Anda di halaman 1dari 2

C.

PRO DAN KONTRA EUTHANASIA

Dalam menyikapi soal euthanasia ini, ada banyak pro-kontra. Para pendukung atau pro euthanasia
berpendapat bahwa orang sakit harus memiliki hak untuk mengakhiri penderitaan mereka dengan
cara kematian cepat, bermartabat dan penuh kasih. Beberapa alasan yang diungkapkan pro-
euthanasia adalah:

1. Adanya hak moral bagi setiap orang untuk mati terhormat. Maka seseorang mempunyai hak
memilih cara kematiannya.
2. Adanya hak ‘privacy’ yang secara legal melekat pada tiap orang. Maka seseorang berhak
sesuai privacy-nya.
3. Euthanasia adalah tindakan belas – kasihan/kemurahan pada si sakit. Maka tidak
bertentangan dengan peri-kemanusiaan. Meringankan penderitaan sesama adalah tindakan
kebajikan.
4. Euthanasia adalah juga tindakan belas kasih pada keluarga. Bukan hanya si sakit yang
menderita, tetapi juga keluarganya. Meringankan penderitaan si sakit berarti meringankan
penderitaan keluarga khususnya penderitaan psikologis.
5. Euthanasia mengurangi beban ekonomi keluarga. Dari pada membuang dana untuk usaha
yang mungkin sia-sia, lebih baik uang dipakai untuk keluarga yang masih hidup.
6. Euthanasia meringankan beban biaya sosial masyarakat, bukan hanya dari segi ekonomi
tetapi juga beban sosial misalnya dengan mengurangi biaya perawatan mereka yang cacat
secara permanen.

D. EUTHANASIA DALAM PANDANGAN ALKITAB

 Kelahiran dan kematian merupakan hak dari Tuhan sehingga tidak ada seorangpun di dunia
ini yang mempunyai hak untuk memperpanjang atau memperpendek umurnya sendiri.
Orang yang menghendaki euthanasia, walaupun dengan penuh penderitaan bahkan kadang
kadang dalam keadaan sekarat dapat dikategorikan putus asa, dan putus asa tidak berkenan
dihadapan Tuhan. Demikian juga para dokter yang melakukan euthanasia bisa dikategorikan
melakukan dosa besar dan melawan kehendak Tuhan, yaitu memperpendek umur.

 Salah satu contoh kasus dalam Perjanjian Lama yang hampir menjadi kasus euthanasia
adalah kasus Saul yang meminta kepada pembawa senjatanya untuk menikamnya. Tetapi
pembawa senjatanya tidak mau, karena segan. Kemudian Saul mengambil pedang itu dan
menjatuhkan dirinya ke atasnya (1 Samuel 31:4). Raja Saul berada pada ambang keputus-
asaan dan merasa sudah tidak ada jalan keluar selain mengakhiri penderitaannya.
Euthanasia diminta atau dilakukan karena alasan tidak tahan menderita, baik karena
penyakit (rasa sakit) maupun oleh penghinaan di medan perang (rasa malu). Kasus Saul mirip
dengan kasus Abimelekh (Hakim 9:54); takut disiksa dan dipermalukan adalah alasan
melakukan euthanasia.

 Kasus euthanasia adalah kasus kematian yang dipaksakan, dan hal ini masuk dalam kategori
pembunuhan. Dalam Keluaran 20:13, dengan tegas firman Tuhan berkata: “Jangan
membunuh.” Dengan demikian tidak ada alasan moral apapun yang mengijinkan
pembunuhan, dan manusia itu sendiri tidak memiliki hak untuk menentukan kematiannya,
karena kematian adalah hak Tuhan (Ulangan 32:39; Ayub 1:21; Ibrani 9:27).

 Dalam Alkitab, penderitaan mempunyai fungsi yang positif dan konstruktif dalam hidup
manusia (Yakobus 1:2-4; Roma 5:3-4), penderitaan melahirkan ketekunan dan pengharapan
dan kesempurnaan hidup. Jika pro euthanasia mengatakan bahwa mengakhiri penderitaan
seseorang adalah sikap murah hati, berarti penderitaan dijadikan sebagai alat pembenaran
praktek. Walaupun euthanasia dapat mengakhiri penderitaan, euthanasia tetaplah suatu
pembunuhan. Kalau penderitaan diakhiri dengan euthanasia, itu sama artinya menghalalkan
segala cara untuk tujuan tertentu. Rumus tersebut tidak bisa diterima secara moral maupun
keyakinan Kristen.

 Hidup adalah pemberian Tuhan (Kejadian 2:7). Manusia menjadi makhluk hidup setelah
Tuhan Allah menghembuskan napas kehidupan kepadanya (band. Yehezkiel 37:9-10). Napas
kehidupan diberikan TUHAN sehingga manusia memperoleh kehidupan. Tugas manusia tidak
lain kecuali memelihara kehidupan yang diberikan oleh Tuhan (band. Perumpamaan dalam
Efesus 5:29). Bukan hanya kehidupan yang sehat, tetapi juga hidup yang dirundung oleh
penderitaan, hidup yang sakit, harus dipelihara. Maka penderitaan harus dapat diterima
sebagai bagian kehidupan orang percaya (Roma 5:3) termasuk penderitaan karena sakit.

 Manusia lebih berharga daripada materi. Maka materi harus melayani kepentingan manusia
(band. Matius 6, tentang khotbah di Bukit). Maka melakukan euthanasia demi untuk
kepentingan apapun, termasuk penghematan ekonomi tidak dibenarkan secara moral,
terutama moral Kristen.

Anda mungkin juga menyukai