Anda di halaman 1dari 15

EUTHANASIA

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Etika Keperawatan
yang dibina oleh Ibu Sumirah B.P., S.Kp.,M.Kep

Oleh
1. Laila Firda Rahmawati (P17220191002)
2. Lenia Dwi Nuriyanti (P17220191009)
3. Farza Aulia Ariskhputri (P17220191010)
4. Citra Noriya (P17220191012)
5. Dinda Ameliana Putri (P17220191021)
6. Nindya Atriska (P17220193034)
7. Tufaelatil Makkiyatul Citra (P17220193039)
8. Siti Nur Jannah (P17220193044)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
D3 KEPERAWATAN LAWANG
April 2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa. Karena atas rahmatnya penyusun bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul “Euthanasia” ini. Makalah ini disusun untuk membantu mahasiswa
dalam mempelajari ilmu keperawatan dan memperluas ilmunya terutama
mengenai etika keperawatan yang akan dibahas pada makalah ini. Penulisan
makalah ini diharapkan bisa bermanfaat bagi pembaca.Meskipun dalam penulisan
makalah ini tidak sempurna, penulis dengan senang hati menerima kritik dan
saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan dalam penulisan makalah
selanjutnya.

Lawang, 8 April 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kasus Pelanggaran Hukum Perawa........................................3
2.2 Macam Macam Pelanggaran Hukum Perawat Klien Dalam Pelayanan...3
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pelanggaran Hukum Perawat Klien Dalam
Pelayanan.................................................................................................................6
2.4 Cara Mencegah Terjadinya Pelanggaran Hukum Perawat Klien Dalam
Pelayanan.................................................................................................................9

BAB III GAMBARAN KASUS............................................................................13

BAB IV PENYELESAIAN MASALAH


4.1Menggunakan Tahap Tahap Penyelesaian Masalah
Etik……………………………………………………………………………….
4.2Menggunakan Teori Teori Etik,Nilai dan Prinsip
Etik………………………..………………………………………………………
4.3 Dasar Hukum………………………………………………………………

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.............................................................................................14
5.2 Saran.......................................................................................................14

DAFTAR RUJUKAN............................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, dan (3)
tujuan. Berikut ini diuraikan ketiganya.

1.1 Latar Belakang


Siklus hidup manusia adalah lahir bertumbuh dewasa dan mengalami kematian.
Siapapun tidak ada yang dapat menolak kematian dalam hidupnya. Artinya tidak
ada manusia yang dapat hidup dalam keabadian. Sejak pertama kali manusia jatuh
ke dalam dosa berdasarkan Kejadian 3, manusia telah diracuni oleh kutukan dosa.
Kematian akan menjemput dan menemui seseorang, tetapi misteri tentang
kematian ini hanya Tuhan yang mengetahuinya. Bagaimana seseorang akan
mengalami kematian dan mengapa seseorang dapat mati, tidak ada seorangpun
dapat menebaknya. Namun yang menjadi isu lama dan menjadi pertentangan
sampai pada masa kini adalah tindakan euthanasia. Dalam dunia medis euthanasia
disebut sebagai hak pasien untuk meminta kematian. Euthanasia adalah langkah
yang kerap kali diambil, ketika keluarga dari pasien yang sakit tidak dapat
menahan perasaan sedih, karena penderitaan pasien diakibatkan penyakit yang
serius. Penderitaan ini mengundang reaksi yang mendorong anggota keluarga
pasien untuk bertindak lebih jauh dengan mengakhiri penderitaan tersebut.
Langkah euthanasia inilah yang sering kali menjadi perdebatan, karena beberapa
golongan merasa ini adalah langkah kemanusiaan dan beberapa golongan merasa
bahwa ini adalah langkah yang terlewat batas dan dapat disebut pembunuhan.
Pembunuhan yang dimaksudkan disini ada dua yaitu pembunuhan atas diri sendiri
(bunuh diri) yaitu pasien meminta sendiri untuk euthanasia. Kedua pembunuhan
yang murni dilakukan oleh keluarga dengan meminta untuk dilakukan euthanasia.
Karena kondisi inilah maka perlu untuk membahas euthanasia dari beberapa sudut
pandang untuk mendapatkan pencerahan tentang tindakan-tindakan euthanasia
dan alasan-alasan yang sering terjadi dalam pengambilan keputusan tersebut. Hal
penting karena segala keputusan yang dilakukan harus berdasarkan kekuatan yang
tetap, baik berdasarkan agama maupun hokum yang berlaku di dalam suatu

4
Negara ataupun norma masyarakat. Oleh sebab itulah maka pembahasan yang
terinci tentang euthanasia akan dilakukan dalam penulisan kali ini(Baganu, 2015).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang, berikut rumusan masalah pada makalah ini.
1. Apa yang dimaksud dengan euthanasia?
2. Apa saja macam macam euthanasia?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya euthanasia?
4. Apakah ada hukum euthanasia di Indonesia?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, berikut ini tujuan penulisan makalah, yaitu
untuk mengetahui:
1. Pengertian euthanasia
2. Macam macam euthanasia
3. Faktor yang mempengaruhi euthanasia
4. Hukum euthanasia di Indonesia

5
BAB II
PEMBAHASAN

Bab ini membahas (1)Pengertian euthanasia,(2) Macam macam euthanasia,(3)


Faktor yang mempengaruhi euthanasia , dan (4)Hukum euthanasia di
Indonesia.Berikut uraian keempat sub bahasan tersebut.

2.1 Pengertian Euthanasia


Istilah euthanasia berasal dari bahasa Yunani, yaitu eu dan thanatos. Kata
eu berarti baik, dan thanatos berarti mati. Maksudnya adalah mengakhiri
hidup dengan cara yang mudah tanpa rasa sakit. Oleh karena itu euthanasia
sering disebut juga dengan mercy killing, a good death, atau enjoy death (mati
dengan tenang). Jadi euthanasia berarti mempermudah kematian (hak untuk
mati). Hak untuk mati ini secara diam-diam telah dilakukan yang tak kunjung
habis diperdebatkan. Bagi yang setuju menganggap euthanasia merupakan
pilihan yang sangat manusiawi, sementara yang tidak setuju menganggapnya
sangat bertentangan dengan nilai-nilai moral, etika dan agama.
Secara etimologis euthanasia berarti kematian dengan baik tanpa
penderitaan, maka dari itu dalam mengadakan euthanasia arti sebenarnya
bukan untuk menyebabkan kematian, namun untuk mengurangi atau
meringankan penderitaan orang yang sedang menghadapi kematiannya. Dalam
arti yang demikian itu euthanasia tidaklah bertentangan dengan panggilan
manusia untuk mempertahankan dan memperkembangkan hidupnya, sehingga
tidak menjadi persoalan dari segi kesusilaan. Artinya dari segi kesusilaan
dapat dipertanggungjawabkan bila orang yang bersangkutan menghendakinya.
Menurut hasil seminar aborsi dan euthanasia ditinjau dari segi medis,
hukum dan psikologi, euthanasia diartikan:
1). Dengan sengaja melakukan sesuatu untuk mengakhiri hidup seorang
pasien.
2). Dengan sengaja tidak melakukan sesuatu (palaten) untuk
memperpanjang hidup pasien

6
3). Dilakukan khusus untuk kepentingan pasien itu sendiri atas permintaan
atau tanpa permintaan pasien.
Menurut kode etik kedokteran indonesia, kata euthanasia dipergunakan dalam
tiga arti:
1). Berpindahnya ke alam baka dengan tenang dan aman tanpa penderitaan,
untuk yang beriman dengan nama Allah dibibir.
2). Ketika hidup berakhir, diringankan penderitaan sisakit dengan memberinya
obat penenang.
3). Mengakhiri penderitaan dan hidup seorang sakit dengan sengaja atas
permintaan pasien sendiri dan keluarganya.
Euthanasia bisa ditinjau dari berbagai sudut, seperti cara pelaksanaanya, dari
mana datang permintaan, sadar tidaknya pasien dan lain-lain(Yuda, 2012).

2.2 Macam Macam Euthanasia

1. Euthanasia aktif
Euthanasia aktif adalah perbuatan yang dilakukan secara aktif oleh dokter untuk
mengakhiri hidup seorang (pasien) yang dilakukan secara medis. Biasanya
dilakukan dengan penggunaan obat-obatan yang bekerja cepat dan mematikan.
Euthanasia aktif terbagi menjadi dua golongan:
a. Euthanasia aktif langsung, yaitu cara pengakhiran kehidupan melalui
tindakan medis yang diperhitungkan akan langsung mengakhiri hidup pasien.
Misalnya dengan memberi tablet sianida atau suntikan zat yang segera
mematikan.
b. Euthanasia aktif tidak langsung, yang menunjukkan bahwa tindakan medis
yang dilakukan tidak akan langsung mengakhiri hidup pasien, tetapi diketahui
bahwa risiko tindakan tersebut dapat mengakhiri hidup pasien. Misalnya,
mencabut oksigen atau alat bantu kehidupan lainnya.
2. Euthanasia pasif
Euthanasia pasif adalah perbuatan menghentikan atau mencabut segala tindakan
atau pengobatan yang perlu untuk mempertahankan hidup manusia, sehingga
pasien diperkirakan akan meninggal setelah tindakan pertolongan dihentikan.
3. Euthanasia volunter
Euthanasia jenis ini adalah Penghentian tindakan pengobatan atau mempercepat
kematian atas permintaan sendiri.
4. Euthanasia involunter

7
Euthanasia involunter adalah jenis euthanasia yang dilakukan pada pasien dalam
keadaan tidak sadar yang tidak mungkin untuk menyampaikan keinginannya.
Dalam hal ini dianggap famili pasien yang bertanggung jawab atas penghentian
bantuan pengobatan. Perbuatan ini sulit dibedakan dengan perbuatan kriminal.
Selain kategori empat macam euthanasia di atas, euthanasia juga
mempunyai macam yang lain, hal ini diungkapkan oleh beberapa tokoh,
diantaranya Frans magnis suseno dan Yezzi seperti dikutip Petrus Yoyo Karyadi,
mereka menambahkan macam-macam euthanasia selain euthanasia secara garis
besarnya, yaitu:
1. Euthanasia murni, yaitu usaha untuk memperingan kematian seseorang
tanpa memperpendek kehidupannya. Kedalamnya termasuk semua usaha
perawatan agar yang bersangkutan dapat mati dengan "baik".
2. Euthanasia tidak langsung, yaitu usaha untuk memperingan kematian
dengan efek samping, bahwa pasien mungkin mati dengan lebih cepat. Di sini ke
dalamnya termasuk pemberian segala macam obat narkotik, hipnotik dan
analgetika yang mungkin "de fakto" dapat memperpendek kehidupan walaupun
hal itu tidak disengaja.
3. Euthanasia sukarela, yaitu mempercepat kematian atas persetujuan atau
permintaan pasien. Adakalanya hal itu tidak harus dibuktikan dengan pernyataan
tertulis dari pasien atau bahkan bertentangan dengan pasien.
4. Euthanasia nonvoluntary, yaitu mempercepat kematian sesuai dengan
keinginan pasien yang disampaikan oleh atau melalui pihak ketiga (misalnya
keluarga), atau atas keputusan pemerintah(Amri, 2013).

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Euthanasia

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberlakuan Euthanasia

1.      Rasa sakit yang tidak tertahankan

     - Pro :

    Melihat salah satu anggota keluarganya menderita penyakit ganas yang tidak
kunjung sembuh merupakan kepedihan. Mereka tidak tega melihat pasien tersebut
tersiksa dengan rasa sakitnya. Oleh karena itu, mereka menyetujui untuk
melakukan euthanasia.

- Kontra :

Rasa sakit yang tidak tertahankan bukanlah suatu alasan bagi seseorang 

    untuk memutuskan mengakhiri hidupnya. Kita boleh menghindari dari rasa sakit
itu, tetapi tidak berarti kita dapat menghalalkan segala cara. Memutuskan untuk

8
mati bukanlah cara yang tepat. Allah yang berhak untuk memutuskan kehidupan
dan kematian seseorang. Melalui situasi ini, seseorang pun dapat mengambil suatu
pembelajaran. Kondisi tersebut membuat iman kita teruji, hubungan kita dengan
Allah akan semakin dekat, kita pun juga akan menjadi bergantung
dan menyerahkan segala kehidupan kita kepadaNya. Allah pasti memiliki rencana
yang indah bagi semua orang.

2.      Manusia memiliki hak untuk mati secara bermartabat

      - Pro :

  Manusia telah menjalani proses kehidupan yang begitu panjang dan begitu banyak
pengalaman. Manusia melalui jalan kehidupannya karena pilihannya sendiri di
awal kehidupannya sehingga manusia pula yang akan memilih jalan kehidupannya
untuk mengakhiri hidupnya. Merupakan hak manusia untuk memilih tetap hidup
atau mengakhiri kehidupannya dengan damai, tanpa rasa sakit.

  - Kontra :

  Banyak orang berpendapat bahwa hak untuk mati adalah hak asasi manusia, yaitu
“hak untuk menentukan diri sendiri” (the right of self determination). Menurut
masyarakat, manusia memiliki hak untuk menentukan pilihannya sendiri untuk
tetap hidup atau mati dengan tenang. Penolakan atas hak untuk mati dianggap
sebagai pelanggaran terhadap hak asasi manusia yang wajib dijunjung dan
dihormati. Pandangan ini merupakan pandangan yang salah. Memang manusia
diberi hak untuk menentukan diri sendiri, tetapi bukan untuk menentukan
kapan kehidupannya berakhir. Manusia diberikan hak untuk menentukan prinsip
hidupnya, menentukan tujuan hidupnya tanpa hasutan dari orang lain, menentukan
sikap dan tingkah lakunya sendiri, tetapi bukan menentukan kematiannya. Hidup
atau mati merupakan kedaulatan Allah. Allah adalah pencipta dan pemilik segala
sesuatu (Kejadian 1:1, Mazmur 24:1), termasuk manusia yang diciptakan menurut
gambar-Nya (Kejadian 1:27). Allah yang memberikan kita nafas dan hidup, maka
Allahlah yang berhak mencabutnya. Jika kita melakukan euthanasia, maka
sama saja kita mendahului kehendak Allah. Kita adalah manusia, bukan Allah.

3.      Ketidakmampuan dalam pembiayaan pengobatan

- Pro :

     Biaya pengobatan tidak tergolong murah, apalagi jika pasien menderita 

9
   penyakit parah dan harus rawat inap di rumah sakit. Karena dana tidak cukup
untuk menutup semua biaya,akhirnya pasien memutuskan untuk melakukan
euthanasia.

- Kontra : 

   Kita harus dapat membedakan antara ketidakmampuan dengan ketidakmauan


untuk membiayai pengobatan.Ketidakmauan untuk membiayai pengobatan secara
tidak langsung tergolong sebagai tindakan membunuh dan merupakan tindakan
dosa. Maksudnya, seseorang sadar bahwa ia mampu membiayai pengobatan salah
satu anggota keluarganya (walaupun tidak dalam jumlah besar), tetapi ia tidak
melakukannya dan membiarkannya. Hal ini menandakan bahwa orang tersebut
terlalu materialistik (terlalu cinta uang, gila harta) hingga   menghiraukan nyawa
seseorang. Ingatlah bahwa nyawa seseorang lebih berharga daripada harta yang
kita miliki. Kita tidak dapat membayar nyawa dengan uang atau dengan apa pun
juga. Jika seseorang membiayai seluruh pengobatan yang dijalani oleh salah satu
anggota keluarganya, tetapi suatu ketika uang yang dimilikinya habis sehingga ia
memberhentikan  pengobatan medis dan memutuskan untuk merawatnya sendiri
di rumah merupakan tindakan yang tidak tergolong dosa. Orang tersebut sadar
bahwa ia mampu dan ia memberikan yang terbaik untuk kesehatan salah satu
anggota keluarganya tersebut. Ia tidak mementingkan dirinya sendiri, tetapi rela
berkorban untuk kebahagiaan orang lain. Yang terpenting ialah ia sadar
dan berusaha semaksimal mungkin demi kepentingan orang lain, bukan harta. 

4.      Keadaan seseorang yang tidak berbeda dengan orang mati

- Pro :

    Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dr. James Dubois dari Universitas
SaintLouis dan Tracy Schmidt dari Intermountain Donor Service, sekitar 84% dari
seluruh warga Amerika setuju dengan pendapat bahwa seseorang dapat dikatakan
mati apabila yang membuatnya tetap bernafas adalah obat-obatan dan mesin
medis. Hal ini menjadi alasan beberapa orang untuk melakukan euthanasia.
Mereka berpikir bahwa seseorang yang hanya bernafas karena bantuan mesin
tersebut sudah tidak menunjukkan adanya suatu interaksi dengan orang lain atau
respons dan secara kebetulan bisa bernafas karena kecanggihan dari penerapan
teknologi saja sehingga tidak ada salahnya untuk melakukan euthanasia karena
pada dasarnya orang tersebut sudah mati sehingga dengan kata lain kita tidak
mencabut nyawa seseorang.

10
- Kontra :

  Sebenarnya walaupun seorang pasien tidak dapat berinteraksi (dalam 


keadaan coma), orang tersebut tetap dikatakan hidup karena masih dapat bernafas,
meskipun hanya karena bantuan dari mesin medis. Selama orang tersebut dapat
bernafas dan jantungnya berdetak,orang tersebut dikatakan hidup. Jantung ini
adalah organ yang memompa darah ke seluruh tubuh. Ketika jantung ini tidak
berfungsi, darah tidak akan mengalir dan kondisi inilah yang disebut dengan
kematian. Walaupun orang tersebut tidak lagi memberikan respon,jika
orang tersebut masih dapat makan, minum, dan bernafas, maka ia tetap dikatakan
hidup karena sumber energi kehidupan manusia berasal dari ketiga aktivitas
tersebut(Blogspot, 2012). 
2.4 Hukum Eutanasia di Indonesia
Berdasarkan hukum di Indonesia maka eutanasia adalah sesuatu perbuatan
yang melawan hukum, hal ini dapat dilihat pada peraturan perundang-
undangan yang ada yaitu pada Pasal 344 Kitab Undang-undang Hukum
Pidana. yang menyatakan bahwa "Barang siapa menghilangkan nyawa
orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutkannya dengan
nyata dan sungguh-sungguh, dihukum penjara selama-lamanya 12 tahun".
Juga demikian halnya tampak pada pengaturan pasal-pasal 338, 340, 345,
dan 359 KUHP yang juga dapat dikatakan memenuhi unsur-unsur delik
dalam perbuatan eutanasia. Dengan demikian, secara formal hukum yang
berlaku di negara kita memang tidak mengizinkan tindakan eutanasia oleh
siapapun.
Ketua umum pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Farid Anfasal
Moeloek dalam suatu pernyataannya yang dimuat oleh majalah Tempo
Selasa 5 Oktober 2004 menyatakan bahwa: Eutanasia atau "pembunuhan
tanpa penderitaan" hingga saat ini belum dapat diterima dalam nilai dan
norma yang berkembang dalam masyarakat Indonesia. "Euthanasia hingga
saat ini tidak sesuai dengan etika yang dianut oleh bangsa dan melanggar
hukum positif yang masih berlaku yakni KUHP.

11
BAB III
GAMBARAN KASUS
Bab ini membahas tentang gambaran kasus euthanasia,berikut pembahasannya

3.1 Tak Tahan Sakit, Atlet Paralimpiade Belgia Putuskan Akhiri Hidup
dengan Eutanasia

Atlet paralimpiade Belgia, Marieke Vervoort mengakhiri hidupnya melalui


eutanasia atau suntik mati. Ia meninggal dalam usia 40 tahun.Vervoort, peraih
medali emas Paralimpik di London 2012, hidup dengan kondisi cedera saraf
tulang belakang yang menyebabkan rasa sakit terus-menerus dan membuatnya
kesulitan tidur.

Dilansir dari CNN, Kamis (24/10/2019), Vervoort memenangkan emas dalam


balapan kursi roda 100 meter T52 dan medali perak dalam lomba jarak 200 m di
Paralimpiade London 2012. Seteahnya ia meraih dua medali di Rio 2016.

Euthanasia legal dilakukan di Belgia, dan pada 2008, ia menerima persetujuan


bunuh diri itu dari tiga dokter yang berbeda.Dalam sebuah wawancara dengan
CNN pada tahun 2016, Vervoort menjelaskan bahwa keputusannya untuk
menandatangani surat-surat eutanasia memberinya kekuatan atas kehidupannya
kembali”Aku tidak lagi takut mati," katanya."Aku melihatnya sebagai sebuah
tindakan operasi, di mana kamu pergi tidur dan tidak pernah bangun. Bagiku itu
adalah sesuatu yang damai. Aku tidak ingin menderita ketika aku sekarat,"
tambahnya.

Vervoort berkompetisi dalam klasifikasi T52 untuk atlet yang memiliki mobilitas
terbatas terhadap anggota badan di bawah pinggang.Sejak pensiun dari olahraga
setelah Paralimpiade pada tahun 2016, Vervoort menghabiskan lebih banyak
waktu bersama keluarga, teman dan anjing terapinya, Zenn.

"Ketika saya akan mengalami serangan epilepsi, dia memperingatkan saya satu
jam sebelumnya. Saya tidak tahu bagaimana dia merasakannya," kata Vervoort.
Terlepas dari beberapa negara, euthanasia adalah hal yang ilegal dilakukan di
sebagian besar dunia.Setelah menandatangani surat konfirmasi, Vervoort
mengatakan dia ingin menggunakan perhatian yang dia kumpulkan untuk
mendidik negara-negara lain yang kurang membantu langkah-langkah bunuh diri
bagi orang-orang yang penderitaannya tak tertahankan."Saya pikir akan ada lebih
sedikit kasus bunuh diri jika setiap negara memiliki hukum euthanasia. Saya harap
semua orang melihat bahwa ini bukan usaha pembunuhan, tetapi justru membuat
orang hidup lebih lama," katanya(Tri Verdiana, 2019).

12
BAB IV
PENYELESAIAN MASALAH
Bab ini membahas tentang penyelesaian masalah eutanasia berdasarkan
gambaran kasus euthanasia,berikut pembahasannya

4.1Menggunakan Tahap Tahap Penyelesaian Masalah Etik

4.2 Menggunakan Teori Teori Etik,Nilai dan Prinsip Etik


4.3 Dasar Hukum

13
BAB IV
PENUTUP

Bab ini menjabarkan (1) kesimpulan dan (2) saran. Berikut ini jabaran
keduanya.

5.1 Kesimpulan
Istilah euthanasia berasal dari bahasa Yunani, yaitu eu dan thanatos. Kata
eu berarti baik, dan thanatos berarti mati. Maksudnya adalah mengakhiri
hidup dengan cara yang mudah tanpa rasa sakit. Oleh karena itu euthanasia
sering disebut juga dengan mercy killing, a good death, atau enjoy death
(mati dengan tenang).
Secara etimologis euthanasia berarti kematian dengan baik tanpa
penderitaan, maka dari itu dalam mengadakan euthanasia arti sebenarnya
bukan untuk menyebabkan kematian, namun untuk mengurangi atau
meringankan penderitaan orang yang sedang menghadapi kematiannya.
Dalam arti yang demikian itu euthanasia tidaklah bertentangan dengan
panggilan manusia untuk mempertahankan dan memperkembangkan
hidupnya, sehingga tidak menjadi persoalan dari segi kesusilaan.

5.2 Saran
Sebaiknya untuk penulisan makalah selanjutnya diharapkan tidak ada atau
meminimalisir plagiasi didalam makalah. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca, khususnya bagi mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang

14
DAFTAR PUSTAKA
Amri, A. (2013). Macam-macam Euthanasia. Macam-Macam Euthanasia.
https://satriabajahikam.blogspot.com/2013/04/macam-macam-
euthanasia.html
Baganu, F. (2015). Makalah Euthanasia. Makalah Euthanasia.
https://www.academia.edu/33692423/Makalah_Euthanasia.docx
Blogspot. (2012). Euthanasia. Faktor-Faktor Euthanasia.
http://euthanasiatpa.blogspot.com/2012/03/faktor-faktor-euthanasia.html?
m=1
Tri Verdiana, B. M. (2019). Tak Tahan Sakit, Atlet Paralimpiade Belgia Putuskan
Akhiri Hidup dengan Eutanasia. Tak Tahan Sakit, Atlet Paralimpiade
Belgia Putuskan Akhiri Hidup Dengan Eutanasia.
http://m.liputan6.com/global/read/4094140/tak-tahan-sakit-atlet-
paralimpiade-belgia-putuskan-akhiri-hidup-dengan-eutanasia
Yuda, E. (2012). Bagaimanakah pengertian Euthanasia dan apa sajakah jenis-jenis
tindakan euthanasia dalam pelayanan kedokteran? Bagaimanakah
Pengertian Euthanasia Dan Apa Sajakah Jenis-Jenis Tindakan
Euthanasia Dalam Pelayanan Kedokteran?
https://feelinbali.blogspot.com/2012/12/bagaimanakah-pengertian-
euthanasia-dan.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai