http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/ua
134 Ahmad Thobroni
Abstract
Death is a certainty for every living being. But lately it became a polemic
itself when the outbreak of several cases about death between natural
deaths with a desire to end his life with some reasons for certain good
medical factors commonly referred to as euthanasia and ideology that
often occur with suicide bombing. This study aims to reveal some views
of Islamic scholars about some of the factors of death above and how the
law by using qualitative methods. The results of this study reveal that
some scholars and doctors' views permit passive (negative) euthanasia,
while suicide bombing may, but it can be illegitimate if it goes beyond the
limit and harms Muslims in general.
Abstrak
Pendahuluan
P
erjuangan tidak pernah mengenal kata akhir, namun cara
berjuang tiap umat seringkali mengalami perubahan
searah dengan perubahan sarana-sarana perang. Pada
tahun-tahun terakhir, sering terdengar upaya beberapa
kelompok muslim yang melakukan bom bunuh diri atau juga
dikenal sebagai suicide bombing dan human bombing atau bom
manusia.
Secara umum ada dua reaksi para ulama dalam
menyikapinya, sebagian melarang dan sebagian lagi memuji.
Kedua kelompok tersebut sama-sama menyertakan argumen-
argumennya, baik secara naqly maupun ‘aqly. Kejelasan hukum
syara’ sangat dibutuhkan dalam masalah yang amat krusial ini.
Hal tersebut dikarenakan perbedaan yang ada cukup tajam dan
mengandung berbagai implikasinya baik di dunia maupun di
akhirat.
Bagi mereka yang menganggap aksi bom manusia
sebagai aksi bunuh diri (Ñamaliyah al-intihariyah), maka implikasi
kepada para pelakunya ialah tidak diberlakukan hukum-hukum
mati syahid, namun dipandang sebagai orang hina karena
berputus asa menghadapi kesulitan hidup. Di akhirat,
pelakunya dianggap akan masuk neraka, karena telah bunuh
diri. Sedangkan bagi mereka yang menganggap aksi bom bunuh
diri sebagai aksi mati syahid (‘amaliyat al-ishtishhadiyah), maka
implikasi kepada para pelakunya adalah diberlakukan hukum-
hukum mati syahid. Dia dianggap sebagai pahlawan dan
teladan keberanian yang patut dicontoh, kemudian di akhirat
akan masuk surga.
1 Nawaf hail Takfuri, Aksi Bunuh Diri atau Mati Syahid (al-Amaliyat al-
Press, 2005), 7.
4 M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah al-Haditsah, (Jakarta: Rajawali Press,
1995), 32.
5 An-Nisa: 29.
6 Abu Yasid, Fiqh Realitas, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 212-213.
7 Ali Imron: 156.
8 Ibid, 49.
9 http://www.mui.or.id/mui_in/fatwa.php?id=148
Artinya:
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut
miskin. Kami yang memberi rezeki kepadamu dan anak-anakmu”.
Dalam hadis-hadis Nabi SAW larangan pembunuhan ini
dipertegas oleh Rasulullah SAW, antara lain:
1. Dari Ibnu Mas’ud ra, ia berkata “telah bersabda Rasulullah
SAW”:
ِ َن مح َّم ًدا رسو ُل ِ ِ ِ ِ ِ
،الله ْ ُ َ َ ُ َّ يَ ْش َه ُد أَ َّن َلَ إلَهَ إَلَّ الله َوأ،َلَيَح ُّل َد َم ْام ِرئ ُم ْسل ٍم
التَ ْرُك،ُ َوال ُم َفا ِر ٌُ لَ َديْنَه،الزانِى ٍ َإَِلَّ بِِإح َدى ثًَل
ِ النَ ْفس بِالنَ ْف:ث
َ ب ُ َوالََْي،س ُ ْ
)اع ِة (رواه متفق عليه ِ
َ ل ْل َج َم
“Tidak halal darah seorang yang menyaksikan bahwa tiada Tuhan
melainkan Allah dan bahwa saya adalah Rasulullah, kecuali
dengan salah satu dari tiga perkara yaitu janda atau duda duda
yang berzina, orang yang melakukan pembunuhan dan orang
yang meninggalkan agamanya dan memisahkan diri dari
jama’ah”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
2. Dari Aisyah ra. Dari Rasulullah SAW bersabda:
إَلا، يشهد أن َلاله إَلا الله وإنای رسول الله،َل پحل دم امرئ مسلم
ورجل خرج محاربا بالله، رجل زنی بعد احصان ِإنه يرجم:بإحدی ثًلث
.)ورسوله ِإنه يقتل أو يصلب اوينفی ون اْلرض (رواه أبو داود والنسآئ
Artinya:
“Tidak halal membunuh seorang muslim, kecuali karena salah
satu dari tiga perkara : pezina yang muhshan (sudah berkeluarga)
maka ia harus dirajam, seseorang yang membunuh seorang
muslim dengan sengaja, maka ia harus dibunuh dan orang yang
keluar dari Islam, kemudian ia menerangi Allah dan Rasulullah
maka ia harus dibunuh ata disalib atau diasingkan dari tempatnya.
(H.R. Abu Daud dan Nasaiy).
Dari ayat-ayat dan hadis-hadis tersebut di atas dapat
disimpulkan, bahwa eutanasia khususnya eutanasia aktif di
Kesimpulan
Bom bunuh diri yaitu kegiatan bunuh diri yang
dilatarbelakangi keyakinan oleh pelaku bahwa perbuatan
tersebut merupakan salah satu bentuk perjuangan untuk
memperjuangkan kebenaran. Sedangkan eutanasia adalah usaha
dan bantuan yang dilakukan untuk mempercepat kematian
seseorang yang menurut perkiraan sudah hampir mendekati
kematian, dengan tujuan untuk meringankan atau
membebaskannya dari penderitaannya.
Dari pendapat sejumlah fuqaha, para ahli (dokter) dan
ahli fiqh lainnya memperbolehkan euthanasia pasif (negative).
Dan yang tidak diperbolehkan karena dalil di atas (QS. Ali Imran
:156). Sedangkan hukum asal bom bunuh diri adalah boleh,
namun dapat berubah menjadi haram bila dilakukan dengan
Daftar Pustaka
Buku
al-Husain, Sulaiman. 2005. Mengapa Harus Bunuh Diri?. Jakarta:
Qisthi Press.
al-Qadah, Muhammad Tha’mah. 2002. Aksi Bom Syahid dalam
Pandangan Hukum Islam (al-Mughamarat bi an-Nafsi fi al-
Qital wa Hukmuha fi al-Islam). Bandung: Pustaka Umat.
Assyaukanie, Luthfi. 1998. Politik, HAM, dan Isu-Isu Teknologi
dalam Fikih Kontemporer. Bandung: Pustaka Hidayah.
Hasan, M. Ali. 1995. Masail Fiqhiyah al-Haditsah. Jakarta: Rajawali
Press.
Takfuri, Nawaf Hail. 2002. Aksi Bunuh Diri atau Mati Syahid (al-
Amaliyat al-Istisyhidiyah fi al-Mizan al-Fiqhi). Jakarta:
Pustaka al-Kautsar.
Thaha, Ahmadie. Kedokteran Dalam Islam. Surabaya: PT Bina
Ilmu.
Yanggo, Huzaimah Tahido. 2005. Masail Fiqhiyyah, Bandung:
Angkasa.
Yasid, Abu. 2005. Fiqh Realitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Zuhdi, Masfuk. 1997. Masail Fiqhiyah. Jakarta: PT Toko Gunung
Agung.
Internet
https://situswahab.wordpress.com/2011/04/17/hukum-bom-
bunuh-diri-menurut-islam/ diakses pada tanggal 26
Oktober 2017
http://www.mui.or.id/mui_in/fatwa.php?id=148
http://aul-al-hifary.blogspot.co.id/2013/10/hukum-euthanasia-
menurut-islam.html, diakses pada tanggal 26 Oktober
2017