MAKALAH
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Administrasi
Negara yang diampu oleh:
Disusun Oleh :
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan begitu banyak nikmat. Baik nikmat Iman maupun nikmat Islam. Tak
lupa kami menyampaikan sholawat serta salam kepada nabi Muhammad SAW.
Penyusun
i
Daftar Isi
Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar
Isi...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
ii
3.6 Penormaan Peraturan Kebijakan (Regeling)........................................26
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Prajudi Atmosuirjo, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1994, hlm. 90
1
mencapai tujuan negara yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 Alinea keempat, yaitu “....untuk memajukan kesejahteraan umum......serta
dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.2
2
Diana Halim Koentjoro, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Bogor, 2004, hlm. 40
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
Philipus M. Hadjon dan kawan-kawan, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta,2015, hlm. 132
3
Keberadaan peraturan kebijakan tidak dapat dilepaskan dengan
kewenangan bebas (vrije bevoegdheid) dari pemerintah yang sering
disebut Freies Ermessen. Secara bahasa Freies Ermessen berasal dari kata
frei artinya bebas, lepas, tidak terikat dan merdeka. Sedangkan Ermessen
artinya mempertimbangkan, menilai, menduga, dan memperkirakan.
Freies Ermessen berarti orang yang memiliki kebebasan untuk menilai,
menduga dan mempertimbangkan sesuatu. Istilah ini kemudian secara
khas digunakan dalam bidan pemerintahan, sehingga Freies Ermessen
diartikan sebagai salah satu sarana yang memberikan ruang bergerak bagi
pejabat atau badan-badan administrasi negara untuk melakukan tindakan
tanpa harus terikat sepenuhnya pada undang-undang. 4
BAB III
PEMBAHASAN
4
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 169-
170
4
3.1 Definisi Keputusan (Beschikking) dan Tindakan Beschikking Pejabat
TUN
Istilah beschikking sudah sangat tua dan dari segi kebahasaan digunakan
dalam berbagai arti. Meskipun demikian, dalam pembahasan ini istilah
beschikking hanya dibatasi dalam pengertian yuridis, khususnya Hukum
Administrasi Negara. Menurut H. D Van Wijk / Willem Konijnenbelt,
beschikking merupakan keputusan pemerintah untuk hal yang bersifat konkret
dan individual (tidak ditujukan untuk umum) dan sejak dulu sudah dijadikan
instrumen yuridis pemerintahan yang utama. Menurut P. Dee Haan dan
kawan-kawan, “De administratieve beschikking is de meest voorkomende en
ook meest bestudeerde betuurshandeling” (keputusan administrasi merupakan
5
bagian dari tindakan pemerintah yang paling banyak muncul dan paling
banyak dipelajari). Oleh karena itu, tidak berlebihan jika F.A.M Stroik dan J.
G Steenbeek menganggapnya sebagai konsep inti dalam Hukum Administrasi
Negara (een kernbegrip in her administratief recht).5
a. W. F PRINS
Beschikking adalah suatu tindakan hukum sepihak di bidang
pemerintahan, dilakukan oleh penguasa berdasarkan kewenangan
khusus.
b. E. UTRECHT
Beschikking adalah suatu perbuatan berdasarkan hukum publik
yang bersegi satu, ialah dilakukan oleh alat-alat pemerintah
berdasarkan suatu kekuasaan istimewa.
c. VAN DER POT
Beschikking adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh alat-alat
pemerintahan itu dalam menyelenggarakan hal khusus, dengan maksud
mengadakan perubahan dalam lapangan bidang hukum.
6
http://www.academia.edu/27677068/KETETAPAN_BESCHIKKING (Diakses pada tanggal 02
Oktober 2018 Pukul 19:36 WIB)
6
akan tetapi menetapannya diberi bentuk Putusan Hakim (vonis). Badan
legislatif pun dapat mengambil penetapan misalnya, ratifikasi dari pada suatu
perjanjian internasional dan penetapannya diberi bentuk Undang-Undang.
A. Unsur-Unsur Keputusan
Berdasarkan beberapa definisi beberapa sarjana tersebut, tampak
ada beberapa unsur yang terdapat dalam beschikking yaitu, 1) pernyataan
kehendak sepihak (enjizdige schriftelijke wilsverklaring); 2) dikeluarkan
oleh organ pemerintahan (bestuursorgaan); 3) didasarkan pada
kewenangan hukum yang bersifat publik (publiekbevoegdheid); 4)
ditujukan untuk hal khusus atau peristiwa konkret dan individual; 5)
dengan maksud untuk menimbulkan akibat hukum dalam bidang
administrasi.
Sebelum menguraikan unsur-unsur keputusan ini, terlebih dahulu
dikemukakkan pengertian keputusan berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang
Administrasi Belanda (AwB) dan menurut Pasal 1 angka (3) Undang-
Undang No. 5 Tahun 1986 tentang PTUN yang sekarang menjadi Undang-
Undang No. 9 Tahun 2004 tentang PTUN, yaitu sebagai berikut :
7
Prajudi Atmosuirjo, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1994, hlm. 94-95
7
(pernyataan kehendak tertulis secara sepihak dari organ pemerintahan
pusat, yang diberikan berdasarkan kewajiban atau kewenangan dari
Hukum Tata Negara atau Hukum Administrasi Negara, yang dimaksudkan
untuk penentuan, penghapusan atau pengakhiran hubungan hukum yang
sudah ada, atau menciptakan hubungan hukum baru, yang memuat
penolakan sehingga terjadi penetapan, perubahan, penghapusan atau
penciptaan).
8
Ketika pemerintah dihadapkan pada peristiwa konkret dan
pemerintah memiliki motivasi dan keinginan untuk menyelesaikan
peristiwa tersebut, pemerintah diberi wewenang untuk mengambil
tindakan hukum secara sepihak dengan menuangkan motivasi dan
keinginannya itu dalam bentuk keputusan. Artinya keputusan
merupakan hasil dari tindakan hukum yang dituangkan dalam bentuk
tertulis, sebagai wujud dari motivasi da keinginan pemerintah.
Menurut F. C. M. A. Michiels, keputusan adalah sebagai tindakan
hukum, yang merupakan wujud dari; motieven-wil-keuze-
gedrag/handeling 9alasan-alasan-kehendak-pilihan-tindakan). Telah
disebutkan bahwa tindakan hukum publik itu selalu bersifat sepihak,
sehingga keputusan merupakan hasil dari tindakan sepihak pemerintah
yang dituangkan dalam bentuk tertulis. Dengan demikian, jelaslah
bahwa keputusan merupakan pernyataan kehendak sepihak secara
tertulis. Menurut Soeharjo, keputusan TUN adalah keputusan sepihak
dari organ pemerintah. Ini tidak berarti bahwa kepada pihak siapa
keputusan itu ditujukan sebelumnya sama sekali tidak mengetahui
akan adanya keputusan itu, dengan kata lain bahwa inisiatif
sepenuhnya ada pada pihak pemerintah. Pada umumnya para ahli
berpendapat bahwa keputusan ini adalah keputusan sepihak, karena
bagaimanapun keputusan itu tergantung dari pemerintah, yang dapat
memberikan atau menolaknya. Dengan kata lain, sepihak karena
pemerintah memutuskan untuk melakukan tindakan hukum itu
sepihak, artinya tanpa persetujuan kehendak pihak lainnya.
Pernyataan kehendak sepihak yang dituangkan dalam bentuk
tertulis itu muncul dalam dua kemungkinan, yaitu :
a. Ditujukan ke dalam (naar binnen gericht)
Yaitu keputusan berlaku ke dalam lingkungan administrasi
negara sendiri.
b. Ditujukan ke luar (naar buiten gericht)
9
Yaitu yang berlaku bagi warga negara atau badan hukum
perdata.
10
(Ny. Sriyanti) mengklaim bahwa tanah tersebut adalah miliknya.
Paulus merasa memiliki tanah tersebut karena mempunyai
selembar sertifikat hak pakai tertanggal 23 November 1987,
sedangkan Sriyanti memiliki bukti sertifikat hak pakai atas
namanya yang telah berakhir sejak 1982. Karena ada perselisihan
antara Paulus dan Sriyanti ini, kemudian Walikota turun tangan
dengan mengirimkan surat undangan kepada Paulus untuk
menyelesaikan sengketa tersebut. Akan tetapi, Paulus yang merasa
tidak perlu ada pihak lain yang ikut campur, tidak dapat menerima
adanya surat undangan Walikota tersebut, bahkan Paulus merasa
telah dirugikan dengan surat undangan itu, yakni Paulus tidak
dapat memperoleh IMB atas tanahnya dan Paulus juga tidak dapat
menjual tanah miliknya itu. Karena itu Paulus mengajukan gugatan
terhadap Walikota melalui PTUN Jakarta. Dan dugatan Paulus itu
diterima di PTUN.
b. Seseorang menggugat Kepala Desa sebagai tergugat I dan Camat
sebagai tergugat II. Alasan gugatan adalah bahwa penggugat
merasa keberatan atas pemasangan papan nama (plank) yang
bertuliskan “Tanah Sengketa” di atas tanah miliki penggugat.
Putusan PTUN Medan No. 06/G/1992/PTUN Mdn menyatakan
bahwa gugatan seorang warga terhadap Kepala Desa sebagai
tergugat I dan Camat sebagai tergugat II, diterima dan dikabulkan
sebagian.
Berdasarkan putusan PTUN, “Surat Undangan” dan
“Plank” tersebut dapat dikualifikasikan sebagai keputusan untuk
unsur penetapan tertulis. Unsur penetapan tertulis ini tidak harus
berbentuk surat keputusan formal. Unsur penetapan tertulis ini ada
pula pengecualiannya, yaitu Pasal 3 UU No. 5 Tahun 1986 yang
dikenal dengan KTUN fiktif/negatif.8
8
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 143-
150
11
2. Dikeluarkan Oleh Pemerintah
12
undangan. Tanpa dasar kewenangan, pemerintah atau tata usaha negara
tidak dapat membuat dan menerbitkan keputusan atau keputusan itu
menjadi tidak sah. Organ pemerintah dapat memperoleh kewenangan
untuk membuat keputusan tersebut melalui tiga cara yaitu atribusi,
delegasi dan mandat.10
10
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 151-
152
11
Ibid.
13
pemerintah dalam bidang publik dan digunakan untuk menimbulkan
akibat-akibat hukum tertentu.
Dengan kata lain, akibat hukum yang dimaksudkan adalah muncul
atau lenyapnya hak atau kewajiban bagi subjek hukum tertentu.
Sebagai contoh mengenai akibat hukum yang muncul dari
dikeluarkannya keputusan atau pengangkatan atau pemberhentian
seorang pegawai negeri berdasarkan surat keputusan dari pejabat yang
berwenang.12
6. Seseorang atau Badan Hukum Perdata
Badan hukum keperdataan dalam keadaan dan alasan tertentu dapat
dikualifikasi sebagai jabatan pemerintah khususnya ketika sedang
menjalankan salah satu fungsi pemerintahan. 13
B. Macam – Macam Keputusan
12
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 154-
155
13
Ibid.
14
beschikking). Contoh : pemberian cuti karena alasan penting, IMB
dan AMDAL. Keputusan yang membuat hak, keputusan yang membuat
hubungan hukum, dan mempunyai akibat hukum.
Keputusan yang bersifat konstitutif dapat berupa hal – hal sebagai
berikut:
a. Beschikkingen die een verplichting opleggen om iets te doen, te
leaveof the dulden, (keputusan-keputusan yang meletakan
kewajiban untuk melakukan sesuatu, tidak melakukan sesuatu, atau
memperkenalkan sesuatu),
b. Beschikking welke aan een persoon, een instelling of een zaak een
status verlenen, waardoor op die persoon of die zaak belpade
rechstregel van toepassing worden, (keputusan – keputusan yang
memberikan status pada seseorang atau perusahaan itu dapat
menerapkan aturan hukum tertentu).
c. Beschikkingen welke een prestatie van de overheid in het
vooruitzicht stelle, (keputusan – keputusan yang meletakan prestasi
atau harapan pada perbuatan pemerintah = subsidi atau bantuan).
d. Beschikking welke iets toestaan wat teroven niet geoorloofd was,
(keputusan yang mengijinkan sesuatu yang tadinya tidak diijinkan).
e. Besichikking welke aan besichikinngen van large organen werking
verlenen of bestaande werking ontnemen, ( keputusan – keputusan
yang menyetujui atau membatalkan berlakunya keoutusan organ
yang lebih rendah = pengesahan [goedkeuring] atau pembatalan
[ vernietiging].
2. Keputusan yang Menguntungkan dan yang Memberi Beban
Keputusan yang menguntungkan (begunstigende beschikking)
artinya keputusan itu memberikan hak - hak atau memberikan
kemungkinan untuk memperoleh sesuatu yang tanpa adanya
keputusan itu memberikan keringanan beban yang ada atau mungkin
ada. Contoh : Subsidi, Raskin dan BLT.
15
Keputusan yang memberikan beban (belastende basichikking)
adalah keputusan yang meletakan kewajiban yang sebelumnya tidak
ada atau keputusan mengenai penolakan terhadap permohonan untuk
memperoleh keringanan. Contoh : Pajak.
Pemilihan jenis keputusan yang menguntungkan dan memberi
beban ini penting terutama dalam kaitanya pencabutan keputusan.
Dalam hal KTUN itu menguntungkan, gugatan bakal muncul pada
pihak ke III, sedangkan dalam hal KTUN memberi beban (misalnya
penetapan pajak), gugatan berasal dari pihak ke II.
3. Keputusan Eenmalig dan Keputusan yang Permanen
16
berwenang melarang reklame dalam Bahasa Asing dalam demi
ketertiban umum.
17
tinjau dari akibat hukumnya yakni tidak menimbulkan lerubahan hukun
yang ada. Bukan keptusan negatif atau fiktif aebagaimana dimaksud dalam
pasal 3 UU no.5 tahu. 1986 tentang PTUN jo. UU No.9 tahun 2004
tentang perubahan UU PTUN tersebut.
14
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 157-
161
18
d. Keputusan harus dapat dilaksanakan tanpa melanggar peraturan-
peraturan lain,serta isi dan tujuan keputusan itu harus sesuai dengan
isi dan tujuan peraturan dasarnya.
2. Syarat-syarat formal terdiri atas :
a. Syarat-syarat yang ditentukan berhubung dengan persiapan dibuatnya
keputusan dan berhubung dengan cara dibuatnya keputusan harus
dipenuhi.
b. Keputusan harus diberi bentuk yang telah ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan yang menjadi dasar dikeluarkannya putusan itu.
c. Syarat-syarat berhubung dengan pelaksanaan keputusan itu harus
dipenuhi.
d. Jangka waktu harus ditentukan antara timbulnya hal-hal yang
menyebabkan dibuatnya dan diumumkannya keputusan itu harus
diperhatikan.
Apabila syarat materiil dan formal ini telah terpenuhi maka keputusan itu
sah menurut hukum artinya diterima sebagai suatu bagian dari tertib hukum atau
sejalan dengan ketentuan hukum yang ada baik secara prosedural/formal ataupun
materiil.Sebaliknya, bila persyaratan tersebut tidak terpenuhi maka keputusan
tersebut mengandung kekurangan dan menjadi tidak sah. F.H.Van der Burg dan
kawan-kawan menyebutkan bahwa keputusan dianggap tidak sah jika dibuat oleh
organ yang tidak berwenang,mengandung cacat bentuk,cacat isi dan cacat
kehendak. A.M.Donner mengemukakan akibat-akibat dari keputusan yang tidak
sah yaitu sebagai berikut.
19
3. Dalam hal keputusan tersebut,sebelum dapat berlaku, memerlukan
persetujuan suatu badan kenegaraan yang lebih tinggi, persetujuan itu
tidak diberi.
4. Keputusan itu diberi tujuan lain daripada tujuan permulaannya.
Van der Wel menyebutkan enam macam akibat suatu keputusan yang
mengandung kekurangan, yaitu sebagai berikut.
Meskipun suatu keputusan itu dianggap sah dan akan menimbulkan akibat
hukum bagi seseorang itu atau badan hukum perdata, akan tetapi keputusan yang
tidak sah itu dengan sendirinya berlaku karena untuk berlakunya suatu keputusan
itu harus memerhatikan tiga hal berikut ini; pertama jika berdasarkan peraturan
dasarnya terhadap keputusan itu tidak memberi kemungkinan mengajukan
banding bagi yang dikenai keoutusan, maka keputusan itu mulai berlaku sejak
diterbitkan kedua, jika berdasarkan peraturan dasarnya terdapat kemungkinan
untuk mengajukan banding terhadap keputusan yang bersangkutan maka
keberlakuan keputusan itu tergantung dari proses banding itu. Ketiga jika
keputusan itu memerlukan pengesahan dari organ atau instansi pemerintah yang
lebih tinggi maka keputusan itu berlaku setelah mendapatkan pengesahan.
20
Kranenburg dan Vegting menyebutkan empat cara mengajukan permohonan
banding terhadap keputusan yaitu sebagai berikut.
Keputusan yang sah dan dapat berlaku dengan sendirinya akan memiliki
kekuatan hukum formal dan kekuatan hukum materiil. Kekuatan hukum formal
suatu keputusan ialah pengaruh yang dapat diadakan oleh karena adanya
keputusan itu. Suatu keputusan mempunyai kekuatan hukum formal apabila
keputusan itu tidak lagi dibantah oleh suatu alat hukum. Dengan kata lain, tidak
21
dapat dibantah oleh pihak yang berkepentingan, hakim, organ pemerintahan yang
lebih tinggi, maupun organ yang membuat keputudan itu sendiri. Keputusan tata
usaha negara memiliki kekuatan hukum formal dalam hal :
Asas praduga rechtmatig ini dianut pula oleh UU. No.5 Tahun 1986 tentang
PTUN jo UU No.9 Tahun 2004 tentang perubahan UU No.5 Tahun 1986 tentang
PTUN, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 67 ayat (1) “Gugatan tidak menunda
22
atau menghalangi dilaksanakannya Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara yang digugat” .Dalam penjelasannya disebutkan “Akan tetapi selama hal
itu belum diputus oleh pengadilan, maka Keputusan Tata Usaha Negara harus
dianggap menurut hukum. Dalam proses dimuka Pengadilan Tata Usaha Negara
memang dimaksudkan untuk menguji apakah dugaan bahwa Keputusan Tata
Usaha Negara yang digugat itu melawan hukum beralasan atau tidak. Inilah dasar
hukum acara Tata Usaha Negara yang bertolak dari anggapan bahwa Keputusan
Tata Usaha Negara itu selalu menurut hukum. Dari segi perlindungan hukum,
maka Hukum Acara Tata Usaha Negara yang merupakan sarana hukum untuk
dalam keadaan konkret meniadakan anggapan tersebut. Oleh karena itu, pada
asasnya selama hal tersebut belum diputuskan oleh Pengadilan maka Keputusan
Tata Usaha Negara yang digugat itu tetap dianggap menurut hukum dan dapat
dilaksanakan. Akan tetapi, dalam keadaan tertentu, penggugat dapat mengajukan
permohonan agar selama proses berjalan, Keputusan Tata Usaha Negara yang
digugat itu diperintahkan ditundab pelaksanaannya.”
15
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 161-
169
23
bayangan dari undang-undang atau hukum. Oleh karena itu peraturan ini
disebut pula dengan istilah psudo-wetgeving (perundang-undangan semu)
atau spigelsrecht (hukum bayangan atau cermin).
B. Tindakan Regeling Pejabat TUN Indonesia
16
http://www.academia.edu/27677068/KETETAPAN_BESCHIKKING (Diakses pada tanggal 02
Oktober 2018 Pukul 19:36 WIB)
24
kewenangan pemerintahan yang bebas terhadap warga negara, atau
ditetapkan secara tertulis oleh instansi pemerintah tersebut.
3. Peraturan itu memberikan petunjuk secara umum, dengan kata lain
tanpa pernyataan dari individu warga negara mengenai bagaimana
instansi pemerintahan melaksanakan kewenangan pemerintahannya
yang bebas terhadap setiap individu warga negara yang berada
dalam situasi yang dirumuskan dalam peraturan itu.
25
1. Tepatguna dan berdaya guna sebagai sarana pengaturan yang
melengkapi, menyempurnakan dan mengisi kekurangan-
kekurangan yang ada peraturan perundang-undangan.
2. Tapatguna dan berdayaguna sebagai sarana pengaturan bagi
keadaan vacum peraturan perundang-undangan.
3. Tepatguna dan berdayaguna sebagai sarana pengaturan bagi
kepentingan-kepentingan yang belum terakomodasi secara patut,
layak, benar, dan adil dalam peraturan perundang-undangan.
4. Tepatguna dan berdayaguna sebagai sarana pengaturan untuk
mengatasi kondisi peraturan perundang-undangan yang sudah
ketinggalan zaman.
5. Tepatguna dan berdayaguna bagi kelancaran pelaksanaan tugas dan
fungsi administrasi di bidang pemerintahan dan pembangunan
yang bersifat cepat berubah atau memerlukan pembaharuan sesuai
dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.
26
dihormati, kemudian juga harapan-harapan warga yang pantas
telah ditimbulkan jangan sampai diingkari.
27
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
28
kebijakan lebih diserahkan pada doelnatigheid dan karena itu batu ujinya adalah
asas-asas umum pemerintahan yang baik, (f) Dalam praktik diberi format dala
berbagai bentuk dan jenis aturan, yakni keputusan, instruksi, surat edaran,
pengumuman dan lain-lain, bahkan dapat dijumpai dalam bentuk peraturan.
Menurut Marcus Lukman, peraturan kebijakan dapat difungsikan secara tepatguna
dan berdayaguna sebagai berikut : (a) Tepatguna dan berdaya guna sebagai sarana
pengaturan yang melengkapi, menyempurnakan dan mengisi kekurangan-
kekurangan yang ada peraturan perundang-undangan, (b) Tepatguna dan
berdayaguna sebagai sarana pengaturan bagi keadaan vacum peraturan
perundang-undangan, (c) Tepatguna dan berdayaguna sebagai sarana pengaturan
bagi kepentingan-kepentingan yang belum terakomodasi secara patut, layak,
benar, dan adil dalam peraturan perundang-undangan, (d) Tepatguna dan
berdayaguna sebagai sarana pengaturan untuk mengatasi kondisi peraturan
perundang-undangan yang sudah ketinggalan zaman, (e) Tepatguna dan
berdayaguna bagi kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi administrasi di bidang
pemerintahan dan pembangunan yang bersifat cepat berubah atau memerlukan
pembaharuan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.
29
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Internet :
http://www.academia.edu/27677068/KETETAPAN_BESCHIKKING
30
LAMPIRAN
SURAT KEPUTUSAN
Bismillahirrahmanirrahim
Menimbang:
31
1. Bahwa untuk mendukung terwujudnya iklim akademik yang Islami di
lingkungan Fakultas Hukum Universitas Islam Trunojoyo Madura, perlu
diciptakan suasana kampus yang kondusif, bernuansa akademik, dan Islami.
2. Bahwa untuk mewujudkan iklim akademik yang Islami sebagaimana
butir 1 di atas, perlu ditegaskan dengan kebijakan fakultas khususnya berkaitan
dengan kewajiban mahasiswa berpakaian yang memenuhi ketentuan syari’at
Islam dan norma kesopanan.
3. Bahwa untuk melaksanaan dan mewujudkan tujuan pada butir 1 dan 2 di
atas, diperlukan Surat Keputusan Dekan.
4. Bahwa Passal 21 SK Rektor No. 045/I/2010 tentang Peraturan Tata Tertib
Mahasiswa Universitas Islam Trunojoyo Madura yang selama ini berlaku,
dipandang perlu untuk ditegaskan kembali berlakunya di lingkungan Fakultas
Hukum Universitas Islam Trunojoyo Madura.
Mengingat:
Memperhatikan:
32
MEMUTUSKAN
Menetapkan
TENTANG
Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan:
3) Aurat adalah aurat laki-laki dan perempuan seperti lazimnya pendapat ahli
fiqh. Aurat Perempuan adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan.
Aurat Laki-laki adalah antara pusar dan lutut.
4) Aktivitas adalah segala kegiatan mahasiswa yang bersifat akademik dan non
akademik.
5) Mahasiswa adalah seluruh peserta didik yang terdaftar di Biro Administrasi
Akademik.
33
7) Sanksi adalah hukuman akademik dan atau administratif yang dijatuhkan
kepada mahasiswa atas pelanggaran ketentuan dalam surat keputusan ini.
9) Larangan adalah segala perbuatan yang tidak boleh dilakukan oleh
mahasiswa.
Pasal 2
1) Setiap mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Trunojoyo Madura,
dalam beraktifitas di kampus berkewajiban berpakaian dan berpenampilan yang
sesuai dengan syari’at Islam dan memenuhi norma kesopanan.
2) Untuk mahasiswa laki-laki, wajib berpakaian yang menutup aurat, sopan
dan pantas, mengatur rambutnya dengan rapi, tidak bertato, tidak mengenakan
perhiasan (asesoris) sebagaimana dikenakan perempuan, tidak mengenakan sandal
dan atau kaos tanpa krah (oblong).
4) Bagi mahasiswa yang tidak beragama Islam, mempunyai kewajiban yang
sama sebagaimana ayat (1), (2), dan (3) di atas, kecuali kewajiban berjilbab
(menutup kepala) bagi perempuan.
Pasal 3
1) Bagi mahasiswa yang melanggar ketentuan Pasal 2, diberikan sanksi tidak
berhak mendapatkan layanan akademik apapun, seperti:
34
1. Mengikuti perkuliahan di dalam dan di luar kelas.
2. Mengikuti Ujian Tengah Semester, Ujian Akhir Semester, Pembekalan
Akhir, dan Ujian Skripsi/Tugas Akhir.
3. Mengurus surat-menyurat/administrasi (Ijin Penelitian, KRS, KHS, dll).
4. Konsultasi bimbingan Akademik.
5. Konsultasi tugas akhir/skripsi.
2) Pihak yang menerapkan (sanksi) Ketentuan Pasal 3 adalah pihak yang
berkompeten, seperti Dosen Pengampu mata kuliah, Dosen Pembimbing
Akademik, Dosen pembimbing Skripsi/Tugas Akhir, Karyawan Administrasi, dan
Pimpinan Fakultas.
Pasal 4
1) Surat Keputusan Dekan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
2) Surat Keputusan Dekan ini akan ditinjau kembali jika terdapat kekeliruan.
Ditetapkan di : Bangkalan
Dekan FH UITM,
35
Menurut pendapat kelompok kami terkait ASN ( Aparatur Sipil
Negara ) yang tidak memenuhi hak dan kewajibannya selain karena faktor
moral dan attitude yang buruk dari ASN tersebut, pemerintah juga sudah
mengatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Disiplin
Pegawai Negeri Sipil. Hukuman disiplin diberikan tidak lain adalah untuk
memperbaiki serta mendidik Pegawai Negeri Sipil itu sendiri, serta untuk
melancarkan aktifitas penyelenggaraan tugas-tugas kedinasan secara baik.
Hukuman disiplin dapat dibagi menurut tingkat dan jenis, masing-masing.
Di dalam pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor : 53 Tahun 2010
disebutkan bahwa hukuman disiplin terdiri dari :
36
Beschikking adalah salah satu bentuk kegiatan pemerintah dalam
menjalankan peranannya yang tergolong dalam perbuatan hukum
pemerintah (Rechtshandelingen).
Perbedaannya :
No Bechikking Diskresi
.
1 Selalu bersifat individual dan Terminologi hukum
concrete
2 Pengujiannya melalui Instrumen kebijakan yang
gugatan di peradilan tata membawa hubungan hukum baru
usaha negara dan atau akibat hukum tertentu
3 Bersifat sekali-selesai Merupakan kebebasan bertindak
(enmahlig) sesuatu (freies ermessen) demi
kepentingan umum
Pasal 87
a. meninggal dunia;
37
(2) PNS dapat diberhentikan dengan hormat atau tidak diberhentikan
karena dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan
hukuman pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana yang
dilakukan tidak berencana.
(3) PNS diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri karena
melakukan pelanggaran disiplin PNS tingkat berat.
Pasal 88
38
Pasal 89
Yang berhak mem ptun kan ASN tersebut adalah instansi atau
pejabat yang berwenang diatas ASN tersebut.
39