HUKUMACARA PERDATA
OLEH :
KELOMPOK 4
DOSEN PENGAMPU :
Dr.Misnar Syam,S.H.,M.H.
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ANDALAS
2023
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur selalu di panjatkan kepada Allah SWT,yang selalu melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.Sehingga,makalah dengan judul Proses
Upaya Hukum Kasasi Terhadap Putusan Pengadilan Nomor 2840 k/Pdt/2022 ini
dapat di selesaikan dengan sebaik-baiknya.Shalawat dan salam tidak lupa kita hadiahkan
kepada nabi junjungan alam yakninya Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Acara
Perdata.Terima kasih penulis ucapkan kepada ibu Dr.Misnar Syam,S.H.M.H selaku
dosen mata kuliah ini.Serta terima kasih untuk para pihak yang turut membantu agar
makalah ini di buat dengan sangat baik.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I ................................................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 7
C. Tujuan Penulisan................................................................................................................. 8
BAB II ............................................................................................................................................... 8
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................................ 8
A. Pengertian Upaya Hukum ................................................................................................... 8
B. Jenis-jenis upaya hukum dalam Hukum Acara perdata ................................................... 10
1. Upaya Hukum Biasa ...................................................................................................... 10
2. Upaya Hukum Luar Biasa .............................................................................................. 11
C. Verstek .............................................................................................................................. 12
D. Upaya Hukum Biasa .......................................................................................................... 15
1. Perlawanan (Verzet) ..................................................................................................... 15
2. Banding ......................................................................................................................... 23
3. Kasasi ............................................................................................................................ 26
BAB III ............................................................................................................................................ 30
PEMBAHASAN ............................................................................................................................... 29
A. Upaya Hukum yang Dilakukan Terhadap Putusan Nomor 2840/K/Pdt/2022 .................. 29
B. Putusan Hakim Terhadap Perkara Nomor 2840/K/Pdt/2022 .......................................... 35
BAB IV ........................................................................................................................................... 40
KESIMPULAN ................................................................................................................................. 40
A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 40
B. Saran ................................................................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................... 41
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum acara perdata bisa disebut juga dengan hukum acara perdata formil.
Sebutan hukum acara perdata lebih lazim dipakai daripada hukum perdata formil.
Hukum acara perdata atau hukum perdata formil merupakan bagian dari hukum
perdata. Karena, disamping hukum acara perdata formil juga ada hukum perdata
materiil. Hukum perdata materiil ini lazimnya disebut hukum perdata saja. Yang
dimaksud dengan hukum perdata formil atau hukum acara perdata adalah peraturan
para pelanggar hakhak keperdataan sesuai hukum materiil mengandung sanksi yang
sifatnya memaksa.1
1 Sarwono, Hukum Acara Perdata : Teori dan Praktik, Sinar Grafika, Jakarta, 2011. Hal.3
1
masyarakat dengan lembaga, baik lembaga pemerintah maupun non pemerintah. 2
Dalam suatu prosedur persidangan, sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka
diakhir persidangan akan ada penetapan putusan dari majelis hakim yang
Dalam hukum acara perdata, putusan pengadilan dapat berupa tiga hal,
yaitu, gugatan dikabulkan, gugatan ditolak, dan gugatan tidak dapat diterima.
adalah dengan syarat bila dalil gugatannya dapat dibuktikan oleh penggugat sesuai
dengan alat bukti sebagaimana diatur dalam Pasal 1865 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata. Gugatan ditolak, dalam bukunya, Hukum Acara Perdata, M. Yahya
dalil gugatannya (tidak terbukti), akibat hukum yang harus ditanggungnya atas tidak
tidak dapat diterima, dijelaskan pula oleh Yahya Harahap, bahwa ada berbagai cacat
formil yang mungkin melekat pada gugatan, antara lain, gugatan tidak memiliki
dasar hukum, gugatan error in persona, gugatan obscuur libel, gugatan melanggar
memperoleh putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap. Akan tetapi, setiap
2M. Natsir Asnawi, Hermeneutika Putusan Hakim, UII Press, Yogyakarta, 2014. Hal. 3
3M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan
Putusan Pengadilan, Jakarta; sinar Grafika, 2008. Hal. 812
2
putusan yang dijatuhkan oleh hakim belum tentu dapat menjamin kebenaran secara
yuridis, karena putusan itu tidak lepas dari kekeliruan dan kekhilafan bahkan tidak
mustahil bersifat memihak. Maka, demi keadilan dan kebenaran, setiap putusan,
hakim perlu untuk memeriksa ulang agar kekeliruan atau kekhilafan tidak terjadi,
agar putusan tersebut dapat diperbaiki. Bagi setiap putusan hakim pada umumnya
tersedia “upaya hukum“ yaitu upaya atau alat untuk mencegah atau memperbaiki
hal tertentu untuk melawan putusan hakim bagi para pihak, baik itu seseorang atau
pun badan hukum yang merasa tidak puas serta dianggap tidak sesuai dengan apa
yang diinginkan. Dalam pelaksanaanya upaya hukum dapat dibedakan antara upaya
hukum biasa terdiri dari banding dan kasasi. Dan upaya hukum luar biasa terdiri
dari kasasi dan peninjauan kembali. Hakim sebagai salah satu aparat penegak
hukum mempunyai tugas sebagai salah satu penentu keputusan perkara. Putusan
4 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta, Liberty. 2002. Hal 224.
3
mengambil keputusan hanya terikat pada peristiwa atau fakta-fakta yang relevan
mempunyai kejelasan dan kekuatan moral yang tinggi. Hakim sebagai salah satu
aparat yang menyelenggarakan peradilan, harus konsisten menjaga moral yang baik.
Hanya dengan moral yang baik tersebut, maka setiap putusan perkara di peradilan
lebih mendekatkan pada keadilan dan kepastian hukum, serta kemanfaatan dengan
memahami kenyataan-kenyataan yang terjadi. 6 Namun yang terjadi saat ini, seiring
sedikit mampu mengerti akan hak dan kewajibannya, memahami makna keadilan,
serta mampu menempatkan dirinya pada fungsi kontrol terhadap pelaksanaan peran
hakim dalam proses peradilan. Setiap penyimpangan, kesalahan prosedur, serta hal-
hal yang dirasakan tidak adil atau tidak memuaskan dalam proses peradilan akan
diikuti dengan reaksi-reaksi sosial dengan berbagai bentuk, dari yang reaksi halus
Salah satu dari berbagai reaksi tersebut adalah melakukan upaya hukum
dipengadilan yang termasuk dalam upaya hukum biasa yakni kasasi. Kasasi adalah
suatu alat hukum yang merupakan wewenag dari Mahkamah Agung untuk
5 Fence M. Wantu, Idee Des Recht Kepastian Hukum, Keadilan, dan kemanfaatan, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2011, Hal.10
6 Fence M. Wantu, Hukum Acara Pidana Dalam Teori dan Praktek, Revika Cendekia, Yogyakarta, 2011, Hal.92
7 Fence M. Wantu, Op.cit, 2011, Hal.12
4
peradilan yang terakhir. Tugas Pengadilan Kasasi adalah menguji putusan
hukum yang dilakukan terhadap kasus yang bersangkutan yang duduk perkaranya
memeriksa perkara pada tingkat kasasi telah memutus perkara antara Haji
pemohon kasasi melawan Himi Malina yang bertempat tinggal di Jalan Komplek
kepada penggugat tanpa syarat apapun dan apabila diperlukan pengosongan dengan
bantuan alat Negara. Yang dalam pokok perkara nya 1. Mengabulkan gugatan
III telah melakukan perbuatan melawan hukum sebagaimana ketentuan Pasal 1365
atas sebidang tanah dan bangunan seluas 175 m² (seratus tujuh puluh lima meter
persegi) yang beralamat di Jalan Perkavlingan PTB, Blok R.V., Kav Nomor 1,
di dalam Sertifikat Hak Milik Nomor 6323/Duren Sawit sebagaimana Surat Ukur
5
Nomor 2639/1989 tertanggal 10 Oktober 1989 atas nama Himi Malina; 4.
Menyatakan Akta Kuasa Untuk Menjual Nomor 4, tertanggal 7 April 2004, yang
dibuat dihadapan Turut Tergugat III (Notaris Achamad Sofian, S.H.), Akta Jual Beli
Nomor 47 Tahun 2005 yang dibuat dihadapan Turut Tergugat IV (Notaris Rohana
Frieta, S.H.) dan Akta Jual Beli Nomor 703/2011 tertanggal 28 Oktober 2011, yang
dibuat dihadapan Turut Tergugat V (Notaris Ivonne Barnetha Sinyal, S.H.) adalah
sah dan berharga serta mengikat para pihak yang membuatnya; 5. Menghukum
Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat III untuk menyerahkan sebidang tanah dan
bangunan seluas 175 m² (seratus tujuh puluh lima meter persegi) yang beralamat di
Jalan Perkavlingan PTB, Blok R.V., Kav Nomor 1, Kelurahan Duren Sawit,
tertanggal 10 Oktober 1989 atas nama Himi Malina tersebut kepada Penggugat dan
Rp470.000.000,00 (empat ratus tujuh puluh juta rupiah) dan kerugian immateriil
sejumlah Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) kepada Penggugat secara tunai
(dwangsom) sebesar Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) per hari
keterlambatan efektif dihitung 7 (tujuh) hari sejak putusan ini dibacakan oleh
Majelis Hakim yang terhormat; 8. Menyatakan putusan ini dapat dijalankan terlebih
6
(verzet), banding dan kasasi; 9. Menghukum Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat
kepada Pemohon Kasasi pada tanggal 10 Juli 2020, kemudian terhadapnya oleh
314/Pdt.G/2015/PN Jkt. Tim, yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri Jakarta
Timur, permohonan tersebut diikuti dengan memori kasasi yang memuat alasan-
Agustus 2020.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan di atas, kami merumuskan beberapa masalah
7
1. Bagaimana Proses Upaya Hukum Kasasi yang dilakukan dalam putusan nomor
2840 K/Pdt/2022?
2. Apa yang menjadi alasan bagi hakim dalam putusan terhadap Upaya Hukum
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Proses Upaya Hukum Kasasi yang dilakukan dalam putusan nomor
2840 K/Pdt/2022.
2. Mengetahui Alasan bagi hakim dalam putusan terhadap Upaya Hukum kasasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
hakim akan menjatuhkan putusan terhadap perkara yang diajukan oleh para pihak,
terhadap putusan dari majelis hakim tersebut terkadang tidak cukup memuaskan
para pihak baik pihak penggugat maupun pihak tergugat, terkadang juga suatu
putusan hakim tidak luput dari kekeliruan atau kekhilafan, bahkan terkadang juga
8
bersifat memihak maka oleh karena itu demi kebenaran dan keadilan setiap putusan
Upaya hukum ialah suatu upaya yang diberikan oleh Undang-Undang bagi
seseorang maupun badan hukum dalam hal tertentu untuk melawan putusan hakim
sebagai suatu tempat bagi para pihak yang tidak puas atas adanya putusan hakim
yang dianggap tidak memenuhi rasa keadilan, karena hakim itu juga seorang
manusia yang bisa secara tidak sengaja melakukan kesalahan yang dapat
10
menimbulkan salah mengambil keputusan atau memihak kepada salah satu pihak.
Pengadilan yaitu untuk memperoleh putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap.
Akan tetapi, setiap putusan yang dijatuhkan secara subjektif, belum tentu dapat
menjamin kebenaran secara yuridis, karena putusan itu tidak lepas dari kekeliruan
dan kekhilafan, bahkan tidak mustahil bersifat memihak. Agar kekeliruan dan
kekhilafan itu dapat diperbaiki, maka putusan hakim itu dimungkinkan untuk
diperiksa ulang, demi tegaknya kebenaran dan keadilan dengan melakukan upaya
hukum yang dilakukan oleh salah satu pihak yang berperkara. Upaya hukum
merupakan hak terdakwa yang dapat dipergunakan apabila siterdakwa merasa tidak
puas atas putusan yang diberikan oleh pengadilan. Karena upaya hukum ini
merupakan hak, jadi hak tersebut bisa saja dipergunakan dan busa juga siterdakwa
tidak menggunakan hak tersebut. Akan tetapi, bila hak untuk mengajukan upaya
9 Martha Eri Safira, Hukum Acara Perdata, CV. Nata Karya, Ponorogo, 2012. Hal. 137
10 Zainal Asikin, Op cit., hlm 135
9
hukum tersebut dipergunakan oleh siterdakwa, maka pengadilan wajib
menerimanya.
Untuk itu kita lihat beberapa padangan doktrin para ahli mengenai upaya
2. Prof Sudikno Mertokusumo, S.H. upaya hukum adalah upaya atau alat untuk
hukum biasa dan upaya hukum luar biasa. Perbedaan yang ada antara keduanya
adalah pada azaznya upaya hukum biasa menangguhkan eksekusi (kecuali bila
11 Retnowulan sutanto dan iskandar oeripkartiwinata, Hukum Acara Perdata dalam teori dan praktek,1995,
Mandar Maju, bandung, hlm. 143
12 Sudikno Mertokusumo, 2009, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogtakarta, hlm.234
13 Laila, Herinawati Op cit, hal.123
10
menggunakannya hapus dengan menerima putusan. Upaya hukum biasa ini
biasa, adalah upaya hukum yang dipergunakan bagi putusan yang belum
a. Perlawanan (verzet), diatur dalam Pasal 129 ayat (1), Pasal 196, Pasal 197
HIR;
b. Banding, diatur dalam Pasal 21 ayat (1) UU No. 4 Tahun 2004 tentang
Kekuasaan Kehakiman,
Agung,
(Ingkrach) maka tidak bisa lagi ditempuh upaya hukum biasa, maka dengan
diperolehnya kekuatan hukum yang pasti sebuah putusan tidak dapat lagi di
robah. Suatu putusan akan memperoleh kekuatan hukum yang pasti apabila
tidak tersedia lagi upaya hukum biasa. Untuk putusan yang telah memperoleh
15
kekuatan hukum yang pasti ini, tersedia upaya hukum istimewa. Upaya
hukum istimewa ini hanyalah dibolehkan dalam hal-hal tertentu yang disebut
Kembali dan Perlawanan dari pihak ketiga. Upaya hukum luar biasa terdiri dari:
14Rumawi,dkk. Hukum Acara Perdata (bandung, Widina Bakti Persada, 2021), Hal 220
15Ning Adiasih. Analisis Terhadap Putusan Pengadilan dalam Perkara Perdata Yang Hukumnya tidak ada
atau Hukumnya Tidak jelas, 2020
11
a. Perlawanan pihak ketiga (denden verzet) terhadap sita eksekutorial (vide
21 Oktober 1962;
b. Peninjauan kembali (request civil), diatur dalam Pasal 66, Pasal 67, Pasal
C. Verstek
a. Pengertian Verstek
• acara pembuktian;
• Putusan verstek;
Verstek adalah hukum acara tanpa hadir atau acara luar hadirnya tergugat,
12
• Pasal 124 HIR, Pasal 77 Rv, mengatur Verstek kepada Penggugat.
telah digugurkan.
• Pasal 125 ayat (1) HIR, Pasal 78 Rv, mengatur Verstek terhadap
putusannya:
panggilan sidang ialah Juru Sita (Pasal 388 jo 390 ayat (1) HIR). Bentuk
13
surat panggilan adalah tertulis, dan khusus mengenai perkara perceraian
17
dapat dilakukan melalui media cetak pada umumnya. Cara
sidang PA;
akan tetapi bila ahli waris tidak dikenal relas panggilan sidang
almarhum.
14
c. Bentuk Putusan Verstek yakni:
dengan verstek;
1. Perlawanan (Verzet)
a. Pengertian perlawanan/Verzet
Verzet merupakan salah satu upaya hukum biasa yang dapat diminta
oleh salah satu atau kedua belah pihak yang berperkara terhadap suatu
pada waktu perkara tersebut diperiksa atau perkara yang diputus secara
kepada pengadilan.18
15
contradiktoir dengan membatalkan putusan verstek yang semula serta
hadirnya pihak Tergugat (disebut putusan verstek). 19 Pasal 129 ayat (1) HIR
tidak hadir (verstek) dan tidak menerima putusan itu, dapat mengajukan
pengadilan tingkat pertama yang diajukan oleh tergugat yang diputus verstek
19 Syahrul Sitorus, Upaya Hukum Dalam Acara Perdata, Jurnal Hikmah, Volume 15, (Januari-Juni 2018)
16
yang diajukan terhadap putusan verstek tidak dapat diterima, karena upaya
yang lalu.
penggugat tidak diberi hak mengajukan perlawanan, dalam hal ini pihak
tergugat tidak oleh pihak ketiga. Perluasan atas hak yang dimiliki tergugat
kuasa. Tergugat yang tidak hadir disebut pelawan dan penggugat yang hadir
disebut terlawan.
17
Dalam prosedur verzet kedudukan para pihak tidak berubah yang
diajukan oleh seorang Tergugat yang dijatuhi putusan verstek, akan tetapi
upaya verzet hanya bisa diajukan satu kali bila terhadap upaya verzet ini
verstek mengajukan verzet maka kedua perkara tersebut dijadikan satu dan
dalam register diberi satu nomor perkara. Penggugat yang diputus verstek,
dinyatakan tidak dapat diterima atau ditolak. Bila penggugat yang diputus
verstek banding, maka tergugat yang tidak hadir, tidak bisa verzet. Tenggang
dan diterimanya putusan verstek oleh tergugat. Jika putusan itu tidak
sampai pada hari ke-8 sesudah peneguran atau dalam hal tidak hadir sesudah
dipanggil dengan patut sampai pada hari ke-14, ke-8 sesudah dijalankan
surat perintah.
dengan verstek lagi maka tergugat tidak dapat mengajukan banding. Dalam
18
praktik verzet ini harus diberitahukan atau dinyatakan dengan tegas dan bila
formil, maka: .
19
• Perlawanan mengakibatkan putusan verstek mentah kembali.
d. Putusan Verzet
Apabila dalam putusan penyelesaian satu perkara diterapkan acara
20
Kedua putusan itu, saling berkaitan karena sama-sama bertitik tolak dari
verstek. Oleh karena itu, putusan verzet tidak mungkin lahir, kalau putusan
verstek tidak ada. Bertitik tolak dari pendekatan asesor tersebut, substansi
Pada sisi lain, ditinjau dari segi upaya hukum, verzet menurut pasal 129
ayat (1) HIR merupakan upaya perlawanan terhadap putusan verstek. Berarti
putusan verstek yang dijatuhkan sudah tepat atau tidak. Tepat atau tidaknya
mengajukan verzet yang ditentukan Pasal 129 ayat (1) HIR telah
21
dilampaui. Dalam kasus yang seperti itu, gugur hak mengajukan verzet
diterima.
sebagai berikut:
22
mampu membuktikan dalil gugatan. Sehingga amar putusan yang
2. Banding
a. Pengertian Banding
Banding ialah upaya hukum yang dilakukan bila mana ada salah satu
pihak yang tidak puas terhadap suatu putusan Pengadilan tingkat pertama.
dengan pengecualian itu ditujukan pada perkara perdata yang tidak perlu
tingkat pertama dan banding adalah hakim fakta (judex facti) sehingga
diminta oleh salah satu atau kedua belah pihak yang berperkara terhadap
23
suatu putusan PN. Para pihak mengajukan banding bila merasa tidak puas
dijatuhkan.
kecuali terhadap putusan uit voerbaar bij voeraad. Banding diatur dalam
Pasal 188 - 194 HIR (untuk daerah Jawa dan Madura) dan dalam Pasal 199 -
205 RBg (untuk daerah di luar Jawa dan Madura). Kemudian berdasarkan
Darurat No. 1 Tahun 1951), Pasal 188 - 194 HIR dinyatakan tidak berlaku
sejak putusan dibacakan bila para pihak hadir atau 14 hari setelah
pemberitahuan putusan apabila salah satu pihak tidak hadir. Dalam praktek
dasar hukum yang biasa digunakan adalah Pasal 46 UU No. 14 tahun 1985
24
apabila jangka waktu pernyatan permohonan Banding telah lewat waktu
banding.
25
3. Panitera Pengadilan Negeri akan membuat akte banding yang memuat
Perdata.
5. Para pihak diberi kesempatan untuk melihat surat serta berkas perkara di
3. Kasasi
a. Pengertian Kasasi
Kasasi merupakan salah satu upaya hukum biasa yang dapat diminta
oleh salah satu atau kedua belah pihak yang berperkara terhadap suatu
26
putusan Pengadilan Tinggi. Para pihak dapat mengajukan Kasasi bila
merasa tidak puas dengan isi putusan PT kepada Mahkamah Agung (MA).
penerapan hukumnya.
surat gugatan.
27
• Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku. Yang
terdapat irah-irah.
dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari setelah putusan atau penetapan
28
• Permohonan kasasi disampaikan baik secara tertulis atau lisan
daftar, dan hari itu juga membuat akta permohonan kasasi yang
14/1985)
14/1985).
29
• Setelah menerima Memori Kasasi dan Kontra Memori Kasasi dalam
14/1985).
30
BAB III
PEMBAHASAN
A. Proses Upaya Hukum Kasasi yang dilakukan dalam putusan nomor 2840
K/Pdt/2022
seseorang atau badan hukum untuk hal tertentu untuk melawan putusan hakim
sebagai tempat bagi pihak-pihak yang tidak puas dengan putusan hakim yang
dianggap tidak sesuai dengan apa yang diinginkan, tidak memenuhi rasa keadilan,
karena hakim juga seorang manusia yang dapat melakukan kesalahan / kekhilafan
Upaya hukum dibedakan antara upaya hukum terhadap upaya hukum biasa
yang merupakan upaya hukum yang digunakan untuk putusan yang belum
dahulu atau uitboverbaar bij voorraad dalam pasal 180 ayat (1) HIR21 jadi meskipun
dilakukan upaya hukum, tetap saja eksekusi berjalan terus. Kemudian upaya hukum
luar biasa yaitu dilakukan terhadap putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum
20 Sarwono, Hukum Acara Perdata : Teori dan Praktik, Sinar Grafika, Jakarta, 2011. Hal.3
21 Herzien Inlandsch Reglement
31
tetap dan pada asasnya upaya hukum ini tidak menangguhkan eksekusi. 22 Mencakup,
Kasasi merupakan salah satu upaya hukum biasa yang dapat diminta oleh
salah satu atau kedua belah pihak yang berperkara terhadap suatu putusan
Pengadilan Tinggi. Para pihak dapat mengajukan Kasasi bila merasa tidak puas
dengan isi putusan PT kepada Mahkamah Agung (MA). Kasasi berasal dari
atau pernyataan tidak sah oleh Mahkamah Agung terhadap putusan pengadilan dari
Mahkamah Agung, kasasi adalah permohonan yang disampaikan secara tertulis atau
lisan melalui Panitera Pengadilan Tingkat Pertama yang telah memutus perkara tata
usaha negara atau perkara perdata yang diperiksa dan diputus oleh Pengadilan
Lingkungan Peradilan Agama, dan Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara atau
22 Bambang, Sugeng, Sujayadi, Pengantar Hukum Acara Perdata dan Contoh Dokumen Ligilasi, Jakarta:
2011
23 Laila, Herinawati, Pengantar Hukum Acara Perdata, Unimal Press: Jakarta, 2015. Hal. 126
24 Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa
32
Terdakwa atau wakilnya yang secara khusus dikuasakan untuk itu atau Penuntut
Umum atau Oditur dalam perkara pidana yang diperiksa dan diputus oleh
Kasasi adalah upaya untuk membatalkan putusan pengadilan yang berada dibawah
Dari kedua penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kasasi adalah upaya
pengadilan tingkat pertama yang pertama kali memutuskan dengan alasan ataupun
yang diatur dalam Pasal 46 – 48 UU No. 14 Tahun 1985 jo. UU No. 5 Tahun 2004
jo. UU No. 3 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 14 Tahun 1985
25
Ishaq,Pengantar Hukum Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2017
26
Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 14 tahun 1985 Tentang
Mahkamah Agung
33
Pemeriksaan Kasasi hanya meliputi seluruh putusan hakim yang mengenai
sehingga pemeriksaaan tingkat kasasi tidak boleh/ tidak dapat dianggap sebagai
akan mengaitkan upaya hukum ini dalam putusan Nomor 2840/K/Pdt/2022, dimana
Negeri Jakarta Timur, permohonan tersebut diikuti dengan memori kasasi yang
Menurut penulis upaya Kasasi di kasus ini yaitu pemohon kasasi meminta
Desember 2020 yang pada pokoknya menolak permohonan kasasi dari Pemohon
Kasasi.
Maka, setelah meneliti memori kasasi tanggal 6 Agustus 2020 dan Kontra
34
putusan judex facti dalam hal ini Pengadilan Tinggi DKI Jakarta yang menguatkan
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur, tidak salah dalam menerapkan hukum
ternyata putusan judex facti / Pengadilan Tinggi DKI Jakarta dalam perkara ini tidak
yang mengenai hukum, baik yang merugikan pemohon kasasi maupun tidak.
Setelah itu, Mahkamah Agung akan mengeluarkan putusan kasasi yang dapat
menolak kasasi dan memperkuat putusan pengadilan yang diajukan, atau menolak
Putusan kasasi yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung bersifat final dan
mengikat, sehingga tidak dapat diajukan upaya hukum lagi. Setelah permohonan
putusan hakim yang mengenai hukum, baik yang merugikan pemohon kasasi
maupun tidak. Setelah itu, Mahkamah Agung akan mengeluarkan putusan kasasi
35
1. Menerima kasasi dan membatalkan putusan pengadilan yang diajukan.
Dalam kasasi perdata, terdapat beberapa alasan yang dapat menjadi pernyataan
putusan pengadilan.
pengadilan.
pengadilan.
Jika terdapat alasan-alasan tersebut dalam kasus yang diajukan, maka pemohon
kasasi dapat mengajukan permohonan pembatalan atau pernyataan tidak sah kepada
Mahkamah Agung. Namun, jika tidak terdapat alasan yang cukup, maka
telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama, diajukan dalam tenggang
36
waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, oleh karena itu
berdasarkan memori kasasi yang diterima tanggal 6 Agustus 2020 yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari putusan ini, Pemohon Kasasi meminta agar: Bahwa
cacat hukum/tidak sah. Sehingga saya menolak Putusan Pengadilan Tinggi DKI
dan dibatalkan; Atau, apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang
seadil- adilnya; Bahwa terhadap memori kasasi tersebut, Termohon Kasasi telah
mengajukan Kontra Memori Kasasi tanggal 2 Desember 2020 yang pada pokoknya
Memori Kasasi tanggal 6 Agustus 2020 dan Kontra Memori Kasasi tanggal 2
Desember 2020 dihubungkan dengan pertimbangan dan putusan judex facti dalam
hal ini Pengadilan Tinggi DKI Jakarta yang menguatkan Putusan Pengadilan Negeri
Jakarta Timur, tidak salah menerapkan hukum pada perkara a quo, dengan
Tergugat II dan Tergugat III telah melakukan perbuatan melawan hukum karena
Tergugat I dan II yang menguasai serta menyewakan tanah dan bangunan objek
sengketa tanpa alas hak kepada Tergugat III adalah perbuatan melawan hukum;
Bahwa Penggugat adalah pemilik yang sah atas objek sengketa berdasarkan
Sertifikat Hak Milik Nomor 6323/Duren Sawit, Surat Ukur Nomor 2639/1989,
37
tanggal 10 Oktober 1989 atas nama Himi Malina; Menimbang, bahwa berdasarkan
Jakarta dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan/atau undang-
undang, maka permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi HAJI
ditolak dan Pemohon Kasasi ada di pihak yang kalah, maka Pemohon Kasasi
dihukum untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini; Memperhatikan
Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana yang telah
diubah dengan Undang Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan
yang bersangkutan.
2022, hakim menolak permohonan kasasi dari Haji Muhammad Efendi Ritonga
sebagai pemohon kasasi dan menghukum pemohon kasasi dengan membayar biaya
perkara sejumlah Rp.500.000 (lima ratus ribu rupiah) dalam tingkat kasasi.
memiliki pandangan pada kasus ini karena ternyata pada putusan judex facti /
Pengadilan Tinggi DKI Jakarta dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum
38
dan/atau undang-undang, maka permohonan kasasi yang diajukanoleh Pemohon
39
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis penulis terhadap pokok permasalahan yang telah
menyatakan bahwa upaya hukum biasa pada perkara ini adalah kasasi. Pengaturan
mengenai kasasi diatur di dalam permohonan kasasi yang diatur dalam Pasal 46 –
48 UU No. 14 Tahun 1985 jo. UU No. 5 Tahun 2004 jo. UU No. 3 Tahun 2009
Agung. Berdasarkan Putusan Hakim pada hari Senin, tanggal 12 September 2022,
hakim menolak permohonan kasasi dari Haji Muhammad Efendi Ritonga sebagai
pemohon kasasi dan menghukum pemohon kasasi dengan membayar biaya perkara
hakim memiliki pandangan pada kasus ini karena ternyata pada putusan judex facti
/ Pengadilan Tinggi DKI Jakarta dalam perkara ini tidak bertentangan dengan
40
B. Saran
Dalam melanjutkan penelitian dan pengembangan makalah ini, beberapa
saran dapat diambil untuk memperdalam pemahaman tentang perkara diatas bahwa
upaya hukum penting Upaya hukum sangat penting dalam hukum perdata karena
memberikan kesempatan bagi pihak yang tidak puas dengan putusan hakim untuk
Agung. Dengan adanya upaya hukum, pihak yang merasa dirugikan dapat
upaya hukum juga dapat memperbaiki kesalahan atau kekeliruan yang terjadi
dalam putusan pengadilan sebelumnya. Oleh karena itu, upaya hukum sangat
penting dalam memastikan keadilan dan kepastian hukum bagi semua pihak yang
41
DAFTAR PUSTAKA
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
46 – 48 UU No. 14 Tahun 1985 jo. UU No. 5 Tahun 2004 jo. UU No. 3 Tahun 2009
Tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung
BUKU
Sarwono, Hukum Acara Perdata : Teori dan Praktik, Sinar Grafika, Jakarta
Fence M. Wantu, Idee Des Recht Kepastian Hukum, Keadilan, dan kemanfaatan, Pustaka
Martha Eri Safira, Hukum Acara Perdata, CV. Nata Karya, Ponorogo, 2012.
Retnowulan sutanto dan iskandar oeripkartiwinata, Hukum Acara Perdata dalam teori dan
42
Sudikno Mertokusumo, 2009, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogtakarta
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Safira, Marta Eri. Hukum Acara Perdata. 2017 (Ponorogo: Nata Karya)
Rumawi, dkk. Hukum Acara Perdata. (Bandung: Widina Bakti Persada, 2021)
Salim HS, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar
Grafika, Jakarta, 2014 asyid, Laila M. Pengantar Hukum Acara Perdata. 2015
Sarwono, Hukum Acara Perdata : Teori dan Praktik, Sinar Grafika, Jakarta, 2011.
JURNAL
Syahrul Sitorus, Upaya Hukum Dalam Acara Perdata, Jurnal Hikmah, Volume 15, (Januari-
Juni 2018)
43
Ning Adiasih. Analisis Terhadap Putusan Pengadilan dalam Perkara Perdata Yang
44