Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PROSES PENDAFTARAN PERKARA DAN PERSIAPAN


SIDANG
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Acara Perdata

Dosen Pengampu : Khoiril Latifah, M.H

Disusun Oleh :
Ahmad Toha
2021.02.288.036

SEKOLAH TINGGI ILMU SYARI’AH SUBULUSSALAM

1444 H/ 2023 M
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Segala puji dan rasa syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Sholawat dan salam senantiasa
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa perubahan dari
zaman kegelapan jahiliyah menuju zaman yang Insya Allah penuh dengan lampu
penerangan ilmu pengetahuan.

Dan tentunya penulisan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah hukum acara perdata. Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam
menyelesaikan makalah ini tidak lepas dari dukungan dan bimbingan dari
berbagai pihak Atas jasa-jasa dari berbagai pihak tersebut, saya berdoa semoga
Allah SWT menerimanya sebagai amal ibadah dan memberikan balasan
sebagaimana mestinya. Serta saya mohon maaf atas segala kekurangan dalam
penyusunan makalah ini.

Selanjutnya, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan semua


saran dan kritik yang bersifat membangun demi penyempurnaan penyusunan
makalah ini.Akhirnya, harapan penulis semoga dengan terselesaikannya makalah
ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis, pembaca, dan pihak yang terkait.

Wassalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Sriwangi Ulu, April 2023


Penulis

Ahmad Toha
2021.02.288.036

II
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................................i

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .....................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................1

C. Tujuan...................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Proses Pendaftaran Perkara Perdata......................................................4

B. Proses Penunjukan Majelis Hakim Dan Penetapan Hari Sidang..........5

C. Proses Pemanggilan Para Pihak Yang Berperkara...............................6

D. Tata Ruang Dan Protokoler Persidangan..............................................9

E. Berita Acara Persidangan.....................................................................15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dalam berinteraksi satu sama lainnya dalam kehidupan


masyarakat sering terjadi konflik. Konflik ini ada kalanya dapat diselesaikan
secara damai tetapi adakalanya konflik tersebut menimbulkan ketegangan
yang terus menerus sehingga menimbulkan kerugian kepada kedua belah
pihak. Agar dalam mempertahankan hak masing-masing pihak itu tidak
melampaui batas-batas dari norma yang ditentukan maka perbuatan
sekehendaknya sendiri (eigenraighting) haruslah dihindarkan. Apabila para
pihak merasa hak-haknya terganggu dan menimbulkan kerugian, maka orang
yang merasa haknya dirugikan dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan
agama sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Untuk memulai dan menyelesaikan pemeriksaan persengketaan perkara
perdata yang terjadi di antara anggota masyarakat, salah satu pihak yang
bersengketa, harus mengajukan permintaan pemeriksaan kepada pengadilan.
Apabila salah satu pihak mengajukan permintaan pemeriksaan, persengketaan
menjelma menjadi “perkara” di sidang pengadilan. Selama sengketa tidak
meminta pengadilan untuk menanganinya maka pengadilan tidak berhak ikut
campur dalam mengadili dan pengadilan tidak bisa berbuat apa-apa.
Pengadilan berfungsi untuk memutuskan perkara-perkara yang diajukan
kepadanya, dalam proses perkara tersebut terdapat prosedur yang harus
dipenuhi oleh pihak pemohon atau penggugat sebagai pihak yang berperkara,
dalam hal tersebut makalah ini akan memuat hal-hal yang terkait dengan
prosedur pemohon atau penggugat dalam mengajukan perkara ke pengadilan
agama khususnya.

IV
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Proses Pendaftaran Perkara Perdata?
2. Bagaimana Proses Penunjukan Majelis Hakim Dan Penetapan Hari Sidang?
3. Bagaimana Proses Pemanggilan Para Pihak Yang Berperkara?
4. Bagaimana Tata Ruang Dan Protokoler Persidangan?
5. Bagaimana Berita Acara Persidangan?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Proses Pendaftaran Perkara Perdata.
2. Untuk Mengetahui Proses Penunjukan Majelis Hakim Dan Penetapan Hari
Sidang.
3. Untuk Mengetahui Proses Pemanggilan Para Pihak Yang Berperkara.
4. Untuk Mengetahui Tata Ruang Dan Protokoler Persidangan.
5. Untuk Mengetahui Berita Acara Persidangan.

V
BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses Pendaftaran Perkara Perdata.


Calon penggugat/pemohon kemudian menghadap pada meja II dengan
menyerahkan surat gugatan/permohonan dan SKUM (surat kuasa untuk
membayar) yang dibayar tersebut.
B. Kemudian meja II: 1. Memberi nomor pada surat gugatan/permohonan sesuai
dengan nomor yang diberikan oleh kasir. Sebagai tanda telah terdaftar maka
petugas meja kedua membubuhkan paraf. 2. Menyerahkan satu lembar surat
gugatan/permohonan yang telah terdaftar bersama satu helai SKUM kepada
penggugat/pemohon. 3. Mencatat surat gugatan/permohonan tersebut pada
buku register induk perkara permohonan atau register induk perkara gugatan
sesuai dengan jenis perkaranya. 4. Memasukkan surat gugatan atau
permohonan tesebut dalam map berkas perkara dan menyerahkan kepada
wakil panitera untuk disampaikan kepada ketua pengadilan melalui panitera.
C. Pengertian Peraturan Perundang-Undangan
1. UUD I945
UUD 1945 adalah hukum dasar dalam peraturan perundang-
undangan.UUD 1945 merupakan peraturan tertinggi dalam tata
urutan peraturan perundang-undangan nasional.
2. Ketetapan MPR
Ketetapan MPR adalah putusan MPR yang ditetapkan dalam siding
MPR meliputi ketetapan MPR sementara dan ketetapan MPR yang
masih barlaku sebagaimana pasal 2 dan pasal 4 ketetapan MPR RI
Nomor I/MPR/2003 tentang peninjauan terhadap materi dan status
hukum ketetapan MPR sementara dan MPR 1960 sampai 2002 pada
7 Agustus 2003 berdasrkan sifatnya, putisan MPR terdiri dari dua
macam yaitu ketetapan dan keputusan. Ketetapan MPR adalah
putusan MPR yang mengikat baik kedalam atau keluar majelis.

VI
Keputusan adalah putusan MPR yang mengikat kedalam mejelis
saja.
3. UU atau Perpu
UU adalah peraturan perundang-undangan yang di bentuk oleh
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan persetujuan Bersama
presiden, perpu adalah peraturan perundang -undanganyag
ditetapkan oleh presiden dalam hal ihwal kegentingan yang
memaksa. Mekanisme UU atau perpu adalah sebagai berikut: perpu
di ajukan ke DPR dalam persidangan berikut. DPR dapat menerima
atau menolak perpu tanpa melakukan perubahan. Bila di setujui
oleh DPR, perpu di tertapka menjadi UU, bila di tolak oleh DPR,
perpu haus di cabut dan dinyatakan tidak berlaku.
4. Peraturan Pemerintah
PP adalah peraturan perundang -undangan yang di tetapkan oleh
presiden untuk menjalankan UU sebagaimana mestinya. PP
berfungsi untuk menjalankanperintah peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi atau dalam penyelenggarakan kekuasaan
pemerintah
5. Peraturan Presiden
Perpres adalah peraturan perundang -undangan yang di tetapkan
oleh presiden untuk menjalankan perintah peraturan perundang -
undangan yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan
pemerintahan
6. Peraturan Daerah
Peraturan daerah adalah peraturan perundang-undangan yang di bentuk
oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dengan persetujuan
Bersama gubernur
7. Peraturan daerah kabupaten atau kota
Adalan peraturan perundang-undangan yang di bentuk oleh DPRD
kabupaten atau kota dengan persetujuan Bersama bupati atau walikota.
Termasuk dalam peraturan daerah kabupaten atau kota adalah qanun yang
berlaku di kabupaten di Provinsi aceh.

VII
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemaparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwasannya, sebagai sebuah
sistem hierarki perundang-undangan di Indonesia tidak bisa dipisahkan antara
satu satu peraturan dengan peraturan yang lainnya. Hal ini dikarenakan dalam
muatan peraturan yang lebih tinggi. Pancasila sebagai landasan ideologi bangsa
harus menjadi sumber dalam pembuatan peraturan perundang-undangan. Oleh
karena itu sister perundang-undangan di Indonesia harus merupakan
penjabaran dan pengalaman dari kelima sila dari Pancasila secara bulat dan
utuh, dan diselenggarakan dalam rangka pelaksanaan sistem perundang-
undangan Indonesia berdasarkan Undang Undang Dasar 1945.

B. Saran
Dalam penulisan dan pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan
dan masih jauh dari kesempurnaan oleh karna itu kami butuh saran serta kritik
yang konstruktif agar kami dapat lebih baik dalam penyusunan makalah
selanjutnya.

VIII
DAFTAR PUSTAKA
Azhary, Tahir. Negara Hukum. Jakarta: Bulan Bintang, 1992.
Khusumohamidjojo, Budiono. Ketertiban Yang Adil, Problematika Filsafat
Hukum. Jakarta: Grasindo,1999.
Ragawino, Bewa Sistem Peraturan Undang-Undang Republik Indonesia.
Bandung Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Padjajaran,
2005.

IX

Anda mungkin juga menyukai