Anda di halaman 1dari 16

EUTHANASIA

Nassya Allamal Ilma


119170124
EUTHANASIA
Mitos dalam bahasa Indonesia Euthanasia berasal dari
bahasa Yunani yaitu euthanatos (eu=baik, thanatos=mati).
Euthanasia adalah bantuan yang diberikan kepada
seseorang untuk mati dengan tenang atas permintaannya
sendiri. Pengertian ini kemudian diperluas dan euthanasia
diartikan sebagai “mengakhiri hidup manusia secara tanpa
sakit dengan tujuan menghentikan penderitaan fisik yang
berat dan sebagai cara menangani korban-korban yang
mengalami sakit yang tidak mungkin disembuhkan lagi”.
Artinya tindakan euthanasia bersifat kesengajaan, baik
dengan tindakan aktif ataupun pasif,
DARI SUDUT PELAKU TERDIRI ATAS :
1. Euthanasia Pasif (Euthanasia Indirect), adalah
euthanasia yang dilakukan dengan membiarkan
seseorang untuk meninggal dengan cara menghentikan
atau tidak memberikan perawatan yang dapat
memperpanjang hidupnya,
2. Euthanasia aktif (Mercy Killing), adalah euthanasia
yang dilakukan dengan melakukan suatu tindakan secara
sengaja dimana telah disadari bahwa tindakan tersebut
akan mengakibatkan kematian seseorang.
Euthanasia aktif umumnya tidak dapat diterima secara
etik. Demikian pula pada umumnya hukum negara-
negara di dunia tidak menyetujui tindakan euthanasia
aktif karena dianggap sebagai pembunuhan, kecuali
beberapa negara seperti Belanda, Belgia, Swis dan satu
negara bagian di Amerika Serikat. The World Medical
Association dalam statement-nya pada tahun 1997
menyatakan bahwa euthanasia aktif adalah tindakan tidak
etis, tetapi tidak melarang dokter menghormati
permintaan pasien yang menginginkan menjalani proses
kematian yang alami pada saat ia menghadapi sakitnya
yang berada pada fase terminal.
DARI SUDUT KORBAN TERDAPAT 3
BENTUK :
1. Euthanasia sukarela (Voluntary Euthanasia), merupakan kematian yang
diminta seseorang secara sukarela. Permintaan tersebut biasanya timbul
karena korban menderita penyakit yang menimbulkan nyeri tak
tertahankan dan penyakit itu sendiri tidak dapat disembuhkan. Mereka
tidak dapat bunuh diri sehingga meminta kepada seseorang untuk
mengakhiri hidupnya,
2. Euthanasia diandaikan (Non Voluntary Euthanasia), merupakan kematian
yang tidak diminta secara tegas oleh korban. Dalam hal ini, korban
dianggap atau diandaikan akan memilih atau meminta mati jika ia dapat
menyatakan keinginannya,
3. Euthanasia dipaksakan (Involuntary Euthanasia), merupakan
pembunuhan yang dilakukan terhadap pasien yang dalam kondisi sadar
untuk menentukan kemauannya, tetapi pembunuhan tersebut dilakukan
tanpa persetujuannya
Euthanasia dalam Hak Asasi Manusiadi
Indonesia
Dalam kaitannya dengan euthanasia dijelaskan bahwa
hak asasi manusia terutama hak untuk hidup murni
dimiliki oleh setiap manusia yang merupakan anugerah
Tuhan Yang Maha Esa, hak tersebut wajib dijunjung
tinggi dan merupakan hak yang paling mendasar yang
dimiliki oleh setiap manusia. Maka, dalam hal ini
hubungan antara hak asasi manusia dan euthanasia
disimpulkan bahwa hak untuk mati bukan bagian dari
hak asasi. Mengakui hak untuk mati (dalam hal ini
euthanasia) berarti sama dengan menghilangkan hak
untuk melangsungkan kehidupannya.
Euthanasia dalam Pandangan Etika
Agama Islam
Konsep euthanasia yang dirumuskan para ahli, sebenarnya ditemukan
pula larangannya dalam Al-Quran dan Hadits. Misalnya dalam Al-
Qur’an pada QS. Al- An’am ayat 151: ”Dan janganlah kamu
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan
dengan sesuatu sebab yang benar”. Membunuh disini dapat diartikan
membunuh dengan cara apapun termasuk membunuh dengan bantuan
orang lain seperti konsep euthanasia aktif.
Jadi hukum Islam dalam menanggapi euthanasia secara umum ini
memberikan suatu konsep bahwa untuk menghindari terjadinya
euthanasia, utamanya euthanasia aktif, umat Islam diharapkan tetap
berpegang teguh pada kepercayaannya yang memandang segala
musibah (termasuk penderita sakit) sebagai ketentuan yang datang
dari Allah SWT.
Euthanasia dalam Kode Etik Kedokteran
1. Prinsip otonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien,
terutama hak otonomi pasien.
2. Prinsip beneficience, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan
yang ditujukan demi kebaikan pasien. Dalam prisnip beneficience tidak
hanya dikenal perbuatan untuk kebaikan saja, tetapi juga perbuatan dengan
sisi baik yang lebih besar daripada sisi buruk.
3. Prinsip non-malficience, yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang
memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini terkenal sebagai primum non
nocere atau “above all do no harm”. Non-malficience ialah suatu prinsip
dimana seorang dokter tidak melakukan perbuatan yang memperburuk
pasien dan memilih pengobatan yang berisiko paling kecil bagi pasien
yang dirawat atau diobati olehnya,
4. Prinsip justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan
keadilan dalam bersikap maupun dalam mendis-tribusikan sumber daya.
Hal lain yang juga harus diperhatikan adalah pada isu
“rule of double effect (RDE)”, yaitu apabila suatu
tindakan untuk memberikan kenyamanan
berdasarkan prinsip beneficence ternyata sekaligus
memiliki risiko terjadinya perburukan nyata sehingga
berlawanan dengan prinsip nonmaleficence. I
LANJUTAN
Berdasarkan kaidah dasar moral tersebut, praktek
euthanasia jelas melanggar kaidah tersebut terutama
kaidah nomor 2. Pasal 11 dalam Kode Etik Kedokteran
Indonesia tahun 2012 menyebutkan, "Setiap dokter
wajib senantiasa mengingat kewajiban dirinya
melindungi hidup makhluk insani". Poin kedua
cakupan pasal 11 menyebutkan bahwa seorang dokter
dilarang terlibat atau melibatkan diri ke dalam
abortus, eutanasia, maupun hukuman mati yang tidak
dapat dipertanggungjawabkan moralitasnya.
Euthanasia ditinjau dari Aspek Yuridis
Indonesia
Pasal 304 KUHP : Barang siapa dengan sengaja
menempatkan atau membiarkan seorang dalam keadaan
sengsara” padahal menurut hukum yang berlaku baginya
atau karena persetujuan dia wajib memberi kehidupan,
perawatan atau pemeliharaan kepada orang itu, diancam
dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima
ratus rupiah”
Pasal 344 KUHP : Barang siapa menghilangkan jiwa orang
lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutnya
dengan nyata dan dengan sungguh-sungguh, dihukum
penjara selama-lamanya dua belas tahun.
Setelah melihat kedua pasal, sudah pasti Euthanasia
dilarang di Indonesia dalam bentuk apapun dan
dengan alasan apapun pembunuhan dengan sengaja
membiarkan sengsara dan atas permintaan korban
sekalipun tetap diancam pidana bagi pelakunya.
Dengan demikian, dalam konteks hukum positif di
Indonesia euthanasia tetap dianggap sebagai
perbuatan yang dilarang.
Kesimpulan
Euthanasia merupakan suatu dilema etik dan moral
dalam kode etik para ahli kesehatan karena
dihadapkan dengan pilihan sulit antara menuruti atau
tidak menuruti permintaan dari pihak
pasien/keluarganya secara langsung dan tidak
langsung. Euthanasia pasif secara etis masih dapat
diterima dengan beberapa pertimbangan, namun
euthanasia aktif ditentang untuk dilakukan atas dasar
etika, moral maupun legal.
DAFTAR PUSTAKA
1. SURYADI TAUFIK,DKK. ASPEK ETIKA DAN LEGAL EUTHANASIA. Jurnal
Kedokteran Syiah Kuala ISSN: 1412-1026 Volume 18, Number 3, Desember
2018
2. A.A.I. Damar Permata Hati, DKK. TINJAUAN YURIDIS TERKAIT
PERMOHONAN SUNTIK MATI (EUTHANASIA) DITINJAU DARI KITAB
UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA. e-Journal Komunitas Yustisia
Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Ilmu Hukum (Volume 2 No. 2
Tahun 2019)
3. Indrie Prihastuti. Euthanasia dalam Pandangan Etika secara Agama Islam,
Medis dan Aspek Yuridis di Indonesia. Jurnal Filsafat Indonesia, Vol 1 No 2
2018
4. Sri WarjiyatI. IMPLEMENTASI EUTHANASIA DALAM PERSPEKTIF
ULAMA DAN HAK ASASI MANUSIA. al-Jinâyah: Jurnal Hukum
PidanaIslamVol. 6, No. 1,Juni 2020
TERIA KASIH

Anda mungkin juga menyukai