Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

Bunuh Diri Dan Euthanasia

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah


Masailul Fiqniyah
Dosen Pengampu :Drs. H. Azhari, M.A.

: DISUSUN OLEH
KHAIRUL PUTRA
NIRM :1209.18.08357
SUHAIMA AGUSTINA
NIRM :1209.18.08373

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
STAI AULIAAURRASYDIN
TEMBILAHAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini yaitu tentang “Bunuh Diri dan
Euthanasia” dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.

Dengan selesainya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih


kepada Bapak Drs. H.Azhari,M.A. selaku Dosen Mata Kuliah Masailul
Fiqniyah. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan
penulis pada khususnya.

Saran, kritik dan masukan sangat penulis harapkan dari seluruh pihak
dalam proses membangun mutu makalah ini.

Tembilahan, Februari 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................

A. Latar Belakang....................................................................................

B. Rumusan Masalah...............................................................................

C. Tujuan..................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................

A. Pengertian Euthanasia dan Bunuh Diri...............................................

B. Faktor penyebab Euthanasia dan Bunuh diri

C. Euthanasia dan Bunuh Diri Menurut Pandangan Islam......................

BAB III PENUTUP.........................................................................................

A. Kesimpulan..........................................................................................

B. Saran8

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap makhluk hidup, termasuk manusia, akan mengalami siklus kehidupan


yang dimulai dari proses pembuahan, kelahiran, kehidupan di dunia dengan berbagai
permasalahannya, serta diakhiri dengan kematian.Dari proses siklus kehidupan
tersebut, kematian merupakan salah satu yang masih mengandung misteri besar, &
ilmu pengetahuan belum berhasil menguaknya. Untuk dapat menentukan kematian
seseorang sebagai individu diperlukan kriteria diagnostik yang benar berdasarkan
konsep diagnostik yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Manusia adalah makhluk yang amat sempurna bila dibandingkan dengan


makhluk-makhluk yang lain yang pernah diciptakan Allah SWT. Kesempurnaan
manusia adalah dengan dikaruniakannya akal sehat agar ia senantiasa berpikir yang
baik untuk dirinya, jangan sampai ia cenderung melakukan yang merugikan dan
dilarang dalam agama, islam adalah agama yang hak, ia mengatur segala macam
persoalan kehidupan manusia dengan berbagai konsep hukum dan nilai sosial, konsep
ini di doktrin kepada manusia untuk mengamalkannya agar mendapatkan
kesejahteraan hidup baik di dunia maupun di akhirat kelak.

B.       Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian euthanasia dan bunuh diri ?
2.      Apa sajafaktor penyebab euthanasia dan bunuh diri ?
3.      Bagaimana euthanasia dan bunuh dirimenurutpandangan Islam ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Euthanasia dan Bunuh Diri


1.      Pengertian Euthanasia
Euthanasia berasal dari kata yunani yaitu eu dan thanatos. Kata eu berarti
indah, bagus, terhormat, atau gracefullyand dignity, sedangkan thanatos berarti mati,
mayat. Jadi secaraetimologis, euthanasia dapat diartikan sebagai mati dengan baik
(agood death). Seorang penulis romawi yang bernama Seutonis,dalam bukunya yang
berjudul Vitaceasarum, mengatakan bahwaeuthanasia berarti “mati cepat tanpa derita”.
[1]
Dalam membahas persoalan ini, Al-Qardawi menguraikan definisi euthanasia.
Definisi euthanasia menurut Qardawi adalah :
“Euthanasia adalah tindakan memudahkan kematian seseorang dengan sengaja tanpa
perasaan sakit, karena kasih sayang, untuk meringankan penderitaan pasien, baik
secara aktif maupun pasif.”
Pengertian yang diberikan Al-Qardawi tersebut sejalan dengan pengertian yang
diberikan dalam kamus kedokteran.Hal ini terkait dengan keilmuan Al-Qardawi yang
luas dan selalu mengkaji persoalan yang diajukan kepadanya serta meminta pendapat
dari ahlinya. Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa euthanasia, yaitu mengakhiri
kehidupan seseorang dengan cara memasukkan sesuatu dengan atau tanpa
permintaan eksplisit dari pasien dalam rangka memudahkan dan menghilangkan rasa
sakit.[2]
Kriteria mati menurut dokter Kartono Muhammad adalah apabila batang otak
menggerakkan jantung dan paru-paru tidak berfungsi lagi. Sementara menurut para
fuqoha, bahwa ukuran hidup matinya seseorang ada empat fenomena, yaitu:

 Masih adanya gerak nafas baik gerak sedikit ataupun gerak banyak.
 Adanya suara maupun bunyi, biasanya terdapat pada mulut, jeritan tangis, rasa haus
dan sebagainya.
 Mempunyai kemampuan berpikir, terutama bagi orang dewasa.
 Mempunyai perasaan lewat panca indera dan hati.[3]

2.      Pengertian Bunuh Diri


Pengertian Bunuh Diri diartikan oleh Imam Shalahuddin Al-Jaliliadalah
membunuh diri sendiri yang juga merupakan gambaran dari keputusasaan yang sudah
mencapai titik klimaks.Sepertinya, sudahtidak ada harapan hidup lagi, juga tidak ada
kebahagiaan yang bisa diraih.Karena itu bunuh diri sebagai jalan keluarnya.[4]
Definisi Bunuh Diri yang dihimpun oleh DR. Kartono Kartini (PsikiaterSenior)
dalam Hygiene Mental sebagai berikut:
 Bunuh diri adalah perbuatan dengan sengaja dengan bertujuansecara sadar
mengambil nyawa sendiri.
 Bunuh diri adalah perbuatan manusia yang disadari dan bertujuan untuk
menyakiti diri sendiri dan menghentikan kehidupan sendiri.
 Bunuh diri adalah pembunuhan secara simbolis, karena ada peristiwa identifikasi
dengan seorang yang dibenci dengan membunuh diri sendiri orang yang
bersangkutan secara simbolis membunuh orang yang dibencinya.
 Bunuh diri adalah satu jalan untuk mengatasi macam-macam kesulitan
 pribadi, berupa rasa kesepian, dendam, takut, kesakitan fisik, dosa, danlain-lain.
 Bunuh diri adalah prakarsa/inisiasi perbuatan yang mengarah pada
 kematian pemrakarsa.
 Bunuh diri adalah keinginan yang mendorong suatu perbuatan untuk
 melakukan destruksi/pengrusakan diri sendiri.[5]

Jadi, dapat disimpulkan oleh kita bahwa bunuh diri adalah salah satu perbuatan
tercela dengan menghakimi diri sendiri secara berlebihan dan ingin mendahului takdir
kematian yang ditentukan Ilahi Robbi dengan usaha bunuh diri dilakukan dengan
berbagai cara/langkahnya.Bunuh diri ini ada unsur pemaksaan kehendak Ilahi,
sehingga dirinya melakukan usaha bunuh diri berarti cenderung menguatkan kehendak
nafsu dan egosentris semata, sehingga akal pikiran yang jernih tidak mampu untuk
menganalisa resiko dan akibat dosa bunuh diri itu sendiri.
B.       Faktor Penyebab Euthanasia dan Bunuh Diri
1.      Faktor penyebab danmacam-macam euthanasia
Adapunfaktor-faktorpenyebabterjadinya euthanasia antara lain:
 Faktor ekonomi yang tidak lagi mencukupi, harga obat dan biaya tindakan medis sudah
terlalu mahal dan tidak dapat dipenuhi.
 Penyakit yang sudah divonis oleh tim medis tidak dapat disembuhkan/akut (pengobatan
apa pun tidask berguna lagi).
 Pertimbangan ruangan (RS), petugas kesehatan, dan peralatan rumah sakit,
seharusnya dapat dimanfaatkan oleh pasien lain.
 Rasa kemanusiaan (kasih sayang).
 Dengan pertimbangan mati dengan layak, dari pada hidup tersiksa.
 Meringankan beban si sakit, baik dengan cara positif maupun dengan cara negatif.

Euthanasia dapat dibagi pada dua macam, yaitu eutanasia aktif dan eutanasia
pasif. Berikut penjelasannya:
a)      Eutanasia aktif (Positif) Yaitu apabila seorang dokter melihat pasiennya
dalamkeadaan penderitaan yang sangat berat, karena penyakitnyayang sulit
disembuhkan dan menurut pendapatnyapenyakit tersebut akan mengakibatkan
kematian, dankarena rasa kasihan terhadap si penderita ia melakukanpenyuntikan
untuk mempercepat kematiannya.Contoh euthanasiaaktif, misalnya ada seseorang
menderita kanker ganas denganrasa sakit yang luar biasa sehingga pasien sering kali
pingsan.Dalam hal ini, dokter yakin yang bersangkutan akan meninggaldunia.
Kemudian dokter memberinya obat dengan takaran tinggi(overdosis) yang sekiranya
dapat menghilangkan rasa sakitnya,tetapi menghentikan pernapasannya sekaligus.[6]
b)      Eutanasia Pasif (Negatif)Yaitu apabila dokter tidak memberikan bantuan secara
aktifuntuk mempercepat proses kematian pasien. Jika seorangpasien menderita
penyakit dalam stadium terminal, yangmenurut pendapat dokter sudah tidak mungkin
lagidisembuhkan, maka kadang-kadang pihak keluarga karenatidak tega melihat
seorang anggota keluarganya berlama-lama menderita dirumah sakit,lalu meminta
kepada dokter untuk menghentikan pengobatan. Akibatnya si penderita akhirnya
meninggal.[7]Contoh euthanasia pasif, misalkanpenderita kanker yang sudah kritis,
orang sakit yang sudah dalamkeadaan koma, disebabkan benturan pada otak yang
tidak adaharapan untuk sembuh. Atau orang yang terkena seranganpenyakit paru-paru
yang jika tidak diobati maka dapat mematikanpenderita. Dalam kondisi demikian, jika
pengobatan terhadapnyadihentikan, akan dapat mempercepat kematiannya.[8]
2.      Faktor penyebab bunuh diri
Menurut Emile Durkheim terdapat empat penyebab bunuh diri dalammasyarakat,
yaitu egoistic suicide yaitu bunuh diri karena urusan pribadi, altruistic suicide yaitu
bunuh diri untuk memperjuangkan orang lain, kemudian jenis bunuh diri yang
diakibatkan karena peraturan yang tinggi adalah bunuh diri fatalistik, dan jenis bunuh
diri yang diakibatkan karena peraturan yang rendah adalah bunuh diri anomik.Durkheim
menekankan tindakan bunuh diri yang diakibatkan oleh fakta sosial, yaitu integrasi dan
juga regulasi atau peraturan.[9]
Menurut Muhammad Adam Hussein dalam hal ini mempunyai pendapat.dimana
faktor penyebab bunuh diri itu disebabkan oleh beberapa motif, sebagai berikut :
 Depresi (Pengaruh dari pikiran yang macam-macam, sehingga arahpikiran menjadi
kacau, saking kacaunya sehingga tak mampu berpikirjernih).
 Tekanan Emosi (Terlalu menuntut ini itu terhadap diri sendiri, sedangkemampuan
diri tidak bisa menjangkaunya hingga akhirnya emositerpendam. Saking
terpendamnya emosi semakin lama semakinmenumpuk yang akhirnya
mengakibatkan keputusasaan tingkat tinggihingga muncul tindakan percobaan
bunuh diri).
 Tidak berani menghadapi kenyataan hidup (Banyak hal yang terjadidalam hidup ini
yang tidak sesuai dengan keinginan atau harapanhingga menutupi
kebenaran/kenyataan hidup, sikap seperti ini sikaplari dari masalah, padahal perlu
diketahui masalah tidak bisadihindarkan dalam hidup ini).
 Miskin Harta, Miskin Ilmu, dan Miskin Iman (Miskin Harta dimana kebutuhanhidup
tidak terpenuhi dengan semestinya. Miskin Ilmu, dimana saat ilmuyang ingin
dikuasai kerapkali tidak berhasil dipelajari. Miskin Iman,maksudnya kurang
pemahaman tentang ajaran agama juga dapat menjadifaktor penyebab bunuh diri).
 Penyalahgunaan Barang Haram (Terlalu kecanduan atau ketergantungan terhadap
barang haram seperti sabu-sabu, alkohol, dan barang haram lainnya yang
memabukkan. Itu semua dapat memicu untuk berbuat nekadtermasuk berani bunuh
diri).[10]

C.      Euthanasia dan Bunuh Diri MenurutPandangan Islam


Islam sangat menghargai jiwa, lebih-lebih jiwa manusia. Apalagi salah satu
tujuan syari’at adalah memelihara jiwa manusia, oleh
Karenanya seseorang tidak berwenang sama sekali dan tidak boleh
melenyapkan tanpa kehendak dan aturan Allah sendiri.
Di dalam al-Qur’an diingatkan bahwa hidup dan mati adalah di tangan tuhan
yangIa ciptakan untuk menguji iman, amalan, dan ketaatan manusiaterhadap tuhan
penciptanya. Karena itu, Islam sangatmemperhatikan keselamatan hidup dan
kehidupan manusiasejak ia berada di rahim ibunya sampai sepanjang
hidupnya.Kemudian untuk melindungi keselamatan hidup dan kehidupanmanusia itu,
Islam menetapkan berbagai norma hukum perdatadan pidana beserta sanksi-sanksi
hukumannya, baik di duniaberupa hukuman had dan qishas termasuk hukuman mati,
diyat(denda), atau ta’zir ialah hukuman yang ditetapkan oleh ululamr atau lembaga
peradilan, maupun hukuman di akhiratberupa siksaan Tuhan di neraka kelak.[11]
Karena hidup dan mati itu ada di tangan tuhan dan merupakan karunia serta
wewenang tuhan, maka Islammelarang orang melakukan pembunuhan, baik terhadap
oranglain (kecuali dengan alasan yang dibenarkan oleh agama)maupun terhadap
dirinya  sendiri (bunuh diri) dengan alasanapapun. Sebagaimanafirman Allah
danhaditsnabi di bawahini:
1. Firman Allah dalam QS. An-Nisa’: 29-30

Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya,
maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah
mudah bagi Allah.
2.      HaditsriwayatBukharidan Muslim dariJundub bin Abdullah
.
Telahada di antara orang-orang sebelum kamu seorang lelaki yang mendapatluka, lalu
keluh kesah lah ia.Maka ia mengambil pisau lalu memotong tangannya dengan pisau
itu. Kemudian tidak berhenti-henti darahnya keluar sehingga ia mati. Maka Allah
bersabda,”Hamba kutelah menyegerakan kematiannya sebelum aku mematikan.Aku
mengharamkan surga untuknya.”

Ayat al-Qur’an dan hadits tersebut di atasdengan jelas menunjukkan bahwa


bunuh diri itu dilarang kerasoleh Islam dengan alasan apapun. Misalnya, seorang
menderitaAIDS atau kanker tahap akhir yang sudah tak ada harapansembuh secara
medis dan telah kehabisan harta untuk biayapengobatannya.Islam tetap tidak
memperbolehkan si penderita menghabisi nyawanya, baik dengan tangannya sendiri
(bunuhdiri dengan minum racun atau menggantung diri dansebagainya) maupun 
dengan bantuan orang lain, sekalipundokter dengan cara memberi suntikan atau obat
yang dapatmempercepat kematiannya (eutanasia positif), atau dengan
caramenghentikan segala pertolongan terhadap si penderitatermasuk pengobatannya
(eutanasia negatif). Sebab penderita yang menghabisi nyawanya dengan tangannya
sendiri atau dengan bantuan orang lain itu berarti ia mendahului atau melanggar
kehendak dan wewenang tuhan; padahal seharusnya ia bersikap sabar dan tawakal
menghadapi musibah, seraya tetap berikhtiar mengatasi musibah dan berdoa kepada
Allah yang maha kuasa, semoga Allah berkenan memberi ampunan kepadanya dan
memberi kesehatan kembali, apabila hidupnya masih bermanfaat dan lebih baik
baginya.[12]
 Menurut hukum pidana Islam, orang yangmenganjurkan/menyetujui/membantu
seseorang yangmembunuh diri adalah berdosa dan dapat dikenakan hukumanta’zir.
Demikian pula apabila orang gagal melakukan  bunuhdiri, sekalipun dibantu orang lain,
maka semuanya dapatdikenakan hukuman ta’zir. Berat ringannya hukuman ta’zir itu
diserahkan sepenuhnya kepada hakim yang mengadili perkara untuk menjatuhkan
hukuman  yang sesuai dengan tindak pidananya, pelakunya, dan situasi dan kondisinya
di mana tindak pidana itu terjadi.
 Penyebab utama terjadinya bunuh diri di masyarakatadalah karena kurang iman
dan kurangpercaya pada diri sendiri.Karena itu, untuk menangkalnya harus
diintensifkan pendidikan agama sejak masa kanak-kanak dan ditingkatkan dakwah
Islamiyah kepada seluruh lapisan masyarakat Islam guna peningkatan iman, ibadah,
dan takwanya kepada Allah yang maha kuasa.[13]
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan pembahasan tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan,


sebagai berikut:
1.      Euthanasia, yaitu mengakhiri kehidupan seseorang dengan cara memasukkan
sesuatu dengan atau tanpa permintaan eksplisit dari pasien dalam rangka
memudahkan dan menghilangkan rasa sakit.bunuh diriadalah salah satu perbuatan
tercela dengan menghakimi diri sendiri secara berlebihan dan ingin mendahului takdir
kematian yang ditentukan Ilahi Robbi dengan usaha bunuh diri dilakukan dengan
berbagai cara/langkahnya.
2.      Faktor-faktorpenyebabterjadinya euthanasia antara lain:Faktor ekonomi yang tidak
lagi mencukupi, harga obat dan biaya tindakan medis sudah terlalu mahal dan tidak
dapat dipenuhi.Penyakit yang sudah divonis oleh tim medis tidak dapat
disembuhkan/akut (pengobatan apa pun tidask berguna lagi).Pertimbangan ruangan
(RS), petugas kesehatan, dan peralatan rumah sakit, seharusnya dapat dimanfaatkan
oleh pasien lain.Rasa kemanusiaan (kasih sayang).Dengan pertimbangan mati dengan
layak, dari pada hidup tersiksa.Meringankan beban si sakit, baik dengan cara positif
maupun dengan cara negatif.bunuh diri itu dilarang kerasoleh Islam dengan alasan
apapun. Misalnya, seorang menderitaAIDS atau kanker tahap akhir yang sudah tak ada
harapansembuh secara medis dan telah kehabisan harta untuk
biayapengobatannya.Islam tetap tidak memperbolehkan si penderita menghabisi
nyawanya, baik dengan tangannya sendiri (bunuhdiri dengan minum racun atau
menggantung diri dansebagainya) maupun  dengan bantuan orang lain,
sekalipundokter dengan cara memberi suntikan atau obat yang dapatmempercepat
kematiannya (eutanasia positif), atau dengan caramenghentikan segala pertolongan
terhadap si penderitatermasuk pengobatannya (eutanasia negatif).
DAFTAR PUSTAKA

Zuhdi,Masjfuk. Masail Fiqhiyah. Jakarta: Midas Surya Grafindo, 1997.

Setiawan,Eko.Eksistensi Euthanasia dalam Perspektif Hukum Islam.Al-Ahwal,


Vol. 7, No. 1 April 2015.

Thobroni, Ahmad.BomBunuhDiri Dan Euthanasia DalamTinjauanHukum


Islam., UlulAlbab: JurnalStudidanHukumislam Vol. 1 No. 1 Oktober 2017.

Anas,Muhammad.Bunuh Diri Menurut Emile Durkheim  Dalam Pandangan


Agama Islam dan Pencegahannya.Jurnal Review Pendidikan IslamVolume
02, Nomor 01, Juni 2015.

Sudrajat, Ajat. Fikih Aktual: Kajian Atas Persoalan-Persoalan Hukum Islam


Kontemporer. Ponorogo: STAIN  Ponorogo Press, 2008.

Khaeruman, Badri Khaeruman.Hukum Islam dalam Perubahan


Sosial. Bandung : Pustaka Setia, 2010.

Anda mungkin juga menyukai