Anda di halaman 1dari 14

Peran perawat dalam masalah legal

(EUTHANASIA)

Kelompok 2

Anggota :

 Radinal Rachman
 Nela Siti
 Suci Suherni
 Revi Cahyani
 Fitri Ayu
 Rizky Angga
 Firly Intansari
 Ade Titin
 Dewi Merdeka

1C D3 Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jendral Achmad Yani


Cimahi
2017/2018
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Salawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah
SAW. Berkat limpahan rahmat dan inayahnya sehingga makalah ini dapat di selesaikan tepat
pada waktunya guna memenuhi tugas etika keperawatan.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan oleh karena itu
kritik dan saran penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Haparan kami semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Akhirnya, kami menyampaikan terima kasih
atas perhatianya dan koreksi dari berbagai pihak.

i
Daftar isi

Kata pengantar ........................................................................................................ i

Daftar isi ................................................................................................................... ii

BAB 1 Pendahuluan ................................................................................................ 1

1. Latar belakang ........................................................................................ 1


2. Tujuan ..................................................................................................... 2
3. Manfaat .................................................................................................. 2

BAB 2 Pembahasan ................................................................................................ 3

A. Euthanasia .................................................................................................... 3
B. Euthanasia di indonesia ................................................................................ 4
C. Jenis-jenis euthanasia ................................................................................... 5
D. Syarat dilakukannnya euthanasia ................................................................. 6
E. Euthanasia dipandang dri aspek hukum di indonesia .................................. 7
F. Contoh Kasus euthanasia ............................................................................. 8

BAB 3 Penutup ....................................................................................................... 10

1. Kesimpulan ............................................................................................. 10

Daftar Pustaka ........................................................................................................ iii

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap makhluk hidup, termasuk manusia, akan mengalami siklus kehidupan
yang dimulai dari proses pembuahan, kelahiran, kehidupan di dunia dengan
berbagai permasalahannya, serta diakhiri dengan kematian. Dari proses siklus
kehidupan tersebut, kematian merupakan salah satu yang masih mengandung
misteri besar dan ilmu pengetahuan belum berhasil menguaknya. Untuk dapat
menentukan kematian seseorang sebagai individu diperlukan kriteria diagnostik
yang benar berdasarkan konsep diagnostik yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah.
Kematian sebagai akhir dari rangkaian kehidupan adalah merupakan hak dari
Tuhan. Tak seorangpun yang berhak menundanya sedetikpun, termasuk
mempercepat waktu kematian. Tetapi bagaimana dengan hak pasien untuk mati
guna menghentikan penderitaannya. Hal itulah yang masih menjadi pembahasan
hangat di Indonesia.
Hak pasien untuk mati, yang seringkali dikenal dengan istilah euthanasia,
sudah kerap dibicarakan oleh para ahli. Namun masalah ini akan terus menjadi
bahan perdebatan, terutama jika terjadi kasus-kasus menarik.
Untuk itulah masalah skenario pertama mengenai kasus euthanasia sangat
menarik untuk dibahas.

1
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar mengenai Brain Death, Euthanasia dan aspek
etika dan hukum dalam kasus tersebut.
2. Untuk mengetahui apa yang seharusnya dilakukan oleh keluarga dan tenaga
kesehatan baik dokter maupun perawat terhadap kasus Euthanasia.
3. Untuk mengetahui bagaimana peran masing- masing profesi yaitu perawat dan
tenaga kesehatan lainnya dalam menghadapi masalah Euthanasia jika dikaitkan
dengan etika dan hukum keperawatan.

C. Manfaat
Mampu menerapkan dan melaksanakan peran sebagai perawat dan apa saja yang
seharusnya dilakukan oleh seorang perawat atau tenaga kesehatan lainnya dalam
pengambilan keputusan mengenai masalah Euthanasia.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

A. EUTHANASIA

1. PENGERTIAN

Euthanasia berasal dari bahasa Yunani, yaitu eu yang berarti indah,

bagus, terhormat atau gracefully and with dignity dan Thanatos yang berarti

mati. Jadi secara etimologis, euthanasia dapat diartikan sebagai mati dengan

baik. Sedangkan secara harafiah, euthanasia tidak dapat diartikan sebagai

pembunuhan atau upaya menghilangkan nyawa seseorang.

Menurut Philo (50-20 SM), euthanasia berarti mati dengan tenang dan

baik, sedangkan Suetonis penulis Romawi dalam bukunya Vita Caesarum

mengatakan bahwa euthanasia berarti “mati cepat tanpa derita”.

Masalah euthanasia biasanya dikaitkan dengan masalah bunuh diri.

Dalam hukum pidana, masalah bunuh diri yang perlu dibahas adalah apakah

seseorang yang mencoba bunuh diri atau membantu orang lain untuk

melakukan bunuh diri itu dapat dipidana, karena dianggap telah melakukan

kejahatan.

Di beberapa Negara seperti Amerika Serikat, seseorang yang gagal

melakukan bunuh diri dapat dipidana. Juga di Israel, perbuatan percobaan

bunuh diri merupakan perbuatan yang dilarang dan diancam pidana. Pernah

ada amandemen agar larangan ini dicabut, tetapi Prof.Amos Shapira

berpendapat bahwa dengan konsep perbuatan percobaan bunuh diri sebagai

tindakan yang tidak terlarang, merupakan gerakan kearah diakuinya „hak

untuk mati‟.

3
Dilihat dari segi agama Samawi, euthanasia dan bunuh diri merupakan

perbuatan yang terlarang. Sebab masalah kehidupan dan kematian seseorang

itu berasal dari Sang Pencipta yaitu Tuhan. Jadi, perbuatan yang menjurus

kepada tindakan penghentian hidup yang berasal dari Tuhan merupakan

perbuatan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan, oleh karenanya tidak

dibenarkan.

B. EUTHANASIA DI INDONESIA
Apakah hak untuk mati dikenal di Indonesia? Indonesia melalui pasal
344 KUHP jelas tidak mengenal hak untuk mati dengan bantuan orang lain.
Banyak orang berpendapat bahwa hak untuk mati adalah hak azasi manusia,
hak yang mengalir dari “hak untuk menentukan diri sendiri” (the right of self
determination/TROS) sehingga penolakan atas pengakuan terhadap hak atas
mati, adalah pelanggaran terhadap hak azasi manusia yang tidak dapat
disimpangi oleh siapapun dan menuntut penghargaan serta pengertian yang
penuh pada pelaksanaannya.
Kode Etik Kedokteran Indonesia menggunakan euthanasia dalam tiga arti:
1. Berpindahnya ke alam baka dengan tenang dan aman tanpa penderitaan,
buat yang beriman dengan nama Tuhan di bibir.
2. Waktu hidup akan berakhir, diringankan penderitaan si sakit dengan
memberi obat penenang.
3. Mengakhiri penderitaan dan hidup seorang sakit dengan sengaja atas
permintaan pasien sendiri maupun keluarganya.

4
C. JENIS- JENIS EUTHANASIA
Dari penggolongan Euthanasia, yang paling praktis dan mudah
dimengerti adalah:
a. Euthanasia aktif
Tindakan secara sengaja dilakukan oleh dokter atau tenaga
kesehatan lain untuk memperpendek atau mengakhiri hidup pasien.
Merupakan tindakan yang dilarang, kecuali di negara yang telah
membolehkannya lewat peraturan perundangan.
b. Euthanasia pasif
Dokter atau tenaga kesehatan lain secara sengaja tidak lagi
memberikan bantuan medis yang dapat memperpanjang hidup pasien,
misalnya menghentikan pemberian infus, makanan lewat sonde, alat bantu
nafas, atau menunda operasi.
c. Auto euthanasia
Seorang pasien menolak secara tegas dengan sadar untuk menerima
perawatan medis dan dia mengetahui bahwa hal ini akan memperpendek
atau mengakhiri hidupnya. Dengan penolakan tersebut ia membuat sebuah
codicil (pernyataan tertulis tangan). Auto euthanasia pada dasarnya adalah
euthanasia pasif atas permintaan.

Karena masih banyak pertentangan mengenai definisi euthanasia, diajukan


berbagai pendapat sebagai berikut:
a. Voluntary euthanasia
Permohonan diajukan pasien karena, misalnya gangguan atau penyakit
jasmani yang dapat mengakibatkan kematian segera yang keadaannya
diperburuk oleh keadaan fisik dan jiwa yang tidak menunjang.

5
b. Involuntary euthanasia
Keinginan yang diajukan pasien untuk mati tidak dapat dilakukan
karena, misalnya seseorang yang menderita sindroma Tay Sachs. Keputusan
atau keinginan untuk mati berada pada pihak orang tua atau yang
bertanggung jawab.
c. Assisted suicide
Tindakan ini bersifat individual dalam keadaan dan alasan tertentu
untuk menghilangkan rasa putus asa dengan bunuh diri.
d. Tindakan langsung menginduksi kematian
Alasan tindakan ini adalah untuk meringankan penderitaan tanpa izin
individu yang bersangkutan dan pihak yang berhak mewakili. Hal ini
sebenarnya pembunuhan, tapi dalam pengertian agak berbeda karena
dilakukan atas dasar belas kasihan. (Billy: 2008)

D. SYARAT DILAKUKANNYA EUTHANASIA


Sampai saat ini, kaidah non hukum yang manapun, baik agama, moral
dan kesopanan menentukan bahwa membantu orang lain mengakhiri hidupnya,
meskipun atas permintaan yang bersangkutan dengan nyata dan sungguhsungguh
adalah perbuatan yang tidak baik. Di Amerika Serikat, euthanasia
lebih populer dengan istilah “physician assisted suicide”. Negara yang telah
memberlakukan euthanasia lewat undang-undang adalah Belanda dan di negara
bagian Oregon-Amerika Serikat.
Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan syarat-syarat tertentu, antara lain:
a. Orang yang ingin diakhiri hidupnya adalah orang yang benar-benar sedang
sakit dan tidak dapat diobati misalnya kanker.
b. Pasien berada dalam keadaan terminal, kemungkinan hidupnya kecil dan
tinggal menunggu kematian.

6
c. Pasien harus menderita sakit yang amat sangat, sehingga penderitaannya
hanya dapat dikurangi dengan pemberian morfin.
d. Yang boleh melaksanakan bantuan pengakhiran hidup pasien, hanyalah
dokter keluarga yang merawat pasien dan ada dasar penilaian dari dua
orang dokter spesialis yang menentukan dapat tidaknya dilaksanakan
euthanasia.
Semua persyaratan itu harus dipenuhi, baru euthanasia dapat dilaksanakan.
Indonesia sebagai negara berasaskan Pancasila, dengan sila pertamanya
„Ketuhanan Yang Maha Esa‟, tidak mungkin menerima tindakan
“euthanasia aktif”.
Mengenai “euthanasia pasif” merupakan suatu “daerah kelabu” karena
memiliki nilai bersifat “ambigu” yaitu di satu sisi bisa dianggap sebagai
perbuatan amoral, tetapi di sisi lain dapat dianggap sebagai perbuatan
mulia karena dimaksudkan untuk tidak memperpanjang atau berjalan
secara alamiah. (Fadli: 2000)B

E. EUTHANASIA DIPANDANG DARI ASPEK HUKUM DI INDONESIA

Berdasarkan hukum di Indonesia maka euthanasia adalah sesuatu perbuatan yang melawan
hukum, hal ini dapat dilihat pada peraturan perundang-undangan yang ada yaitu pada Pasal
344, 338, 340, 345, dan 359Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Dari ketentuan tersebut,
ketentuan yang berkaitna langsung dengan euthanasia aktif terdapat pada pasal 344 KUHP.

 Pasal 344 KUHP: barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang
itu sendiri, yang disebutnya dengan nyata dan sungguh-sungguh, dihukum penjara
selama-lamanya dua belas tahun. Untuk euthanasia aktif maupun pasif tanpa
permintaan, beberapa pasal dibawah ini perlu diketahui oleh dokter.
 Pasal 338 KUHP: barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain,
dihukum karena membuat mati, dengan penjara selama-lamanya lima belas tahun.
 Pasal 340 KUHP: barang siapa yang dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu
menghilangkan jiwa orang lain, dihukum, karena pembunuhan direncanakan (moord),
dengan hukuman mati atau penjara selama-lamanya seumur hidup atau penjara
sementara selama-lamanya dua puluh tahun.

7
 Pasal 359: Barang siapa karena salahnya menyebabkan matinya orang, dihukum
penjara selama-lamanya lima tahun atau kurungan selama-lamanya satu tahun.
Selanjutnya juga dikemukakan sebuah ketentuan hukum yang mengingatkan kalangan
kesehatan untuk berhati-hati menghadapi kasus euthanasia.
 Pasal 345: Barang siapa dengan sengaja menghasut orang lain untuk membunuh diri,
menolongnya dalam perbuatan itu, atau memberikan daya upaya itu jadi bunuh diri,
dihukum penjara selama-lamanya empat tahun penjara. Berdasarkan penjelasan
pandangan hukum terhadap tindakan euthanasia dalam skenario ini, maka dokter dan
keluarga yang memberikan izin dalam pelaksanaan tindakan tersebut dapat dijeratkan
dengan pasal 345 KUHP dengan acaman penjara selama-lamanya empat tahun
penjara.

F. Contoh Kasus euthanasia

Seorang ibu Ny.T, umur 36 tahun, diantar oleh tenaga kesehatan ke RS. C, klien
melahirkan anak pertama, ibu dilakukan tindakan operasi ceaser oleh dokter. Pada saat
operasi tiba-tiba TD menurun, dokter memberikan obat untuk meningkatkan TD, tapi
kondisi klien malah sebaliknya, kesadaran menurun, keadaan umum memburuk dan
akhirnya klien dirawat di ruangan ICU, bayi klien selamat. Saat ini sudah lebih 1 bulan
klien di ICU dengan diagnosa Braindeath. Keluarga tidak sanggup membayar biaya
perawatan dan keluarga meminta tindakan euthanasia saja .
pertanyaan :

1. Apa yang seharusnya dilakukan oleh keluarga, tenaga kesehatan, dan dokter dalam
kasus tersebut ?
2. Apa peran masing-masing profesi (dokter , perawat) jika di kaitkan dengan legal etik
keperawatan
3. Apa solusi yang akan dilakukan dan siapa yang berhak memutuskannya ? berikan
alasan (berdasarkan legal hukum) ?
4. Mengkaji masalah dilihat dari kebenaran hukum

Jawaban :
1. Hal yang seharusnya dilakukan oleh:
 Keluarga Tindakan euthanasia yang diminta oleh keluarga adalah hak pasien dan
keluarga, tetapi sebaiknya pasien atau keluarga tidak meminta tindakan euthanasia
tersebut.

8
 Tenaga kesehatan dan Dokter Menolak permintaan pasien atau keluarga terhadap
tindakan euthanasia tersebut.
 Dari segi agama kematian adalah semata-mata hak dari Tuhan, sehingga manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan tidak mempunyai hak untuk menentukan
kematiannya.
 Dari segi hukum mengenai masalah ini berbeda-beda di tiap negara dan seringkali
berubah seiring dengan perubahan normanorma budaya, di beberapa negara
euthanasia di anggap legal, sedangkan di negara lain di anggap melanggar hukum., di
Indonesia masalah euthanasia tetap di larang.

2. Peran masing-masng profesi


 Peran perawat
Memberikan asuhan keperawatan seoptimal dan semaksimal mungkin
dan tidak melakukan tindakan yang mengarah kepada tindakan
euthanasia, seperti: melepas alat ventilator, melepas selang oksigen, dll.
 Peran dokter
Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang penyakit dan
perkembangan kesehatan pasien tersebut.

3. Solusi yang dilakukan:


Memberikan penjelasan kepada keluarga bahwa tindakan euthanasia iti di
larang di Indonesia, jika masalah pasien adalah biaya perawatan, masalah
tersebut bisa di cari solusinya. Seperti, meminta bantuan ke Dinas Sosial untuk
mendapatkan jaminan kesehatan.

4. Mengkaji masalah dilihat dari kebenaran hukum

Menutut pasal 344 KUHP : barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan
orang itu sendiri, yang disebutnya dengan nyata dan sungguh-sungguh, dihukum penjara
selama-lamanya dua belas tahun. Untuk euthanasia aktif maupun pasif tanpa permintaan,
beberapa pasal dibawah ini perlu diketahui oleh dokter.

Jadi , euthanasia di indonesia tetap di larang meskipun euthanasia permintan dari pasien atau
keluarga

9
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Euthanasia merupakan menghilangkan nyawa orang atas permintaan dirinya
sendiri. Aturan mengenai masalah ini berbeda- beda di tiap- tiap Negara dan
seringkali berubah seiring dengan perubahan norma- norma budaya. Di beberapa
Negara euthanasia dianggap legal tetapi di Indonesia tindakan euthanasia tetap
dilarang karena tidak ada dasar hukum yang jelas. Sebagaiman tercantum dalam
pasal KUHP 338, pasal 340, pasal 344, pasal 355 dan pasal 359.
Euthanasia ini ditentang untuk dilakukan atas dasar etika, agama, moral dan
legal dan juga pandangan bahwa apabila dilegalisir euthanasia dapat
disalah gunakan.
- Sebagai perawat berperan dalam memberikan advokasi. serta sebagai counselor
yaitu membela dan melindungi pasien tersebut untuk hidup dan menyelamatkan
jiwanya dari ancaman kematian. Perawat diharapkan mampu memberikan
pengarahan dan penjelasan kepada keluarga pasien bahwa pasien berhak untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal dan tidak melakukan
euthanasia. Menyarankan kepada keluarga untuk mencari alternative jalan keluar
dalam hal mencari sumber biaya yang lain, menjadi jembatan penghubung
diantara dokter, tenaga kesehatan lain dan keluarga sehingga keluarga akan
mendapatkan informasi yang sejelas- jelasnya tentang kondisi pasien, seberapa
besar kemungkinan untuk sembuh dan berapa besar biaya yang telah dan akan
dikeluarkan. Memberikan pertimbangan- pertimbangan yang positif pada
keluarga dalam hal pengambilan keputusan euthanasia positif

10
DAFTAR PUSTAKA

Billy, N. 2008. Aspek Hukum dalam Pelaksanaan Euthanasia di Indonesia.


Tersedia:http//www.hukum_kesehatan.web.id. diakses tanggal 14 Oktober 2011
Fadli, Ahmad. 2000. Euthanasia dalam Medis dan Hukum Indonesia.
Tersedia:Hukum_kesehatan.web.id. teknosehat in biotik dan bio hukum. Diakses
tanggal 14 Oktober 2011
https://olhachayo.files.wordpress.com/2014/08/euthanasia.pdf
http://cecilialudji.blogspot.co.id/2014/03/hukum-dan-uu-kesehatan-euthanasia.html

iii

Anda mungkin juga menyukai