Anda di halaman 1dari 14

Euthanasia

Kelompok 3
Abya Salma Sajida C2014201015
Adela Nurfadhilah C2014201025
Aldy Gusdyan C2014201116
Amalia Insani Putri C2014201014
Andika Pratama H C2014201038
Apip Ripki P C2014201012
Elsya Laura C2014201031
Ertin Istiansyah O C2014201026
Euis Juariah C2014201007
Gema Adha F C2014201002
Sarah Padilah C2014201020
Abstrak
Eutanasia adalah suatu upaya untuk mengakhiri hidup seseorang ketika dia
menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Euthanasia (permintaan untuk mati)
merupakan fenomena baru di dunia Hukum Pidana. Dikatakan demikian karena dalam
jaman dahulu (kuno) belum ada fenomena semacam ini. Ini muncul karena
berkembangnya faham individualism atau liberalisme yang melanda dunia barat. Akibat
dari perkembangan itu muncul hak-hak seseorang yang harus dilindungi, termasuk hak
untuk mati (euthanasia). Di Indonesia, euthanasia tidak dapat Dilakukan dan merupakan
perbuatan yang ilegal. Baik dalam hukum positif maupun dalam kode etik kedokteran
diatur bahwa melakukan euthanasia tidaklah diperbolehkan. Bila dikaji dalam perspektif
Hukum Islam, diatur bahwa euthanasia aktif adalah perbuatan yang diharamkan dan
diancam oleh Allah SWT dengan hukuman neraka bagi yang melakukannya.
Judul jurnal 1 : Euthanasia Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Yang Berlaku Di
Indonesia
Penulis : Bambang Ali Kusumo
Hasil telaah jurnal :
Introduction : Euthanasia (permintaan untuk mati) merupakan fenomena baru di dunia hukum pidana.
Muncul karena berkembangnya faham individualisme atau liberalism yang melanda dunia barat.
Akibat dari perkembangan itu muncul hak-hak seseorang yang harus dilindungi termasuk hak
untuk mati (euthanasia). Di Indonesia kasus euthanasia masih sulit dilakukan atau dibolehkan,
berbeda dengan luar negri. Di belanda kasus euthanasia sudah diperbolehkan dan diijinkan.
Methode : Penelitian hukum dengan konsep yuridis normative yang mendasar pada data sekundair yang
terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekundair. Terdiri dari undang-undang, risalah
dalam perundang-undanga, dan putusan-putusan hakim. Bahan hukum sekundair terdiri dari buku-
buku, pendapat para ahli, dan hasil penelitian atau jurnal.
Result : Euthanasia terdapat dalam surat QS An-Nisa ayat 92 dinyatakan bahwa “dan tidak layak bagi seorang mukmin
membunuh seorang mukmin (yang lain) kecuali karena tersalah (tidak disengaja)”. Euthanasia dibahas secara jelas
seperti didalam hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Annas RA yang artinya bahwa Rasulullah
bersabda “janganlah tiap-tiap orang dari kamu meminta-minta mati, karena kesukaran yang menimpanya. Jika memang
sangat perlu dia berbuat demikian, maka ucapkanlah doa sebagai berikut : “Ya Allah panjangkanlah umurku, kalau
memang hidup adalah lebih baik bagiku, dan matikanlah aku apabila mati lebih baik bagiku”.
Discussion : Dari ayat Al-Quran dan Al-Hadits membahas bahwa Euthanasia itu dilarang. Dan lebih dipertegas lagi oleh Majelis
Ulama Indonesia (MUI) dengan fatwanya yang “mengharamkan dilakukannya Tindakan Euthanasia” baik dalam
keadaan aktif maupun pasif. Dan bila dilakukan maka termasuk kategori pembunuhan atau menghilangkan nyawa orang
lain. Masalah hidup dan mati itu adalah hak dari tuhan. Menurut pendapat KH. AR. Fachruddin (mantan pimpinan
Muhammadiyah) mengatakan bahwa Euthanasia sepertinya mencerminkan keputusasaan. Ini merupakan hal yang tidak
disukai oleh Allah swt. Yang tertera dalam Al-Quran surat Yusuf ayat 87 bahwa “janganlah kamu putus asa dari
pertolongan Allah swt. Tidak berputus asa dari pertolongan Allah kecuali orang kafir dan fasik.
Judul jurnal 2 : Euthanasia Dalam Pandangan Etika Secara Agama Islam, Medis Dan Aspek Yuridis

Penulis : Indrie Prihastuti

Hasil telaah jurnal :


Introduction : Permasalahan euthanasia sudah ada sejak kalangan Kesehatan menghadapi penyakit yang
tak tersembuhkan, sementara pasien sudah dalam keadaan sekarat dan menyiksa. Dalam
situasi demikian, tidak jarang pasien memohon agar dibebaskan dari penderitaan ini dan
tidak ingin hidupnya diperpanjang lagi atau dilain keadaan pada pasien yang sudah tidak ada
kesadaran, keluarganya meminta kepada dokter atau perawat untuk tidak meneruskan
pengobatan atau memberikan obat yang mempercepat kematian. Di Amerika Serikat,
euthanasia sudah mulai diterapkan berdasarkan putusan pengadilan yang membebaskan
pelakunya dari konsekwensi hukum. Bahkan di Belanda telah dikeluarkan undang-undang
yang melegalisasi euthanasia dalam kondisi apapun.
Methode : Metode yang digunakan dalam pengumpula data ini adalah metode (library research) melalui
penelaahan berbagai sumber ilmiah dalam bentuk buku-buku, literature-literature dan artikel
ilmiah yang sesuai dengan kajian yang dibahas dalam artikel.
Result : Dalam hukum islam belum ada kejelasan atau ketidakpastian dalam menentukan apakah euthanasia
termasuk jarimah (dosa) atau bukan. Namun, euthanasia aktif hanya dilakukan berdasarkan inisiatif
dokter sendiri tanpa adanya persetujuan pasien termasuk pembunuhan dan pelaku dimungkinkan
untuk dihukum sesuai dengan hukum jarimah yang ada. Pendapat tersebut didasarkan atas
pertimbangan karena hal tersebut telah memenuhi syarat untuk dilaksanakannya Qishash
(pemberian hukuman), antara lain pembunuh adalah olah baligh, sehat dan berakal ; adanya
kesengajaan membunuh yang dilakukan secara langsung.

Discussion : Kehidupan dan kematian hanyalah Allah yang berhak menentukan. Penderitaaan yang dialami
manusia apapun bentuk nya, tidak dibenarkan seorangpun mernggut kehidupan orang yang
menderita tersebut khususnya melalui praktik euthanasia. Islam menganjurkan untuk selalu bersabar
dan berprasangka baik serta mendekatkan diri kepada Allah swt. Dalam menghadapi ujian termasuk
penyakit. Adapun ulama yang berpendapat bahwa penyakit yang menular dan membahayakan orang
lain jika dibiarkan hidup hendaknya dilakukan alternatif Tindakan lain selain Tindakan euthanasia
seperti misalnya mengisolasi penderita.
Judul jurnal 3 : Implementasi Euthanasia Dalam Perspektif Ulama Dan Hak Asasi Manusia

Penulis : Sri Warjiyati


Hasil telaah jurnal :
Introduction : Euthanasia merupakan suatu persoalan yang cukup dilematik baik dikalangan dokter, praktisi
hukum, maupun kalangan agamawan. Patut menjadi catatan, bahwa secara yuridis formal dalam bentuk hukum
pidana positif di Indonesia hanya dikenal 2 bentuk euthanasia, yaitu euthanasia yang dilakukan atas permintaan
pasien atau korban itu sendiri dan euthanasia yang dilakukan dengan sengaja melakukan pembiaran terhadap
pasien/korban secara ekslisit diatur dalam pasal 344 dan 304 KUHP. Pasal tersebut secara tegas menyatakan :
“barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang jelas dinyatakan dengan
kesungguhan hati diancam dengan pidana penjara paling lama 12 tahun”.

Methode : Penelitian ini merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan maupun
teknologi. Dan penelitian yang dilakukan ini termasuk kedalam lingkup penelitian pada disiplin ilmu hukum,
dimana suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin hukum guna
menjawab isu hukum yang dihadapi.
Result : Meskipun dalam hukum islam belum ada kejelasan atau ketidakpastian dalam menentukan apakah euthanasia
termasuk jarimah atau bukan. Namun, dalam hal euthanasia aktif yang dilakukan hanya berdasar inisiatif
dokter sendiri tanpa ada persetujuan dari pasien, merupakan pembunuhan dan pelaku dimungkinkan untuk
dihukum sesuai dengan hukum jarimah yang ada. Pendapat demikian didasarkan atas pertimbangan karena
perbuatan itu telah memenuhi syarat-syarat untuk dapat dilaksanakan dalam qishash (pemberian hukuman),
antara lain : pembunuh adalah orang yang baligh, sehat, dan berakal ; ada kesengajaan membunuh ; ikhtiyar
(bebas dari paksaan) ; pembunuh bukan anggota keluarga korban ; dan jarimah dilakukan secara langsung.

Discussion : Sehingga konsep euthanasia yang dirumuskan para ahli, sebenarnya ditemukan pula larangannya dalam
Al-Quran dan Hadits. Misalnya dalam Al-Quran pada QS Al-An’am ayat 151 : “dan janganlah kamu
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melaikan dengan sesuatu sebab yang benar”.
Adapun ulama yang berpendapat bahwa penderita yang berpenyakit menular dan membahayakan orang lain
jika dibiarkan hidup, hendaknya dilakukan alternatif Tindakan lain selain euthanasia. Salah satunya adalah
dengan mengisolasi penderita tersebut agar tidak berinteraksi dengan orang lain selama pengobatannya. Jika
memang dokter menyatakan pasien tidak dapat disembuhkan dengan cara apapun, hendaknya diserahkan
kembali kepada keluarganya bukan dengan mengakhiri hidupnya
“Euthanasia adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang untuk
mati dengan tenang atas permintaannya sendiri. Pengertian ini
kemudian diperluas dan euthanasia diartikan sebagai “mengakhiri
hidup manusia secara tanpa sakit dengan tujuan menghentikan
penderitaan fisik yang berat dan sebagai cara menangani korban-
korban yang mengalami sakit yang tidak mungkin disembuhkan lagi ”

—Definisi Euthanasia
Euthanasia ditinjau dari sudut korban

Euthanasia sukarela (Voluntary


Euthanasia)

Euthanasia diandaikan (Non


Euthanasia Voluntary Euthanasia)

Euthanasia dipaksakan
(Involuntary Euthanasia)
Euthanasia Dalam Pandangan Islam
Kehidupan dan kematian hanyalah Allah yang berhak menentukan.
Islam menganjurkan untuk selalu bersabar dan berprasangka baik serta
mendekatkan diri kepada Allah SWT dalam menghadapi ujian kehidupan
termasuk penyakit. Nabi SAW bersabda “Jika seseorang dicintai Allah maka
ia akan dihadapkan kepada cobaan yang beragam”. Jika manusia berputus
asa dalam menghadapi penderitaan, maka Allah menjanjikan jalan
keluarnya dalam QS Az Zumar ayat 53 : “Hai hamba-hamba-Ku yang
melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus
asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”.
Meskipun di dalam hukum Islam belum ada kejelasan atau ketidakpastian dalam
menentukan apakah euthanasia termasuk jarimah (dosa) atau bukan. Namun dalam hal
euthanasia aktif yang dilakukan hanya berdasar inisiatif dokter sendiri tanpa adanya
persetujuan dari pasien, merupakan pembunuhan dan pelaku dimungkinkan untuk
dihukum sesuai dengan hukum jarimah yang ada. Pendapat demikian didasarkan atas
pertimbangan karena perbuatan itu telah memenuhi syarat-syarat untuk dapat
dilaksanakan dalam qishash (pemberian hukuman), antara lain: Pembunuh adalah
orang yang baligh ,sehat, dan berakal; ada kesengajaan membunuh; Ikhtiyar (bebas dari
paksaan); pembunuh bukan anggota keluarga korban; dan jarimah dilakukan secara
langsung.
Kesimpulan

“Didalam Islam secara tegas melarang adanya euthanasia yang bersifat aktif.
Namun, ada yang memperbolehkan Tindakan Euthanasia dilakukan yang mendasar
pada pengobatan. Sedangkan yang menentang atau melarang mendasar pada
firman Allah swt. pada Al-Quran yang memerintahkan “bahwasanya manusia harus
bersabar atas penyakit atau ujian yang menimpanya, karena hal tersebut
merupakan tanda kasih saying Allah swt. Terhadap umatnya”.”
TERIMAKASI
H
CREDITS: This presentation template was created
by Slidesgo, and includes icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai