1. Pengertian Euthanasia Euthanasia berasal dari kata yunani yaitu eu dan thanatos. Kata eu berarti indah, bagus, terhormat, atau gracefullyand dignity, sedangkan thanatos berarti mati, mayat. Jadi secaraetimologis, euthanasia dapat diartikan sebagai mati dengan baik (agood death). Seorang penulis romawi yang bernama Seutonis,dalam bukunya yang berjudul Vitaceasarum, mengatakan bahwaeuthanasia berarti “mati cepat tanpa derita”. Dalam membahas persoalan ini, Al-Qardawi menguraikan definisi euthanasia. Definisi euthanasia menurut Qardawi adalah : “Euthanasia adalah tindakan memudahkan kematian seseorang dengan sengaja tanpa perasaan sakit, karena kasih sayang, untuk meringankan penderitaan pasien, baik secara aktif maupun pasif.” Pengertian yang diberikan Al-Qardawi tersebut sejalan dengan pengertian yang diberikan dalam kamus kedokteran. Hal ini terkait dengan keilmuan Al-Qardawi yang luas dan selalu mengkaji persoalan yang diajukan kepadanya serta meminta pendapat dari ahlinya. Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa euthanasia, yaitu mengakhiri kehidupan seseorang dengan cara memasukkan sesuatu dengan atau tanpa permintaan eksplisit dari pasien dalam rangka memudahkan dan menghilangkan rasa sakit.[2] Text Box: 2Kriteria mati menurut dokter Kartono Muhammad adalah apabila batang otak menggerakkan jantung dan paru-paru tidak berfungsi lagi. Sementara menurut para fuqoha, bahwa ukuran hidup matinya seseorang ada empat fenomena, yaitu: a) Masih adanya gerak nafas baik gerak sedikit ataupun gerak banyak. b) Adanya suara maupun bunyi, biasanya terdapat pada mulut, jeritan tangis, rasa haus dan sebagainya. c) Mempunyai kemampuan berpikir, terutama bagi orang dewasa. d) Mempunyai perasaan lewat panca indera dan hati.[3] 2. Pengertian Bunuh Diri Pengertian Bunuh Diri diartikan oleh Imam Shalahuddin Al-Jaliliadalah membunuh diri sendiri yang juga merupakan gambaran dari keputusasaan yang sudah mencapai titik klimaks. Sepertinya, sudahtidak ada harapan hidup lagi, juga tidak ada kebahagiaan yang bisa diraih.Karena itu bunuh diri sebagai jalan keluarnya. Definisi Bunuh Diri yang dihimpun oleh DR. Kartono Kartini (PsikiaterSenior) dalam Hygiene Mental sebagai berikut: a) Bunuh diri adalah perbuatan dengan sengaja dengan bertujuansecara sadar mengambil nyawa sendiri. b) Bunuh diri adalah perbuatan manusia yang disadari dan bertujuan untuk menyakiti diri sendiri dan menghentikan kehidupan sendiri. c) Bunuh diri adalah pembunuhan secara simbolis, karena ada peristiwa identifikasi dengan seorang yang dibenci dengan membunuh diri sendiri orang yang bersangkutan secara simbolis membunuh orang yang dibencinya. d) Bunuh diri adalah satu jalan untuk mengatasi macam-macam kesulitan pribadi, berupa rasa kesepian, dendam, takut, kesakitan fisik, dosa, danlain-lain. e) Bunuh diri adalah prakarsa/inisiasi perbuatan yang mengarah pada kematian pemrakarsa. f) Bunuh diri adalah keinginan yang mendorong suatu perbuatan untuk melakukan destruksi/pengrusakan diri sendiri.[5] Jadi, dapat disimpulkan oleh kita bahwa bunuh diri adalah salah satu perbuatan tercela dengan menghakimi diri sendiri secara berlebihan dan ingin mendahului takdir kematian yang ditentukan Ilahi Robbi dengan usaha bunuh diri dilakukan dengan berbagai cara/langkahnya. Bunuh diri ini ada unsur pemaksaan kehendak Ilahi, sehingga dirinya melakukan usaha bunuh diri berarti cenderung menguatkan kehendak nafsu dan egosentris semata, sehingga akal pikiran yang jernih tidak mampu untuk menganalisa resiko dan akibat dosa bunuh diri itu sendiri.
B. Faktor Penyebab Euthanasia dan Bunuh Diri
1. Faktor penyebab danmacam-macam euthanasia Adapunfaktor-faktorpenyebabterjadinya euthanasia antara lain: a) Faktor ekonomi yang tidak lagi mencukupi, harga obat dan biaya tindakan medis sudah terlalu mahal dan tidak dapat dipenuhi. b) Penyakit yang sudah divonis oleh tim medis tidak dapat disembuhkan/akut (pengobatan apa pun tidask berguna lagi). c) Pertimbangan ruangan (RS), petugas kesehatan, dan peralatan rumah sakit, seharusnya dapat dimanfaatkan oleh pasien lain. d) Rasa kemanusiaan (kasih sayang). e) Dengan pertimbangan mati dengan layak, dari pada hidup tersiksa. f) Meringankan beban si sakit, baik dengan cara positif maupun dengan cara negatif. Euthanasia dapat dibagi pada dua macam, yaitu eutanasia aktif dan eutanasia pasif. Berikut penjelasannya: a) Eutanasia aktif (Positif) Yaitu apabila seorang dokter melihat pasiennya dalamkeadaan penderitaan yang sangat berat, karena penyakitnyayang sulit disembuhkan dan menurut pendapatnyapenyakit tersebut akan mengakibatkan kematian, dankarena rasa kasihan terhadap si penderita ia melakukanpenyuntikan untuk mempercepat kematiannya.Contoh euthanasiaaktif, misalnya ada seseorang menderita kanker ganas denganrasa sakit yang luar biasa sehingga pasien sering kali pingsan.Dalam hal ini, dokter yakin yang bersangkutan akan meninggaldunia. Kemudian dokter memberinya obat dengan takaran tinggi(overdosis) yang sekiranya dapat menghilangkan rasa sakitnya,tetapi menghentikan pernapasannya sekaligus.[6] b) Eutanasia Pasif (Negatif)Yaitu apabila dokter tidak memberikan bantuan secara aktifuntuk mempercepat proses kematian pasien. Jika seorangpasien menderita penyakit dalam stadium terminal, yangmenurut pendapat dokter sudah tidak mungkin lagidisembuhkan, maka kadang- kadang pihak keluarga karenatidak tega melihat seorang anggota keluarganya berlama- lamamenderitadirumahsakit,lalumemintakepadadokteruntukmenghentikan pengobatan. Akibatnya si penderitaakhirnya meninggal.[7]Contoh euthanasia pasif, misalkanpenderita kanker yang sudah kritis, orang sakit yang sudah dalamkeadaan koma, disebabkan benturan pada otak yang tidak adaharapan untuk sembuh. Atau orang yang terkena seranganpenyakit paru-paru yang jika tidak diobati maka dapat mematikanpenderita. Dalam kondisi demikian, jika pengobatan terhadapnyadihentikan, akan dapat mempercepat kematiannya. 2. . Faktor penyebab bunuh diri Menurut Emile Durkheim terdapat empat penyebab bunuh diri dalammasyarakat, yaitu egoistic suicide yaitu bunuh diri karena urusan pribadi, altruistic suicide yaitu bunuh diri untuk memperjuangkan orang lain, kemudian jenis bunuh diri yang diakibatkan karena peraturan yang tinggi adalah bunuh diri fatalistik, dan jenis bunuh diri yang diakibatkan karena peraturan yang rendah adalah bunuh diri anomik. Durkheim menekankan tindakan bunuh diri yang diakibatkan oleh fakta sosial, yaitu integrasi dan juga regulasi atau peraturan.[9] Menurut Muhammad Adam Hussein dalam hal ini mempunyai pendapat. dimana faktor penyebab bunuh diri itu disebabkan oleh beberapa motif, sebagai berikut : a) Depresi (Pengaruh dari pikiran yang macam-macam, sehingga arahpikiran menjadi kacau, saking kacaunya sehingga tak mampu berpikirjernih). b) Tekanan Emosi (Terlalu menuntut ini itu terhadap diri sendiri, sedangkemampuan diri tidak bisa menjangkaunya hingga akhirnya emositerpendam. Saking terpendamnya emosi semakin lama semakinmenumpuk yang akhirnya mengakibatkan keputusasaan tingkat tinggihingga muncul tindakan percobaan bunuh diri). c) Tidak berani menghadapi kenyataan hidup (Banyak hal yang terjadidalam hidup ini yang tidak sesuai dengan keinginan atau harapanhingga menutupi kebenaran/kenyataan hidup, sikap seperti ini sikaplari dari masalah, padahal perlu diketahui masalah tidak bisadihindarkan dalam hidup ini). d) Miskin Harta, Miskin Ilmu, dan Miskin Iman (Miskin Harta dimana kebutuhanhidup tidak terpenuhi dengan semestinya. Miskin Ilmu, dimana saat ilmuyang ingin dikuasai kerapkali tidak berhasil dipelajari. Miskin Iman,maksudnya kurang pemahaman tentang ajaran agama juga dapat menjadifaktor penyebab bunuh diri). e) Penyalahgunaan Barang Haram (Terlalu kecanduan atau ketergantungan terhadap barang haram seperti sabu-sabu, alkohol, dan barang haram lainnya yang memabukkan. Itu semua dapat memicu untuk berbuat nekadtermasuk berani bunuh diri C. Euthanasia dan Bunuh Diri Menurut Pandangan Islam Islam sangat menghargai jiwa, lebih-usia, olehkarenanya seseorang tidak berwenang sama sekali dan tidak boleh melenyapkan tanpa kehendak dan aturan Allah sendiri. Di dalam al-Qur’an diingatkan bahwa hidup dan mati adalah di tangan tuhan yangIa ciptakan untuk menguji iman, amalan, dan ketaatan manusiaterhadap tuhan penciptanya. Karena itu, Islam sangatmemperhatikan keselamatan hidup dan kehidupan manusiasejak ia berada di rahim ibunya sampai sepanjang hidupnya.Kemudian untuk melindungi keselamatan hidup dan kehidupanmanusia itu, Islam menetapkan berbagai norma hukum perdatadan pidana beserta sanksi-sanksi hukumannya, baik di duniaberupa hukuman had dan qishas termasuk hukuman mati, diyat(denda), atau ta’zir ialah hukuman yang ditetapkan oleh ululamr atau lembaga peradilan, maupun hukuman di akhiratberupa siksaan Tuhan di neraka kelak. Karena hidup dan mati itu ada di tangan tuhan dan merupakan karunia serta wewenang tuhan, maka Islammelarang orang melakukan pembunuhan, baik terhadap oranglain (kecuali dengan alasan yang dibenarkan oleh agama)maupun terhadap dirinya sendiri (bunuh diri) dengan alasanapapun. Sebagaimanafirman Allah danhaditsnabi di bawahini: 1. Firman Allah dalam QS. An-Nisa’: 29-30 َو اَل َتْقُتُلوا َأْنُفَس ُك ْم ِإَّن َهَّللا َك اَن ِبُك ْم َر ِح يًم ا(*)َو َم ْن َيْفَع ْل َذ ِلَك ُعْد َو اًنا َو ُظْلًم ا َفَس ْو َف ُنْص ِليِه َناًرا َو َك اَن َذ ِلَك َع َلى ِهَّللا َيِس يًرا Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. 2. HaditsriwayatBukharidan Muslim dariJundub bin Abdullah دى بنفسه حرمتuu بادرنى عب: ال هللاuu ق.َك اَن فيمن كان قبلكم رجل به جرح فجزع فأخذ سكينا فحزبها يده فما رقأالدم حتى مات عليه الجنة. Telahada di antara orang-orang sebelumkamuseoranglelaki yang mendapat luka,lalu keluh kesahlah ia.Maka ia mengambil pisau lalu memotong tangannya dengan pisau itu. Kemudian tidak berhenti-henti darahnya keluar sehingga ia mati. Maka Allahbersabda,”Hambaku telah menyegerakan kematiannya sebelum aku mematikan.Aku mengharamkan surga untuknya. .Akumengharamkansurgauntuknya.” Ayat al-Qur’an dan hadits tersebut di atasdengan jelas menunjukkan bahwa bunuh diri itu dilarang kerasoleh Islam dengan alasan apapun. Misalnya, seorang menderitaAIDS atau kanker tahap akhir yang sudah tak ada harapansembuh secara medis dan telah kehabisan harta untuk biayapengobatannya.Islam tetap tidak memperbolehkan si penderita menghabisi nyawanya, baik dengan tangannya sendiri (bunuhdiri dengan minum racun atau menggantung diri dansebagainya) maupun dengan bantuan orang lain, sekalipundokter dengan cara memberi suntikan atau obat yang dapatmempercepat kematiannya (eutanasia positif), atau dengan caramenghentikan segala pertolongan terhadap si penderitatermasuk pengobatannya (eutanasia negatif). Sebab penderita yang menghabisi nyawanya dengan tangannya sendiri atau dengan bantuan orang lain itu berarti ia mendahului atau melanggar kehendak dan wewenang tuhan; padahal seharusnya ia bersikap sabar dan tawakal menghadapi musibah, seraya tetap berikhtiar mengatasi musibah dan berdoa kepada Allah yang maha kuasa, semoga Allah berkenan memberi ampunan kepadanya dan memberi kesehatan kembali, apabila hidupnya masih bermanfaat dan lebih baik baginya.[12] Menurut hukum pidana Islam, orang yangmenganjurkan/menyetujui/membantu seseorang yangmembunuh diri adalah berdosa dan dapat dikenakan hukumanta’zir. Demikian pula apabila orang gagal melakukan bunuhdiri, sekalipun dibantu orang lain, maka semuanya dapatdikenakan hukuman ta’zir. Berat ringannya hukuman ta’zir itu diserahkan sepenuhnya kepada hakim yang mengadili perkara untuk menjatuhkan hukuman yang sesuai dengan tindak pidananya, pelakunya, dan situasi dan kondisinya di mana tindak pidana itu terjadi. Penyebab utama terjadinya bunuh diri di masyarakatadalah karena kurang iman dan kurangpercaya pada diri sendiri. Karena itu, untuk menangkalnya harus diintensifkan pendidikan agama sejak masa kanak-kanak dan ditingkatkan dakwah Islamiyah kepada seluruh lapisan masyarakat Islam guna peningkatan iman, ibadah, dan takwanya kepada Allah yang maha kuasa