Anda di halaman 1dari 14

Pandangan agama tentang

Pembinaan Keluarga

Disusun oleh :
Feriayu vitaria
Ilmi Maulida
Lila Lusiana
Pandangan Agama Islam
tentang bayi baru lahir

Bayi merupakan anugrah terindah


yang di berikan Allah kepada
sepasang suami istri, dengan
kehadiran bayi di sekeliling mereka
menghadirkan kebahagiaan kluarga,
selain itu bayi merupakan amanah
dari Allah dan harus dijaga dan
dibina agar kelak menjadi anak yang
sholeh, pejuang umat, dan
meneruskan jejak kaki rasulullah
SAW. Oleh karena itu kehadiran
bayi harus di sambut oleh pihak
kluarga,
Hal yang perlu dilakukan
pada bayi baru lahir

Adzan dan iqomah,


mentahnik,
potong rambut,
aqiqah
pemberian nama
Pandangan Agama Islam tentang
Gizi dan Makanan

• “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
bumi, dan jangan lah kamu mengikuti langkah-langkah setan ; karena
sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagimu.” (Al baqarah : 168).

• Ayat ini merupakan seruan kepada manusia


untuk menkonsumsi makanan yang halalan thayyiban.
Halal dalam pandangan Islam sebagaimana dinaskan
dalam Al-Quran, sedangkan makanan yang
thayyiban atau yang baik adalah makanan yang
mengandung unsur-unsur yang diperlukan tubuh.
Lanjutan.....
• kebutuhan gizi atau makanan u/ yang menderita sakit akan berbeda kabutuhan gizinya dengan orang
sehat. Sebagai contoh, daging yang mengandung banyak vitamin dan lemak akan menjadi
berbayahaya jika dikonsumsi mereka yang menderita darah tinggi. Begitu juga dengan gula yang
menjdai sumber energi akan berbahaya jika dikonsumsi berlebihan oleh penderita diabetes.
Makanan yang baik dalam istilah agama thayyiban selain baik bagi dari sudut pamenuhan kebutuhan
gizi sesuai dengan kecukupan kebutuhan gizi juga mengandung arti makanan yang diolah secara baik
dengan media baik serta dengan bahan campuran yang baik.

• Di Indonesia lembaga yang menangani tentang kehalalan segala


produk adalah MUI, makan dalam membeli produk termasuk
makanan kita harus cermat dalam melihat labelisasi halal
dari MUI dan label POM Dinas Kesehatan.
Unsur yang harus diperhatikan dalam memilih atau meneliti kehalalan
dan thayyiban sebuah produk yang akan kita konsumsi :

1. Kehalalan suatu makanan telah dinaskan dalam Al-Quran. Surat Al Maidah ayat 3
yang artinya :
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang
disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk,
dan yang diterkam binatang buas, kecuali sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan
begimu ) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan
anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-
orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu
takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk
agamamu, dan telah Kucukupkan kapadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridai Islam itu jadi
agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
makanan yang diharamkan
secara syariat antara lain :
Bangkai
Darah
Daging babi
Sembelihan untuk selain Allah
Hewan yang diterkam binatang buas
Binatang buas yang bertaring
Binatang yang berkuku tajam
Al-Jallalah
2. Proses pengolahan/pembuatan (penyembelihan, cara mengolah,
media yang digunakan, cara pembuatan)

kita patut mengetahui unsur-unsur lain dalam makanan yang


hendak dikonsumsi apakah tercampur dengan unsur lain dalam
makanan yang hendak dikonsumsi, apakah tercampur dengan unsur
yang diharamkan, apakah makanan yang kita konsumsi sesuai dg
syariat agama islam,
Jadi dalam penyembelihan binatang perlu juga diperhatikan
apakah bahan makanan yang akan diolah itu masih layak dikonsumsi
atau masih layak menjadi bahan pembuatan makanan, jangan sampai
bahan dasar yang hendak dijadikan bahan makanan adalah bahan yang
sudah rusak, busuk ataupun yang kadaluarsa.
Lanjutan.......

3. Bersih dan bebasnya suatu produk dari bahan yang


berbahaya bagi tubuh, karena makanan thayyib dapat
diartikan sebagai makanan yang mengandung zat yang
dibutuhkan tubuh dan tidak mengandung zat ayng
membahayakan tubuh dan pikiran.
Pandangan Agama Islam tentang Pendidikan
dalam Keluarga

1. Konsep pendidikan dalam keluarga menurut Islam

Dalam ajaran Islam, anak merupakan amanah Allah


yang harus dipertanggungjawabkan. Dlaam ruang lingkup
keluarga, orang tua bertanggung jawab terhadap
pertumbuhan, perkembangan dan kesempurnaan pribadi
anak menuju kematangannya. Secara umum, inti dari
tanggung jawab itu adalah penyelenggaraan pendidikan bagi
anak-anak di dalam rumah tangga.

Seperti hadist nabi yang artinya : “Ajarkanlah


kebaikan kepada anak-anak kamu dan keluarga kamu dan
didiklah mereka. (H.R. Abdur Razaq dan said bin Mansur).
Hadits di atas menunjukkan bahwa Islam senagat
memperhatikan pendidikan anak dalam keluarga
Lanjutan....

2. Orang tua sebagai central teacher dalam keluarga


Di dalam keluarga, orang tua berperan sebagai pendidik yang
utama bagi anak-anaknya. Idealnya orang tua diharapkan dapat
membimbing, mendidik, melatih dan mengajar anak dalam masalah-
masalah yanga menyangkut pembentukan kepribadian dan kegiatan
belajar anak.
Pendidikan dalam keluarga adalah upaya pembinaan yang dilakukan
orang tua terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembanga
sebagaimana mestinya. Seluruh potensi anak dapat berkembang, yaitu
jasmani, akal dan rohani.
Lanjutan.....
3. Pembinaan pendidikan agama terhadap anak dalam keluarga

tujuan utama pembinaan pendidikan agama dalam keluarga adalah


penanaman iman dan akhlaq terhadap diri anak.
Pembentukan kepribadian anak sangat erat kaitannya dengan pembinaan iman
dan akhlak yang ditanamkan melalui pendidikan agama.
Secara umum, pakar-pakar kejiwaan
berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu
mekanisme yang mengendalikan dan mengarahkan
sikap dan prilaku seseorang. Keperibadian
terbentuk melalui semua pengamalan dan nilai-nilai
yang diserap dalam pertumbuhannya, terutama
pada tahun-tahun pertama umurnya
Menurut al-Qurasyi ada tiga
tugas keluarga (orang tua):

Keluarga bertanggung jawab menyelamatkan faktor-faktor ketenangan,


cinta kasih, serta kedamaian dalam rumah, dan menghilangkan segala
macam kekerasan, kebencian dan antagonisme.
Keluarga harus mengawasi proses-proses pendidikan.
Keluarga harus memberikan porsi yang besar pada pendidikan akhlak,
emosi serta agama anak-anak di sepanjang tingkat usia yang berbeda-
beda.

Anda mungkin juga menyukai