Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PPL

(PRAKTEK PENGENALAN LAPANGAN)

Dosen Pendamping : Pdt. Dr Marhaeni L. Mawuntu M.Si

Disusun Oleh :

ANDREUW ZEFANYA TUMEWU

202041006

YAYASAN GMIM Ds. A.Z..R. WENAS

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON

FAKULTAS TEOLOGI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa sehingga saya


dapat melaksanakan kegiatan praktek pengenalan lapangan, dan dapat
menyelesaikan Laporan di jemaat GMIM GLORIYA
MAKALISUNG.

Pada dasarnya tujuan dan penyusunan laporan praktek ini untuk


memberikan gambaran mengenai keseluruhan rangkaian kegiatan PPL
selama 30 hari dari tanggal 2 juli sampai 1 Agustus 2022.dengan
tujuan agar mahasiswa mampu mempraktekan apa yang telah
didapatkan setelah belajar dan mempraktekan itu dijemaat.

Meskipun laporan kegiatan Praktek pengenalan lapangan ini


masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya sangat
menharapkan segala masukan baik berupa saran maupun kritikan
semoga bisa membangun dalam pembuatan laporan selanjutnya.

Saya berharap semoga laporan Praktek Pengenalan lapangan ini


dapat bermanfaat terlebih khusus bagi saya dan bagi siapa saja yang
telah membaca laporan ini.
BAB I

PENDAHULUAN

Sebagai seorang mahasiswa di Fakultas Teologi – Universitas Kristen


Indonesia Tomohon, Praktek Pengenalan Lapangan (PPL) merupakan
salah satu kegiatan intrakurikuler yang dilaksanakan oleh mahasiswa,
yang seharusnya terlaksana di semester IV, tetapi ada kendala
sehingga di laksanakan di semester V ini. Praktek Pengenalan
Lapangan (PPL) ini harus dilaksanakan karena Praktek Pengenalan
Lapangan (PPL) juga bagian dari syarat nanti ketika mahasiswa akan
menyusun proposal/skripsi, dan Praktek Pengenalan Lapangan (PPL)
ini juga sangat bermanfaat terhadap mahasiswa karena mahasiswa
dapat menggali sebesar-besarnya dari potensi yang ada dalam dirinya,
mahasiswa mendapat pengalaman belajar dalam bentuk praktek di
lapangan (jemaat), dan diharapkan setelah belajar Praktek Pengenalan
Lapangan (PPL) ini, mahasiswa mengetahui dan mengenal bagaimana
keadaan hidup jemaat, bagaimana menjadi seorang hamba Tuhan yang
hidup ditengah-tengah jemaat, mendapat keluarga yang baru, dan
menjadi seorang pemimpin dalam jemaat. Sebagai mahasiswa, saya
ditempatkan oleh Badan Pekerja Majelis Wilayah (BPMJ) untuk
melaksanakan Praktek Pengenalan Lapangan di GMIM GLORIYA
MAKALISUNG. Dalam pelayanan ini, diharapkan BPMJ
memberikan penilaian yang baik, jelas dan akurat terhadap mahasiswa
Praktek Pengenalan Lapangan (PPL). Dan dengan itu, saya
ANDREUW ZEFANYA TUMEWU sebagai penulis, ingin
menuliskan hasil penelitian, menilik, mengamati, serta mengenal
kehidupan jemaat dimana saya melayani dan melaksanakan Praktek
Pengenalan Lapangan (PPL) ini.
BAB II

LAPORAN

A. Sejarah Gereja GMIM GLORIYA MAKALISUNG

1. SEJARAH DESA
Nama Desa Makalisung diamhil dari nama suata tempat yang
herada di daerah pegunungan bernama Timambuwur Dimana
ada suatu tempat yang terdapat banyak batu yang menyerupai
Lisung (tempat untuk menumbuk padi). Tempat itu dijadikan
mereka tempt untuk pertemuan limum dan tempat untuk
memberi sesaji kepada para Opo sesuai kepercayaan yang
berlaku pada saat itu. Dari situlah penduduk mulai menyebut
daerah atau
desa tempt mereka tinggal dengan sebutan Makalesong, yang
pada perkembangan menjadi Makalesung dan akhirnya
menjadi Makalisung yang berarti yang punya Lisung.
Sekitar tahun 1680 -an diangkatlah seorang pemimpin yang di
sebut Walak, yaitu Kolondam, dan kemudian dipantikan ole
anaknya yang bernama Lewu.Disementara kepemimpinan
Walak Lewu, datang
seorang yang dianggap kuat bernama Lengkong Wuaya yang
pada akhirnya diangkat menjadi Walak meskipun hanya
memimpin sekitar 1
tahun. Selanjutnya anak dari Walak Lewu yang bernama
Wewengkang menjadi Walak menggantikan Lengkong Waya.
Di masa Walak Wewengkang namanya berubah menjadi
Sakarias Wewengkang. Dan ialah yang menjadi Hukum Tua
pertama di desa Makalisung. Sakarias Wewengkan digantikan
ole anaknya yang bernama Hendrik Wewengkang. Pada masa
Hukum Tua Hendrik Wewengkang, desa Makalisung yang di
sebut Makalisung Tua terpisah menjadi dua bagian. Untuk
penduduk yang berada disebelah Selatan Sungai Makalisung
memilih untuk pindah kedaerah dimana sekarang daerah itu
disebut Makalisung Tondano. Sementara penduduk yang
tertinggal memilih tempat yang sekarang
disebut desa Makalisung. Sampai sat ini desa Makalisung telah
terjadi 17 kali pergantian Hukum Tua. dan yang menjadi
Hukum Tua pada perinde ini adalah penjabat Hukum Tua Elia
Buntuang S.Sos.

2. SEJARAH JEMAAT
Berdasarkan sejarah desa Makalisung, di dapati bahwa di masa
Hukum Tua Wewengkang namanya berubah menjadi Sakarias
Wewengkang. Nama yang di ambil sesuai Dengan nama dalam
Alkitab. Tidak ada keterangan yang menjelaskan bagaimana
proses ia Menjadi Kristen, tetapi dengan digunakannya nama
Sakarias di zaman itu memungkinkan ja
Telah menjadi Kristen. Berubahnya nama Walak Wewengkang
menjadi Zakarias Wewengkang memastikan Bahwa saat itulah
telah dimulainnya upaya penyebaran Kekristenan di desa
Makalisung. Karena sebagimana tradisi yang biasa berlaku saat
itu, seseorang yang menjadi pemimpim Dimasyarakat, adalah
juga sebagai seorang pemimpin keagamaan. Apalagi dalam
posisi Sebagai seorang pemimpin, biasanya sangat mudah bagi
penduduk untuk mengikuti jejak Pemimpin mereka. Meskipun
memang bahwa praktek agama suku mash sangat melekat Jalam
kehidupan masyarakat, tapi upaya-upaya penginjilan atau
pengKristenan disaat itu
Sudah sementara terjadi walaupun belum secara maksimal.

TERBENTUKNYA / BERDIRINYA GEREJA.

Dalam perkembangan selanjutnya sesudah period Sakarias


Wewengkang, Tidak Diketahui dengan pasti bagaimana
perkembangan Kekristenan yang ada di Makalisung. Tapi Dari
nama -nama yang dipakai oleh para Hukum Tua, dimana pada
umumnya memakai Nama-nama Alkitab, memastikan bahwa
perkembangan Kekristenan tetap berlanjut. Karena Itu disekitar
tahun 1857 telah dikenal istilah Guru Jemaat, yang pada waktu
itu dipimpim Oleh Hendrik Wewengkang. Sesudah
kepemimpinan Hendrik Wewengkang, tidak lagi Ditemui data
yang jelas tentang pergantian pemimpin jemaat, nanti sekitar
tahun 1910-an di Masa kepemimpina Guru Jemaat yang
bernama Wem Loing sudah ada istilah yang di pakai Oleh
jemaat yaitu Gereja Protestan “Pie!” Makalisung Tonsea. Tidak
ada data yang jelas Untuk pelayanan Gereja pada periode
sekitar tahun 1920-1960. Namun sekitar tahun 1970-An sudah
di kenal sebutan Gereja Maschi Injili di Minahasa jemaat
Makalisung Tonsea. Karena sering terjadi krisis kepemimpinan,
antara tahun 1960-1980, maka terjadi Perpindahan secara masiv
di mana masyarakat/jemaat yang umumnya dari GMIM,
akhirnya Pindah golongan GMHK. Bahkan ada beberapa Guru
Jemaat yang akhirnya masuk GMHK.Dan hal ini masih sering
dijumpai sampai sekarang ini. Tahun 1987 oleh Sinode GMIM
Ditempatkan seorang Guru Agama yang melayani jemaat yaitu
GA Ester Sumampow. Pada periode kepemimpinan Ketua
Jemaat Pnt, Paul Langi yaitu tahun 1995-2000,
Nama Jemaat GMIM “Pniel” Makalisung Tonsea diganti
dengan nama GMIM «Glorya” Makalisung Tonsea , atas usul
Ketua WKI Sinode pada saat itu yaitu Ibu. Pnt. Sinsu Gundong.
Usulan untuk merubah nama Jemaat, terjadi karena nama
“Pniel” Makalisung Tonsea sama dengan nama jemaat “Pie!”
Makalisung Tondano. Jadi, pada dasarnya Perubahan nama
“Pniel” menjadi “Glorya” hanya untuk membedakan antara
Jemaat GMIM Makalisung Tonsea dan GMIM Makalisung
Tondano.
Pada tahun 1996, ada sekelompok orang dari Sangihe datang di
pantai Mangket, menetap dan mereka bertambah banyak. Tahun
200S, karena jumlah mereka Semakin bertambah, atas inisiatif
dari Bpk. Aldus Yanis mereka mulai beribadah bersama
Meskipun bar dilaksanakan dirumahnya. Kemudian secara
spontan mereka memilih Bpk. Alon Panggelawang sebagai
pemimpin mereka. Sat mereka hendak melakukan Pembaptisan
anak-anak, terjadi kebingungan karena tidak ada pendeta dan
tidak tahu siapa Yang hendak membaptis, karena itu Bpk. Aldus
Yanis meminta pelayanan dari Kema, yang Kemudian oleh
BMW Kema menetapkan jemaat-jemaat yang ada diseputaran
pantai Mangket Makalisung sebagai
Pos Pelayanan Mangket Wil.Kema, dan dilayani Pdt.Rommy
Mokodompis, Namun ketika anak-anak yang dibaptis tidak
mendapatkan surat Baptisan, jemaat kemudian memutuskan
untuk bermohon dan bergabung dengan jemaat GMIM Glorya
Makalisung pada tahun 2006 di masa Pelayanan Pendeta Djemi
Poluakan S.th. Permohonan mereka diterima melalui Kordinasi
dengan BMW. Wil. Kema, Dan Keputusan Sidang Majelis
GMIM Glorya Makalisung. Tahun 2007 mulai dibangun
Kanisah Jemaat GMIM Glorya Makalisung yang merupakan
tempat ibadah mereka, dan selanjutnya Mereka menjadi bagian
kolom 4 jemaat GMIM Glorya Makalisung sampai sekarang ini.

MASA KEPEMIMPINAN PENDETA


KETUA JEMAAT PERTAMA Pdt. Djemi Poluakan. STh,
Tahun 2006 – tahun 2013
KETUA JEMAAT KEDUA Pdt. Charlis Dirly Mangi. STh, thn
2014 – tahun 2017
KETUA JEMAAT KETIGA PDT. Heike P.O,Mokat STh,
Tahun 2017 – sekarang
Guru Agama GA.Esther Sumampou, Tahun 1987 – tahun 2019
Pdt. Jemaat. Pdt Vera Longkang, Tahun 2000 – tahun 2002

B. Permasalahan yang di Temui dalam Jemaat (Kurangnya


minat Pemuda Gereja dalam beribadah)
Pemuda dapat dikatakan sebagai individu dengan karakter yang
dinamis, bahkan bergejolak dan optimis, namun belum
memiliki pengendalian emosi yang stabil. Secara sederhana
pemuda dapat diartikan sebagai individu yang sedang
memasuki tahapan penting dalam pertumbuh kembangan fisik
serta emosional yang berlangsung dari usia 16-30 tahun. Selain
sebagai sumber daya manusia berpotensi dalam pembangunan
Negara, pemuda Kristen khususnya juga memiliki potensi yang
sama dalam pembangunan Jemaat gereja.
Ada kelompok/ Organisasi persekutuan yang bernama pemuda
Gereja yang dikategorikan dalam usia 17-35 tahun. Sebagian
anggota pemuda GLORIYA MAKALISUNG berlatarbelakang
mahasiswa, siswa dan pelajar. Kaum pemuda juga merupakan
kelompok yang selalu bergerak dan bertindak untuk suatu
kemajuan. Keberadaan Pemuda Gereja juga seringkali dijadikan
sebagai tolak ukur kemajuan gereja, apabila Imanuel
makaaroyen aktif maka gereja itu merupakan suatu gereja yang
maju dan berkembang. Pemuda gereja sendiri idealnya menjadi
“motor penggerak” dalam setiap pelayanan atau kegiatan yang
dilakukan oleh gereja.
Adapun kegiatan yang di lakukan pemuda Gereja adalah
kegiatan ibadah. Namun setelah apa yang saya Mahasiswa
Praktek UKIT di Tahun 2022 dapati terdapat kurangnya minat
pemuda dalam beribadah bersama. Idealnya, sebagai pemuda
hendaknya selalu semangat untuk bersekutu dan beribadah
kepada Tuhan. Ibadah bagi pemuda Kristen adalah sesuatu yang
sangat penting, karena ibadah merupakan suatu bentuk
persekutuan atau pertemuan antara manusia dan Tuhan melalui
penyerahan diri kepada Tuhan dan menjadi saksi Tuhan di
dalam dunia sehingga manusia perlu untuk beribadah dengan
sungguh-sungguh, dan ibadah inilah yang menjadi dasar
kehidupan pemuda dalam melakukan segala sesuatu aktivitas
atau kegiatan yang dilakukan. Dengan demikian sangatlah
penting bagi Pemuda untuk datang beribadah dan bersekutu
kepada Tuhan agar kehadiran pemuda gereja Gloria di tengah-
tengah jemaat dan masyarakat bias memberikan dampak yang
positif dan dapat menjadi teladan bagi sesama.
Kegiatan ibadah pemuda dilaksanakan setiap hari Minggu yang
diikuti oleh para anggota dan pengurus yang ada. Tetapi jumlah
yang hadir dalam ibadah tidak sebanding dengan Total jumlah
pemuda yang ada di jemaat. Adapun beberapa factor yang
dilihat saya Mahaiswa Praktek UKIT yang melatarbelakangi
menurunnya kehadiran pemuda Gereja didalam ibadah pemuda
yang dilaksanakan seminggu sekali di hari Minggu, yaitu
adanya kesibukan, baik dalam pekerjaan, perkuliahan atau
kegiatan luar lainnya. Kemudian adanya masalah pribadi,
seperti pribadi yang pemalu, introvert atau susah bergaul, dan
mungkin ada yang kurang nyaman dengan situasi dalam
organisasi pemuda tersebut. Tetapi hal yang paling menonjol
adalah kesibukan dalam pendidikan di luar yang mengakibatkan
jarang pulang kampong serta jarang mengikuti ibadah pada hari
minggu.
Alangkah baiknya, cara pengurus pemuda menyikapi
permasalahan ini ialah pengurus pemuda harus lebih aktif dalam
mengajak anggota pemuda, baik lewat perkunjungan, dan
menghubungi anggota secara langsung atau melalui social
media. Mengajak semua anggota untuk saling merangkul satu
sama lain untuk bias gabung di ibadah selanjutnya, kemudian
membuat ibadah yang variatif atau kegiatan lainnya yang
membuat semua anggota pemuda semakin dekat.
BADAN PEKERJA MAJELIS JEMAAT
- KETUA BPMJ
Pdt. Helke P.O Mokat, S.Th
- Wakil ketua
Pnt. Ofrin Wewengkang
- Sekretaris
Pnt. Sandry kusoy
- Bendahara
Dkn. Erny J. Rorong, S.Pd
- Anggota pengganti majelis sinode
Pnt. Angellica J. Rumampuk, SE

Pandangan Hidup Jemaat

Jemaat GMIM GLORIYA MAKALISUNG terletak di


sebuah Desa yang amat jauh jaraknya dari Perkotaan. Jemaat
yang ada beberapa kali mengalami pergumulan dan
persoalan kecil yang disebabkan oleh paham mengenai
Gereja dalam pandemi covid-19. Seperti yang diketahu oleh
beberapa orang bahwa, di Desa sebagian besar anggota
Jemaat masih memiliki pemikiran yang belum luas dengan
wawasan. Maka dari itu, perdebatan sering terjadi bukan
karena datang dari daerah atau status keluarga yang
berbedabeda, tetapi datang dari pandangan hidup jemaat
yang berbeda-beda, dan sebagian besar anggota Jemaat ingin
agar opini nya tentang ini dan itu di dengar.
Pengalaman Mahasiswa PPL
1. Posisi
Ketika menjelaskan mengenai posisi, saya melayani Jemaat
GLORIYA MAKALISUNG sebagai seorang mahasiswa
Praktek Pengenalan Lapangan (PPL) tentunya mempunyai
berbagai bentuk tugas, tanggung jawab, dan juga pelayanan,
baik sebagai seorang mahasiswa, maupun sebagai seorang
mahasiswa Praktek yang jika ditempatkan di Desa, uniknya
ketika Jemaat mengetahui mahasiswa Praktek, ada yang
beranggapan bahwa saya adalah Vicaris Pendeta, Orientasi
bahkan ada juga yang beranggapan bahwa saya adalah
Pendeta pelayanan.

Walaupun kurang lebih 30 hari saya melaksanakan Praktek


Pengenalan Lapangan (PPL) di jemaat ini, saya sebagai
seorang mahasiswa Praktek Pengenalan Lapangan (PPL),
lewat tanggung jawab yang harus dijalani, saya memiliki
hubungan atau korelasi yang sangat baik dengan Pelayan
khusus dalam hal ini pnt/sym dari kolom 1- 3 ketua dan
komisi BIPRA, pegawai gereja, opa kostor, dan jemaat-
jemaat yang ada. Rasanya seperti sudah bertahun tahun
bersama-sama dengan jemaat ini, karena relasi persahabatan
dan kekeluargaan sangat terjalin baik dan erat.

Kebaikan Pelsus dan selurh Jemaat tempat saya melayani


sebagai mahasiswa Praktek Pengenalan Lapangan (PPL),
membuat saya merasa sangat diterima, membuat saya
senang. Dan disamping kebaikan-kebaikan itu, saya juga
sangat terbuka dan menerima serta memahami kritik dan
saran serta usulan dari Jemaat setempat untuk kebaikan
pelayanan, serta kebaikan diri sendiri sebagaimana
seharusnya yang menjabat posisi sebagai mahasiswa Praktek
Pengenalan Lapangan (PPL).

2. Tugas-tugas
Sebenarnya jika dalam keadaan normal, ada berbagai
kegiatan yang sudah di pleno-kan oleh BPMJ. Tetapi disaat
saya masuk tepat di tahun pandemi covid-19, yang membuat
banyak program dan pelaksanaan tidak terlaksana seperti
tahun sebelumnya. Yang terlaksana selama pandemi covid-
19.

Dan Jemaat “gloriya” ketika ada yang ditugaskan untuk


memimpin ibadah atau menjadi liturgos di ibadah-ibadah
rutin BIPRA, harus datang satu jam lebih awal dari jam yang
ditentukan (khususnya liturgos) dan berlatih bersama dengan
pemain musik. Berbeda dengan ketika Ibadah Minggu,
kantoria bersama pemain musik yang bertugas, untuk latihan
Tata Ibadah Minggu. Untuk semua ibadah, baik ibadah rutin
BIPRA, maupun ibadah Minggu

3. Evaluasi Diri
Dalam posisi sebagai mahasiswa Praktek Pengenalam
Lapangan (PPL), ini adalah pengalaman pertama kali saya
melayani dan mengambil bagian pelayanan di sebuah
Jemaat. Memang sudah pernah melakukan pelayanan di
jemaat, waktu itu pelaksanaan Study Tour Paskah selama 10
hari, tapi kali ini Praktek Pengenalan Lapangan (PPL)
selama kurang lebih 30 hari. Rasa takut, gugup, gelisah, dan
merasa tidak mampu pasti ada dan saya yakin pasti beberapa
orang yang ada di posisi pertama kali bisa merasakan. Dan
saya rasa, segala sesuatu yang namanya memulai pasti
tidaklah mudah dan tidak gampang.

Proses pengenalan hingga tiba pada proses pembiasaan diri


dan akhirnya sampai di titik menikmati setiap proses yang
ada untuk ditempa menjadi seorang hamba Tuhan
memanglah tidak sederhana. Tentu, ada ketakutan dan
keraguan tersendiri ketika pertama kali memutuskan serta
menginjakan kaki dan memperkenalkan diri sebagai seorang
mahasiswa PPL yang akan melayani di Jemaat “gloriya”.
Pikiran-pikiran negatif yang datang baik dari luar maupun
dari dalam diri selalu menghampiri.
Berawal dari proses yang sulit bagi saya, berlangsungnya
waktu lebih lama, saya bisa menerima kenyataan dan
menikmati proses yang harus saya taati. Menerima berbagai
kritik dan masukan dari anggota Jemaat untuk lebih baik
kedepannya. Saya menangkap dan mengerti dengan benar
setiap kesalahan saya, baik yang saya sadari maupun lewat
masukan yang disampaikan. Dan sungguh, menjadi sebuah
titik berputar saya ketika ingin melayani, bagaimana
seharusnya melakukan persiapan sebaik mungkin, karena
dari pengalaman melayani sudah mengetahui, bahwa tugas
dan tanggung jawab yang besar ini tidak mudah untuk
dilaksanakan.

4. Refleksi Teologis
Buku “Model-model Gereja” milik Avery Dulles
memaparkan beberapa model Gereja dengan ciri khas, serta
karakteristiknya. Saya akan bahas satu per satu model Gereja
yang dapat diterapkan juga oleh Jemaat tempat saya
melayani sebagai mahasiswa Praktek Pengenalan Lapangan
(PPL).
➢ Gereja sebagai Institusi dalam artian bahwa Gereja
terutama menurut strukturstrukturnya yang kelihatan,
khususnya hak-hak dan wewenang dari para pejabatnya.
Dalam artian bahwa, Gereja tanpa memiliki unsur organisasi
yang tetap, Gereja Kristus tidak dapat melaksanakan
misinya.
➢ Gereja sebagai Persekutuan Mistik dalam artian bahwa
melihat gereja sebagai persekutuan orang-orang yang terikat
secara batiniah, yang diwujudkan dalam iman, ibadah dan
keanggotaan Gereja. Faktor utama yang mengikat jemaat
adalah rahmat Yesus Kristus yang mendamaikan.
Persekutuan yang dengan Kerajaan Allah dan para Kudus
atau yang mengenalkan Roh Kudus.
➢ Gereja sebagai Sakramen dalam artian bahwa Gereja
adalah Sakramen Kristus bagi umat manusia. Dalam artian
bahwa Gereja mewakili Dia secara penuh dan asli, serta
membuat Dia sungguh-sungguh hadir. Gereja bukan hanya
melanjutkan karya-Nya, tetapi Gereja itu adalah kelanjutan-
Nya sendiri.
➢ Gereja sebagai Pewarta dalam artian Gereja didirikan
oleh Sabda atau Firman Allah. Yang diwartakan dan
diterima dengan penuh iman. Artinya, Gereja merupakan
persekutuan yang dikumpulkan oleh atau lewat Sabda Allah.
Maka, Sabda itu tidak hentihentinya mengundang
persekutuan tersebut untuk bertobat dan memperbaharui diri.
➢ Gereja sebagai Hamba dalam artian Gereja adalah hamba,
dan ciri khas dari hamba adalah hidup di rumah orang lain
(dunia), Gereja harus dapat melayani sesamanya.
Gereja menjadi sebuah Gereja jika ia mau memberi dirinya
bagi orang lain.

Model-model Gereja yang telah dipaparkan sebelumnya


mencerminkan ciri-ciri utama Gereja Kristus, yang hidup
kapan dan dimana saja. Seturut hakikatnya, Gereja
merupakan suatu persekutuan rahmat (model 2) yang
disusun sebagai suatu masyarakat manusia (model 1).
Sambil menguduskan para anggotanya sendiri, ia
mempersembahkan pujian dan syukur kepada Allah (model
3). Secara tetap, ia bertanggung jawab untuk menyebarkan
warta gembira injil (model 4), menyembuhkan, dan
mempersatukan masyarakat manusia (model 5). Ini semua
sesungguhnya merupakan sifat-sifat khas yang tetap dari
Gereja.
Avery Dulles berusaha mencari dan mencirikan suatu model
yang kiranya mampu menyelaraskan perbedaan di antara ke-
5 model, yaitu model Gereja sebagai Persekutuan Murid-
murid. Konsep model ini menarik perhatian pada hubungan
yang tetap antara Gereja dan Yesus Kristus yang terus
membimbing Gereja melalui Roh-Nya. Konsep Gereja ini
juga menjelaskan model Gereja 1-5 dengan merangkum
luas. Gereja memang sudah semestinya bisa melakukan
kelima model panggilan dan tanggung jawab ini, sebagai
eksistensinya. Karena, pada dasarnya Gereja ada di dunia,
untuk membawa melaksanakan perintah Allah lewat lima (5)
model Gereja yang merupakan eksistensinya sendiri.

Puji Tuhan, dalam Jemaat tempat saya melayani sebagai


mahasiswa PPL, ada beberapa model Gereja yang telah
dipaparkan Avery Dulles, yang sudah dilaksanakan di
Jemaat saya, Jemaat Gloriya meskipun belum sepenuhnya.
Dengan situasi, tidak melemahkan semangat Jemaat untuk
ingin melayani, salah satu contoh konkret saya pikir ialah
rindu untuk beribadah di Gereja, seperti eksistensi Gereja
pada umumnya yang dirasakan semua umat. Bertahap,
Gereja mampu untuk menjadi garam dan terang dunia,
menjadi pembawa damai dalam dunia ini.

Dan saya pikir, menjadi seorang hamba Tuhan khususnya


sangat tidak mudah, banyak tantangan dan pergumulan yang
akan dirasakan dan dihadapi. Karena dengan menjadi calon
hamba Tuhan, ditempatkan di Jemaat untuk yang pertama
kali juga, saya merasa bahwa ada begitu banyak tanggung
jawab yang harus saya pikul, salah satunya adalah menjadi
teladan atau panutan dari berbagai aspek. Untuk menjadi
seseorang yang akan ditiru, dilihat oleh orang-orang baik
anggota Jemaat maupun bukan anggota Jemaat. Meskipun
sebenarnya dan seharusnya tidak menjadi seorang calon
Pendeta lalu bisa diteladani, tidak seperti itu. Tetapi, seorang
yang bercita-cita menjadi pelayan Tuhan selalu dilihat
sebagai yang utama, baik di Jemaat, Keluarga, dan juga
Masyarakat.

Sebagai seorang calon hamba Tuhan dalam hal ini sebagai


Pendeta, akan dilihat oleh Jemaat bahwa ia melampaui
ekspetasi-ekspetasi Jemaat pada saat itu. Baik dari cara
berdiskusi, bertingkah laku, bertegur sapa, serta melayani
dalam ibadah. Dan itu bagi saya adalah salah satu tantangan
dan tanggung jawab yang tidak mudah untuk dijalani. Takut
salah dan takut gagal jadi panutan atau teladan yang baik,
pasti ada dan pasti sempat terpikirkan oleh saya, tetapi
dengan campur tangan Tuhan, Sang pemilik kehidupan
setiap umat manusia, saya bisa mengatasi segala tantangan
yang ada, dan saya bisa menyelesaikan tahap itu.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang telah
diuraikan di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa.
Menjawab pro dan kontra di kalangan pemimpin gereja
maupun jemaat, secara teologis. Pemahaman yang harus
dibangun adalah:
1) Merekonstruksi secara teologis kembali makna ibadah
kepada esensi dan nature dari badah itu sendiri. 2)
Mengusahakan dan membangun konsep ibadah yang
kontekstual, inklusif-holistik dan bertujuan menjawab
realitas sosial demi terwujudnya Kerajaan Allah.

Memiliki perbedaan terkadang terjerumus ke dalam sulit


untuk saling menerima. Tetapi, ibaratkan pelangi yang
dipertemukan lalu disatukan menjadi satu lewat warna-
warna yang berbeda, hasilnya indah dipandang dan selalu
dinanti-natikan orang. Begitu pun juga dengan ketika berada
dalam Jemaat, sebagai seorang mahasiswa Praktek
Pengenalan Lapangan (PPL) yang belajar menjadi seorang
pemimpin, jangan pernah menghakimi perbedaan yang ada,
baik perbedaan suku, strata sosial, posisi keluarga, dan juga
perbedaan pendapat. Hendaknya menjadi pemimpin yang
bijaksana, karena dalam Jemaat akan tetap bertemu dengan
yang namanya perbedaan. Hal itu harus diatasi dengan saling
menerima dan menghargai.
Karena di Jemaat, akan diperhadapkan dengan berbagai
persoalan, permasalahan yang banyak, maka dari itu
diharapkan tidak mempermasalahkan yang seharusnya tidak
menjadi masalah. Menjadi seorang mahasiswa Praktek
Pengenalan Lapangan (PPL) di Jemaat tidaklah mudah,
tangisan, suka, dan duka berturu-turut dialami oleh saya.
Tetapi, di balik semua hal menyakitkan itu, selalu ada berkat
yang membuat saya bersukacita.

B. Saran
Selain pemimpin yang berfungsi sebagai kordinator dan
fasilitator, di dalam gereja dibutuhkan juga pemimpin kreatif
dan proaktif karena warga gereja yang ada di Gloriya
makalisung Pangian membutuhkan pemimpun-pemimpin
yang bisa mengarahkan mereka menyalurkan bakat-bakat
dan potensi warga gereja untuk pembangunan kehidupan
iman, baik intensif (kualitas) maupun ekstensif (kuantitas)
sehingga gereja semakin maju dan memerankan tugas
panggilannya sebagai organisasi yang bersekutu, bersaksi
dan melayani secara maksimal dan optimal.
C. Laporan Harian Kegiatan
1. Sabtu 2 Juli 2022
Memimpin ibadah PKB

2. Minggu 3 juli 2022


Mengikuti ibadah perkunjungan HUT
Memimpin ibadah Remaja

3. Selasa 5 juli 2022


Mengikuti ibadah PI

4. Rabu 6 juli 2022


Mengikuti sadang dan rapat penepatan sejarah gereja

5. Kamis 7 juli 2022


Mengikuti kunjungan HUT
Mengikuti KKPGA
Memimpin ibadah syukur HUT
Memimpin ibadah kolom 1

6. Jumat 8 juli 2022


Memimpin ibadah tamasya kolom 2

7. Sabtu 9 juli 2022


Mengikuti pertemuan ASM wilayah kema
Mengikuti ibadah WKI
Mengikuti ibadah PKB
Mengikuti ibadah syukur HUT
8. Minggu 10 juli 2022
Menjadi kadim hari Minggu Gmim Gloriya makalisung
Memimpin ibadah pemuda
9. Selasa 12 juli 2022
Mengikuti Ibadah duka
Mengikuti perkunjungan HUT
Mengikuti ibadah PA

10. Rabu 13 juli 2022


Mengikuti ibadah lansia
Memimpin ibadah tutup doa dan puasa

11.Kamis 14 juli 2022


Memimpin ibadah kolom 1

12.Jumat 15 juli 2022


Memimpin Ibadah kolom 2

13.Sabtu 16 juli 2022


Memimpin ibadah WKI
Memimpin ibadah PKB

14.Minggu 17 juli 2022


Mengikuti ibadah Minggu
Mengikuti pertemuan pemuda wilayah kema

15.Senin 18 juli 2022


Mengikuti Kunjungan HUT
Mengikuti kunjungan HUT
Mengikuti ibadah PA

16.Selasa 19 juli 2022


Membuat ikan fufu untuk pencarian dana

17.Rabu 20 juli 2022


Mengikuti ibadah kolom 1

18.Kamis 21 juli 2022


Mengikuti menjual ikan untuk mencari dana pembangunan
pastori

19.Jumat 22 juli 2022


Mengikuti kunjungan HUT
Mengikuti ibadah kolom 2

20.Sabtu 23 juli 2022


Mengikuti kunjungan HUT
Memimpin ibadah WKI

21.Minggu 24 juli 2022


Mengikuti Ibadah minggu
Mengikuti ibadah pemuda

22.Senin 25 juli 2022


Memimpin ibadah PA

23.Rabu 27 juli 2022


Memimpin ibadah lansia

24.Jumat 29 2022
Mengikuti ibadah kolom 2

25.Sabtu 30 juli 2022


Mengikuti sidang wilayah
Mengikuti evaluasi

26.Minggu 31 juli 2022


Perpisahan
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai