PEMBAHASAN
A. Euthanasia
Euthanasia atau suntik mati adalah salah satu tindakan medis yang bertujuan dalam menghilangkan nyawa
seseorang. Umumnya, hal ini dilakukan untuk menghilangkan penderitaan seseorang, termasuk saat disebabkan
oleh penyakit yang sudah tidak bisa diobati. Maka menurut pengertian umum sekarang ini, Euthanasia dapat
diterangkan sebagai pembunuhan yang sistematis karena kehidupan penderita yang dianggap sebagai suatu
kesengsaraan bagi penderita. Jadi, dianggap bahwa kematian diatas dasar pilihan rasional seseorang yang dapat
dianggap meringankan beban penderita atau malah menghilangkan nyawa penderita tanpa persetujuan dari
penderita itu sendiri. Berikut adalah berbagai pengertian dari sudut pandang pihak-pihak tertentu.
a. Secara Etimologis
Euthanasia berasal dari kata yunani eu (baik) dan Thanamos (kematian). Secara etimologi, euthanasia
diartikan sebagai mati dengan baik, mati bahagia, mati senang, mati tenang, mati damai, mati tanpa
penderitaan. Euthanasia dipahami sebagai suatu tindakan yang dilakukan seseorang untuk membantu
orang lain mengakhiri hidupnya dengan sengaja, semata-mata untuk kepentingan dan keuntungan orang
tersebut. Entah atas permintaan yang bersangkutan maupun atas permintaan wali/keluarganya. Euthanasia
diartikan juga sebagai tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk mengakhiri hidup seseorang atas
permintaannya sendiri. Atau juga diartikan sebagai bantuan yang diberikan kepada seseorang untuk mati
dengan tenang atas permintaannya sendiri.
b. Menurut Para Ahli
Ada beberapa pengertian Euthanasia yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Diantaranya sebagai berikut:
1. Philo. Euthanasia berarti mati dengan tenang dan baik.
2. Suetonis. Penulis Romawi dalam bukunya yang berjudul “Vita Ceasarum” mengatakan bahwa
Euthanasia berarti “mati cepat tanpa derita”.
3. Djoko Prakoso dan Djaman Andhi Nirwanto. Euthanasia adalah suatu kematian yang terjadi dengan
pertolongan atau tidak dengan pertolongan dokter.
c. Menurut Ilmu Kedokteran
Menurut ilmu kedokteran adalah :
1. Berpindahnya ke alam baka dengan tenang dan aman tanpa penderitaan, untuk yang beriman dengan
nama Allah dibibir.
2. Ketika hidup berakhir, diringankan penderitaan sisakit dengan memberinya obat penenang.
3. Mengakhiri penderitaan dan hidup seorang sakit dengan sengaja atas permintaan pasien sendiri dan
keluarganya.
1. Sejarah Euthanasia
Dari zaman Yunani kuno sudah dikenal tentang Euthanasia. Pada zaman Yunani Romawi, penekanan
Euthanasia ditekankan pada kehendak manusia untuk melepaskan diri dari penderitaan terutama yang
mengalami penyakit parah. Selain itu, ada kondisi yang memungkinkan untuk terjadinya Euthanasia yaitu
tradisi kurban, alasannya yaitu motivasi pribadi untuk berkurban dan pribadi yang mau memberikan
dirinya untuk sesamanya. Tapi tidak semua pemikir zaman ini sepakat dengan Euthanasia seperti
Pytagoras yang melawan tindakan ini yang berpendapat bahwa hidup manusia mempunyai nilai
keabadian, dan Euthanasia merupakan tindakan yang tidak menanggapi arti hidup manusia. Sama halnya
dengan Aristoteles yang bertentangan dengan gurunya yang bersimpati terhadap Euthanasia dengan
alasan bahwa hidup manusia itu bernilai luhur.
Pada tahun 1920, ada sebuah buku yang sangat populer dengan judul “The Permision to Destroy Life
unworthy of life”. Ditulis oleh seorang psikiatri dari Freiburg bernama Alfredn Hoche dan seorang profesor
hukum dari Universitas Leipsig yang bernama Karl Binding. Mereka berpendapat bahwa tindakan
membantu seseorang yang mengalami kematian adalah masalah etika tingkat tinggi yang membutuhkan
pertimbangan yang tepat, yang merupakan solusi belas kasihan atas masalah penderitaan. Di Inggris pada
tahun 1935, seorang Dokter membentuk The Voluntary Euthanasia Legislation Society, untuk melegalisasi
Euthanasia bersama dengan dokter-dokter terkenal lainnya. Namun, rancangan ini kemudian ditolak oleh
Dewan Lord setelah melalui perdebatan di House Of Lord pada tahun 1936. Di Jerman, kekuasaan Adolf
Hitler memeritahkan untuk melalukan tindakan Mercy killing secara luas yang dikenal dengan “Action T4”
untuk menghapus kehidupan orang yang dianggap tak berarti dalam kehidupan (Life Under Worty of Life).
Di Australia tahun 1995, Australia Northem Territority menyetujui RUU Euthanasia dan berlaku pada
tahun 1996 dan dijatuhkan oleh parlemen Australia pada tahun 1997. Sedangkan di Oregon, negara
bagian AS mengeluarkan Death with Dignity Law satu undang-undang yang memperbolehkan dokter
menolong pasien yang dalam kondisi terminally ill untuk melakukan bunuh diri, sampai pada tahun 1998
sudah ada 100 orang mendapatkan Assisten Suicide. Hal ini terus diperdebatkan di Amerika dan pada
tahun 1998 Oregon melegalisis Asisten Suicide dan itu satu-satunya di negara bagian Amerika yang
melegalkan Euthanasia.
Di Belanda pada tahun 2000 melegalkan Euthanasia Aktif Voluntir ini mendapat berbagai sorotan dari
organisasi anti Euthanasia dan juga dari organisasi pro Euthanasia. Seperti Rita Marker dari ADIWIDIA edisi
Desember 2010 No. 1 “Internasional Againts Euthanasia task force” “apakah sekarang sebuah kejahatan
akan diganti dengan perawatan”, sedangkan Tamara Langley dari The UK voluntary Euthanasia Society
menganggap sebagai suatu perkembangan, orang-orang mengambil keputusan yang mereka buat sendiri.
Ebger dari Cristian union mengatakan bahwa undang undang ini adalah kesalahan sejarah.
Tahun 2002, giliran Belgia melegalisir Euthanasia seperti di Belanda. Di Belgia menetapkan kondisi pasien
yang ingin mengakhiri hidupnya harus dalam keadaan sadar. Saat penyataan itu dibuat dan
menanggulangi permintaan mereka untuk Euthanasia. Sedangkan di Swiss, Euthanasia masih ilegal tetapi
terdapat tiga organisasi yang mengurus permohonan tersebut dan menyediakan konseling dan obat-
obatan yang dapat mempercepat kematian. Di asia Jepang adalah satu-satunya negara yang melegalkan
Euthanasia Voluntir yang disahkan melalui keputusan pengadilan tinggi pada kasus Yamaguchi di tahun
1962. Namun setelah itu, karena faktor budaya yang kuat Euthanasia tidak pernah terjadi lagi di Jepang.
2. Jenis-Jenis Euthanasia
Euthanasia dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, sesuai dari mana sudut pandangnya atau cara
melihatnya.
a. Ditinjau dari cara dilaksanakannya
Berdasarkan cara pelaksanaannya, Euthanasia dapat dibedakan menjadi :
1. Euthanasia pasif
Euthanasia pasif adalah tindakan mempercepat kematian pasien dengan cara menolak
memberikan pertolongan seperti menghentikan atau mencabut segala pengobatan yang
menunjang hidup si pasien. Hal ini sudah jelas, karena seorang pasien yang sedang menjalani
perawatan pastilah didukung oleh obat-obatan sebagai salah satu tindakan medis yang dilakukan
oleh petugas medis atau dokter demi kesembuhan pasien.
Apabila petugas medis/dokter membiarkan pasien meninggal atau pasien menolak untuk
diberikan pertolongan oleh dokter dengan cara menghentikan pemberian obatobatan bagi
pasien, misalnya seperti memberhentikan alat bantu pernapasan (alat respirator) maka secara
otomatis pasien meninggal. Cara yang dilakukan oleh dokter tersebut merupakan euthanasia
pasif.
2. Euthanasia aktif
Euthanasia aktif adalah perbuatan yang dilakukan dengan sengaja secara medis melalui
intervensi atau tindakan aktif oleh seorang petugas medis (dokter), bertujuan untuk mengakhiri
hidup pasien. Euthanasia aktif sengaja dilakukan untuk membuat pasien yang bersangkutan
meninggal, baik dengan cara memberikan obat bertakaran tinggi (over dosis) atau menyuntikkan
obat dengan dosis atau cara lain yang dapat mengakibatkan kematian. Euthanasia aktif dibagi lagi
menjadi euthanasia aktif langsung (direct) dan euthanasia aktif tidak langsung (indirect).
Euthanasia aktif langsung adalah dilakukannya tindakan medik secara terarah yang
diperhitungkan akan mengakhiri hidup pasien atau memperpendek hidup pasien. Jenis
euthanasia ini biasa disebut 12 mercy killing. Contohnya, dokter memberikan suntikan zat yang
dapat segera mematikan pasien. Euthanasia aktif tidak langsung adalah keadaan dimana dokter
atau tenaga medis melakukan tindakan medik tidak secara langsung untuk mengakhiri hidup
pasien, namun mengetahui adanya resiko yang dapat memperpendek atau mengakhiri hidup
pasien. Contohnya, mencabut oksigen atau alat bantu kehidupan lainnya.
b. Ditinjau dari permintaan
Bagi pasien yang harapannya untuk sembuh sangat kecil biasanya mengajukan permintaan kepada
petugas medis untuk mengakhiri hidupnya agar pasien tersebut tidak mengalami penderitaan yang
berkepanjangan. Berdasarkan hal tersebut, maka Euthanasia dapat dibedakan menjadi :
1. Euthanasia voluntir
Euthanasia voluntir adalah euthanasia yang dilakukan oleh petugas medis berdasarkan
permintaan dari pasien sendiri. Permintaan ini dilakukan oleh pasien dalam kondisi sadar dan
berulang-ulang, tanpa tekanan dari siapapun. Dengan kata lain, pasien menginginkan
dilakukannya euthanasia secara sukarela karena berdasarkan permintaannya sendiri dan tanpa
adanya paksaan dari pihak manapun.
2. Euthanasia involuntir
Euthanasia involuntir ini dilakukan oleh petugas medis kepada pasien yang sudah tidak sadar.
Biasanya permintaan untuk dilakukannya euthanasia ini berasal dari pihak ketiga yaitu keluarga
pasien dengan berbagai alasan, antara lain : biaya perawatan yang mahal sehingga tidak bisa
ditanggung lagi oleh keluarga pasien, kasihan terhadap penderitaan pasien, dan beberapa alasan
lainnya. Menurut Leenen terdapat beberapa kasus yang disebut pseudo-euthanasia atau
euthanasia semu, yang tidak dapat dimasukkan pada larangan hukum pidana.
Empat pseudo-euthanasia menurut Leneen adalah:
1) Pengakhiran perawatan medis karena gejala mati batang otak. Jantung masih berdenyut,
peredaran darah dan pernapasan masih berjalan, tetapi tidak ada kesadaran karena otak
seratus persen tidak berfungsi, misalnya akibat kecelakaan berat.
2) Pasien menolak perawatan atau bantuan medis terhadap dirinya.
3) Berakhirnya kehidupan akibat keadaan darurat karena kuasa tidak terlawan (force majure).
4) Penghentian perawatan/pengobatan/bantuan medis yang diketahui tidak ada gunanya
Pandangan iman kristen menempatkan manusia sebagai makhluk yang memiliki kehendak atau pun kebebasan
dalam memilih dan memiliki tujuan dalam kehidupannya serta membutuhkan cara-cara untuk mencapainya.
Dengan demikian diperlukan keputusan-keputusan yang tepat secara etis untuk mencapai tujuan hidup dalam
pilihan kehendak dan kebebasannya.
a) Allah adalah sumber dan pusat dari semua yang baik. Artinya bahwa semua patokan moral tunduk
kepada ketentuanNy (Lukas 18:19)
b) Tanggapan kepada kasih Allah yag telah menyelamatkan kita. Sederhananya, etika adalah buah iman
(Yakobus 2:14-26)
c) Kebaikan Allah dinyatakan melalui Yesus Kristus, maka hidup seorang kristen harus sesuai dengan
teladan Kristus (Matius 11 :25-30)
d) Kasih merupakan ciri dari etika kristen. Sehingga setiap orang wajib untuk mengasihi oranglain dan
khususnya diri sendiri.
e) Semua keputusan etis didasarkan kepada Alkitab (2 Timotius 3 :16).
f) Dipraktikkan dalam komunitas kehidupan persekutuan.
Menjadi pertanyaan adalah, bagaimana etika kristen memandang euthanasia? Setujukah kekristenan dengan
praktik euthanasia? Bagaimana seharusnya seorang kristen menyikapi euthanasia?
Etika kristen adalah suatu etika yang berdasarkan kepada Yesus Kristus mencakup pribadiNya, ajaranNya, dan
juga teladanNya. Hal ini mencakup kepada semua aspek kehidupan manusia, termasuk didalamnya mengenai
hal hidup dan mati manusia. Hidup manusia adalah pemberian dan milik kepunyaan Allah, sehingga manusia
tidak berhak untuk merenggut nyawa orang lain. Selain dari itu, dalam Kejadian 1:26-27, dikatakan bahwa
manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Artinya adalah bahwa manusia diciptakan sebagai citra
Allah, maka manusia tidak boleh ataupun tidak memiliki hak untuk mencampuri proses kematian alamiah.
Sudah sangat jelas dalam keimanan kristen bahwa kehidupan dan kematian adalah milik Allah. Secara tegas
dikatakan dalam Alkitab bahwa Kematian adalah hak Tuhan (Ulangan 32:39; Ayub 1:21; Ibrani 9:27). Juga dalam
kesepuluh hukum, sangat jelas dalam hukumnya mengatakan “jangan membunuh” (Keluaran 20:13). Hal ini
menegaskan bahwa kekristenan tidak menyetujui datau pun mendukung praktik euthanasia, apa pun alasannya.
Salah satu contoh kasus dalam Perjanjian Lama yang hampir menjadi kasus Euthanasia adalah kasus Saul
yang meminta kepada pembawa senjatanya untuk menikamnya. Tetapi pembawa senjatanya tidak mau,
karena segan. Kemudian Saul mengambil pedang itu dan menjatuhkan dirinya ke atasnya (1 Samuel 31:4).
Raja Saul berada pada ambang keputus-asaan dan merasa sudah tidak ada jalan keluar selain mengakhiri
penderitaannya. Euthanasia diminta atau dilakukan karena alasan tidak tahan menderita, baik karena
penyakit (rasa sakit) maupun oleh penghinaan di medan perang (rasa malu). Kasus Saul mirip dengan
kasus Abimelekh (Hakim 9:54); takut disiksa dan dipermalukan adalah alasan melakukan Euthanasia.
Kasus euthanasia adalah kasus kematian yang dipaksakan, dan hal ini masuk dalam kategori
pembunuhan. Dalam Keluaran 20:13, dengan tegas firman Tuhan berkata “Jangan membunuh.” Dengan
demikian, tidak ada alasan moral apapun yang mengijinkan pembunuhan, dan manusia itu sendiri tidak
memiliki hak untuk menentukan kematiannya, karena kematian adalah hak Tuhan (Ulangan 32:39; Ayub
1:21; Ibrani 9:27). Jadi, dalam pedalaman alkitab sekalipun Euthanasia di pandang sebagai pembunuhan
yang di larang di alkitab dan di larang di dalam 10 perintah Allah.
1. Pengertian Perawat
Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, perawat memiliki arti tenaga kesehatan profesional yang
bertugas memberikan perawatan pada klien atau pasien baik berupa aspek biologis, psikologis, sosial, dan
spiritual dengan menggunakan proses keperawatan. Tetapi tugas utama perawat yaitu memberikan
asuhan pada individu, keluarga, dan kelompok dalam keadaan sakit maupun sehat sehingga dapat
mencapai, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari lahir
sampai mati. Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
keseluruhan dari pelayanan kesehatan yang berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, bisa berbentuk
pelayanan bio, psiko, sosial dan spiritual yang menyeluruh.
Dalam praktiknya perawat melewati proses pendekatan. Biasanya keperawatan melakukan beberapa
tahapan dimulai dengan melakukan pengkajian sebagai upaya untuk mengumpulkan data dan informasi
yang akurat, menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan hasil analisis data, merencanakan intervensi
keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul dan membuat langkah pemecahan masalah,
melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ada dan melakukan evaluasi
berdasarkan respons klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
2. Definisi Etika
Istilah etika memiliki banyak variasi pengertian. Khususnya dalam penggunaan secara umum berdasarkan
beberapa tipe pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut persoalan-persoalan etis. Contoh dari pemakaian
istilah dari etika berkenaan dengan pertanyaan etis adalah pertanyaan tentang apa dan bagaimana kita
harus berkelakuan yang berkenaan dengan etika normatif dan moral. Kata etika sendiri berasal dari
beberapa kata dalam bahasa yunani, eqoj (ethos) yang berarti kebiasaan, adat. hqoj (ethos) yang diartikan
sebagai kesusilaan, perasaan batin, kecenderungan batin. Juga kata hqikos (ethikos) yang berarti
kecenderungan hati yang membuat seseorang melakukan perbuatan.
Sedangkan dalam kamus terbaru bahasa Indonesia, etika diartikan sebagai suatu bidang ilmu yang
berkenaan tentang yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral. Hal ini berkenaan dengan suatu
penekanan pembelajaran tentang moral dan tata nilai serta pengambilan keputusan tentang yang baik
ataupun yang buruk. Selain daripada itu, hal akan etika menuntut adanya kesadaran moral dalam tatanan
masyarakat secara luas. Kesadaran tersebut termasuk apa yang dilakukan manusia. Kesadaran inilah yang
disebut sebagai kesadaran etis, yakni kesadaran akan norma-norma yang ada dalam diri manusia.
Berkenaan dengan arti definisi etika secara umum, lebih spesifik dalam etika kristen, Douma memberikan
definisi etika sebagai pertimbangan kelakuan atau tingkah laku yang bertanggungjawab terhadap Allah
dan terhadap sesama[4]. Titik tolak berpikir dalam etika kristen adalah iman kepada Tuhan yang telah
menyatakan diriNya melalui Tuhan Yesus Kristus[5]. Dengan kata lain, etika kristen merupakan tanggapan
akan kasih Allah yang telah menyelamatkan kehidupan kita.
Ir. Dr. Anwar Kurniadi, S.Kp., M.Kep Buku Etika dan Hukum Keperawatan
Jessico Kaeng. 2019. Euthanasia (Pandangan Agama Kristen, Hukum, Dan Masyarakat) diakses
pada tanggal 5 September
https://www.kompasiana.com/siscopetra/5cf3bdfd95760e050f328fbb/euthanasia-
pandangan-agama-kristen-hukum-masyarakat
Titik Haryani. 2022. Pandangan Etika Kristen terhadap Tindakan Eutanasia pada pasien tahap
terminal. Vol 6, No. 1 diakses pada tanggal 5 September
https://www.stttorsina.ac.id/jurnal/index.php/epigraphe/article/view/367
Eutanasia dan kematian dibantu. 2009. Diakses pada tanggal 5 September https://www-bbc-co-
uk.translate.goog/religion/religions/christianity/christianethics/euthanasia_1.shtml?
_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc
Benny Suryadi. 2012. Euthanasia dan Perspektif Iman Kristen diakses pada tanggal 5 September
https://www.scribd.com/doc/97264940/Euthanasia-Dan-Perspektif-Iman-Kristen
Diah Novitasari, Lailatul Nasiroh, Zubaidah. 2017. Makalah memahami pandangan agama – agama
di Indonesia terhadap Tindakan medis kebidanan tentang euthanasia diakses pada tanggal
5 September https://www.scribd.com/document/355384391/MAKALAH-Euthanasia
Septian Tri Cahyono. 2019. EUTHANASIA DALAM PERSPEKTIF ETIKA KRISTEN euthanasia diakses
pada tanggal 5 September http://coretangichalm.blogspot.com/2019/09/euthanasia-
dalam-perspektif-etika.html?m=1
dr. Fadhli Rizal Makarim. 2022. “Euthanasia adalah tindakan yang dilarang untuk dilakukan di
Indonesia. Hal ini sudah diatur dalam hukum Undang-Undang dan juga Kode Etik dokter.”
diakses pada tanggal 5 September https://www.halodoc.com/artikel/disebut-suntik-mati-
ini-pengaturan-euthanasia-di-indonesia
Asih Dini Lestari, Elena Diah Saputri, Haniza Raraswati, Latinsa Nikmah Maula, Rita Amelia, Yulia
Rakhmatunnisa. 2022. Makalah Etika Keperawatan Penerapan Kasus Etika Keperawatan
“Euthanasia” diakses pada tanggal 5 September
https://www.studocu.com/id/document/poltekkes-kemenkes aceh/keperawatan/makalah-
euthanasia-eutanasia/38871108
Hensen Layguardo, Jiechinda Jesslyn Hugo, Michael Lie, Sisilia Tan, Michelle Angelina Chandra
Thimoty Dwi Putra , Windy Hosea. 2017. Makalah Euthanasia diakses pada tanggal 5
September
https://www.academia.edu/33023780/EUTHANASIA_MAKALAH_Disusun_untuk_memenuh
i_salah_satu_tugas_mata_pelajaran_Agama_XI_IPS_1