Anda di halaman 1dari 5

1.

Pengertian perlindungan hukum


Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang
dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka
dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum atau dengan kata lain
perlindungan hukum adalah berbagai upaya hukum yang harus diberikan oleh aparat
penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari
gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun.

2.Perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh pemerintah


Sebagai penyelenggara pemerintahan sering kali berhadapan dengan kondisi darurat yang
mengharuskan Negara melakukan tindakan-tindakan yang pada akhirnya merugika n
masyarakat. Bahkan saat tertentu, Negara terpaksa harus menganggu hak-hak privat yang
dimiliki warganya demi kepentingan yang lebih luas. Namun, juga harus diakui bahwa
pelanggaran hak tersebut sebenarnya kurang atau tidak berkaitan dengan kepentinga n
umum.

3.Ruang lingkup perlindungan hukum


Keberadaan hukum dalam masyarakat sangatlah penting, dalam kehidupan dimana hukum
dibangun dengan dijiwai oleh moral konstitusionalisme, yaitu menjamin kebebasan dan hak
warga, maka mentaati hukum dan konstitusi pada hakekatnya mentaati imperatif yang
terkandung sebagai subtansi maknawi didalamnya imferatif. Hak-hak asasi warga harus
dihormati dan ditegakkan oleh pengembang kekuasaan negara dimanapun dan kapanpun,
ataupun juga ketika warga menggunakan kebebasannya untuk ikut serta atau untuk mengetahui
jalannya proses pembuatan kebijakan publik. Negara hukum pada dasarnya bertujuan untuk
memberikan perlindungan hukum bagi rakyat terhadap tindakan pemerintah

1. Jenis-jenis perlindungan hukum


1. Perlindungan hukum yang preventif Perlindungan hukum kepada rakyat yang di berikan
kesempatan untuk mengajukan keberatan (inspraak) atau pendapatnya sebelum suatu
keputusan pemerintah menjadi bentuk yang menjadi definitife.
2. Perlindungan hukum yang represif Perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk
menyelesaikan sengketa.

2. Keberatan administrasi
yaitu pengajuan keberatan administrasi yang dilakukan oleh pemohon dilakukan jika merasa
dirugikan karena terbitnya suatu keputusan administrasi atau pun karena tidak diterbitkannya
suatu produk tata usaha negara yang berbentuk keputusan.

3. Prosedur yang harus ditempuh dalam pengajuan keberatan administrasi


Keberatan merupakan Apabila penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara tersebut harus
dilakukan sendiri oleh Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan Keputusan
Tata Usaha Negara tersebut. Contoh:
1) Pasal 27 Undang-Undang No. 9 Tahun 1994 tentang ketentuan-Ketentuan Umum
Perpajakan.
2) Pemberian hukuman disiplin sedang dan berat (selain
pemberhentian dengan hormat dan tidak dengan hormat bagi (PNS).
Dengan unsur-unsur sebagai berikut :
(1) Yang memutus perkara dalam beroep adalah instansi yang hierarki lebih tinggi atau atau
instansi lain dari pada yang memberikan putusan pertama.
(2) Tidak saja meneliti doelmatigheid, tetapi berwenang juga meneliti
rechts Mstighheid.
(3) Dapat mengganti, mengubah, atau meniadakan keputusan
administrasi yang pertama.
(4) juga dapat memperhatikan perubahan-perubahan keadaan sejak saat diambilnya
keputusan,bahkan juga dapat memperhatikan perubahan yang terjadi selama prosedur
berjalan.

4. banding administrasi
Penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara yang dilakukan oleh instansi atasan atau instans i
lain dari Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan Keputusan Tata Usaha
Negara, yang berwenang memeriksa ulang Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan .

5. Prosedur yang harus di tempuh dalam pengajuan banding administrasi


Prosedur yang dapat ditempuh oleh seseorang atau badan
hukum perdata yang tidak puas terhadap Keputusan Tata Usaha Negara, yang peny
elesaian sengketa Tata Usaha Negara
sebagai akibat di keluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara tersebut,dilakukan ole
h atasan dari Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan Keputusa
n Tata Usaha Negara atau instansi lain dari Badan atau Pejabat
Tata Usaha Negara yang mengeluarkan Keputusan Tata usahaNegara.
Contoh :
Prosedur yang di tempuh oleh Pegawai Negeri Sipil yang merasa nilainya yang ada
dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan tidak tepat, yaitu dengan mengajuka n
permohonan kepada atasan dari Pejabat Penilai agar nilai yang ada dalam Daftar
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan tersebut diperiksa kembali (Pasal 9 ayat (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979 tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai
Negeri Sipil).

6. Lembaga Ombudsman
Ombudsman Republik Indonesia sebelumnya bernama Komisi Ombudsman Nasional adalah
lembaga negara di Indonesia yang mempunyai kewenangan mengawasi penyelenggaraa n
pelayanan publik baik yang diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerinta ha n,
termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah,
dan Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas
menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah.

10 .Kewenangan Lembaga Ombudsman


Ombudsman memiliki beberapa wewenang tertentu, yaitu:
1. Berwenang untuk meminta keterangan lengkap dari pelapor tentang isi laporan yang
dilaporkan.
2. Berwenang untuk melakukan pemeriksaan semua berkas kelengkapan tentang sebuah
laporan.
3. Berwenang untuk meminta salinan berkas yang dibutuhkan terkain pemeriksaan.
4. Berwenang untuk memanggil pelapor dan pihak-pihak lainnya yang terlibat.
5. Melaksanakan penyelesaian laporan dengan cara yang telah disepakati oleh pihak yang
bersangkutan.
6. Memberikan rekomendasi yang berhubngan dengan penyelesaian laporan.
7. Membuat pengumuman terkait hasil pertemuan.
8. Memberikan saran kepada lembaga negara demi perbaikan pelayanan publik ke arah
yang lebih baik.

11. Peradilan Tata Usaha Negara


Peradilan Tata Usaha Negara adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung
yang melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap sengketa
Tata Usaha Negara. Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam
bidang Tata Usaha Negara antara orang atau badan hukum perdata dengan Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya
Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

12.Sejarah perkembangan PTUN di Indonesia

Dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia terdapat tiga pilar kekuasaan, yaitu Kekuasaan
Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif (Kehakiman). Berkaitan dengan Kekuasaan Kehakiman, dalam
Pasal 24 Undang-Undang Dasar 1945 (Perubahan) Jo. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004,
ditegaskan bahwa Kekuasaan Kehakiman dilaksanakan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan-
badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkunga n
peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara dan
oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.

Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) merupakan lingkungan peradilan yang terakhir dibentuk,
yang ditandai dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 pada tanggal 29
Desember 1986, adapun tujuan dibentuknya Peradilan Tata Usaha adalah untuk mewujudka n
tata kehidupan negara dan bangsa yang sejahtera, aman, tenteram serta tertib yang dapat
menjamin kedudukan warga masyarakat dalam hukum dan menjamin terpeliharanya
hubungan yang serasi, seimbang, serta selaras antara aparatur di bidang tata usaha negara
dengan para warga masyarakat. Dengan terbentuknya Peradilan Tata Usaha Negara
(PTUN) menjadi bukti bahwa Indonesia adalah negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nila i
keadilan, kepastian hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM).

13. Ruang lingkup kewenangan peradilan tata usaha negara


Peradilan dalam dunia modern merupakan suatu keniscayaan karena tidak hanya sebagai
wujud dari konsekuensi Negara hukum modern, yang memang menharuskan adanya peradilan
tersebut. Akan tetapi juga karena kebutuhan atas berkembangnya lalu lintas hukum publik
yang memang sangat membutuhkan satu lembaga khusus yang menangani penyelesa ia n
sengketa, baik antara warga maupun pihak penguasa .

14. Subjek dan Objek dan PTUN


Subjek, Para pihak yang berperkara di Pengadilan Tata Usaha Negara adalah:
1. Pihak penggugat.
2. Pihak tergugat
Objek Berdasarkan ketentuan Pasal 53 ayat (1) jo Pasal 1 angka 4 jo Pasal 3 UU no. 5 tahun
1986, dapat disimpulkan yang dapat menjadi objek gugatan dalam sengketa Tata Usaha
Negara adalah:
1.Keputusan Tata Usaha Negara
suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang
berisi tindakan Hukum Tata Usaha Negara berdasarkan Peraturan perundang-unda nga n
yang berlaku yang bersifat konkret, individual dan final yang menimbulkan akibat hukum
bagi seseorang atau Badan Hukum Perdata.” (Pasal 1 angka 3 UU no. 5 tahun 1986).
2 Persamakan dengan Keputusan Tata Usaha Negara
yang dimaksud diatas adalah sebagaimana yang disebut dalam ketentuan Pasal 3 Uu no. 5
tahun 1986:

15. Prosedur penyelesaian sengketa di PTUN ?


1. Upaya Administratif
Upaya administratif adalah suatu prosedur yang dapat ditempuh oleh seorang atau badan
hukum perdata apabila ia tidak puas terhadap suatu Keputusan Tata Usaha Negara. Prosedur
tersebut dilaksanakan di lingkungan pemerintahan sendiri dan terdiri atas dua bentuk:
a. Keberatan
Penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara yang dilakukan sendiri oleh Badan/Pejabat
Tata Usaha Negara yang mengeluarkan Keputusan Tata Usaha Negara.
b. Banding Administratif
Penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara yang dilakukan oleh instansi atasan atau
instansi lain dari Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan Keputusan
Tata Usaha Negara, yang berwenang memeriksa ulang Keputusan Tata Usaha Negara
yang disengketakan .

2. Gugatan Melalui Pengadilan Tata Usaha Negara


Pengadilan baru berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata
Usaha Negara jika seluruh upaya administratif sudah digunakan.
Apabila peraturan dasarnya hanya menentukan adanya upaya administratif berupa
pengajuan surat keberatan, maka gugatan terhadap Keputusan Tata Usaha Negara yang
bersangkutan diajukan kepada Pengadilan Tata Usaha Negara. Namun, jika peraturan
dasarnya menentukan adanya upaya administatif berupa pengajuan surat keberatan
dan/atau mewajibkan pengajuan surat banding administratif, maka gugatan terhadap
Keputusan Tata Usaha Negara yang telah diputus dalam tingkat banding administra tif
diajukan langsung kepada Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dalam tingkat pertama
yang berwenang.
16. Pelaksanaan putusan PTUN
Kekuatan Putusan
Ketentuan Pasal 115 UU No. 5 tahun 1986 jo UU No. 9 tahun 2004 jo UU No. 51 tahun 2009
menentukan bahwa hanya putusan pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap yang
dapat dilaksanakan Di dalam TUN tidak mengenal putusan serta merta seperti halnya dalam
proses hukum acara perdata Suatu putusan pengadilan TUN yang telah berkekuatan hukum
tetap tidak dapat diganggu gugat dan isi dari putusan TUN yang telah berkekuatan hukum
tetap tersebut dapat mulai bekerja dan dapat mulai bekerja dan menimbulkan akibat-akibat
hukum seperti yang ditentukan dalam undang-undang. Bekerjanya isi putusan TUN harus di
taati dan dilaksanakan oleh siapapun juga oleh Pemerintah. Bekerjanya putusan pengadila n
TUN yang telah berkekuatan hukum tetap tersebut disebut dengan kekuatan hukujm material
artinya instrinsik dari putusan itu selain akan tetap tidak dapat berubah lagi keadaannya, juga
secara juridis dapat bekerja dan menimbulkan akibat-akibat hukum seperti yang ditentukan
dalam undang-undang.

PELAKSANAAN PUTUSAN TUN


Menurut Pasal 97 ayat (7), putusan pengadilan dapat berupa :
1. Gugatan ditolak. Dalam hal demikian tidak perlu pelkasanaan
putusan
2. Gugatan tidak diterima. Dalam hal demikian tidak diperlukan
pelaksanaan
3. Gugatan dinyatakan gugur. Dalam hal demikian juga tidak
diperlukan pelaksanaan.
4. Gugatan dikabulkan. Dikabulkannnya gugaatan dapat berupa
pembatalan untuk seluruhnya atau sebagian dari keputusan TUN yang digugat.
Menurut Pasal 97 ayat (8) dan (9), dalam hal gugatan dikabulkan, maka dalam putusan
pengadilan dapat ditetapkan kewajiban yang harus dilakukan oleh badan atau pejabat TUN
yang mengeluarkan keputusan, dengan kewajiban berupa :
a Pencabutan
b Pencabutan keputusan yang digugat dan menerbitan keputusan yang baru
c penerbitan keputusan dalam hal yang digugat didasarkan pada Pasal 3 (tidak mengeluarkan
keputusans etelah jangka waktu lewat)

Anda mungkin juga menyukai