Anda di halaman 1dari 8

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

EUTHANASIA
“ Euthanasia Dalam Perspektif Islam”

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ACEH
EUTHANASIA
A. Pengertian Euthanasia

Eutanasia (dari bahasa Yunani: eu-thanatos, eu yang artinya "baik"


dan, thanatos yang berarti kematian) adalah praktik pencabutan
kehidupan manusia atau hewan melalui cara yang dianggap tidak
menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit yang minimal, biasanya
dilakukan dengan cara memberikan suntikan yang mematikan.
Euthanasia adalah tindakan yang bertujuan untuk menghilangkan
penderitaan seseorang dengan mengakhiri hidupnya.

Dalam kehidupan setiap makhluk hidup pasti mengalami siklus kehidupan


yang diawali dengan proses-proses kehidupan yang dimulai dari proses
pembuahan, kelahiran, kehidupan di dunia, dan diakhiri dengan kematian.
Dalam proses tersebut, kematian memiliki misteri besar yang belum
ditemukan oleh ilmu pengetahuan.

Secara umum, kematian adalah suatu hal yang ditakuti oleh masyarakat
luas. Namun, tidak demikian dalam kalangan medis dan kesehatan. Dalam
konteks kesehatan modern, kematian tidaklah selalu menjadi sesuatu yang
datang secara tiba-tiba. Kematian dapat dilegalisir menjadi sesuatu yang
definit dan dapat ditentukan tanggal kejadiannya. Tindakan membunuh bisa
dilakukan secara legal dan dapat diprediksi waktu dan tempatnya itulah yang
selama ini disebut dengan euthanasia, pembunuhan yang sampai saat ini
masih menjadi kontroversi dan belum bisa diatasi dengan baik atau
dicapainya kesepakatan yang diterima oleh berbagai pihak. Di satu pihak,
tindakan euthanasia pada berbagai kasus dan keadaan memang diperlukan.
Sementara di lain pihak, tindakan ini tidak diterima karena bertentangan
dengan hukum, moral, dan agama. Dilema muncul dan menempatkan dokter
atau perawat pada posisi yang serba sulit.

Tenaga medis merupakan suatu profesi yang mempunyai kode etik


tersendiri sehingga mereka dituntut untuk bertindak secara profesional.
Tenaga medis merasa mempunyai tanggung jawab untuk membantu
menyembuhkan penyakit pasien, sedangkan di pihak lain, pengetahuan dan
kesadaran masyarakat terhadap hak-hak individu juga sudah sangat berubah.
Dengan demikian, konsep kematian dalam dunia kedokteran masa kini
dihadapkan pada kontradiksi antara etika, moral, hukum, dan kemampuan
serta teknologi kesehatan yang sedemikian maju. Indonesia memang belum
mengatur secara spesifik dan tegas mengenai masalah euthanasia dan hal ini
masih menjadi perdebatan pada beberapa kalangan yang menyetujui tentang
euthanasia dan pihak yang tidak setuju tentang hal tersebut.

Pihak yang menyetujui tindakan euthanasia beralasan bahwa setiap


manusia memiliki hak untuk hidup dan hak untuk mengakhiri hidupnya
dengan segera dan hal ini dilakukan dengan alasan yang cukup mendukung,
yaitu alasan kemanusiaan. Dengan keadaan pasien yang tidak lagi
memungkinkan untuk sembuh atau bahkan hidup, maka ia dapat melakukan
permohonan untuk segera diakhiri hidupnya. Sementara sebagian pihak yang
tidak memperbolehkan euthanasia beralasan bahwa setiap manusia tidak
memiliki hak untuk mengakhiri hidupnya karena masalah hidup dan mati
adalah kekuasaan mutlak Tuhan yang tidak bisa diganggu gugat oleh manusia.

Secara umum, argumen pihak anti euthanasia adalah kita harus


mendukung seseorang untuk hidup, bukan menciptakan struktur yang
mengizinkan mereka untuk mati. Perdebatan ini tidak akan pernah berakhir
karena sudut pandang yang digunakan sangat bertolak belakang dan lagi-lagi
alasan perdebatan tersebut adalah masalah legalitas dari tindakan euthanasia
sendiri sampai pada saat ini masih mengalami proses perdebatan panjang,
dimana perdebatan tersebut, Euthanasia atau suntik mati oleh dokter
terhadap seorang pasien yang sudah tidak memiliki kemampuan mengobati
penyakitnya saat ini masih merupakan perbuatan pidana berupa
menghilangkan nyawa orang lain. Untuk menempuh euthanasia, selain masih
ada persoalan hukum yang melarang hal itu, juga masih ada persoalan etika
dan moral. Masih berlakukah sumpah etik dokter, yang berasal dari sumpah
Bapak Ilmu Kedokteran Yunani, Hippokrates (400 SM),” tak akan kulakukan,
walaupun atas permintaan untuk memberikan racun yang mematikan
ataupun sekedar saran untuk menggunakannya”.
B. Euthanasia Dalam Pandangan Islam

Menurut islam euthanasia adalah perbuatan yang sangat diharamkan oleh


allah dengan hukum neraka bagi yang melakukannya sebab hidup dan mati
itu ditangan tuhan. Seperti pada firman allah dalam surat Al-Mulk ayat 2.

“Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di


antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha
Pengampun”.

Menurut pendapat para ulama, bahwa euthanasia boleh dilakukan


apalagi terhadap penderita penyakit menular dan tidak bisa disembuhkan.
Islam mengakui hak seseorang untuk hidup dan mati, namun hak tersebut
merupakan anugerah Allah SWT kepada manusia. Hanya Allah SWT yang
dapat menentukan kapan seseorang lahir dan kapan ia mati.

Bagi mereka yang menderita bagaimanapun bentuk dan kadarnya Islam


tidak membenarkan merenggut kehidupan baik melalui praktek euthanasia
apalagi bunuh diri. Islam akan menghendaki kepada setiap muslim hendaknya
selalu optimis dalam menghadapi setiap musibah. Sebab seorang mu’min
dicipta justru untuk berjuang, bukanlah untuk tinggal diam, dan untuk
berperang bukan untuk lari. Iman dan budinya tidak mengizinkan dia lari dari
arena kehidupan. Sebab setiap mukmin mempunyai kekayaan yang tidak bisa
habis, yaitu senjata iman dan kekayaan budi. Tidak sedikit anjuran bagi para
penderita untuk bersabar dan menjadikan penderitaan sebagai sarana
pendekatan diri kepada Yang Maha Kuasa.

Agar supaya meringankan derita sakit seorang muslim diberi pelipur


lara oleh Nabi Saw. dengan sabdanya, “Jika seseorang dicintai Tuhan maka ia
akan dihadapkan kepada cobaan yang beragam”.
Lain halnya dengan mereka yang tidak mendapatkan alternatif lain
dalam mengatasi penderitaan dan rasa putus asa, Islam memberi jalan keluar
dengan menjanjikan kasih sayang dan rahmat Tuhan, sebagaimana firman
Allah SWT dalam QS. Az-Zumar ayat 53:

”Katakanlah: Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri


mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-
lah Yang Maha Pengampun lagi yang Maha Penyayang.”

Disinilah pentingnya peranan hukum Islam dalam menetapkan hal-hal


yang halal dan haramnya suatu sikap yang diambil dalam hal euthanasia.
Ketika orang diombang-ambing oleh keadaan yang sangat mendesak, karena
dipengaruhi oleh tuntutan zaman atau kemajuan teknologi, dimana orang
seenaknya saja bertindak, yang asalkan menurut mereka hal itu merupakan
keputusan rasional tanpa melihat apakah tindakan mereka itu benar atau
tidak menurut hukum, agama maupun etika. Dalam berbagai studi dan
literatur Islam, mengenai pandangan terhadap tindakan euthanasia,
euthanasia adalah suatu upaya yang dilaksanakan untuk dapat membantu
seseorang dalam mempercepat kematiannya secara mudah akibat
ketidakmampuan menanggung derita yang panjang dan tidak ada lagi harapan
untuk hidup atau disembuhkan.

Pengertian yang dirumuskan oleh komisi dari fatwa MUI, bahwa


euthanasia adalah pembunuhan dengan didampingi oleh pertimbangan
medis bagi seorang penderita atau mengidap penyakit yang mana tidak
mungkin lagi disembuhkan.
C. Jenis-Jenis Euthanasia

1. Euthanasia Sukarela (Voluntary)


Pengidap dengan akal sehatnya menyetujui ‘suntik mati’. Sebelum
melakukan prosedur, ia sepenuhnya mengetahui kondisi penyakit dan
mengerti risiko terkait pilihan pengobatannya. Pengidap menyetujui
keputusan ini dengan segala risiko dan pertimbangan yang panjang. Cara ini
berdasarkan keinginan pribadi, bukan paksaan atau pengaruh dari orang lain. 
2. Euthanasia Non Sukarela (Non Voluntary)
Keputusan ‘suntik mati’ ini berdasarkan kesepakatan dari keluarga
terdekat.  Pengidap menempuh euthanasia non sukarela karena ia benar-
benar tidak sadarkan diri atau lumpuh secara permanen. Prosedur ini bisa
pula dilakukan atas permintaan dari pengidap. Saat ia masih sadar, misalnya.
Pihak keluarga menyampaikan pernyataan pengidap jika kondisinya
mendadak kritis.
3. Euthanasia Involunter
Prosedur ‘suntik mati’ ini adalah kondisi saat pengidap bisa membuat
keputusan, tapi tidak mau melakukannya. Dengan kata lain, ia masih ingin
hidup dan berjuang melawan penyakitnya. Jika prosedurnya tetap dilakukan,
ini bisa dikatakan sebagai praktik pembunuhan. Sebab, euthanasia involunter
dilakukan tanpa seizin pengidap.
4. Euthanasia Aktif
Prosedur euthanasia aktif adalah situasi ketika tim medis bertindak
langsung untuk mengakhiri hidup pengidap. Misalnya dengan memberi obat
dalam dosis tinggi.
5. Euthanasia Pasif
Prosedur ini dilakukan ketika tim medis secara tidak langsung
mengakhiri hidup pengidap. Caranya dilakukan dengan menghentikan atau
membatasi perawatan yang dibutuhkan untuk bertahan hidup. Selain itu,
euthanasia pasif bisa terjadi akibat peningkatan dosis obat yang diresepkan.
Pemberian dosis yang semakin tinggi menimbulkan efek racun pada pengidap
dari waktu ke waktu.
D. Hukum Euthanasia Dalam Islam

Hukum Islam mengenai euthanasia, terutama yaitu euthanasia aktif adalah


diharamkan. Karena euthanasia aktif ini dikategorikan sebagai perbuatan
bunuh diri yang diharamkan dan diancam oleh Allah SWT dengan hukuman
neraka selama-lamanya. Karena yang berhak mengakhiri hidup seseorang
hanyalah Allah SWT. Oleh karena itu orang yang mengakhiri hidupnya atau
orang yang membantu mempercepat suatu kematian seseorang sama saja
dengan menentang ketentuan agama. Seperti pada firman Allah dalam Al-
Quran Surat An-Nisa’ ayat 29:

  ”Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan


harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam
perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang
kepadamu”.
E. Hidup Dan Mati Hak Siapa?

Menurut kita (manusia) hidup dan mati itu adalah hak kita, karena sudah
dijamin dalam pasal 28 A UUD 45 yang berbunyi:

“Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya”.

Selain Pasal 28A, UUD 1945 juga menjamin hak untuk hidup di dalam Pasal
28I ayat (1) yang ditegaskan pula bahwa, “hak untuk hidup adalah hak asasi
manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun”.

Tetapi menurut pandangan agama islam hidup dan mati manusia sesuai
ketetapan takdir Allah SWT yang telah ditentukan jauh sebelum seseorang
dilahirkan, yang telah di tuliskan Allah di Lauhul Maufud lengkap dengan
waktu dan sebab kematiannya.

Anda mungkin juga menyukai