Anda di halaman 1dari 14

KELOMPOK 7

UPAYA HUKUM KASASI DI PERADILAN AGAMA

Disusun Oleh

Dela Pipi Afriyani 12120724449

Dara Wulanfazira

Citra Nurhaliza

Cindy Amelia Hasibuan

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM

RIAU

2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.WB

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, serta salam dan salawat
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini, banyak hal yang harus dipelajari dan dipahami. Makalah
ini membahas tentang upaya hukum kasasi, yang merupakan hak terdakwa atau
penuntut umum untuk tidak menerima putusan pengadilan berupa perlawanan,
banding, atau kasasi, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang

Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih
mendalam tentang upaya hukum kasasi, baik bagi para pembaca maupun bagi
penulis sendiri. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan
pemikiran yang berguna dalam pengembangan ilmu hukum di Indonesia.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan di
masa yang akan datang. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Pekanbaru, 4 Desember 2023

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR
...................................................................................................................
2

DAFTAR
ISI
...................................................................................................................
3

BAB I
PENDAHULUAN
...................................................................................................................
4
...................................................................................................................

A. Latar
Belakang
...................................................................................................................
4

B. Rumusan
Masalah
...................................................................................................................
4

C. Tujuan
Penulisan
...................................................................................................................
5

BAB II
PEMBAHASAN

3
...................................................................................................................
5

A. Pengertian Hukum
Kasasi
...................................................................................................................
5

B. Penyebab Upaya Hukum


Kasasi
...................................................................................................................
6

C. Tata Cara Pengajuan Upaya Hukum Kasasi


...................................................................................................................
7
...................................................................................................................

D. Pemeriksaan Dalam Tingkat Kasasi


...................................................................................................................
7

E. Putusan
Kasasi
...................................................................................................................
8

F. Pembatalan
Kasasi
...................................................................................................................
9

BAB III
PENUTUP
...................................................................................................................

4
10
...................................................................................................................

A.
Kesimpulan
...................................................................................................................
10

B.
Saran
...................................................................................................................
10

DAFTAR
PUSTAKA
...................................................................................................................
11

A. Pendahuluan
Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi
tingkah laku manusia agar dapat terkontrol, selain itu hukum juga
merupakan aspek terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan
kelembagaan. Hukum mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian
hukum dalam masyarakat. Setiap masyarakat berhak mendapatkan
pembelaan didepan hukum, sehingga hukum itu memuat peraturan atau
ketentuan-ketentuan tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur
kehidupan masyarakat dan apabil melanggar akan mendapatkan sanksi.

5
Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat ketaatan hukum
warganya. Semakin tinggi ketaatan hukum warga suatu negara, akan
semakin tertib kehidupan bermasyarakatnya. Sebaliknya, jika ketaatan
hukum warga suatu negara rendah, yang berlaku adalah hukum rimba.
Pentingnya ketaatan hukum dalam suatu negara sangat diperlukan untuk
dijadikan pedoman oleh masyarakat sebagai aturan yang harus ditaati.
Karena itu Indonesia sebagai negara hukum, dalam kehidupan
masyarakatnya tidak lepas dari aturan-aturan yang berlaku, baik aturan yang
tertulis maupun aturan yang tidak tertulis. Aturan-Aturan tersebut harus
ditaati sepenuhnya. Aturan tersebut diharapkan dapat menciptakan
ketertiban dalam lingkungan masyarakat. Karena itu pemberian sanksi atau
hukuman terhadap pelanggar aturan perlu diberikan.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini :
1. Apakah yang dimaksud dengan kasasi dan upaya hukum kasasi?
2. Apa sajakah faktor penyebab timbulnya upaya hukum kasasi?
3. Apa sajakah syarat dalam pengajuan upaya hukum kasasi?
4. Bagaimanakah tata cara pengajuan upaya hukum kasasi?
5. Bagaimanalah pemeriksaan upaya hukum dalam tingkat kasasi?
6. Bagaimanakah putusan kasasi?
7. Bagaimanakah pembatalan kasasi?

C. Pembahasan
1. Pengertian Kasasi
Terhadap penetapan atau putusan pengadilan tinggi agama dapat
diajukan kasasi oleh pra pihak yang berperkara. Menurut andi hamzah
kasasi berasal dari casser (Perancis) yang artinya memecah, kemudian

6
menjadi lembaga yang berarti pembatalan. Pernyataan tidak berlakunya
keputusan hakim oleh mahkamah agung demi kesatuan peradilan. 1

Kasasi merupakan permohonan pembatalan terhadap putusan atau


penetapan PA atau PTA kepada Mahkamah Agung, melalui pengadilan
tingkat pertama yang bersangkutan, dalam jangka waktu tertentu dan
dengan syarat-syarat tertentu.2

Kasasi berarti pembatalan dalam bahasa belanda adalah cassatie.


Kasasi adalah salah satu permohonan pemeriksaan tentang sudah
tepat/tidaknya penerapan hukum yang dilakukan pengadilan bawahan
dalam menjatuhkan putusan.3 Atau kasasi yaitu mohon pembatalan
terhadao putusan penetapan Pengadilan tingkat pertama atau tingkat
banding. 4

Upaya hukum kasasi diatur dalam pasal 28 ayat (1) huruf a UU No.
14 tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah dirubah
dengan nomer 5 Tahun 2004 tentang perubahan tentang UU No. 14
Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung dan UU No. 3 tahun 2009
tentang perubahan kedua atas UU No. 14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung berwenang memeriksa dan memutus permohonan
kasasi.

Tidak semua perkara bisa diajukan kasasi, yang tidak dapat diajukan
adalah :
a. Putusan;
b. Perkara pidana yang diancam dengan pidana penjara paling lama 1
tahun dan/atau diancam pidana pidana denda;

1
Triwahyudi Abdullah, Hukum Acara Peradilan Agama, (Bandung: Mandar Maju,2018),
Cetakan pertama, hlm.198
2
Cik Hasan Bisri, Peradilan Agama di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo di
Indonesia,1996), cetakan kedua, hlm.240
3
Ibid, hlm.198
4
Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, 1991, hlm.224

7
c. Perkara Tata Usaha Negara yang obyek gugatnnya berupa keputusan
pejabat daerah jangkauan keputusannya berlaku diwilayah daerah
bersangkutan.

Pihak yang memeriksa kasasi, adalah pihak yang mengajukan Kasasi


dan lawannya disebut Termohon Kasasi. Dalam memeriksa kasasi
dimungkinkn kedua pihak dalam perkara mengajukan permohonan
kasasi sehingga masing-masing pihak menjadi pemohon kasasi
sekaligus termohon. 5

2. Penyebab Upaya Hukum Kasasi


Dari pasal 49 ayat 1 UUD 1965–13, Mahkamah Agung dalam
melakukan peradilan kasasi tidak menunjau seluruhnya dari pengadilan,
pengadilan dalam tingkat pengadilan terakhir, melainkan terbatas pada
peninjauan apakah putusan-putusan itu sesuai atau tidak dengan hukum
yang berlaku, bertentangan atau tidak dengan hukum yang berlaku, atau
sama sekali tidak melaksanakan peraturan hukum, atau walaupin
melaksanakan hukum tetapi ada kekeliruan dalam pelaksanaannya. Jadi
peradilan kasasi itu terbatas pada persoalan hukum saja, tidak mengenai
6
peristiwa dan pembuktiannya.

Kasasi dilakukan atas putusan-putusan tingkatan tertinggi dari


Pengadilan-pengadilan lain, atau kasasi tidak boleh dikatakan sebagai
peradilan ketiga.7

3. Syarat Upaya Hukum Kasasi


Upaya hukum kasasi dapat diajukan apabila 8 :

5
Ibid, hlm.199
6
Abdulkadir Muhammad, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Bandung: Penerbit Alumni,
1986), hlm.204-205
7
Wijono Prodjodikoro, Hukum Acara Perdata di Indonesia, (Bandung: Penerbitan Sumur,
1982), hlm.137
8
Abdulkadir Muhammad, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Bandung: Penerbit Alumni,
1986), hlm.206

8
a. Memenuhi syarat upaya-upaya hukum biasa yang dapat
dipergunakan telah dipergunakan (pasal 50 ayat 1 Undang-Undang
1965-13).
b. Permohonan kasasi harus diajukan dalam tenggang waktu dalam tiga
minggu bagi mereka yang berdiam di Jawa dan Madura, dan enam
minggu bagi yang diluar Jawa dan Madura, sejak putusan (yang
bersifat mutlak) diberitahukan kedapa yang bersangkutan (pasal 113
ayat 1 UU 1950-1).
c. Pengajuan kasasi selambat-lambatnya dalam tempo dua minggu
d. Permohonan kasasi harus mengajukan lasan-alasan (memori kasasi)
e. Permohonan kasasi diajukan secara tertulis atau secara lisan kepada
panitera Pengadilan Tinggi yang memberikan peradilan tingkat
banding

4. Tata Cara Pengajuan Kasasi


1. Banding disampaikan kepada disampaikan kepada Mahkamah
Agung RI melalui panitera pengadilan agam yang memutus perkara.
Dalam renggang waktu 14 hari dari tanggal diterimanya
pemberitahuan amar putusan pengadilan tinggi agama tersebut.
Pemohon kasasi harus diikuti pembayaran biaya kasasi, kemudian,
pengadilan agama membuat akta kasasi dan dicatat pada register
induk perkara. Selanjutnya panitera memberitahukan secara tertulis
pada pihak lawan selambat-lambatnya 7 hari sejak diterimanya
permohonan kasasi tersebut.
2. Penyampaian risalah kasasi dan kontra memori kasasi.
Pihak pemohon kasasi membua memori kasasi sebanyak tiga
rangkap dalam tenggang waktu 14 hari sejak pemohon kasasi
didaftar/dicatat, selanjutnya risalah kasasi tersebut disampaikan
kepada termohon kasasi dalam tenggang waktu 14 hari dari
pemberitahuan risalah kasasi. Termohon kasasi harus
menyampaikan kontra risalah kasasi, termohon kasasi harus

9
menyampaikan kontra risalah kasasi dan diberitahukan kepada
pemohon kasasi (pasal 47 UU No. 14 Tahun 1985).

5. Pemeriksaan Dalam Tingkat Kasasi


Dalam melakukan pemeriksaaan dan memberikan putusan kasasi
Mahkamah Agung harus bersidang dengan sekurang-kurangnya tiga
orang hakim, seorang hakim bertindak sebagai hakim ketua, dan yang
lainnya sebagai hakim anggota, serta dibantu oleh seorang panitera atau
panitera pengganti. Sidang pemeriksaan kasasi hanya melakukan
pemeriksaan terhadap berkas perkara dan surat-surat perkara yang
dimohonkan kasasi. 9

Pemeriksaan kasasi adalah pemeriksaan yang terakhir yang


menyangkut soal hukumnya. Dengan demikian apa yang diputuskan
oleh MA dianggap benar.dan tepat. Ditinjau dari sudut pembentukan
hukum, putusan kasasi sangat penting, karena akan memengaruhi cara
melakukan peradilan di seluruh Indonesia dan dapat pula mendororng
pembuat undang-undang memperbaiki suatu peraturan sesuai dengan
petunjuk dari MA.10

Putusan kasasi segera dikirimkan kepada ketua Pengadilan yang


bersangkutan guna diberitahukan kepada pihak-pihak untuk
dilaksanakan sebagaimana mestinya. Dengan adanya putusan kasasi itu,
selesailah proses perkara yang bersangkutan. Apa yang diputuskan
dalam kasasi itulah yang dianggap benar.

Apabila alasan kasasi mengenai salah menetapkan hukum atau


melanggar hukum atau lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan

9
Abdulkadir Muhammad, Hukum Acara Aerdata Indonesia, (Bandung: Penerbit Alumni,
1986), hlm.210
10
Abdulkadir Muhammad, Hukum Acara Aerdata Indonesia, (Bandung: Penerbit
Alumni, 1986), hlm.212-213

10
Undang-undang maka mahkamah agung memutus sendiri perkara
tersebut (pasal 51 ayat 2).11

6. Putusan Kasasi
Putusan kasasi dapat berupa12:
a. Permohonan kasasi tidak dapat diterima
Alasan permohonan kasasi tidak dapat diterima apabila
jangka waktu yang diperkenankan untuk mengajukan kasasi telah
lewat, dalam jangka waktu mana kasasi tidak dimintakan, atau
memori kasasi tidak dimaksudkan atau terlambat memasukkan, atau
pihak yang memohonkasasi tidak/belum menggunakan haknya yang
lain misalnya perlawanan (verzet), banding.
b. Permohonan kasasi ditolak
Alasannya karena keberatan-keberatan yang sekarang
diajukan oleh pemohon kasasi terhadap putusan hakim yang lebih
rendah itu semata-mata mengenai kejadian atau peristiwa yang tidak
termasuk wewenang hakim kasasi, sedangkan dulunya keberatan itu
tidak pernah diajukan kepada hakim yang bersangkutan. Atau
mungkin juga karena alasan hukum yang dikemukakan dalam
memori kasasai tidak mendukung putusan yang telah diambil oleh
judex facti (tidak ada sangkut pautnya dengan hukum yang
menguasai pokok perkara itu).
c. Permohonan kasasi diterima (dikabulkan)
Alasan tersebut dibenarkan oleh hakim kasasi, maka dapat
diterima oleh Mahkamah Agung.

7. Pembatalan Kasasi

11
Triwahyudi Abdullah, Peradilan Agama di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2004), hlm. 185
12
Abdulkadir Muhammad, Hukum Acara Aerdata Indonesia, (Bandung: Penerbit
Alumni, 1986), hlm.210-212

11
Dalam putusan kasasi Mahkmamah Agung dapat membatalkan
putusan dan penetapan dari pengadilan-pengadilan yang lebih rendah
(Pasal 51)13 :
a. Karena lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh
peraturan perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu
dengan batalnya perbuatan yang bersangkutan
b. Karena melampaui batas wewenangnya
c. Karena salah menetapkan atau karena melanggat peraturan-
peraturan hukum yang berlaku.

D. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebagaimana tersebut di atas maka
penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut:
1. Kasasi merupakan permohonan pembatalan terhadap putusan atau
penetapan PA atau PTA kepada Mahkamah Agung, melalui pengadilan
tingkat pertama yang bersangkutan, dalam jangka waktu tertentu dan
dengan syarat-syarat tertentu terhadap penetapan atau putusan
pengadilan tinggi agama dapat diajukan kasasi oleh pra pihak yang
berperkara. Menurut Andi Hamzah kasasi berasal dari casser (Perancis)
yang artinya memecah, kemudian menjadi lembaga yang berarti
pembatalan. Atau kasasi yaitu mohon pembatalan terhadao putusan
penetapan Pengadilan tingkat pertama atau tingkat banding.
Upaya hukum kasasi dapat diajukan apabila :
1. OPO Memenuhi syarat upaya-upaya hukum biasa yang
dapat dipergunakan telah dipergunakan (pasal 50 ayat 1
Undang-Undang 1965-13).
2. Permohonan kasasi harus diajukan dalam tenggang
waktu dalam tiga minggu bagi mereka yang berdiam di
Jawa dan Madura, dan enam minggu bagi yang diluar

13
Wijono Prodjodikoro, Hukum Acara Perdata di Indonesia, (Bandung: Penerbitan
Sumur, 1982), hlm.139

12
Jawa dan Madura, sejak putusan (yang bersifat mutlak)
diberitahukan kedapa yang bersangkutan (pasal 113 ayat
1 UU 1950-1).
3. Pengajuan kasasi selambat-lambatnya dalam tempo dua
minggu
4. Permohonan kasasi harus mengajukan lasan-alasan
(memori kasasi)
5. Permohonan kasasi diajukan secara tertulis atau secara
lisan kepada panitera Pengadilan Tinggi yang
memberikan peradilan tingkat banding

DAFTAR PUSTAKA

Bisri, Cik Hasan. 1996. Peradilan Agama di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo di
Indonesia. Cetakan kedua.

Muhammad, Abdulkadir. 1986. Hukum acara perdata Indonesia. Bandung:


Penerbit Alumni.

Prodjodikoro, Wijono. 1982. Hukum Acara Perdata di Indonesia. Bandung:


Penerbitan Sumur.

Rasyid, Roihan A. 1991. Hukum Acara Peradilan Agama.

13
Triwahyudi, Abddullah. 2004. Peradilan Agama di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka
Belajar. Cetakan Pertama.

Triwahyudi, Abddullah. 2018. Peradilan Agama di Indonesia. Bandung: Mandar


Maju. Cetakan Pertama.

14

Anda mungkin juga menyukai