Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah: Hukum Acara Tata Usaha Negara
Dosen Pengampu: Arif Rahman, M.H
Kelompok 2 – VI – C
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang "Pengajuan Permohonan
dan Gugatan".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja alasan mengajukan permintaan dan gugatan?
2. Kapan waktu pengajuan permohonan dan gugatan?
3. Apa saja syarat dalam permohonan dan gugatan?
4. Apa saja isi dalam permohonan dan gugatan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui alasan mengajukan permohonan dan gugatan
2. Untuk mengetahui waktu pengajuan permohonan dan gugatan
3. Untuk mengetahui surat dalam permohonan dan gugatan
4. Untuk mengetahui isi dalam permohonan dan gugatan
BAB II
PEMBAHASAN
Obyek Gugatan adalah KTUN Negara adalah suatu penetapan tertulis yang
dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum tata
usaha negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang
atau badan hukum perdata (Pasal 1 angka 9 UU No. 9 Tahun 2009).
1. Gugatan harus memuat: “a) nama, kewarganegaraan, tempat tinggal, dan pekerjaan
penggugat atau kuasanya; b) nama, jabatan, dan tempat kedudukan tergugat; c) dasar
gugatan dan hal yang diminta untuk diputuskan oleh pengadilan”.
2. Apabila gugatan dibuat dan ditandatangani oleh seorang kuasa penggugat, maka
gugatan harus disertai surat kuasa yang sah.
3. Gugatan sedapat mungkin juga disertai Keputusan Tata Usaha Negara yang
disengketakan oleh penggugat.
Praktek yang biasanya terjadi, tidak semua yang mau mengajukan gugatan ke
PTUN dilakukan sendiri. Hal ini disebabkan dengan berbagai alasan atau pertimbangan,
misalnya yang mengajukan gugatan merasa tidak mampu mengajukan sendiri gugatan
tersebut. Alasan lain, yang mau mengajukan gugatan tidak memiliki waktu yang cukup
untuk bertindak sendiri dalam mengajukan gugatan itu.
Menyangkut ketentuan advokat yang mewakili pihak klien tersebut, dalam Pasal
57 UU PTUN baik UU No. 5 tahun 1986 maupun UU No. 9 tahun 2004, serta UU No. 51
tahun 2009, ditentukan syaratsyarat advokat tersebut yakni sebagai berikut:
Dalam sengketa di PTUN para pihak dapat didampingi atau diwakili oleh seorang
atau beberapa orang kuasa hukum. Pemberian kuasa ini dapat dilakukan dengan membuat
surat kuasa khusus atau dapat dilakukan secara lisan di persidangan. Untuk surat kuasa
yang dibuat di luar negeri bentuknya harus memenuhi persyaratan yang berlaku di negara
yang bersangkutan dan diketahui oleh Perwakilan Republik Indonesia di negara tersebut,
serta kemudian harus diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh penerjemah resmi
(Pasal 57). Walaupun para pihak yang diwakili oleh kuasanya masingmasing, apabila
dipandang perlu hakim berwenang memerintahkan kedua belah pihak yang bersangkutan
datang menghadap (Pasal 58).
Basah, Sjachran. (1992). Menelaah Liku-liku Rancangan UndangUndang No. 5 Tahun 1989
tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Bandung: Alumni.
Dani, Umar. (2018). Memahami Kedudukan Pengadilan Tata Usaha Negara di Indonesia:
Sistem Unity of Jurisdiction atau Duality of Jurisdiction? Sebuah Studi Tentang
Struktur dan Karakteristiknya. Jurnal Hukum dan Peradilan. Volume 7 Nomor 3. hlm.
405–424.
Echols, John. M. dan Hasan Shadily. (1996). Kamus Inggris Indonesia dan Indonesia Inggris,
Jakarta: Penerbit Gramedia.
Hadjon, Philipus M. (1987). Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia. Surabaya: Bina
Ilmu.
Harahap, Zairin. (2001). Hukum Acara Peradilan Tata Usaha. Jakarta: Rajawali Pers.
Indroharto. (1993). Usaha Memahami Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
Cetakan ke-IV. Buku I dan Buku II. Jakarta: Penerbit Pustaka Sinar Harapan.
Indroharto, (2005). Usaha Memahami Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara
Buku II Beracara di Pengadilan Tata Usaha Negara. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Sudikno Marto Kusumo. (2006). Hukum Acara Perdata Indonesia, Edisi Ketujuh.
Yogyakarta: Penerbit Liberty.
Limbong, Bernhard. (2012). Konflik Pertanahan, Cet. 1. Jakarta: CV Rafi Maju Mandiri.
Marbun, S.F. (2003). Peradilan Tata Usaha Negara. Yogyakarta: Penerbit Liberty.