Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

EUTHANASIA DALAM PANDANGAN ETIKA KRISTEN

Untuk memenuhi Tugas mata kuliah ETIKA I

Dosen: Dra. Thermutis Slarmanat, M.A

Oleh :

Nama : Irene Checillya Rodingan

Lodia Sairdekut

Tkt/Smstr : II/IV

SEKOLAH TINGGI PROVIDENSIA ADONAY

BATU, April 2020


DAFTAR ISI

BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................................2
LATAR BELAKANG...............................................................................................................................2
A. Pengertian......................................................................................................................................2
B. Pandangan Para ahli.....................................................................................................................3
BAB III.......................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
A. Etika Kristen..................................................................................................................................5
B. Alasan Etika Kristen menolak euthanasia...................................................................................6
BAB IV.......................................................................................................................................................8
PENUTUP..................................................................................................................................................8
A. Kesimpulan....................................................................................................................................8
BAB IV.......................................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN

Dunia semakin hari semakin modern, sehingga ada begitu banyak hal yang berubah.
Melalui perkembangan teknologi manusia menjadi mudah melakukan segala sesuatu. Bahkan
ada banyak penemuan baru mengenai alat-alat bahkan hal-hal teknologi lainnya yang dianggap
mempermudah. Penemuan baru mengenai ilmu teknologi ini dipercaya bermanfaat di dalam
kehidupan manusia. Tidak memungkiri perkembangan teknologi sampai kepada dunia
kedokteran. Alat-alat kedokteran semakin canggih dan baru sehingga dalam mendiagnosa pasien
tidak lagi sulit, bahkan dalam menangani pasien pun lebih mudah.

Seorang dokter tentu dikenal sebagai seorang pahlawan kehidupan ketika mampu
menyelamatkan hidup pasien. Kehidupan pasien yang sekarat pada umumnya bergantung kepada
dokter yang menanganinya. Sehingga peran dokter sangat penting saat menangani pasien, tetapi
dibalik perkembangan teknologi di dunia kedokteran yang sangat baik ada hal yang sampai saat
ini menjadi permasahalan. Ada pasien yang kematiannya tidak bisa dihindari hal itu merupakan
kehendak yang Mahakuasa, namun bagaimana jika kematian dilakukan secara sengaja dengan
alasan yang dianggap baik? Hal ini adalah sebuah kenyataan, ilmu teknologi kedokteran
membawa dunia medis pada suatu tindakan menghentikan kehidupan pasien yang dianggap tidak
ada harapan lagi. Hal itu disebut sebagai Euthanasia.

Manusia memiliki hak untuk hidup, negara Indonesia yang dijuluki negara hukum memiliki
hukuman khusus tentang kehidupan manusia yang disebut dengan Hak Asasi Manusia, bahkan di
dalam dunia kekristenan pun Tindakan itu akan dianggap sebagai pembunuhan dan sangat
dilarang di dalam Alkitab. Bahkan saat ini ada begitu banyak negara yang memperbolehkan
Euthanasia di lakukan dan tidak menutup kemungkinan dilakukan juga oleh orang percaya. Oleh
sebab itulah penulis tertarik membahas mengenai Euthanasia dan Etika Kristen, hal ini juga
disebabkan ada begitu banyak pertentangan yang terjadi antara ilmu kedokteran dan ilmu
theologi. Penulis menggunakan metode penelitian Yuridis normative dan penelitian deskriptif.

1
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali lebih dalam mengenai euthanasia diperbolehkan
atau tidak khususnya di dalam kekristenan.

2
BAB II

LATAR BELAKANG

A. Pengertian
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan Euthanasia sebagai tindakan
mengakhiri dengan sengaja kehidupan makhluk (orang ataupun hewan piaraan) yang
sakit berat atau luka parah dengan kematian yang tenang dan mudah atas dasar
perikemanusiaan.1 Sedangkan menurut pengertian secara etimologi, Euthanasia berasal
dari 2 kata Yunani yaitu eu berarti baik dan Thanatos berarti kematian sehingga dapat
disimpulkan artinya yaitu kematiaan tanpa penderitaan yang berguna untuk mengurangi
atau meringankan penderitaan orang yang sedang menghadapi kematiannya.2 Tujuan
yang baik inilah yang kemudian dipakai oleh dunia medis untuk pasien yang sedang
dalam keadaan sangat kritis/sekarat.
Melihat dari sejarah munculnya kata ini, kata atau euthanasia pertama disebutkan
oleh Hippokrates. Ia menyebutnya di dalam sumpahnya yakni “Saya tidak akan
menyarankan dan atau memberikan obat yang mematikan kepada siapapun meskipun
telah dimintakan untuk itu”.3 Pengertian awal yang diberikan masih dalam konteks yang
baik, yaitu mengenai kelayakkan seseorang saat mati/meninggal secara baik. Namun,
seiring berjalannya waktu istilah euthanasia mengalami degradasi, artinya bahwa
pengertian yang sesungguhnya dari istilah itu telah salah dimengerti sehingga sekarang
euthanasia tidak lagi dianggap sebagai hal yang baik. Euthanasia saat ini dianggap
sebagai suatu tindakan yang melanggar Hak Asasi Manusia, berkenaan dengan hak
untuk hidup. Sehingga ada beberapa negara yang melarang keras praktek euthanasia,
tetapi maish saja ada negara yang memperbolehkan hal ini.
Di Indonesia masalah Euthanasia masih belum mendapatkan tempat yang baik,
artinya belum diakui secara hukum. Hal ini dikarenakan masih banyak perdebatan
mengenai diperbolehkan atau tidak Euthanasia ini. Namun jika di lihat dari jenis-jenis
1
_Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Kemendikbud RI)
2
Tjandra Sridjaja Pradjonggo, Suntik Mati (Euthanasia) Ditinjau Dari Aspek Hukum Pidana Dan Hak Asasi
Manusia Di Indonesia, Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, Th. 1, Nomor 1, Juni 2016, 56
3
http://repository.uin-suska.ac.id/8679/4/BAB%20III.pdf

3
euthanasia tetap saja ada hukum yang berlaku di Indonesia yang merupakan negara
hukum seperti:
a. Pasal 340 KUHP Barang siapa yang dengan sengaja dan direncanakan lebih
dahulu menghilangkan jiwa orang lain, dihukum, karena pembunuhan
direncanakan (moord), dengan hukuman mati atau pejara selama-lamanya
seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun.
b. Pasal 359 Barang siapa karena salahnya menyebabkan matinya orang, dihukum
penjara selamalamanya lima tahun atau kurungan selamalamanya satu tahun.
c. Pasal 345 Barang siapa dengan sengaja menghasut orang lain untuk membunuh
diri, menolongnya dalam perbuatan itu, atau memberikan daya upaya itu jadi
bunuh diri, dihukum penjara selama-lamanya empat tahun penjara.4

Oleh karena negara Indonesia belum menerima dan masih mempertimbangkan


euthanasia, maka jika ada yang melanggarnya akan dikenai hukuman sesuai dengan
hukum yang berlaku. Karena euthanasia dianggap telah mengambil hak orang untuk
tetap bisa bertahan hidup.

B. Pandangan Para ahli


Euthanasia sendiri tidak terlepas dari pandangan beberapa tokoh seperti:
1) Menurut Hilman (2001), Euthanasia berarti “pembunuhan tanpa
penderitaan”(Mercy Killing). Tindakan ini biasanya dilakukan
terhadap penderita penyakit yang secara medis sudah tidak mungkin
lagi untuk bisa sembuh.
2) Menurut Hippokrates, yaitu orang yang pertama kali menggunakan
istilah Euthanasia ini di dalam sumpahnya yakni "sumpah
Hippokrates", yang ditulis pada masa 400-300 SM Sumpah tersebut
berbunyi: "Saya tidak akan menyarankan dan atau memberikan obat
yang mematikan kepada siapapun meskipun telah dimintakan untuk
itu.”

4
Tjandra Sridjaja Pradjonggo, Suntik Mati (Euthanasia) Ditinjau Dari Aspek Hukum Pidana Dan Hak Asasi
Manusia Di Indonesia, Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, Th. 1, Nomor 1, Juni 2016, 60

4
3) Merriam Webster dijelaskan bahwa Euthanasia adalah “The act or
practice of killing or permitting the death of hopelessly sick or injured
persons or animals with as little pain as possible for reasons or
mercy” , sehingga Euthanasia merupakan aksi atau percobaan
pembunuhan atau mengizinkan kematian akibat penyakit yang tak ada
harapan lagi atau menyakiti orang ataupun hewan dengan rasa sakit
yang sekecil mungkin untuk alasan tertentu atau kemurahan hati.
4) Menurut Philo (50-20 SM) Euthanasia berarti mati dengan tenang dan
baik, sedangkan Suetonis penulis Romawi dalam bukunya yang
berjudul Vita Ceasarum mengatakan bahwa Euthanasia berarti “mati
cepat tanpa derita”.5
5) Fred Ameln, S.H, euthanasia dapat dibedakan atas
Pertama, Euthanasia pasif, bukan atas permintaan sendiri ialah jika
dokter atau tenaga kesehatan lain, secara sengaja tidak lagi
memberikan bantuan medis kepada pasien. Sedangkan euthanasia pasif
atas permintaan pasien, yaitu jika seorang pasien menolak tegas
dengan sadar untuk menerima perawatan medis dan ia mengetahui
bahwa hal ini akan memperpendek atau mengakhiri hidupnya.
Kedua, Euthanasia aktif, dimana dokter atau tenaga kesehatan lainnya
secara sengaja melakukan suatu tindakan untuk memperpendek hidup
pasien ataupun mengakhiri hidup pasien tersebut.

Melalui pandangan inilah sekarang euthanasia dikenal dengan euthanasia aktif


dan pasif. Tetapi, hal ini tidak mengubahkan pandangan hukum terhadap euthanasia.
Jenis yang ada bahkan alasannya pun tidak mampu mengubahkan hukum yang berlaku.
Sehingga sampai sekarang euthanasia tidak diizinkan.

5
http://repository.uin-suska.ac.id

5
BAB III

PEMBAHASAN

A. Etika Kristen
Euthanasia bukan hanya mendapat perhatian dari dunia hukum tetapi di dalam
kekristenan pun euthanasia mendapat perhatian. Tetapi, bukan dalam hal yang
positif. Euthanasia sendiri memiliki pengertian yang sangat berbeda dari etika
Kristen. Pada tahun 1980, Kongregasi untuk Ajaran Iman mendefinisikan bahwa
euthanasia adalah “tindakan atau pantang Tindakan yang menurut hakikatnya atau
dengan maksud sengaja mendatangkan kematian, dengan demikian menghentikan
setiap rasa sakit”.6 Euthanasia tidak sesuai dengan etika Kristen dan jelas dipandang
sebagai Tindakan yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan, terutama dalam hal
kedaulatan Allah atas hidup manusia.7
Manusia yang melakukan praktek euthanasia terkadang tidak memikirkan
kesalahan mereka, khususnya dalam kehidupan kekristenan. Kesalahan euthanasia
adalah memainkan peran sebagai Allah dan bukan manusia. Bahkan Alkitab
mengatakan bahwa kita bukanlah pencipta hidup, jadi hidup bukanlah milik kita. 8
Tetapi tanpa disadari manusia mengambil peran Allah dalam mengambil hidup
manusia. Manusia terlalu sombong dengan kemampuan yang dimiliki dalam
menciptakan teknologi baru, tetapi lupa siapa yang Mahakuasa mengatur segalanya.
Kesombongan itulah membuat manusia menutup diri dari Allah dan melakukan
segala sesuatu yang jauh dari kehendak Tuhan seperti euthanasia.
Jika seseorang benar-benar beriman kepada Tuhan, maka praktek euthanasia
akan ditolak. Sebab, orang yang percaya akan menaruh harapannya kepada Tuhan
sang pemilik kehidupan. Hidup dan mati manusia tidak ditentukan oleh siapapun
selain Sang Pencipta yaitu Tuhan.

6
Kongregasi Suci Ajaran Iman, “Pernyataan tentan Eutanasia”, dalam Eutanasia (Jakarta: Departemen
Dokumentasi dan Penerangan KWI, 2005), 5
7
http://www.sttjaffray.ac.id/images/stories/08.pdf jurnal kelompok Etika Kristen, Elvi Tappang,
Hadyatman, dkk.
8

6
B. Alasan Etika Kristen menolak euthanasia
1. Kelahiran dan kematian adalah hak Tuhan.
Manusia ada karena kehendak Tuhan dan begitupula manusia mati
merupakan kehendakNya. Ulangan 32:39 mengatakan bahwa Tuhanlah yang
memiliki hak untuk mematikan dan menghidupkan, tidak ada yang lain. Oleh
sebab itu tidak boleh satu orang pun mencoba merampas hak Tuhan dalam
mematikan dan menghidupkan manusia. Ayub 1:13 mengatakan bahwa “Tuhan
yang memberi, Tuhan yang mengambil” artinya bahwa Tuhan yang
memberikan kehidupan maka Tuhanlah yang berhak mengambil. Euthanasia
dari pandangan kekristenan dianggap telah mencoba merampas hak Tuhan
dalam mengambil hidup manusia.
2. Kematian yang dipaksakan.
Euthanasia dilihat sebagai sebuah Tindakan yang sengaja di lakukan dan
dalam keadaan yang sadar. Artinya bahwa Tindakan ini dilakukan dengan
sengaja mengakhiri hidup seseorang. Kekristenan menolak euthanasia karena
dianggap sebagai suatu Tindakan pembunuhan dan melanggar hukum Tuhan
dalam Ulangan 20.13 “Jangan membunuh”.
3. Hidup pemberian dari Tuhan.
Kehidupan manusia diberikan oleh Tuhan dan Tuhan menghembuskan
nafasNya kepada manusia. Sehingga tugas manusia ialah memelihara
kehidupan. Tetapi, jika euthanasia dilakukan maka tugas memelihara hidup
tidak lagi dilaksanakan melainkan menghilangkan hidup. Bahkan bukan secara
pribadi, melainkan hidup orang lain dihilangkan dari muka bumi. Tuhan
menjadikan manusia begitu sempurna dan berharga, Ia sangat mengasihi
manusia. Yesaya 43:4 mengatakan bahwa hidup manusia sangat berharga di
mata Tuhan maka Tuhan sangat mengasihi. Tetapi, jika ada manusia yang tidak
menganggap sesamanya berharga dengan cara mengakhiri hidupnya maka tidak
sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan.

7
4. Menggunakan alasan menolong orang lain.
Euthanasia terkadang dibaluti dengan alasan bahwa meringankan dan
menghilangkan penderitaan pasien, menolong keluarga dari kekhawatiran yang
tinggi bahkan menolong keluarga dari masalah ekonomi. Hal ini merupakan
alasan manusiawi, tetapi Nyawa lebih penting daripada materi. Semua alasan
ini berasal dari kekhawatiran dan kekhawatiran merupakan Tindakan yang tidak
percaya kepada pemeliharaan Tuhan. Jika Tuhan mengizinkan pasien tetap
hidup, maka dengan cara Tuhan pula dana-dana akan dicukupkan. Segala
sesuatu jika bersama Tuhan akan berjalan dengan baik. Oleh sebab itu jalan
untuk euthanasia sangat ditolak dalam kekristenan.

8
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Euthanasia merupakan suatu Tindakan mengakhiri hidup seseorang dengan
alasan kebaikan yaitu mengurangi penderitaan dan membantu perekonomian keluarga
yang bersangkutan. Euthanasia dilakukan atas seizin pasien dan keluarga pasien,
sehingga Tindakan ini merupakan Tindakan yang disengaja. Namun, tidak semua orang
bahkan aliran yang dapat menerima euthanasia. Khususnya kekristenan, menurut etika
Kristen praktek euthanasia merupakan hal yang sangat bertentangan dengan pengajaran
yang ada di dalam Alkitab. Sebab euthanasia dianggap sebagai sebuah pembunuhan dan
perampasan akan hak dan kedaulatan Allah atas kehidupan manusia. Etika Kristen
mengajarkan bahwa hidup dan mati hanya berasal dari Tuhan sehingga diluar itu
hanyalah sebuah kejahatan yang selalu menutupi diri dengan alasan kebaikan sehingga
manusia terjebak di dalamnya.

9
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

_, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kemendikbud RI

_, Kongregasi Suci Ajaran Iman, “Pernyataan tentan Eutanasia”, dalam Eutanasia. Jakarta:
Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, 2005.

Pradjonggo, Tjandra Sridjaja. (2016). Suntik mati (Euthanasua) Ditinjau Dari Aspek
Hukum Pidana Dan Hak Asasi Manusia di Indonesia. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, Nomor 1

http://repository.uin-suska.ac.id/8679/4/BAB%20III.pdf

http://www.sttjaffray.ac.id/images/stories/08.pdf jurnal kelompok Etika Kristen, Elvi


Tappang, Hadyatman, dkk.

10

Anda mungkin juga menyukai