Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH KELOMPOK 3B

Tugas Ini Dibuat Untuk Memenuhi Penugasan Modul Keperawatan Islam


Dosen Pengampu: Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep., Sp.Kep.An.
Dosen Fasilitator: Ns. Mardiyanti, S.Kep.., M.Kep., M.D.S.

Disusun Oleh Kelompok 3B :

Selphia Marsella Febrianti (11201040000057)

Reska Ahmad Muhajir (11201040000063)

Zahra Puspadina (11201040000065)

Sulai Baitul Islamiah (11201040000082)

Novita Sari (11201040000088)

Renada Octora Tiras (11201040000089)

Vera Dela Sri Rezki (11201040000092)

Asyari (11201040000100)

Abdulloh Faqih (11201040000103)

Nurul Husnul Khotimah (11201040000104)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
NOVEMBER/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga
makalah Diskusi Kelompok 3B. Makalahini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas
pada Modul Keperawatan Islam. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan juga
untuk menambah wawasan kepada pembaca.

Penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Ns. Kustati BL. M.Kep.,
Sp., Kep An. selaku dosen pengampu Modul Keperawatan Islami, dan terima kasih
juga kepada Ibu Ns. Mardiyanti, S.Kep.., M.Kep., M.D.S. selaku dosen fasilitator
berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penyusun berkaitan
dengan topik yang diberikan. Penyusun juga mengucapkan terima kasih yang
sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah
ini. Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penyusun memohon maaf atas kesalahan dan
ketidaksempurnaan kepada pembaca yang menemukan dalam makalah ini.
Penyusun juga mengharapkan adanya kritik serta saran dari pembaca apabila
menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Wassalamualaikum. Wr. Wb.

Ciputat,03 November 2022

Penyusun

Makalah DKP1 Kep.Islami | ii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii

BAB 1 ............................................................................................................................4

PENDAHULUAN..........................................................................................................4

A. Latar Belakang .....................................................................................................4

B. Rumusan Masalah ................................................................................................4

C. TUJUAN ...............................................................................................................5

BAB II ...........................................................................................................................6

PEMBAHASAN ............................................................................................................6

A. Konsep Dasar Euthanasia ....................................................................................6

1. Definisi Euthanasia ........................................................................................6

2. Klasifikasi Euthanasia ...................................................................................6

3. Indikasi Euthanasia .......................................................................................7

4. Pandangan barat dan islam tentang Euthanasia ..........................................7

B. Hukum Euthanasia ...............................................................................................9

1. Hukum di Indonesia ......................................................................................9

2. Hukum islam (Al-Qur’an, hadist, pandangan ulama) ................................ 10

C. Peran Perawat Dalam Meningkatkan Spiritualitas Pasien ............................ 13

D. Konsep Sakit Dalam Islam .............................................................................. 14

Analisis Data............................................................................................................ 16

BAB III ........................................................................................................................ 34

PENUTUP ................................................................................................................... 34

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 34

B. Saran ................................................................................................................... 34

Makalah DKP1 Kep.Islami | iii


BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Euthanasia berasal dari bahasa yunani yaitu kata eu artinya baik dan
thonetos artinya mati. Jadi, euthanasia memiliki arti mati sentosa atau mati
bahagia karena tanpa rasa sakit. Hal yang membuat mati tanpa rasa sakit dan
terlepas dari penderitaan. Sehingga euthanasia merupakan pembunuhan
yang dilakukan dengan sengaja terhadap seseorang atau pasien yang
memilikiharapan kecil untuk hidup atau sembuh kembali. Sedangkan pada
Ensiklopedi Nasional Indonesia memaparkan bahwa euthanasia diartikan
dengan sengaja mengakhiri kehidupan seseorang supaya terbebas dari
kesengsaraan dari sakit yang diderita. Euthanasia umumnya dilakukan pada
pasien yang sudah tidak memiliki harapan sembuh, namun masih bertahan
hidup dengan penyakit yang diderita. Pada kamus kesehatan menerangkan
euthanasia adalah tindakan mencabut nyawa seseorang, mengakhiri dengan
sengaja kehidupan secara tenang dan mudah untuk mengakhiri penderitaan.
Euthanasia juga diartikan a good death atau mati dengan tenang. Hal itu
dapat diwujudkan atas permintaan pasien atau keluarganya karena
penderitaan yang sangat hebat dan tiada akhir, atau juga membiarkan
seseorang yang sedang sakit tanpa memberikan pengobatan atau
pertolongan (Rahmawati dan Az Zafi, 2020).

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Euthanasia?

2. Apa itu Klasifikasi Euthanasia?

3. Apa yang dimaksud Indikasi Euthanasia?

4. Apa Pandangan barat dan islam tentang Euthanasia?

Makalah DKP1 Kep.Islami | 4


5. Apa itu Hukum Euthanasia di Indonesia?

6. Apa Hukumnya Euthanasia menurut islam?

7. Apa itu peran perawat spiritual?

8. Bagaimana Konsep sakit dalam islam?

9. Apa itu asuhan keperawatan?

C. TUJUAN

1. Mengetahui apa itu euthanasia

2. Mengetahui apa aitu klasifikasi euthanasia

3. Mengetahui apa itu indikasi euthanasia

4. Menegetahui pandangan barat dan islam tentang euthanasia

5. Mengetahui Hukum euthanasia di Indonesia dan menurut Islam

6. Mengetahui peran perawat spiritual

7. Mengetahui konsep sakit dalam islam

8. Mengetahui asuhan keperawatan

Makalah DKP1 Kep.Islami | 5


BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Euthanasia


1. Definisi Euthanasia

Euthanasia berasal dari bahasa yunani yaitu kata eu artinya baik


dan thonetos artinya mati. Jadi, euthanasia memiliki arti mati sentosa atau
mati bahagia karena tanpa rasa sakit. Hal yang membuat mati tanpa rasa
sakit dan terlepas dari penderitaan. Sehingga euthanasia merupakan
pembunuhan yang dilakukan dengan sengaja terhadap seseorang atau
pasien yang memiliki harapan kecil untuk hidup atau sembuh kembali.
Sedangkan pada Ensiklopedi Nasional Indonesia memaparkan bahwa
euthanasia diartikan dengan sengaja mengakhiri kehidupan seseorang
supaya terbebas dari kesengsaraan dari sakit yang diderita. Euthanasia
umumnya dilakukan pada pasien yang sudah tidak memiliki harapan
sembuh, namun masih bertahan hidup dengan penyakit yang diderita. Pada
kamus kesehatan menerangkan euthanasia adalah tindakan mencabut
nyawa seseorang, mengakhiri dengan sengaja kehidupan secara tenang
dan mudah untuk mengakhiri penderitaan. Euthanasia juga diartikan a
good death atau mati dengan tenang. Hal itu dapat diwujudkan atas
permintaan pasien atau keluarganya karena penderitaan yang sangat hebat
dan tiada akhir, atau juga membiarkan seseorang yang sedang sakit tanpa
memberikan pengobatan atau pertolongan (Rahmawati dan Az Zafi, 2020).

2. Klasifikasi Euthanasia

Dari segi korban, euthanasia dibagi tiga macam yaitu :

1) Voluntary euthanasia (sukarela), merupakan tindakan


euthanasia yang dikehendaki sendiri.
2) Non voluntary euthanasia (diandaikan), merupakan tindakan
euthanasia yang tidak diminta secara tegas oleh korban

Makalah DKP1 Kep.Islami | 6


dengan katalain dapat memilih atau meminta untuk dilakukan
tindakan euthanasia
3) Involuntary euthanasia (dipaksakan), tindakan euthanasia ini
memang dilakukan terhadap pasien dengan kondisi sadar,
tetapi dilakukan tanpa persetujuannya (Rahmawati&Zafi,
2020).

3. Indikasi Euthanasia
Indikasi dari euthanasia adalah yang sudah putus harapan hidup
dan tidak ada lagi jalan keluar tetapi hal ini sangat diharamkan di agama
islam karena semua takdir telah ditetapkan oleh sang maha kuasa untuk
makhluk nya (Zilfania&Ashif, 2020)

Menurut Ahmad Rumawi (2016) syarat-syarat dilakukan euthanasia


sebagai berikut:
Orang yang ingin diakhiri hidupnya adalah orang yang benar-benar sakit
dan tidak dapat diobati, misal kanker pasien berada dalam keadaan
terminal, kemungkinan hidupnya kecil & tinggal menunggu kematian
pasien harus menderita sakit yang amat sangat, sehingga penderitanya
hanya dapat dikurangi dengan pemberian morfin yang boleh
melaksanakan bantuan pengakhiran hidup pasien, hanyalah dokter
keluarga yang merawat pasien & ada dasar dari dua orang dokter spesialis
yang menentukan dapat tidaknya dilaksanakan Euthanasia.

4. Pandangan barat dan islam tentang Euthanasia


Euthanasia adalah istilah yang didapati dalam dunia kedokteran,
diartikan sebagai pembunuhan tanpa penderitaan terhadap pasien yang
sedang kritis (akut) atau menderita penyakit menahun serta tipis
harapannya untuk sembuh kembali. Esensi daripada dilakukan euthanasia
ini adalah untuk meringankan penderitaan si pasien yang telah mengalami
penyakit menahun (akut) dan sudah tipis harapan untuk sembuh. Di
samping itu alasan-alasan yang dipertimbangkan sehingga terjadi
euthanasia adalah untuk dapat meringankan pula keluarga pasien yang

Makalah DKP1 Kep.Islami | 7


ditinggalkan apalagi kalau kehidupan mereka tergolong ekonomi lemah.
Dalam hal masalah euthanasia ini, para tokoh Islam Indonesia sangat
menentang dilakukannya euthanasia. Namun diantara sekian banyak
ulama yang menentang euthanasia ini, ada beberapa ulama yang mana
mendukungnya. Menurut pendapat para ulama, bahwa euthanasia boleh
dilakukan apalagi terhadap penderita penyakit menular apalagi kalau
tidak bisa disembuhkan. Pendapat Ibrahim Hosen ini disandarkan kepada
suatu kaidah ushul fiqh: AlIrtifaqu Akhaffu Dlarurain, melakukan yang
teringan dari dua mudlarat. Jadi katanya, langkah ini boleh dipilih karena
ia merupakan pilihan dari dua hal yang buruk. Pertama, penderita
mengalami penderitaan. Kedua, jika menular membahayakan sekali.
Artinya dia menjadi penyebab orang lain menderita karena tertular
penyakitnya, dan itu dosa besar. Dan beliau bukan hanya menganjurkan
euthanasia pasif tapi juga euthanasia aktif (Luthfi Assyaukanie, 1998:180).
Sedangkan menurut Hasan Basri pelaksanaan euthanasia bertentangan,
baik dari sudut pandang agama, undang-undang, maupun etik kedokteran.
Dan lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa persoalan hidup mati
sepenuhnya hak Allah SWT. Manusia tidak bisa mengambil hak Allah
SWT itu (Majalah Panji Masyarakat, No. 846, 01-15 Januari 1996:60) Di
beberapa negara Eropa dan Amerika sudah mulai banyak terdengar suara
yang pro euthanasia, mereka mengadakan gerakan untuk mengukuhkannya
ke dalam undang-undang. Sebaliknya mereka yang kontra euthanasia,
bahwa tindakan demikian sama dengan pembunuhan. Kita di Indonesia ini
sebagai umat beragama dan ber Pancasila percaya kepada kekuasaan yang
mutlak dari Tuhan Yang Esa segala sesuatu yang diciptakanNya dan
penderitaan yang dibebankan kepada makhlukNya mengandung makna
dan maksud tertentu. (Fahmi, 2020).

Makalah DKP1 Kep.Islami | 8


B. Hukum Euthanasia
1. Hukum di Indonesia
Euthanasia dalam pandangan Hukum dan HAM di Indonesia
Prinsip umum Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang berkaitan
dengan masalah jiwa manusia adalah memberikan perlindungan,
sehingga hak hidup secara wajar sebagaimana harkat kemanusiaannya
menjadi terjamin, maka berdasarkan hukum di Indonesia euthanasia
adalah perbuatan yang melawan hukum. Hal ini dapat dilihat pada
peraturan perundang-undangan yang ada yaitu pada Pasal 344 KUHP
yang menyatakan bahwa "Barang siapa menghilangkan nyawa orang
lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutkannya dengan nyata
dan sungguh-sungguh, dihukum penjara selama lamanya 12 tahun".
demikian juga halnya pada pengaturan pasal 388 KUHP dinyatakan:
“Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain,
dihukum, karena makar mati, dengan hukuman penjara selama-lamanya
lima belas tahun”. Sementara dalam ketentuan Pasal 340 KUHP
dinyatakan, “ Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih
dulu merampas nyawa orang lain diancam, karena pembunuhan
berencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun”, serta pasal 345
KUHP yang berbunyi “dengan sengaja menghasut orang lain untuk
membunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu atau memberikan
daya upaya itu jadi bunuh diri, dihukum penjara selama-lamanya empat
tahun”, dan 359 KUHP, yang dinyatakan “Barangsiapa yang karena
salahnya telah menyebabkan meninggalnya orang lain. Dihukum
dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun, atau dengan
hukuman kurungan selama-lamanya satu tahun”, yang juga dapat
dikatakan memenuhi unsur-unsur delik dalam perbuatan euthanasia.
Dengan demikian, secara formal hukum yang berlaku di negara kita
memang tidak mengizinkan tindakan euthanasia oleh siapapun juga.

Makalah DKP1 Kep.Islami | 9


2. Hukum islam (Al-Qur’an, hadist, pandangan ulama)
Dalam bahasa Arab, euthanasia ini dinamakan Qatl ar-Rahmah
atau Taisir al-Maut. Yaitu Tindakan memudahkan kematian seseorang
dengan
sengaja tanpa merasakan sakit, karena kasih sayang, dengan tujuan
meringankan penderitaan si sakit, baik dengan cara positif ataupun
negatif.
Al Qur‘an menjelaskan bahwa masalah kematian adalah rahasia
Allah SWT. Manusia hanya berkewajiban untuk tetap menjaga,
memelihara, menghargai, dan membela kehidupan sendiri maupun
kehidupan orang lain. Surat Al-Israa' ayat 85 yang artinya :
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh
itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan
melainkan sedikit”
Dan dalam surat An-Nisaa‘ ayat 29-30

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta


sesamamu dengan cara yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu. Dan
barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka
kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka,yang demikian itu
adalah mudah bagi Allah” (Rahmawati&Zafi, 2020).
Demikian juga dari sudut pandang agama, ada sebagian yang
membolehkan dan ada sebagian yang melarang terhadap tindakan
euthanasia, tentunya dengan berbagai argumen atau alasan. Dalam Debat
Publik Forum No. 19 Tahun IV, 01 Januari 1996, Ketua Komisi Fatwa
Majelis Ulama Indonesia (yang selanjutnya disebut MUI) Pusat, Ibrahim
Husein menyatakan bahwa, Islam membolehkan penderita AIDS di
euthanasia bilamana memenuhi syarat-syarat berikut :

Makalah DKP1 Kep.Islami | 10


Demikian juga dari sudut pandang agama, ada sebagian yang
membolehkan dan ada sebagian yang melarang terhadap tindakan
euthanasia, tentunya dengan berbagai argumen atau alasan. Dalam Debat
Publik Forum No. 19 Tahun IV, 01 Januari 1996, Ketua Komisi Fatwa
Majelis Ulama Indonesia (yang selanjutnya disebut MUI) Pusat, Ibrahim
Husein menyatakan bahwa, Islam membolehkan penderita AIDS di
euthanasia bilamana memenuhi syarat-syarat berikut:
- Obat atau vaksin tidak ada

- kondisi kesehatannya makin parah

- atas permintaannya dan atau keluarganya serta atas persetujuan


dokter

- adanya peraturan perundang-undangan yang mana


mengizinkannya.

Masjfuk Zuhdi mengatakan bahwa sekalipun obat atau vaksin untuk


HIV/AIDS tidak atau belum ada dan kondisi pasien makin parah tetap
tidak boleh di euthanasia sebab hidup dan mati itu di tangan Tuhan.

Pendapat tersebut merujuk pada firman Allah SWT dalam Surat Al-Mulk
ayat 2:
”Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji, siapa di antara
kamu yang lebih baik amalnya dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun”.
Pro kontra terhadap tindakan euthanasia hingga saat ini masih terus
berlangsung. Mengingat euthanasia merupakan suatu persoalan yang rumit
dan memerlukan kejelasan dalam kehidupan masyarakat, khususnya bagi
umat Islam. Maka MUI dalam pengkajian (muzakarah) yang
diselenggarakan pada bulan Juni 1997 di Jakarta yang menyimpulkan
bahwa euthanasia merupakan suatu tindakan bunuh diri (Fahmi, 2020).
Pada prinsip syari‘at islam pembunuhan secara sengaja terhadap
orang yang sakit berarti mendahului takdir. Hal itu karena yang berhak

Makalah DKP1 Kep.Islami | 11


mematikan dan menghidupkan manusia hanyalah Allah dan manusia
dalam hal ini tidak mempunyai hak atau kewenangan untuk memberi hidup
atau mematikannya. QS.Yunus ayat 56 yang artinya :
“Dia-lah yang menghidupkan dan yang mematikan dan hanya kepada-
Nyalah kamu dikembalikan.” (Rahmawati&Zafi, 2020).
Ulama yang berpendapat bahwa penderita yang berpenyakit
menular dan membahayakan orang lain jika dibiarkan hidup, hendaknya
dilakukan alternatif tindakan lain selain euthanasia. Salah satunya adalah
dengan mengisolasi penderita tersebut agar tidak berinteraksi dengan
orang lain selama pengobatannya. Jika memang dokter menyatakan pasien
tidak dapat disembuhkan dengan cara apapun, hendaknya diserahkan
kembali kepada keluarganya bukan dengan mengakhiri hidupnya. Soal
sakit, menderita dan tidak kunjung sembuh adalah qudratullah.
Mempercepat kematian tidak dibenarkan karena tugas dokter adalah
menyembuhkan, bukan membunuh. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
perbuatan euthanasia yaitu perbuatan yang tidak diperbolehkan dalam
islam. Sebagai umat Islam haruslah menganggap penderitaan yang dialami
baik akibat penyakit yang mematikan maupun yang ringan adalah sebagai
ujian keimanan yang melatih kepasrahankita kepada Allah sebagai sang
pencipta. Bahkan, penderitaan yang dialami seorang muslim dapat
menjadi sarana pelebur dosa-dosa kecil yang pernah
dilakukan. Dalam islam tidak ada anggapan ataupun pernyataan mengenai
mengakhiri hidup untuk menghilangkan penderitaan. Karena Allah sendiri
telah berfirman bahwa tidak akan membebani (memberikan ujian) kepada
hamba-Nya melebihi batas kemampuan seorang hamba yang terdapat
pada
Q.S. Al-Baqarah ayat 286. Serta seorang muslim memiliki
keimanan akan adanya hari akhir yang merupakan kehidupan yang kekal
dan abadi setelah dibangkitkan dari kematian. Sehingga dapat dengan
sabar menahan penderitaan yang dirasakan karena memahami kehidupan
dunia yang bersifat sementara (Rahmawati&Zafi, 2020).

Makalah DKP1 Kep.Islami | 12


C. Peran Perawat Dalam Meningkatkan Spiritualitas Pasien

Peran perawat dalam meningkatkan spiritualitas dapat


dilakukan denganbeberapa cara atau intervensi berikut :

a) Fasilitasi pertumbuhan spiritual

● Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya

● Mendorong pasien melakukan praktek spiritual

● Mendukung pasien aktif dalam kegiatan keagamaan

● Mendorong pasien meningkatkan hubungan

● Mempromosikan hubungan dengan orang lain


untuk kegiatan keagamaan
b) Dukungan spiritual

● Mendorong pasien melakukan kegiatan keagamaan jika


diinginkan

● Mendorong pasien menggunakan sumber daya spiritual


jika diinginkan

● Menyediakan artikel keagamaan

● Memfasilitasi pasien menggunakan meditasi, do’a,


ritual dan tradisiagama lainnya.
● Meyakinkan pasien bahwa perawat mendukung pasien

● Mengingatkan pasien untuk ibadah


● Mengantar pasien ibadah

● Menawarkan spiritual care

c) Kehadiran

● Menunjukkan sikap menerima

● Mengungkapkan, membangun kepercayaan dan


mengakui pasiensebagai individu yang unik

Makalah DKP1 Kep.Islami | 13


● Berbicara dengan keluarga pasien

● Menawarkan dukungan emosional kepada pasien dan


keluarga

d) Mendengarkan dengan aktif

● Menetapkan tujuan untuk berinteraksi

● Menunjukkan kesadaran dan kepekaan terhadap emosi


pasien

● Mendorong pasien untuk merefleksikan sikap,


pengalaman masa laludengan situasi saat ini
● Membiarkan pasien bercerita tentang pasien sendiri

● Mendorong pasien untuk selalu semangat

D. Konsep Sakit Dalam Islam


Sakit sering juga dikaitkan dengan adzab Allah Swt. Al-Biqa‟i, seorang
mufassir menyebut penyakit sebagai cambuk Allah Swt. Di bumi yang dengan
ini Allah Swt hendak mendidik manusia. Logika penyakit sebagai adzab
adalah sejalan dengan pengertian takwa sebagai usaha menghindari diri dari
adzab Allah Swt. Orangyang mengkonsumsi makanan kotor pada dasarnya
melanggar perintah Allah Swt. Sedangkan penyakit sebagai akibat dari
perbuatan itu merupakan hukuman dari Allah Swt. Sebagaimana hilangnya
keberkahan bumi sebagai adzab, akibat perilaku penduduk negeri yang belum
memiliki iman dan takwa. Sebaliknya Allah Swt, pun menjanjikan kepada
orang yang sakit, apabila ia bersabar dan berikhtiar dalam sakitnya, maka
Allah Swt akan menghapus dosa-dosanya. At-Thabrani meriwayatkan bahwa
“seorang mukmin yang sakit, ia tidak mendapatkan pahala dari sakitnya,
namun diampuni dosa-dosanya” Kebanyakan orang-orang tidak menyadari
kenapa mereka harus sakit, sehingga tanpa sadar, mereka menganggap
penyakit yang dideritanya itu sebagai hukuman atau kutukan dari Allah Swt.
Yang dijatuhkan kepadanya. Tidak sedikit orang Ketika diberi musibah sakit
menjadi putus asa, kehilangan rasa imannya, bahkan berprasangka buruk
kepada Allah Swt, kemudian muncul rasa tidak puas dan merasa bahwa Allah
Swt tidak adil terhadapnya sehingga mereka tidak lagi menjalankan segala

Makalah DKP1 Kep.Islami | 14


kewajiban-kewajiban sebagai hamba Allah Swt. Dalam AL-Qur‟an ayat
tentang sakit ada di beberapa surah, diantaranya : Surah Yunus ayat 57
Ayat ini menitikberatkan bahwa Al-Qur’an adalah obat untuk apa
yang terdapat dalam dada. Penyebutan kata dada yang diartikan dengan
hati, menunjukan bahwa wahyu-wahyu ilahi itu berfungsi
menyembuhkan penyakit-penyakit rohaniseperti ragu, dengki, takabur
dan lain sebagainya. Bagi Al-Qur‟an, hati ditunjukan sebagai tempat
yang menampung rasa cinta dan benci, berkeinginan dan menolak, dan
bahkan hati dinilai sebagai sarana untuk mengetahui.
Ayat ini menegaskan adanya empat fungsi Al-Qur‟an. Yaitu
pengajaran, obat, petunjuk, dan rahmat. Thahir Ibn Asyur
mengemukakan bahwa ayat tersebut memberipengumpamaan tentang
jiwa manusia dengan kaitannya tentang kehadiran Al-Qur‟an. Ulama
tersebut memberi ilustrasi kurang lebih sebagai berikut. Seseorang yang
sakit ialah tidak stabil kondisinya, dia menanti seorang dokter yang
dapat memberikannya obat untuk kesembuhannya, kemudian dokter
tersebut tentu memberinya peringatan kepada pasien itu menyangkut
sebab penyakitnya dan dampak dari penyakitnya tersebut, ia lalu
memberinya obat untuk kesembuhan pasien. Kemudian memberinya
petunjuk dan saran tentang cara hidup sehat, agar kesehatannya dapat
terpelihara sehingga penyakit yang dideritanya tidak kambuh lagi. Jika
pasien itu memenuhi saran sang dokter, niscaya ia akan sehat sejahtera
dan hidup bahagia serta terhindar dari segala penyakit. Dan itulah
rahmat yang sungguh besar (Jama, 2004).

Makalah DKP1 Kep.Islami | 15


5) Asuhan Keperawatan

PENGKAJIAN

1. Identitas pasien
nama : Tn. A
umur : 30 tahun
2. Anamnesa

- Saat konsultasi dengan dokter, pasien menyampaikan kalau ingin


dilakukan Euthanasia untuk menyelesaikan masalah yang dia hadapi
- Pasien belum siap untuk mati tetap sakit yang dia rasakan dan merasa
tidak mampu berprestasi lagi membuatnya sangat sedih.
- Pasien sering mengucapkan “ aku lebih baik mati saja” atau “ aku
sudah tidak ada gunanya lagi” saat nyeri hebat yang dirasakan,
3. Pengkajian Fisik

- Pasien sering murung memikirkan kondisinya

- Pasien tampak sedih


Analisis Data

Data Subjektif Data Objektif

- Saat konsultasi dengan dokter, pasien - Pasien sering


menyampaikan kalau ingin dilakukan murung
Euthanasia untuk menyelesaikan memikirkan
masalah yang dia hadapi kondisinya
- Pasien belum siap untuk mati tetap - Pasien tampak sedih
sakit yang dia rasakan dan merasa
tidak mampu berprestasi lagi
membuatnya sangat sedih.
- Pasien sering mengucapkan “ aku lebih
baik mati saja” atau “ aku sudah tidak
ada gunanya lagi” saat nyeri hebat yang
dirasakan,

Makalah DKP1 Kep.Islami | 16


DIAGNOSA KEPERAWATAN

No. Data DX Etiologi/Faktor


Resiko

1 DO : Keputusasaan Penyakit kronis


● Pasien tampak mengeluh (D.0088)

● Pasien tampak sering murung


DS :

● Pasien mengatakan “
mengapa sakitku tidak
sembuh sembuh ” .

● Terlebih pada saat nyeri


hebat yang dirasakan pasien
sering mengucapkan “ aku
lebih baik mati saja” atau “
aku sudah tidak ada gunanya
lagi”.
● Pada saat pasien konsultasi
dengan dokter, ia
menyampaikan kalau ingin
dilakukan Euthanasia

2 DO : Resiko Bunuh Diri nyeri kronis


Pasien tampak sering murung (D.0135)

DS :
● Pada saat pasien konsultasi
dengan dokter, ia
menyampaikan kalau ingin
dilakukan Euthanasia
● Pasien sering mengucapkan “
aku lebih baik mati saja” atau
“ aku sudah tidak ada

Makalah DKP1 Kep.Islami | 17


gunanya lagi” saat nyeri
hebat yang dirasakan,

3 DO : Koping Tidak Ketidakadekuatan


● Tidak mampu memenuhi Efektif (D.0096) Strategi Koping
peran yang diharapkan
● menggunakan mekanisme
koping yang tidak sesuai
DS :
Pasien menyampaikan kalau ingin
dilakukan Euthanasia

4 DO : Distres Spiritual kondisi penyakit


Koping tidak efektif (D.0082) kronis

DS :
Pasien sering mengucapkan “ aku
lebih baik mati saja” atau “ aku sudah
tidak ada gunanya lagi” saat nyeri
hebat yang dirasakan

Makalah DKP1 Kep.Islami | 18


DIAGNOSA PRIORITAS

1. Keputusasaan b.d penyakit kronis d.d pasien tampak mengeluh, tampak sring murung,
Pasien mengatakan “ mengapa sakitku tidak sembuh sembuh ”, Terlebih pada saat
nyeri hebat yang dirasakan pasien sering mengucapkan “ aku lebih baik
mati saja” atau “ aku sudah tidak ada gunanya lagi”, Pada saat pasien konsultasi dengan
dokter, ia menyampaikan kalau ingin dilakukan Euthanasia
2. Distres Spiritual b.d kondisi penyakit kronis d.d koping tidak efektif, Pasien sering
mengucapkan “ aku lebih baik mati saja” atau “ aku sudah tidak ada gunanya lagi”
saat nyeri hebat yang dirasakan
3. Koping tidak efektif b.d Ketidakadekuatan Strategi Koping d.d Tidak mampu
memenuhi peran yang diharapkan menggunakan mekanisme koping yang tidak sesuai,
Pasien menyampaikan kalau ingin dilakukan Euthanasia
4. Resiko Bunuh Diri b.d Kondisi Penyakit Kronis

INTERVENSI KEPERAWATAN

SDKI SLKI SIKI

Keputusasaan Harapan Meningkat Dukungan Emosional


(D.0088) (L.09068) Observasi

- Identifikasi fungsi marah, frustrasi,

Setelah dilakukan dan amuk bagi pasien

intervensi selama - Identifikasi hal yang telah memicu

2x24 jam, harapan emosi

meningkat dengan Terapeutik

Makalah DKP1 Kep.Islami | 19


kriteria hasil :
- Fasilitasi mengungkapkan perasaan
cemas, marah, atau sedih
- Keterlibatan
- Buat pernyataan suportif atau empati
dalam
selama fase berduka
aktivitas
- Lakukan sentuhan untuk memberikan
perawatan
dukungan (mis. merangkul, menepuk-
meningkat
nepuk)
- Verbalisasi
- Tetap bersama pasien dan pastikan
keputusasaan
keamanan selama ansietas, jika perlu
menurun
- Kurangi tuntutan berpikir saat sakit
atau lelah

Edukasi

- Jelaskan konsekuensi tidak


menghadapi rasa bersalah dan malu
- Anjurkan mengungkapkan perasaan
yang dialami (mis. ansietas, marah,
sedih)
- Anjurkan mengungkapkan
pengalaman emosional sebelumnya

Makalah DKP1 Kep.Islami | 20


dan pola respons yang biasa
digunakan
- Ajarkan penggunaan mekanisme
pertahanan yang tepat

Kolaborasi

- Rujuk untuk konseling, jika perlu

Resiko Bunuh Kontrol Diri Manajemen Mood (I.09289)


Diri (D.0135) Meningkat (L.09076)
Observasi
Setelah dilakukan
- Identifikasi mood (mis: tanda, gejala,
intervensi selama 2x24
Riwayat penyakit)
jam, kontrol diri
meningkat dengan - Identifikasi risiko keselamatan diri
kriteria hasil : atau orang lain
- verbalisasi - Monitor fungsi kognitif (mis:
rencana bunuh konsentrasi, memori, kemampuan
diri menurun membuat keputusan)
- perilaku - Monitor aktivitas dan tingkat
merencanakan
stimulasi lingkungan
bunuh diri
menurun
Terapeutik
- alam perasaan
depresi
- Fasilitasi pengisian kuesioner self-
menurun
report (mis: beck depression
inventory, skala status fungsional),
jika perlu
- Berikan kesempatan untuk
menyampaikan perasaan dengan cara
yang tepat (mis: sandsack, terapi seni,
aktivitas fisik)

Edukasi

Makalah DKP1 Kep.Islami | 21


- Jelaskan tentang gangguan mood dan
penanganannya
- Anjurkan berperan aktif dalam
pengobatan dan rehabilitasi, jika perlu
- Anjurkan rawat inap sesuai indikasi
(mis: risiko keselamatan, defisit
perawatan diri, sosial)
- Ajarkan mengenali pemicu gangguan
mood (mis: situasi stres, masalahfisik)
- Ajarkan memonitor mood secara
mandiri (mis: skala tingkat 1 – 10,

Makalah DKP1 Kep.Islami | 22


membuat jurnal)
- Ajarkan keterampilan koping dan
penyelesaian masalah baru

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian obat, jika perlu


- Rujuk untuk psikoterapi (mis:
perilaku, hubungan interpersonal,
keluarga, kelompok), jika perlu

Pencegahan Bunuh Diri (I.14538)


Observasi
- Identifikasi gejala risiko bunuh diri
(mis: gangguan mood, halusinasi,
delusi, panik, penyalahgunaan zat,
kesedihan, gangguan kepribadian)
- Identifikasi keinginan dan pikiran
rencana bunuh diri
- Monitor lingkungan bebas bahaya
secara rutin (mis: barang pribadi, pisau
cukur, jendela)
- Monitor adanya perubahan mood atau
perilaku

Terapeutik

- Libatkan dalam perencanaan


perawatan mandiri
- Libatkan keluarga dalam perencanaan
perawatan
- Lakukan pendekatan langsung dan
tidak menghakimi saat membahas
bunuh diri

Makalah DKP1 Kep.Islami | 23


- Berikan lingkungan dengan
pengamanan ketat dan mudah
dipantau (mis: tempat tidur dekat
ruang perawat)
- Tingkatkan pengawasan pada kondisi
tertentu (mis: rapat staf, pergantian
shift)
- Lakukan intervensi perlindungan
(mis: pembatasan area, pengekangan
fisik), jika diperlukan
- Hindari diskusi berulang tentang
bunuh diri sebelumnya, diskusi
berorientasi pada masa sekarang dan
masa depan

Makalah DKP1 Kep.Islami | 24


- Diskusikan rencana menghadapi ide
bunuh diri di masa depan (mis: orang
yang dihubungi, ke mana mencari
bantuan)
- Pastikan obat ditelan

Edukasi

- Anjurkan mendiskusikan perasaan


yang dialami kepada orang lain
- Anjurkan menggunakan sumber
pendukung (mis: layanan spiritual,
penyedia layanan)
- Jelaskan tindakan pencegahan bunuh
diri kepada keluarga atau orang
terdekat
- Informasikan sumber daya
masyarakat dan program yangtersedia
- Latih pencegahan risiko bunuh diri
(mis: latihan asertif, relaksasi otot
progresif

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian obat


antiansietas, atau antipsikotik, sesuai
indikasi
- Kolaborasi tindakan keselamatan
kepada PPA
- Rujuk ke pelayanan kesehatan
mental, jika perlu

Koping Tidak Status Koping Dukungan pengambilan keputusan


Efektif membaik (L.09086) (I.09625)
(D.0096)

Makalah DKP1 Kep.Islami | 25


Setelah dilakukan Observasi
intervensi selama 2x24 - Identifikasi persepsi mengenai
jam, status koping masalah dan informasi yang memicu
membaik dengan
konflik
kriteria hasil :
Terapeutik
- perilaku koping
- Fasilitasi mengklarifikasi nilai dan
adaptif
harapan yang membantu membuat
meningkat
pilihan.
- verbalisasi
kemampuan - Diskusikan kelebihan dan kekurangan
mengatasi dari setiap solusi
masalah - Fasilitasi melihat situasi secara
meningkat realistik
- perilaku asertif - Motivasi menggunakan tujuan
keperawatan yang diharapkan.

Makalah DKP1 Kep.Islami | 26


meningkat - Fasilitasi pengambilan keputusan
- minat secara kolaboratif
mengikuti - Hormati hak pasien untuk menerima
perawatan/peng
atau menolak informasi
obatan
- Fasilitasi menjelaskan keputusan
meningkat
kepada orang lain, jika perlu
- Fasilitasi hubungan antara pasien,
keluarga, dan tenaga kesehatan
lainnya
Edukasi
- Informasikan alternatif solusi secara
jelas
- Berikan informasi yang diminta
pasien
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan
lain dalam memfasilitasi pengambilan
keputusan

Distres Tingkat Depresi Dukungan Koping Keluarga (I.09260)


Spiritual Menurun (L.09097)
Observasi
(D.0082)
Setelah dilakukan
intervensi selama 2x24
jam, tingkat depresi - Identifikasi respons emosional

menurun dengan terhadap kondisi saat ini


kriteria hasil : - Identifikasi beban prognosis secara
- perasaan tidak psikologis
berharga - Identifikasi pemahaman tentang
menurun keputusan perawatan setelah pulang
- sedih menurun - Identifikasi kesesuaian antara harapan
- putus asa
pasien, keluarga, dan tenaga
menurun
kesehatan
- pikiran bunuh
diri menurun

Makalah DKP1 Kep.Islami | 27


Terapeutik

- Dengarkan masalah, perasaan, dan


pertanyaan keluarga
- Terima nilai-nilai keluarga dengan
cara yang tidak menghakimi
- Diskusikan rencana medis dan
perawatan
- Fasilitasi pengungkapan perasaan
antara pasien dan keluarga atau antar
anggota keluarga
- Fasilitasi pengambilan keputusan
dalam merencanakan perawatan
jangka Panjang, jika perlu
- Fasilitasi anggota keluarga dalam

Makalah DKP1 Kep.Islami | 28


mengidentifikasi dan menyelesaikan
konflik nilai
- Fasilitasi pemenuhan kebutuhan dasar
keluarga (mis: tempat tinggal,
makanan, pakaian)
- Fasilitasi anggota keluarga melalui
proses kematian dan berduka, jika
perlu
- Fasilitasi memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan peralatan yang
diperlukan untuk mempertahankan
keputusan perawatan pasien
- Bersikap sebagai pengganti keluarga
untuk menenangkan pasien dan/atau
jika keluarga tidak dapat memberikan
perawatan
- Hargai dan dukung mekanisme
koping adaptif yang digunakan
- Berikan kesempatan berkunjung bagi
anggota keluarga

Edukasi

- Informasikan kemajuan pasien secara


berkala
- Informasikan fasilitas perawatan
Kesehatan yang tersedia

Kolaborasi

- Rujuk untuk terapi keluarga, jika perlu

Makalah DKP1 Kep.Islami | 29


Dukungan Spiritual (I.09276)
Observasi
- Identifikasi perasaan khawatir,
kesepian, dan ketidakberdayaan
- Identifikasi pandangan tentang
hubungan antara spiritual dan
Kesehatan
- Identifikasi harapan dan kekuatan
pasien

Makalah DKP1 Kep.Islami | 30


- Identifikasi ketaatan dalam beragama

Terapeutik

- Berikan kesempatan
mengekspresikan perasaan tentang
penyakit dan kematian
- Berikan kesempatan
mengekspresikan dan meredakan
marah secara tepat
- Yakinkan bahwa perawat bersedia
mendukung selama masa
ketidakberdayaan
- Sediakan privasi dan waktu tentang
untuk aktivitas spiritual
- Diskusikan keyakinan tentang makna
dan tujuan hidup, jika perlu
- Fasilitasi melakukan kegiatan ibadah

Edukasi

- Anjurkan berinteraksi dengan


keluarga, teman, dan/atau orang lain
- Anjurkan berpartisipasi dalam
kelompok pendukung
- Ajarkan metode relaksasi, meditasi,
dan imajinasi terbimbing

Kolaborasi

Makalah DKP1 Kep.Islami | 31


- Atur kunjungan dengan rohaniawan
(mis: uztadz, pendeta, romo, biksu)

Makalah DKP1 Kep.Islami | 32


PETA KONSEP

Makalah DKP1 Kep.Islami | 33


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Euthanasia ini dinamakan Qatl ar-Rahmah atau Taisir al-Maut. Yaitu Tindakan
memudahkan kematian seseorang dengan sengaja tanpa merasakan sakit, karena kasih
sayang, dengan tujuan meringankan penderitaan si sakit, baik dengan cara positif ataupun
negatif.
Al Qur‘an menjelaskan bahwa masalah kematian adalah rahasia Allah SWT.
Manusia hanya berkewajiban untuk tetap menjaga, memelihara, menghargai, dan
membela kehidupan sendiri maupun kehidupan orang lain. Surat Al-Israa' ayat 85 yang
artinya :
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan
Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”
Dan dalam surat An-Nisaa‘ ayat 29-30

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan cara yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu sesungguhnya Allah
Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak
dan aniaya, maka kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka,yang demikian itu
adalah mudah bagi Allah” (Rahmawati&Zafi, 2020).

B. Saran

Mahasiswa ilmu keperawatan sangat perlu memahami konsep dasar keperawatan


islami sebagai dasar ilmu dalam merawat pasien dengan penyakit. Mahasiswa ilmu
keperawatan juga perlu untuk memahami peran dan fungsi perawat, manajemen kasus,
dan asuhan keperawatan untuk dipraktekkan di dunia kerja.

Makalah DKP1 Kep.Islami | 34


DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, M. (2017). Perbandingan Pelaksanaan Euthanasia di Negara yang Menganut


Sistem Hukum Eropa Kontinental dan Sistem Hukum Anglo Saxon. Jurisprudentie.
4(1), 83-102. Diakses
dari https://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/Jurisprudentie/article/download/3666/54 92/

Hermanto, A. (2018). Euthanasia Perspektif Hukum Normatif Dan Aplikasinya Di


Indonesia.

Justicia Islamica Volume 15, Nomor 1 : 50-52

https://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/justicia/article/download/1455/964

Juwita, R., dkk. (2021). Gambaran Peran Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual
Pada Pasien Paliatif Di Ruang Intensive Care Unit RSUD DR. Moerdi.
http://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/2453/1/Naspub%20juita.pdf. diakses pada
tanggal29 oktober 2022 pukul 15.08 WIB.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Rahmawati, Z., & Zafi, A. A. (2020). Euthanasia dalam Pandangan Moral, Kode Etik
Kedokteran dan Perspektif Hukum Islam. Alhuriyyah:Jurnal Hukum Islam. Vol.
6(2);182-195. DOI : 10.30983/alhurriyah.v5i2.3205

Makalah DKP1 Kep.Islami | 35


Siregar Rospita A. (2015). Euthanasia dan Hak Asasi Manusia. Vol. 1. No. 3.
http://ejournal.uki.ac.id/index.php/tora/article/download/1145/973/. Diakses pada
tanggal 28 oktober 2022 pukul 22.17 WIB.

Ulyaa, S. L. (2020). Caring Spiritual Perawat Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
Kronis Diruang Hemodialisa Rumah Sakit Tentara Bhakti Wira Tamtama
Semarang

Makalah DKP1 Kep.Islami | 36

Anda mungkin juga menyukai