding
administratif, paling tidak akan menyebabkan dua hal yaitu:
1. Pencari keadilan akan kehilangan satu tingkatan atau
kesempatan
Memperoleh saluran peradilan administrasi (murni), sehingga ia
kehilangan kesempatan memperoleh sarana untuk mencari kebe-
naran dan keadilan atau terlepas satu bentuk perlindungan hukum
untuknya6.
2. Ada kemungkinan sebagian besar sengketa administrasi akan le-
bih banyak mengalir ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara7.

Acuan Bacaan Terbatas


Basah, Syahran. Hukum Acara Pengadilan Dalam Lingkungan
Peradilan Administrasi (HAPLA).Jakarta: Rajawali Press, 1989
Belinfante A.D. Kort begrip van het administratief recht. Diterje-
mahkan oleh Boerhanoeddin Soetan Batuah. Pokok-Pokok Hu-
kum Tata Usaha Negara. Jakarta: Bina Cipta, 1983.
Indroharto. Usaha MemahamiUndang-Undang Peradilan Tata U-
saha Negara.Buku II. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994.
Hadjon, Philipus M. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia
Surabaya: P.T Bina Ilmu, 1989.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata U-


saha Negara.

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004. Tentang Perubahan Atas


Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata
Usaha Negara
Undang-Undang Nomor 51 Tahun 20049 Tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata
Usaha Negara.
6
Ibid., hal. 62.
7
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya: P.T Bina
Ilmu, 1989), hal. 25.

4
Depok, 5 April 2010
Anna Erliyana

Anda mungkin juga menyukai