Anda di halaman 1dari 19

Euthanasia dan

Permasalahannya

Etika Medis: Perpanjangan


Proses Kematian

Materi Pertemuan ke-10


Poltekkes Kemenkes Prodi
Keperawatan Dairi
Pendahuluan
 Apa itu euthanasia?
 Istilah euthanasia berasal dari kata bahasa Yunani “euthanatos” yang berarti
kematian mudah.

Euthanasia adalah tindakan sengaja untuk mengakhiri hidup seseorang yang sangat
sakit dan menderita — yang diliputi oleh rasa sakit yang tak tertahankan dan tak
bisa disembuhkan — dengan cara yang relatif cepat dan tanpa rasa sakit, untuk
alasan kemanusiaan. Praktik ini dapat dilakukan baik dengan mengambil tindakan
aktif, termasuk memberikan suntik mati, atau dengan tidak melakukan apa yang
diperlukan untuk menjaga pasien tersebut hidup (seperti membiarkan alat bantu
pernapasan berhenti bekerja).
 Dalam banyak kasus, keputusan untuk “bunuh diri” ini dibuat atas permintaan
pasien sendiri, tetapi ada kalanya individu tersebut mungkin terlalu sakit tidak
berdaya, sehingga keputusan dibuat oleh pihak keluarga, tenaga medis, atau dalam
beberapa kasus, oleh pengadilan.
Pendahuluan
 Mengenal tipe-tipe euthanasia Euthanasia terdiri dalam berbagai bentuk:
Euthanasia aktif: seseorang (profesional kesehatan) bertindak secara langsung dan
aktif, sengaja menyebabkan kematian pasien — misalnya, dengan menyuntikkan
obat penenang dalam dosis besar. Euthanasia pasif: tenaga profesional kesehatan
tidak secara langsung bertindak dalam mengakhiri nyawa pasien, mereka hanya
memungkinkan pasien untuk meninggal dunia dengan alpanya kehadiran fasilitas
medis — misalnya, memberhentikan atau menahan opsi pengobatan.
Memberhentikan pengobatan: misalnya, mematikan mesin yang menjaga
seseorang hidup, sehingga mereka meninggal dari penyakit mereka. Menahan
pengobatan: misalnya, tidak melakukan operasi yang akan memperpanjang hidup
untuk waktu yang singkat atau perintah DNR (Do Not Resuscitate) — dokter
tidak diperlukan untuk menyadarkan pasien jika jantung mereka berhenti dan
dirancang untuk mencegah penderitaan yang tidak perlu.
Pendahuluan
 Euthanasia volunter: terjadi atas permintaan pasien kompeten. Pasien sepenuhnya
menyadari kondisi penyakitnya/sudah diinformasikan, mengerti apa kemungkinan
masa depan dari penyakitnya, menyadari manfaat dan risiko yang terkait dengan
pilihan pengobatan penyakitnya, dan dapat mengkomunikasikan keinginan mereka
dengan jelas tanpa di bawah pengaruh siapapun, dan meminta bantuan profesional
medis untuk mengakhiri nyawanya.
 Euthanasia non-volunter: terjadi ketika pasien berada dalam kondisi tidak sadar
atau tidak mampu untuk membuat pilihan otonomik antara hidup dan mati
(misalnya, bayi yang baru lahir atau seseorang dengan intelegensi rendah, pasien
dalam koma panjang atau mengalami kerusakan otak parah), dan keputusan dibuat
oleh orang lain yang berkompeten atas nama pasien, mungkin sesuai dengan
dokumen warisan tertulis mereka, atau pasien sebelumnya pernah menyatakan
secara verbal keinginan untuk mati.
Pendahuluan
 Euthanasia involunter: alias paksaan, terjadi saat pihak lain mengakhiri nyawa
pasien melawan pernyataan keinginan asli mereka. Misalnya, meski si pasien ingin
terus bertahan hidup meski dengan kondisi menderita, pihak keluarganya meminta
dokter untuk mengakhiri hidupnya. Euthanasia involunter hampir selalu dianggap
sebagai pembunuhan.
Pendahuluan
 Ada beberapa negara di mana euthanasia diperbolehkan:
1. Di Belanda, euthanasia dan tindakan bunuh diri yang dibantu tenaga medis
(physician-assisted suicide, atau PAS) diizinkan oleh hukum, asal mengikuti
protokol hukum yang jelas.
2. Di Oregon, Amerika Serikat, PAS diperbolehkan negara dengan menggunakan
obat resep.
3. Di Washington DC, Amerika Serikat, dokter diizinkan untuk memberikan suntik
mati atau mendampingi PAS dengan memungkinkan overdosis obat yang berujung
kematian pada pasien yang meminta.
Pendahuluan
 Ada beberapa negara di mana euthanasia diperbolehkan:
4. Di Belgia, “membunuh atas nama medis dan belas kasih” diizinkan oleh hukum
baik untuk orang dewasa yang kompeten, anak-anak, dengan pedoman terinci dan
jelas yang harus diikuti. Orangtua harus setuju dengan keputusan tersebut.

5. Di Swiss, PAS diperbolehkan, di bawah undang-undang yang aktif lebih dari 600
tahun. Pasien, termasuk pengunjung dari negara lain, dapat dibantu oleh anggota dari
organisasi Dignitas untuk mengakhiri hidup mereka.

6. Untuk waktu singkat, euthanasia dan PAS diizinkan di Australia Utara dan tujuh
orang mengakhiri hidup mereka dengan cara ini, sebelum Pemerintah Federal
Australia membatalkan hukum tersebut.
Pendahuluan
 Pada dasarnya, prosedur euthanasia boleh dilakukan pada pasien yang menderita
sebuah penyakit terminal (fase akhir penyakit di mana peluang kematian muncul
sangat besar sehingga fokus bergeser dari terapi menyembuhkan penyakit menjadi
menyediakan perawatan paliatif/meringankan rasa sakit). Namun, masalahnya
tidak terletak pada definisi tetapi dalam penafsiran definisi.

 Di Belanda di mana euthanasia didukung oleh hukum, “penyakit terminal”


memiliki definisi konkret, secara harfiah berarti “harapan kematian sudah pasti”.
Di Oregon, di mana PAS (physician-assisted suicide) adalah legal untuk ‘kasus
terminal’, namun terminal digambarkan sebagai suatu kondisi yang “dalam
penilaian wajar, akan menghasilkan kematian dalam waktu enam bulan.”
Pendahuluan
 Mengapa euthanasia diperbolehkan? Mereka yang mendukung euthanasia
berpendapat bahwa masyarakat yang beradab harus memungkinkan orang untuk
mati dalam martabat dan tanpa rasa sakit, dan harus memungkinkan orang lain
untuk membantu mereka melakukannya jika mereka tidak bisa mengelolanya
sendiri.
 Mereka mengatakan bahwa tubuh adalah hak prerogatif pemiliknya sendiri, dan
kita harus diizinkan untuk melakukan apa yang kita inginkan dengan tubuh kita
sendiri. Jadi, mereka menganggap bahwa mengupayakan kehidupan yang lebih
lama bagi yang tidak menginginkannya adalah salah. Bahkan membuat orang terus
hidup ketika mereka tidak ingin melanggar kebebasan pribadi dan hak asasi
manusia. Tidak bermoral, ujar mereka, untuk memaksa orang untuk terus hidup
dalam penderitaan dan rasa sakit.
 Mereka menambahkan bahwa tindakan bunuh diri bukan merupakan tindak pidana,
maka dari itu euthanasia tidak harus digolongkan sebagai kejahatan.
Bagaimana di Indonesia?
 Belum ada undang-undang atau peraturan pemerintah yang spesifik mencantumkan
legalitas euthanasia di Indonesia sampai saat ini. Namun, penting untuk dipahami
bahwa secara yuridis formal dalam hukum pidana positif di Indonesia hanya
dikenal satu bentuk euthanasia, yaitu euthanasia yang dilakukan atas permintaan
pasien/korban itu sendiri (voluntary euthanasia), yang telah dengan jelas diatur
dalam Pasal 344 KUHP: “Barang siapa merampas nyawa orang lain atas
permintaan orang itu sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati
diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun”.
 Dari Pasal 344 KUHP dapat diartikan bahwa pembunuhan atas permintaan korban
sekalipun tetap diancam pidana bagi pelakunya. Dengan demikian, dalam konteks
hukum positif di Indonesia, euthanasia dianggap sebagai perbuatan yang dilarang.
Artinya, tidak dimungkinkan untuk dilakukannya “pengakhiran hidup seseorang”
sekalipun atas permintaan orang itu sendiri.
Bagaimana Kata Alkitab?
 Salah satu contoh kasus dalam Perjanjian Lama yang hampir menjadi kasus
euthanasia adalah kasus Saul yang meminta kepada pembawa senjatanya untuk
menikamnya. Tetapi pembawa senjatanya tidak mau, karena segan. Kemudian Saul
mengambil pedang itu dan menjatuhkan dirinya ke atasnya (1 Samuel 31:4). Raja
Saul berada pada ambang keputus-asaan dan merasa sudah tidak ada jalan keluar
selain mengakhiri penderitaannya. Euthanasia diminta atau dilakukan karena
alasan tidak tahan menderita, baik karena penyakit (rasa sakit) maupun oleh
penghinaan di medan perang (rasa malu). Kasus Saul mirip dengan kasus
Abimelekh (Hakim 9:54); takut disiksa dan dipermalukan adalah alasan melakukan
euthanasia.
 Kasus euthanasia adalah kasus kematian yang dipaksakan, dan hal ini masuk dalam
kategori pembunuhan. Dalam Keluaran 20:13, dengan tegas firman Tuhan berkata:
“Jangan membunuh.” Dengan demikian tidak ada alasan moral apapun yang
mengijinkan pembunuhan, dan manusia itu sendiri tidak memiliki hak untuk
menentukan kematiannya, karena kematian adalah hak Tuhan (Ulangan 32:39;
Ayub 1:21; Ibrani 9:27).
Bagaimana Kata Alkitab?
 Dalam Alkitab, penderitaan mempunyai fungsi yang positif dan konstruktif
dalam hidup manusia (Yakobus 1:2-4; Roma 5:3-4), penderitaan
melahirkan ketekunan dan pengharapan dan kesempurnaan hidup. Jika pro
euthanasia mengatakan bahwa mengakhiri penderitaan seseorang adalah
sikap murah hati, berarti penderitaan dijadikan sebagai alat pembenaran
praktek. Walaupun euthanasia dapat mengakhiri penderitaan, euthanasia
tetaplah suatu pembunuhan. Kalau penderitaan diakhiri dengan euthanasia,
itu sama artinya menghalalkan segala cara untuk tujuan tertentu. Rumus
tersebut tidak bisa diterima secara moral maupun keyakinan Kristen.
Bagaimana Kata Alkitab?
 Hidup adalah pemberian Tuhan (Kejadian 2:7). Manusia menjadi makhluk
hidup setelah Tuhan Allah menghembuskan napas kehidupan kepadanya
(band. Yehezkiel 37:9-10). Napas kehidupan diberikan TUHAN sehingga
manusia memperoleh kehidupan. Tugas manusia tidak lain kecuali
memelihara kehidupan yang diberikan oleh Tuhan (band. Perumpamaan
dalam Efesus 5:29). Bukan hanya kehidupan yang sehat, tetapi juga hidup
yang dirundung oleh penderitaan, hidup yang sakit, harus dipelihara. Maka
penderitaan harus dapat diterima sebagai bagian kehidupan orang percaya
(Roma 5:3) termasuk penderitaan karena sakit.
Bagaimana Kata Alkitab?
 Hidup adalah pemberian Tuhan (Kejadian 2:7). Manusia menjadi makhluk
hidup setelah Tuhan Allah menghembuskan napas kehidupan kepadanya
(band. Yehezkiel 37:9-10). Napas kehidupan diberikan TUHAN sehingga
manusia memperoleh kehidupan. Tugas manusia tidak lain kecuali
memelihara kehidupan yang diberikan oleh Tuhan (band. Perumpamaan
dalam Efesus 5:29). Bukan hanya kehidupan yang sehat, tetapi juga hidup
yang dirundung oleh penderitaan, hidup yang sakit, harus dipelihara. Maka
penderitaan harus dapat diterima sebagai bagian kehidupan orang percaya
(Roma 5:3) termasuk penderitaan karena sakit.
 Manusia lebih berharga daripada materi. Maka materi harus melayani
kepentingan manusia (band. Matius 6, tentang khotbah di Bukit). Maka
melakukan euthanasia demi untuk kepentingan apapun, termasuk
penghematan ekonomi tidak dibenarkan secara moral, terutama moral
Kristen.  
Bagaimana Kata Alkitab?
 Kebenaran yang paling mendasar menganggap Allah menentang eutanasia
itu ada pada kedaulatan-Nya. Kita mengetahui bahwa kematian fisik
memang tak terhindarkan (Mazmur 89:48, Ibrani 9:27). Namun, Allah
sendiri dalam kedaulatan-Nya yang tahu kapan dan bagaimana seseorang
akan meninggal. Ayub bersaksi dalam Ayub 30:23, “Ya, aku tahu: Engkau
membawa aku kepada maut, ke tempat segala yang hidup dihimpunkan.”
Dalam Mazmur 68:20 kita membaca, “Allah bagi kita adalah Allah yang
menyelamatkan, ALLAH, Tuhanku, memberi keluputan dari maut.”
(Mazmur 68:20). Pengkhotbah 8:8a menyatakan, “ Tiada seorangpun
berkuasa menahan angin dan tiada seorangpun berkuasa atas hari kematian
….” Allah memiliki kata terakhir dalam soal kematian (lihat pula 1
Korintus 15:26, 54-56; Ibrani 2:9, 14-15; Wahyu 21:4). Eutanasia itu
upaya manusia untuk merebut otoritas itu dari tangan Allah.
Bagaimana Kata Alkitab?
 Kematian memang kejadian yang alami. Kadang-kadang, Allah
mengizinkan seseorang menderita lama sebelum kematian terjadi; di waktu
lain, penderitaan seseorang berlangsung singkat. Tidak seorang pun suka
menderita, namun itu tidak berarti boleh menentukan bahwa orang itu
sudah siap untuk mati. Sering kali, rencana Allah dinyatakan melalui
penderitaan seseorang. “Pada hari mujur bergembiralah, tetapi pada hari
malang ingatlah, bahwa hari malang inipun dijadikan Allah seperti juga
hari mujur, supaya manusia tidak dapat menemukan sesuatu mengenai
masa depannya” (Pengkhotbah 7:14). Roma 5:3 mengajarkan bahwa
kesengsaraan menghasilkan ketekunan. Allah peduli kepada orang-orang
yang berseru kepada-Nya, meminta Allah mengakhiri penderitaan mereka.
Bagaimana Kata Alkitab?
 Pada saat bersamaan, Alkitab tidak memerintahkan kita untuk melakukan
apa saja yang kita bisa untuk mempertahankan hidup seseorang. Kalau
seseorang bertahan hidup hanya karena mesin, bukan hal yang tidak
bermoral untuk mematikan mesin itu dan mengizinkan orang itu untuk
berpulang. Kalau seseorang sudah mati suri untuk jangka waktu lama,
bukan satu pelanggaran untuk melepaskan selang/mesin apapun yang
mempertahankan kehidupan orang itu. Kalau Allah mau mempertahankan
hidup orang itu, Dia mampu melakukannya tanpa bantuan selang makanan
dan/atau mesin. Mengambil keputusan seperti ini sangatlah sulit dan
menyakitkan. Tidak pernah mudah memberitahu dokter untuk
memberhentikan alat penunjang hidup dari orang yang kita kasihi.
Kesimpulan
 1. Jika dilihat dari etimologi katanya, maka euthanasia sebenarnya
   

tidak bertentangan dengan pandangan Alkitab.


 2. Euthanasia menjadi sesuatu yang tidak dapat dibenarkan ketika
   

kemudian ada campur tangan orang lain didalamnya. Hak untuk


mematikan dan menghidupi seseorang adalah hak Tuhan. Jika
seseorang melakukan euthanasia, maka ia sudah melanggar kedaulatan
Tuhan.
 3. Seseorang yang berada dalam situasi sulit sekalipun harus mencari
   

kehendak Tuhan dan tugas orang Kristen/orang percaya untuk


menghibur dan meyakinnya untuk menghadapi kematian dengan
sukacita.
Kesimpulan
 4. Ibrani 12:2-3 berkata: “Marilah kita melakukannya dengan mata
   

tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita ke dalam iman dan yang
membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan
mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang
disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta
Allah. Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan
yang sehebat itu terhadap diriNya dari pihak orang-orang berdosa,
supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.”
 5. Kita tidak boleh terlalu awal mengakhiri kehidupan, namun saat bersamaan,
kita juga tidak boleh mempertahankan hidup dengan cara yang dipaksakan.
Nasihat terbaik untuk seseorang yang sedang menghadapi keputusan ini adalah
berdoa kepada Allah untuk meminta hikmat (Yakobus 1:5) supaya tahu apa
yang Dia mau Saudara lakukan

Anda mungkin juga menyukai