Anda di halaman 1dari 8

EUTHANASIA DALAM PERSPEKTIF ETIKA KRISTEN

EUTHANASIA

DALAM PERSPEKTIF ETIKA KRISTEN

(Ditulis sebagai Tugas makalah Etika kristen)

oleh Septian Tri Cahyono

Dunia tekhnologi semakin canggih dan setiap hal dalam perkembangan zaman semakin menjadi
hal yang umum dalam kehidupan manusia. Dalam dunia medis dan kedokteran khususnya, berkembang
tekhnologi kedokteran yang semakin canggih yang dapat membantu tim medis / dokter dalam
menangani pasien.

Namun dalam praktik kedokteran, sering kali diperhadapkan dengan situasi-situasi yang sering
menuntut pertimbangan-pertimbangan yang tidak mudah dalam menangani pasien. Salah satu contoh
adalah mengenai operasi yang dimaksudkan untuk menolong pasien dengan resiko-resiko yang
kemungkinan terjadi.

Selain hal itu, dalam dunia medis diperhadapkan dengan satu hal yang menjadi perhatian penting yang
menuntut pertimbangan dan pemikiran serta keputusan etis yang tidak mudah. Euthanasia. Dunia
kedokteran diperhadapkan dengan suatu realita euthanasia yang dalam praktiknya terdapat pro dan
kontra mengenai hal ini.

Dalam makalah ini penulis mencoba untuk membahas hal mengenai euthanasia di tinjau dari perspektif
iman kristen yang dalam hal ini mengacu kepada etika kristen.

Dalam panulisan makalah ini, peulis mencoba untuk merumuskan pokok permasalahan sebagai berikut:

a. Definisi Etika baik secara umum maupun dalam iman Kristen

b. Definisi Euthanasia

c. Jenis Euthanasia

d. Pro-Kontra Euthanasia
e. Euthanasia dalam alkitab

f. Pandangan Alkitab mengenai Euthanasia

g. Euthanasia dalam pandangan iman Kristen (etika Kristen)

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memahami apa dan bagaimana euthanasia serta
untuk memberikan masukan dan pemahaman. Sehingga dapat menentukan dan mengambil sikap dalam
menghadapi euthanasia. Selain dari itu, tujuan dari penulisan ini adalah agar setiap pembaca memiliki
pengertian dan pemahaman untuk menghargai dan menghormati kehidupan dengan cara tidak menyia-
nyiakan kehidupannya. Dengan kata lain, dapat memiliki pemahaman bahwa hidup yang dimiliki yang
merupakan pemberian Tuhan dapat dihidupi dengan maksimal.

Euthanasia

Dalam dunia yang semakin berkembang dengan tingkat kecanggihan ilmu tekhnologi, khususnya
dalam bidang kedokteran, timbul suatu pembahasan mengenai apa yang disebut sebagai “Euthanasia”.
Bagaimana hal ini dalam pemandangan etika yang didasarkan kepada iman Kristen?

Definisi Etika

Istilah etika memiliki banyak variasi pengertian. Khususnya dalam penggunaan secara umum
berdasarkan beberapa tipe pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut persoalan-persoalan etis. Contoh
dari pemakaian istilah dari etika berkenaan dengan pertanyaan etis adalah pertanyaan tentang apa dan
bagaimana kita harus berkelakuan yang berkenaan dengan etika normatif dan moral.

Kata etika sendiri berasal dari beberapa kata dalam bahasa yunani, eqoj (ethos) yang berarti
kebiasaan, adat. hqoj (ethos) yang diartikan sebagai kesusilaan, perasaan batin, kecenderungan batin.
Juga kata hqikos (ethikos) yang berarti kecenderungan hati yang membuat seseorang melakukan
perbuatan[1].

Sedangkan dalam kamus terbaru bahasa Indonesia, etika diartikan sebagai suatu bidang ilmu yang
berkenaan tentang yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral[2]. Hal ini berkenaan dengan suatu
penekanan pembelajaran tentang moral dan tata nilai serta pengambilan keputusan tentang yang baik
ataupun yang buruk. Selain daripada itu, hal akan etika menuntut adanya kesadaran moral dalam
tatanan masyarakat secara luas. Kesadaran tersebut termasuk apa yang dilakukan manusia. Kesadaran
inilah yang disebut sebagai kesadaran etis, yakni kesadaran akan norma-norma yang ada dalam diri
manusia[3].
Berkenaan dengan arti definisi etika secara umum, lebih spesifik dalam etika kristen, Douma
memberikan definisi etika sebagai pertimbangan kelakuan atau tingkah laku yang bertanggungjawab
terhadap Allah dan terhadap sesama[4]. Titik tolak berpikir dalam etika kristen adalah iman kepada
Tuhan yang telah menyatakan diriNya melalui Tuhan Yesus Kristus[5]. Dengan kata lain, etika kristen
merupakan tanggapan akan kasih Allah yang telah menyelamatkan kehidupan kita.

Definisi Euthanasia

Euthanasia berasal dari kata yunani eu (baik) dan Thanamos (kematian). Secara etimologi,
euthanasia diartikan sebagai mati dengan baik, mati bahagia, mati senang, mati tenang, mati damai,
mati tanpa penderitaan[6]. Euthanasia dipahami sebagai suatu tindakan yang dilakukan seseorang untuk
membantu orang lain mengakhiri hidupnya dengan sengaja, semata-mata untuk kepentingan dan
keuntungan orang tersebut. Entah atas permintaan yang bersangkutan maupun atas permintaan wali /
keluarganya.

Euthanasia diartikan juga sebagai tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk mengakhiri
hidup seseorang atas permintaannya sendiri. Atau juga diartikan sebagai bantuan yang diberikan kepada
seseorang untuk mati dengan tenang atas permintaannya sendiri[7].

Jenis Euthanasia

Dalam praktiknya, ada dua jenis euthanasia. Yakni euthanasia aktif dan euthanasia pasif.

1) euthanasia aktif

Euthanasia aktif adalah mengambil kehidupan seseorang untuk mengurangi penderitaannya. Dalam
praktik euthana jenis ini, biasanya dilakukan dengan cara menyuntikkan zat kimia tertentu untuk
mempercepat proses kematian seseorang. Dalam hal praktik euthanasia aktif ini terdapat aspek
kesengajaan.

2) euthanasia pasif

Euthanasia pasif, diartikan sebagai tindakan membiarkan si sakit (pasien) mati secara alamiah tanpa alat
bantu seperti pemberian obat / suntik. Dengan kata lain, seorang dokter tidak melakukan apa-apa untuk
pasiennya dan membiarkan kematian melakukan pekerjaannya dengan jalan tidak mencegahnya[8].

Pro-Kontra Euthanasia
Dalam praktik euthanasia memang terjadi pro dan kontra dengan alasan-alasan yang diberikan
baik dari pihak yang pro akan euthanasia, maupun dari pihak yang menentang euthanasia. Beberapa
alasan yang diberikan oleh orang-orang yang pro ataupun mendukung praktik euthanasia:

a. Adanya hak moral bagi setiap orang untuk mati secara terhormat. Maka seseorang mempunyai
hak untuk memilih cara kematiannya.

b. Adanya hak “privasi” yang secara legal melekat pada setiap orang. Ini berkaitan dengan hak-hak
yang dinikmati dalam hidup seseorang.

c. Euthanasia adalah dipandang sebagai tindakan belas kasihan / kemurahan bagi si sakit (pasien).
Sehingga tidak bertentangan dengan peri kemanusiaan dan justru merupakan tindakan kebajikan.

d. Euthanasia juga dipandang sebagai tindakan belas kasih kepada keluarga pasien. Dalam hal ini
berkenaan dengan ekonomi dan beban biaya yang harus ditanggung.

Sedangkan alasan-alasan yang diajukan oleh pihak yang menentang praktik euthanasia adalah sebagai
berikut:

a. Tidak ada alasan moral manapun yang mengizinkan seseorang melakukan pembunuhan maupun
bunuh diri.

b. Hak privacy tetap memiliki batas, yakni hak privacy orang lain. Dengan kata lain bahwa seorang
pasien yang memiliki hak privacy untuk meminta euthanasia, dibatasi oleh hak orang lain (dokter/tim
medis) yang tidak menginginkan atau tidak menyetujui hal tersebut.

c. Sekalipun secara teori euthanasia dapat meringankan atau mengakhiri penderitaan, euthanasia
tetaplah merupakan suatu pembunuhan. Hal ini sama artinya dengan menghalalkan segala cara untuk
tujuan tertentu.

Euthanasia dalam alkitab

Praktik euthanasia telah terjadi sejak pada zaman dahulu. Sebagai contoh kisah yang termasuk
sebagai praktik euthanasia dalam alkitab adalah peristiwa yang terjadi pada raja pertama bangsa Israel.
Saul meminta pembantunya untuk melakukan euthanasia terhadap dirinya (mengakhiri hidup Saul) agar
dirinya tidak dipermalukan oleh orang filistin yang menjadi musuhnya. Hal ini terjadi ketika Saul terluka
parah dalam pertempuran melawan bangsa Filistin ( 1 Samuel 31). Alasan yang digunakan Saul adalah
“tidak ingin dipermalukan”, atau juga ada rasa putus asa yang membawanya kepada rasa tidak mau
dipermalukan oleh musuhnya.

Contoh lain dalam alkitab tentang hal praktik euthanasia adalah kasus Abimelekh yang meminta
bujangnya yang membawakan senjatanya untuk melakukan euthanasia terhadap dirinya (Hakim-hakim 9
: 53-54). Hal ini pun dengan alasan yang hampir serupa dengan apa yang dilakukan oleh Saul.
Kedua tokoh dalam Alkitab yang melakukan euthanasia memiliki alasan yang kurang lebih mirip.
Yakni alasan karena tidak tahan akan penderitaan lahir batin yang mereka alami. Penderitaan lahir
(jasmani) oleh karena terluka parah, dan penderitaan batin oleh karena tidak ingin dipermalukan.

Pandangan Alkitab mengenai Euthanasia

Alkitab tidak mendukung adanya euthanasia, sekalipun dalam Alkitab ada tokoh yang
melakukannya, seperti: Saul, Raja pertama bangsa Israel (1 Samuel 31 :4) dan Abimelekh (Hakim-hakim
9 : 53-54). Namun itu bukan karena Alkitab mendukung adanya tindakan tersebut.

Dalam bagian yang lainnya, ada pula ayat yang seolah mendukung tindakan euthanasia, seperti dalam
Matius 18:6, Markus 9:42, Lukas 17:2. Yang ketiga ayat tersebut memiliki isi yang dapat dikatakan sama,
yakni untuk mengikatkan batu kilangan dan melemparkan diri ke laut dengan alasan karena
menyesatkan. Namun bukan berarti hal ini juga mendukung euthanasia. Melainkan ayat ini memberikan
peringatan agar tidak menyesatkan orang lain. Sebab akan ada hukuman bagi yang melakukannya.

Dengan sangat jelas bahwa Alkitab tidak memberikan dukungan atau menyetujui praktik euthanasia.
Beberapa hal yang menunjuk kepada penolakan euthanasia adalah:

a. Ada perintah Allah “Jangan Membunuh” (Keluaran 20 :13)

b. Kematian adalah hak Tuhan (Ulangan 32:39; Ayub 1:21; Ibrani 9:27)

c. Jika alasan penderitaan, Alkitab menegaskan bahwa penderitaan adalah berfungsi untuk
konstruktif dalam hidup manusia (Yakobus 1:2-4, Roma 5 :3-4)

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa praktik euthanasia merupakan praktik yang tidak sesuai
dengan apa yang diajarkan oleh Alkitab.

Euthanasia dalam pandangan iman Kristen (etika Kristen)

Pandangan iman kristen menempatkan manusia sebagai makhluk yang memiliki kehendak atau
pun kebebasan dalam memilih dan memiliki tujuan dalam kehidupannya serta membutuhkan cara-cara
untuk mencapainya. Dengan demikian diperlukan keputusan-keputusan yang tepat secara etis untuk
mencapai tujuan hidup dalam pilihan kehendak dan kebebasannya.

Pada dasarnya, etika kristen mendasarkan teorinya atas hal-hal berikut:

a. Allah adalah sumber dan pusat dari semua yang baik. Artinya bahwa semua patokan moral tunduk
kepada ketentuanNy (Lukas 18:19)

b. Tanggapan kepada kasih Allah yag telah menyelamatkan kita. Sederhananya, etika adalah buah
iman (Yakobus 2:14-26)
c. Kebaikan Allah dinyatakan melalui Yesus Kristus, maka hidup seorang kristen harus sesuai dengan
teladan Kristus (Matius 11 :25-30)

d. Kasih merupakan ciri dari etika kristen. Sehingga setiap orang wajib untuk mengasihi oranglain dan
khususnya diri sendiri.

e. Semua keputusan etis didasarkan kepada Alkitab (2 Timotius 3 :16).

f. Dipraktikkan dalam komunitas kehidupan persekutuan.

Menjadi pertanyaan adalah, bagaimana etika kristen memandang euthanasia? Setujukah kekristenan
dengan praktik euthanasia? Bagaimana seharusnya seorang kristen menyikapi euthanasia?

Etika kristen adalah suatu etika yang berdasarkan kepada Yesus Kristus mencakup pribadiNya,
ajaranNya, dan juga teladanNya. Hal ini mencakup kepada semua aspek kehidupan manusia, termasuk
didalamnya mengenai hal hidup dan mati manusia. Hidup manusia adalah pemberian dan milik
kepunyaan Allah, sehingga manusia tidak berhak untuk merenggut nyawa orang lain. Selain dari itu,
dalam Kejadian 1:26-27, dikatakan bahwa manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah.
Artinya adalah bahwa manusia diciptakan sebagai citra Allah, maka manusia tidak boleh ataupun tidak
memiliki hak untuk mencampuri proses kematian alamiah.

Sudah sangat jelas dalam keimanan kristen bahwa kehidupan dan kematian adalah milik Allah. Secara
tegas dikatakan dalam Alkitab bahwa Kematian adalah hak Tuhan (Ulangan 32:39; Ayub 1:21; Ibrani
9:27). Juga dalam kesepuluh hukum, sangat jelas dalam hukumnya mengatakan “jangan membunuh”
(Keluaran 20:13). Hal ini menegaskan bahwa kekristenan tidak menyetujui datau pun mendukung
praktik euthanasia, apa pun alasannya.

Dalam bagian penutup dari makalah ini, penulis akan memberikan kesimpulan dari hasil pemaparan dan
uraian pembahasan serta memberikan usulan saran menghadapi euthanasia.

Kesimpulan

Praktik euthanasia dalam pandangan etika kristen yang berdasarkan pada Yesus Kristus mencakup
pribadiNya, ajaranNya, dan juga teladanNya, yang juga mencakup kepada semua aspek kehidupan
manusia, termasuk didalamnya mengenai hal hidup dan mati manusia, merupakan tindakan yang tidak
dibenarkan. Apa pun yang menjadi alasan dalam praktik tersebut. Baik euthanasia secara aktif maupun
pasif.

Euthanasia merupakan praktik yang tidak menghargai dan menghormati kehidupan yang adalah milik
dan kepunyaan Tuhan yang telah IA berikan kepada manusia. Sebagai manusia yang diciptakan serupa
dan segambar dengan Allah, mari kita memaknai kehidupan dengan terus berusaha dan tidak menyerah
terhadap “penderitaan” yang ada dalam dunia.
Saran

Sebagai manusia yang dicipta serupa dan segambar dengan Allah, hendaknya kita menghargai dan
memaknai kehidupan dengan baik dan benar. Praktik euthanasia yang jelas bertentangan dengan iman
kristen, secara etika bahkan secara dogmatika, sudah selayaknya ditolak. Dan setiap tim medis yang
dalam hal ini adalah dokter, hendaknya juga memiliki pemahaman yang benar dalam menghargai
kehidupan.

Bagi setiap hamba Tuhan, ketika menghadapi kasus seperti ini, hendaknya memberikan penguatan dan
penghiburan kepada pasien dan juga keluarga agar tetap berjuang dalam menghadapi pergumulan yang
ada dan membawa mereka kepada pemahaman yang benar akan kehidupan.

DAFTAR PUSTAKA

Verkuyl, J. Etika Kristen Bagian Umum, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989

Reality, Tim. Kamus Terbaru Bahasa Indonesia, Surabaya: Reality Publisher, 2008

Darmaputera, Eka, Perkenalan Pertama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004

Douma, J. Kelakuan Yang Bertanggungjawab: Pembimbing ke dalam Etika kristen, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2002
Brotosudarmo, Drie S.Etika Kristen Untuk Perguruan Tinggi, Yogyakarta: Yayasan ANDI, 2007

Borrong, Robert. P. Kapita Selekta; Bioetik Perspektif Kristani, Bandung: Jurnal Info Media, 2007

Abineno, Ch. Sekitar Etika dan Soal-soal Etis, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010

[1] Dr. J. Verkuyl, Etika Kristen Bagian umum, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989), 15

[2] Tim Reality, Kamus Terbaru Bahasa Indonesia,(Surabaya: Reality Publisher, 2008), 232

[3] Eka Darmaputera, Perkenalan Pertama (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), 4

[4] J. Douma, Kelakuan yang Bertanggung jawab: Pembimbing ke dalam Etika Kristen, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2002),16

[5] R.M Drie S. Brotosudarmo, Etika Kristen Untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 2007),
58

[6] Dr. Robert P. Borrong. Kapita Selekta Bioetik Perspektif Kristiani, (Bandung: Jurnal Info Media, 2007),
76

[7] J.L Ch. Abineno, Sekitar Etika dan Soal-soal Etis, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 93

[8] J.L Ch. Abineno, Sekitar Etika, 96

Anda mungkin juga menyukai