Disusun Oleh:
Angga Agus Permana
Sipa Masfufah
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan kita berbagai macam
nikmat, sehingga aktivitas hidup yang kita jalani akan selalu membawa keberkahan, baik
kehidupan di alam dunia ini, lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-
cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen serta teman-teman sekalian yang telah
membantu, baik bantuan berupa moril maupun materil, sehingga makalah ini terselesaikan
dalam waktu yang telah ditentukan. Penyusun menyadari sekali, di dalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan, baik dari segi tata
bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang
kadangkala hanya menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan penyusun jika ada
kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah mudah-mudahan apa yang
penyusun susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang
ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini “
Euthanasia ” sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Kesimpulan ................................................................................. 10
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Dengan demikian tujuan kelompok ini yaitu meringankan penderitaan pasien
dengan memperbaiki resiko hidupnya, sedangkan kelompok yang kontra terhadap
euthanasia berpendapat bahwa tindakan pembunuhan terselubung, karenanya
bertentangan dengan kehendak Tuhan. Kematian semata-mata adalah hak dari Tuhan,
sehingga manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan tidak mempunyai hak untuk
menentukan kematiannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Euthanasia?
2. Bagaimana Hukum Euthanasia?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk Mengetahui Definisi Euthanasia.
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Hukum Euthanasia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Euthanasia
Menurut Fauzy (2002:64), euthanasia berasal dari bahasa Yunani, yaitu eu dan
thanatos. Kata eu berarti baik, dan thanatos berarti mati. Maksudnya adalah
mengakhiri hidup dengan cara yang mudah tanpa rasa sakit. Oleh karena itu
euthanasia sering disebut juga dengan mercy killing, a good death, atau enjoy death
(mati dengan tenang).
Di dalam ranah ilmu kedokteran, kata euthanasia dipergunakan di dalam tiga arti,
yaitu:
1) Berpindah ke alam baka dengan tenang dan aman, tanpa penderitaan, buat yang
beriman dengan menyebut nama Allah Swt di bibir.
2) Pada waktu hidup akan berakhir, diringankan penderitaan si sakit dengan
memberikan obat penenang.
3) Mengakhiri penderitaan hidup seseorang dengan sengaja atas permintaan pasien
atau permintaan dari pihak keluarganya. (Arifin, 2013:11).
3
Adapun definisi yang dikemukanan oleh euthanasia Studi Group dari KMNG
Holland (Koninklijke Netherlandse Maatschappij Voor Geneeskunde, semacam ilmu
Kedokteran), berbunyi sebagai berikut: “Euthanasia adalah dengan sengaja tidak
melakukan sesuatu untuk memperpanjang hidup seorang pasien atau sengaja
melakukan sesuatu untuk memperpendek atau mengakhiri hidup seorang pasien dan
semua ini dilakukan khusus untuk kepentingan pasien itu sendiri”. (Ahmad, 2014:
10).
B. Hukum Euthanasia
Syariat Islam menghormati dan menjunjung tinggi hak hidup bagi manusia.
Setiap perbuatan menghilangkan hidup, baik oleh orang lain maupun oleh diri sendiri
dilarang tegas dalam Al-Qur'an dan Al-Sunnah. Dalam kitab suci Al-Qur'an banyak
ayat-ayat yang melarang pembunuhan, bahkan mengancamnya dengan hukuman.
Ayat-ayat tersebut antara lain:
4
1. Surat an-Nisa ayat 92 :
Artinya: "Dan tidak boleh seorang mukmin membunuh orang mukmin yang lain,
kecuali karena kesalahan. Barang siapa membunuh orang mukmin karena kesalahan,
maka ia wajib memerdekakan hamba sahaya yang mukmin dan membayar diyat yang
diserahkan kepada keluarganya, (si terbunuh), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh
menyedekahkannya".
Artinya: Siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, balasannya adalah
(neraka) Jahanam. Dia kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya, melaknatnya, dan
menyediakan baginya azab yang sangat besar. (Huzaimah, 2005: 106).
Artinya: "Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah, kecuali
dengan hak".
Artinya: "Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kami
yang memberi rezeki kepadamu dan anak-anakmu”. (Huzaimah, 2005: 107).
" Dalam hadis-hadis Nabi Saw larangan pembunuhan ini dipertegas oleh Rasulullah
Saw, antara lain:
َْ َ ّل أ
َُّ ن يَ ْش َه َد ُ ُم ْس ِلمَ ا ْم ِرئَ دَ َُم يَ ِح
ل ّل َ َّ ِّللاُ إ
َ َ َّل إِلَ َه ََّ يَْ ِ َوأَن،ِّللا
َّ ث بِإِحْ دَى إِّل َُ اَلنَّ ْف،ل ََو بِالنَّ ْف ِس
ََ ثَ ََل: س َُ س ْو
ُ َر
َّ ق
َُ التَيْب،الزانِي ِ َ ِلدِينِ َِه َو ْال ُمف، َُارك
َُ ار ِ َّ) عليه متفق رواه ( ِل ْل َج َما َع َِة الت،
5
“Tidak halal darah seorang yang menyaksikan bahwa tiada Tuhan melainkan Allah
dan bahwa saya adalah Rasulullah, kecuali dengan salah satu dari tiga perkara yaitu
janda atau duda yang berzina, orang yang melakukan pembunuhan dan orang yang
meninggalkan agamanya dan memisahkan diri dari jama’ah (H.R. Bukhari dan
Muslim). (Huzaimah, 2005: 107).
Artinya: "Tidak halal membunuh seorang muslim, kecuali karena salah satu dari
tiga perkara: pezina yang muhshan (sudah berkeluarga) maka ia harus dirajam,
seseorang yang membunuh seorang muslim dengan sengaja, maka ia harus
dibunuh dan orang yang keluar dari Islam, kemudian ia memerangi Allah dan
Rasulullah maka ia harus dibunuh atau disalib atau diasingkan dari tempatnya.
(H.R. Abu Daud dan Nasaiy).
Larangan untuk membunuh diri juga terdapat dalam hadis-hadis Nabi Saw,
antara lain (Huzaimah, 2005: 109):
ََ َ س َهُ قَت
َل َم ْن ْ َََار فِي ب
َ طنِ َِه فِي ِب َها يَت ََو َّجَأ َ يَ ِد َِه فِي فَ َح ِد ْيدَت ُ َهُ ِب َح ِد ْيدَةَ نَ ْف َِ أَبَدًا فِ ْي َها ُم َخ ِلدًا خَا ِلدًا َج َهنَّ ََم ن، ن
َْ َو َم
َب
َ س َّما ش َِر ََ َ س َهُ فَقَت
َ ل َِ فِ ْي َها ُمخَلَّدًا خَا ِلدًا َج َهنَّ ََم ن،ن أ َ َبد ًا
َ َار فِي َيتَ َحسَّا َهُ فَ ُه ََو َن ْف َ فَ ُه ََو نَ ْف
َْ س َهُ فَقَت َل َج َبلَ ِم
َْ ن ت ََردَّى َو َم
َِ ا َ َبدًا فِ ْي َها ُم َخ ِلدًا خَا ِلدًا َج َهنَّ ََم ن. عليه متفق رواه
َار ِفي َيت ََردَّى
“ Barang siapa yang menjatuhkan dirinya dari sebuah gunung hingga dia
membunuh dirinya sendiri, maka tempatnya di neraka jahanam. la masuk ke
dalamnya, kekal untuk selama-lamanya, dan barang siapa meminum racun,
sehingga ia membunuh dirinya sendiri, maka racun itu dipegang di tangannya, ia
meminumnya di neraka jahanam, ia kekal di dalamnya selama-lamanya. Barang
siapa membunuh dirinya dengan benda tajam, maka benda tajam dipegangkan di
6
tangannya dan dipukulkannya pada dirinya di neraka jahanam dan ia kekal di
dalamnya selama-lamanya. (H.R. Al-Bukhari dan Muslim dan Abu Hurairah).
Dari tiga segi pembunuhan yang dibolehkan yang dikemukakan oleh Prof.
Mahmud Syaltut di atas, euthanasia tidak termasuk di dalamnya. Dengan
demikian, euthanasia aktif jelas dilarang oleh Islam. Adapun yang dilakukan oleh
7
seorang dokter dalam jangka menyelamatkan ibu yang akan melahirkan dengan
jalan mematikan bayi yang akan dikandungnya, pada saat diketahui proses bayi
َُ ت تُبِي
َُح لض َُّر ْو َرات َِ ورا
َ ظُ َْْال َمح
ََ ْن أَخ
ََُف ِإ ْر ِتكَاب َِ وري
َ اجبَ الض َُّر
ِ َو
Artinya: Menempuh salah satu tindakan yang lebih ringan dari dua hal yang
berbahaya itu adalah wajib.
Menurut Imam Abu Hanifah, Abu Yusuf, Muhammad bin Hasan dan
sebagian ulama Syafi'iyah, bahwa hukuman yang dikenakan terhadap pelaku
euthanasia (pembunuhan dengan persetujuan korban) adalah membayar diyat
(membayar seratus ekor unta atau seharga itu) dan bukan qishash dengan alasan,
bahwa persetujuan si korban (pasien) untuk menjadi obyek euthanasia merupakan
syubhat dalam status perbuatannya dan dalam hadis Nabi Saw, yaitu apabila dalam
jarimah hudud (termasuk di dalamnya qishash) terdapat syubhat maka hukuman
bisa digugurkan atau diganti. (Huzaimah, 2005: 112).
Menurut Zufar salah seorang murid Abu Hanifah dan pendapat yang kuat
adalah madzhab Maliki serta pendapat sebagian ulama Syafi'iyah hukuman yang
dikenakan kepada pelaku euthanasia tersebut di atas, tetap hukuman qishash
(hukuman mati) karena persetujuan untuk menjadi obyek euthanasia tersebut
dianggap tidak pernah ada, sehingga persetujuan tersebut tidak ada pengaruhnya
sama sekali. (Huzaimah, 2005: 112).
8
Sedangkan menurut pendapat Imam Ahmad bin Hambal dan sebagian
ulama Syafi'iyah, bahwa pelaku euthanasia atas persetujuan si korban dibebaskan
dari hukuman, karena persetujuan pasien untuk menjadi obyek euthanasia, sama
statusnya dengan pembunuhan, baik dari hukuman qishash, maupun diyar maka
dia bebas dari hukuman." Kemudian bagaimanakah pandangan hukum Islam
tentang euthanasia pasif? Menurut ajaran Islam, bahwa sakit yang menimpa
seseorang itu dapat menghapuskan dosa. Meskipun demikian, bukan berarti
penyakit yang menimpa seseorang itu dibiarkan saja tanpa upaya pengobatan
karena agama Islam memerintahkan untuk mengobati setiap penyakit yang
menimpa manusia, berdasarkan hadis-hadis Nabi Saw. Menurut Imam Al-
Syaukany, bahwa penyakit yang oleh dokter telah dinyatakan tidak ada obatnya
sekalipun, tak ada upaya untuk mengupayakan pengobatannya, (Huzaimah, 2005:
113).
Artinya: Ya, Allah hidupkanlah aku selagi kehidupan itu baik untukku dan
matikanlah aku apabila kematian itu lebih baik untukku. (Huzaimah, 2005: 114).
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Euthanasia berasal dari bahasa Yunani, yaitu eu dan thanatos. Kata eu berarti
baik, dan thanatos berarti mati. Maksudnya adalah mengsakhiri hidup dengan cara
yang mudah tanpa rasa sakit. Oleh karena itu euthanasia sering disebut juga dengan
mercy killing, a good death, atau enjoy death (mati dengan tenang).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutkan bahwa,
euthanasia secara etimologi berarti mati gampang atau mati mudah. Sedangkan secara
terminologi euthanasia berarti tindakan mengakhiri dengan sengaja kehidupan
manusia yang sakit keras atau luka parah dengan kematian yang tenang dan mudah
atas dasar pertimbangan kemanusiaan.
Syariat Islam menghormati dan menjunjung tinggi hak hidup bagi manusia.
Setiap perbuatan menghilangkan hidup, baik oleh orang lain maupun oleh diri sendiri
dilarang tegas dalam Al-Qur'an dan Al-Sunnah. Dalam kitab suci Al-Qur'an banyak
ayat-ayat yang melarang pembunuhan, bahkan mengancamnya dengan hukuman.
Ayat-ayat tersebut antara lain: Qs. An-Nisa ayat 92, Qs.An-Nisa ayat 93, Qs. Al-Isra
ayat 33, Qs. Al-Isro ayat 151.
10
DAFTAR PUSTAKA
11