Anda di halaman 1dari 17

PANDANGAN AGAMA ISLAM

TERHADAP EUTHANASIA

LILA LUSIANA
ROHIMIAH
Pengertian Euthanasia
• Euthanasia berasal dari bahasa Yunani dari kata “eu”
yang berarti baik dan “thanatos” yang berarti
kematian.
• Dalam bahasa Arab euthanasia dikenal dengan istilah
qatlu ar-rahma atau taysir al-maut.
• Sedangkan menurut istilah kedokteran euthanasia
berarti tindakan agar kesakitan atau penderitaan yang
dialami oleh seseorang yang akan meninggal
diperingan. Hal ini juga berarti mempercepat kematian
seseorang yang ada dalam kesakitan hebat karena
penyakitnya saat menjelang kematiannya.
Sejarah Euthanasia
• Euthanasia pertama kali dipopulerkan
oleh Hipokrates dalam manuskripnya
yang berjudul sumpah Hipokrates yang
ditulis pada tahun 400 – 300 SM. Dalam
manuskrip itu Hipokrates mengatakan
“Saya tidak akan menyarankan dan atau
memberikan obat yang mematikan
kepada seseorang meski telah
dimintakan untuk itu. Dari dokumen
tertua tentang euthanasia tersebut
dapat dikatakan bahwa Hipokrates
menolak adanya praktek euthanasia.
• Pada tahun 1939, pasukan NAZI Jerman melakukan
suatu tindakan kontroversial dalam suatu “program”
euthanasia terhadap anak usia 3 tahun yang enderita
keterbelakangan mental, cacat tubuh, ataupun gngguan
lainnya yang menjadikan hidup mereka tidak berguna.
Program ini dikenal dengan nama Aksi T4 (Action T4)
yang kelak diberlakukan juga terhadap anak – anak usia
diatas 3 tahun dan para lansia. Setelah dunia
mengetahui kekejaman NAZI tersebut, pada era 1940 –
1950 maka berkuranglah dukungan terhadap euthanasia
terlebih lagi terhadap tindakan euthanasia yang
dilakukan secara tidak sukarela ataupun karena
disebabkan cacat genetika.
Faktor-Faktor Penyebab Euthanasia
Rasa sakit yang tidak tertahankan
Ketidakmampuan dalam pembiayaan
pengobatan
Keadaan seseorang yang tidak berbeda
dengan orang mati
Klasifikasi Euthanasia
Voluntary euthanasia (yang membuat keputusan
adalah pasien sendiri)
Invontulary euthanasia (yang membuat
keputusan adlaah orang lain)
Euthanasia aktif (secara sengaja dilakukan dokter
atau tenaga kesehatan lain untuk memperpendek
dan mengakhiri hidup pasien)
Euthanasia pasif(secara sengaja tidak lagi
memberikan bantuan medis yang dapat
memperpanjang hidup pasien)
Euthanasia Dalam Ilmu Kesehatan
• Dalam bidang kedokteran, euthanasia merupakan
sebuah dilema yang menempatkan seorang
dokter dalam posisi yang serba sulit. Euthanasia
berarti kematian yang membahagiakan atau mati
cepat tanpa derita. Dalam perkembangannya
pengertian ini berkembang menjadi pembunuhan
atau pengakhiran hidup karena belas kasihan
(mercy killing) dan membiarkan seseorang untuk
mati secara menyenangkan (mercy death).
• menurut Sumpah Dokter maupun Etika Kedokteran,
euthanasia tidak diperbolehkan untuk dilakukan. Dalam
pasal 9, bab II (1969)Kode Etik Kedokteran Indonesia
tentang kewajiban dokter kepada pasien, disebutkan bahwa
seorang dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban
melindungi hidup makhluk insani. Ini berarti bahwa menurut
kode etik kedokteran, dokter tidak diperbolehkan mengakhiri
hidup seorang yang sakit meskipun menurut pengetahuan
dan pengalaman tidak akan sembuh lagi.
Tetapi apabila pasien sudah dipastikan mengalami kematian
batang otak atau kehilangan fungsi otaknya sama sekali, maka
pasien tersebut secara keseluruhan telah mati walaupun
jantungnya masih berdenyut. Penghentian tindakan terapeutik
harus diputuskan oleh dokter yang berpengalaman, selain harus
pula dipertimbangkan keinginan pasien, kelurga pasien, dan
kualitas hidup terbaik yang diharapkan. Dengan demikian, dasar
etik moral untuk melakukan euthanasia adalah memperpendek
atau mengakhiri penderitaan pasien dan bukan mengakhiri hidup
pasien.
Euthanasia Dalam Agama Islam
Syariah Islam merupakan syariah sempurna yang mampu
mengatasi segala persoalan di segala waktu dan tempat.
Berikut ini solusi syariah terhadap euthanasia, baik
euthanasia aktif maupun euthanasia pasif.
• Euthanasia Aktif
Syariah Islam mengharamkan euthanasia aktif, karena
termasuk dalam kategori pembunuhan sengaja (al-qatlu
al-‘amad), walaupun niatnya baik yaitu untuk
meringankan penderitaan pasien. Hukumnya tetap
haram, walaupun atas permintaan pasien sendiri atau
keluarganya.
Misalnya firman Allah SWT :
...‫ و ال تقتلوا النفس التي حرم هللا إال بالحق‬......
)151:‫(األنعام‬.‫اآلية‬
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang
diharamkan Allah (untuk membunuhnya)
melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.”
(QS Al-An’aam : 151)
• Euthanasia pasif
• Adapun hukum euthanasia pasif, sebenarnya
faktanya termasuk dalam praktik
menghentikan pengobatan. Tindakan tersebut
dilakukan berdasarkan keyakinan dokter
bahwa pengobatan yag dilakukan tidak ada
gunanya lagi dan tidak memberikan harapan
sembuh kepada pasien. Karena itu, dokter
menghentikan pengobatan kepada pasien,
misalnya dengan cara menghentikan alat
pernapasan buatan dari tubuh pasien.
hukum euthanasia pasif dalam arti menghentikan
pengobatan dengan mencabut alat-alat bantu pada
pasien –setelah matinya/rusaknya organ otak—
hukumnya boleh dan tidak haram bagi dokter. Jadi
setelah mencabut alat-alat tersebut dari tubuh
pasien, dokter tidak dapat dapat dikatakan berdosa
dan tidak dapat dimintai tanggung jawab mengenai
tindakannya itu.
Namun untuk bebasnya tanggung jawab dokter,
disyaratkan adanya izin dari pasien, walinya, atau
washi-nya (washi adalah orang yang ditunjuk untuk
mengawasi dan mengurus pasien). Jika pasien tidak
mempunyai wali, atau washi, maka wajib diperlukan
izin dari pihak penguasa (Al-Hakim/Ulil Amri).
Contoh Kasus Euthanasia
• Kasus Hasan Kusuma – Indonesia
• Sebuah permohonan untuk melaksanakan euthanasia pada
tanggal 22 Oktober 2004 telah diajukan oleh Hasan Kusuma
karena tidak tega melihat istrinya bernama Agian Isna
Nauli, 33 th tergolek koma selama 2 bulan disamping itu
ketidakmampuan untuk menanggung beban biaya
perawatan merupakan suatu alasan pula. Permhonan
tersebut diajukan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Kasus
ini adalah contoh euthanasia di luar keinginan pasien.
Permohonan ini ditolak oleh Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat dan setelah menjalani perawatan intensif maka
kondisi terakhir pasien ( 7 Januari 2005) telah mengalami
kemajuan dalam kesehatannya.
Kesimpulan
• euthanasia adalah perbuatan yang tidak boleh
dilakukan manusia karena sejatinya setiap
kehidupan adalah ciptaan Allah, dan hanya Allah
yang berhak untuk mengambilnya kapan saja.
Kita sebagai sesama manusia hanya
berkewajiaban untuk menolong sesama manusia
yang membutuhkan pertolongan dan mendoakan
yang terbaik bagi mereka dan memberikan
dukungan moral bagi pasien dan keluarganya.
Namun, bila pasien sudah dalam keadaan terminal dengan
kerusakan batang otak (irreversible), habisnya biaya untuk
pengobatan pasien, serta hasil konsultasi dengan dokter-
dokter yang berpengalaman maka tindakan euthanasia
pasif (dengan melepaskan perlatan medis yang menopang
kelangsungan hidup pasien) boleh dilakukan dengan
catatan persetujuan pihak keluarga dan adanya perjanjian
tertulis bahwa keluarga tidak akan menuntut dokter bila
terjadi kematian.
TERIMA KASIH

SEMOGA BERMANFAAT, AMIN 

Anda mungkin juga menyukai